Anda di halaman 1dari 128

01.

AKBP HARYONO, SH, MH (KOORD)


02. AKBP DJUMADI RAHARJO, SH
03. AKBP PRIHADI MULYATNO, SH, MH
04. AKBP DALIH SOMAWI, SH, M.Hum
05. AKBP WAHYUDI
06. AKBP VENNY YULIUS, S.Sos
07. AKBP NUR‘AINI JAMAL, SH
08. KOMPOL POIBE INTAN, SH
09. KOMPOL YANI NURYANI, SH
10. 9 ORANG GADIK SPN LIDO

1
1. HAKEKAT FT RESERSE : 4 JP
2. PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA : 6 JP
3. PENYIDIKAN TINDAK PIDANA : 10 JP
4. MINDIK & BANTUAN TEKNIS : 4 JP
5. PELAYANAN PRIMA & DISKRESI : 6 JP
6. KORWAS & BIN SIDIK PPNS : ? JP

2
3
 Pengertian FT Reserse
 Dasar Hukum FT Reserse
 Tugas Pokok Reserse
 Fungsi Reserse
 Peranan Reserse

4
 RESERSE
Reserse berasal kata Rechercheur (bahasa
Belanda) yang dapat diartikan :
 Mencari informasi yang rahasia
 Polisi rahasia
 Polisi rahasia pengusut
 Melakukan investigasi kejahatan
Police Detective = Rechercheur bij de Politie
Reserse adalah Polisi yg bertugas melakukan
kegiatan rahasia (penyelidikan dan penyidikan)
untuk mencari dan mengumpulkan informasi
maupun bukti dalam rangka investigasi untuk
mengungkap suatu kejahatan guna menemukan
tersangkanya.
5
 PENYELIDIK
Pejabat kepolisian negara RepubIik Indonesia
yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan
penyelidikan.
 PENYELIDIKAN
Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang
 PENYIDIK
Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat PPNS tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan.
6
 PENYIDIKAN
Serangkaian tindakan penyidik untuk mencari
dan mengumpulkan bukti untuk membuat
terang tindak pidana yang terjadi guna
menemukan tersangkanya.
 TERSANGKA
Seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya, berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
 SAKSI
Seseorang yg dpt memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan ttg suatu perkara
pidana yg ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri.
 PENASIHAT HUKUM
Seseorang yang memenuhi syarat yg ditentukan
oleh atau berdasarkan undang-undang untuk
memberi bantuan hukum.
7
 LAPORAN
pemberitahuan yg disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan UU kpd
pejabat yg berwenang ttg telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
 PENGADUAN
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang
untuk menindak menurut hukum, seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan (delik aduan) yang
merugikannya.
 KETERANGAN SAKSI
Salah satu alat bukti dalam perkara pidana yg
berupa keterangan saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri & alami sendiri dg menyebut alasannya
8
 KETERANGAN AHLI
Keterangan yg diberikan oleh seorang yg memiliki
keahlian khusus ttg hal yg diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.

 KETERANGAN ANAK
Keterangan yang diberikan oleh seorang anak ttg hal
yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

 PENANGKAPAN
Tindakan Penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka, apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan sidik.

9
 TERTANGKAP TANGAN
Tertangkapnya seorang pd waktu sdg lakukan tindak
pidana, atau dg segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang
melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yg diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu.
 PENGGELEDAHAN RUMAH
Tindakan Penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya utk lakukan
melakukan tindakan pemeriksaan dan/penyitaan
dan/penangkapan.
 PENYITAAN
Tindakan Penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda
bergerak/tidak bergerak, berwujud/tidak berwujud
utk kepentingan pembuktian dalam penyidikan.
10
 Undang-Undang RI Nomor 8/1981 tentang
KUHAP
 Undang-Undang RI Nomor 2/2002 tentang
Kepolisian Negara RI
 Peraturan Kapolri Nomor 14/2012 tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
 Peraturan Kabareskrim Polri Nomor : 1, 2, 3
dan 4 Tahun 2014 tentang SOP perencana
an, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan
11
 Penyelidikan
 Penyidikan berdasarkan
 Korwas PPNS KUHAP & per UU

menyelenggarakan segala usaha, kegiatan, dan


pekerjaan yang berkenaan dengan pelaksanaan
fungsi reserse kepolisian dalam rangka penyidikan
tindak pidana, yang meliputi Tindak pidana umum,
tindak pidana khusus, tindak pidana korupsi, tindak
pidana narkoba, tindak pidana tertentu dan sbg
Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas).
12
 SISTEM OPERASIONAL POLRI
Dalam sistem operasional Polri, Reserse
berperan sbg fungsi pamungkas yang bertugas
menanggulangi/melaksanakan penindakan
thd kriminalitas yg terjadi (Ancaman Faktual).

 SISTEM PERADILAN PIDANA


 Sebagai Penyelidik
UU Nomor 8 Th 1981 (KUHAP) tlh mengatur
ttg Sistem Peradilan Pidana, kewenangan
sbg penyelidik diserahkan sepenuhnya kpd
Polri (semua pejabat Kepolisian Negara RI)
termasuk pengembang fungsi Reserse.
13
Seorang Penyelidik mempunyai wewenang
sbgmn yg ditetapkan dalam pasal 5 ayat 1
huruf a KUHAP, yaitu :
 Menerima laporan/pengaduan
 Mencari keterangan dan barang bukti
 Menyuruh berhenti seseorang yg dicurigai
utk memeriksa tanda pengenal diri
 Mengadakan tindakan lain menurut
hukum yg bertanggung jawab
Berdasarkan hasil penyelidikan tsb, apabila
ternyata diperoleh ket dan bukti yg cukup
utk dilakukan penyidikan, barulah terhadap
suatu peristiwa tsb dilakukan kegiatan
penyidikan oleh Penyidik.

14
 Sebagai Penyidik
 Pasal 7 ayat 1 UU No 8/1981 ttg KUHAP dan pasal 16 UU
RI No 2/2002 ttg Kepolisian Negara RI, bahwa Tugas
penyidikan banyak menyentuh hak asasi manusia,
seperti halnya dgn kegiatan penindakan sbb :
 pemanggilan,
 penangkapan,
 penahanan,
 penggeledahan, dan penyitaan.
Semua kegiatan tersebut pada dasarnya membatasi
hak kebebasan seseorang, yang apabila dilakukan
penyimpangan dari ketentuan hukum yang ada,
dapat menimbulkan akibat hukum terhadap Penyidik.
 Menurut PP No 58/2010 ttg perubahan atas PP No
27/1983 menetapkan bhw Penyidik adalah Pejabat
Kepolisian Negara RI yang sekurang-kurangnya
berpangkat IPDA dan S.I
15
 Sebagai korwas PPNS
Dalam pasal 7 ayat 2 KUHAP menyatakan
bahwa PPNS mempunyai wewenang khusus
sesuai undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada dibawah
koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri

16
17
KAPOLRI

WAKAPOLRI

IT STAF STAF STAF STAF


WASUM OPS RENA SDM SARPRAS

DIV DIV DIV DIV HUB DIV


SAHLI
PROPAM KUM HUMAS INTER TI

SPRIPIM SETUM YANMA

BA BA BA KOR KOR DENSUS


INTEL HARKAM RESKRIM LANTAS BRIMOB 88 AT

LEM PUS PUS PUS PUS


DIKPOL LITBANG KEU DOKES JARAH

POLDA

18
KABARESKRIM

WAKABARESKRIM

UR KEU TAUD

BIRO BIRO BIRO BIRO


KORWAS PPNS WASSIDIK BIN OPS RENMIN

PUS PUS PUS


IKNAS INAFIS LABFOR

DITTIPID DITTIPID DITTIPID DITTIPID DITTIPID


UM EKSUS KOR NARKOBA TER

SUBDIT SUBDIT SUBDIT SUBDIT SUBDIT

19
KAPOLDA

WAKAPOLDA

BID BID BID BID BIRO BIRO BIRO BIRO


IT WASDA
PROPAM HUMAS KUM TI POLRI OPS RENA SDM SARPRAS

SPRIPIM SETUM YANMA

DIT DIT RES DIT RES DIT RES SAT


SPKT
INTEL KRIMUM KRIMSUS NARKOBA BRIMOB

DIT DIT DIT DIT DIT DIT


BIMMAS LANTAS SHABARA OBVIT POL AIR TAHTI

BID BID
SPN
KEU DOKKES

RESTRO RESTRO RESTRO RESTRO RESTRO RESTRO RESTRO


JAKPUS JAKUT JAKBAR JAKSEL JAKTIM BEKASI TANGERANG

RESTA RES PEL RESTA RESTA RESTA RES


DEPOK TG, PRIOK BANDARA BEKASI TANGERANG KEP. SERIBU

POLSEK
20
KAPOLRES

WAKAPOLRES

SI SI SI SI
WAS PROPAM KEU UM

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG


PERS SARPRAS KUM PROGAR DALGAR PERS SARPRAS KUM

SAT SAT SAT


SPK
INTEL RESKRIM NARKOBA

SAT SAT SAT SAT PAM SAT SAT


BIMAS SAHBARA LANTAS OBVIT POL AIR TAHTI

POLSEK

21
Mekanisme hubungan kerja antar komponen dari
unsur-unsur pengemban fungsi dilingkungan
organisasi dengan unsur-unsur pengemban fungsi
dilingkungan Polri atau lembaga pemerintah non
Polri yg dilaksanakan scr sistematis, transparan,
proporsional, koordinatif, sesuai dg ketentuan yg
berlaku guna mencapai tujuan yng diinginkan

 Vertikal
 Horizontal
 Diagonal
 Lintas Sektoral
22
 HUBUNGAN VERTIKAL
Hubungan kerja antara unsur pimpinan dg unsur pengawas dan
pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur
pendukung, dan unsur kewilayahan dari atas kebawah atau
sebaliknya secara berjenjang berdasarkan struktur organisasi,
contoh HTCK Kabareskrim dengan Kapolri
 HUBUNGAN HORIZONTAL
Hubungan kerja antar satuan fungsi dlm rangka koordinasi dan
kelancaran kerja yg bersifat sejajar atau setingkat, contoh HTCK
Itwasum Polri dg Asisten Kapolri, para Divisi Polri dll.
 HUBUNGAN DIAGONAL
Hubungan kerja antar satuan fungsi dlm rangka koordinasi dan
kelancaran kerja dlm bentuk diagonal/lintas unsur, contoh HTCK
unsur pengawas dg unsur pelaksana tugas pokok
 HUBUNGAN LINTAS SEKTORAL
Hubungan kerja antara Polri dg lembaga pemerintah maupun
non pemerintah guna kelancaran pelaksanaan tugas yg bersifat
koordinasi, contoh HTCK Kabareskrim dg kementrian/lembaga
atau instansi lain berbentuk garis koordinasi 23
 Kabareskrim menjabarkan kebijakan, keputusan dan
perintah Kapolri dlm renja penyelenggaraan binfung
Reskrim, Labfor, Pusinafis, Pusiknas, penyidikan,
wassidik, korwas PPNS dan Satgas Khusus yg dibentuk
sesuai perintah Kapolri
 Kabareskrim melaporkan pelaksanaan renja
penyelenggaraan binfung Reskrim kepada Kapolri
 Kabareskrim mengajukan saran dan pertimbangan
dlm rangka binopsnal Bareskrim, koordinasi & kerma
dg instansi terkait maupun Kepolisian Negara Asing
 Kabareskrim melaksaankan tugas lain sesuai perintah
dan petunjuk Kapolri
 Kapolri mengendalikan dan memberikan penilaian
kinerja Kabareskrim
24
 Para Direktur dilingkungan Bareskrim merupakan unsur
pelaksanaan utama Bareskrim, bertanggungjawab
kpd Kabareskrim
 Kabareskrim memberikan perintah dan petunjuk kpd
Direktur sesuai bidang tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya meliputi fungsi :
 Pelaksanaan penyidikan tindak pidana sesuai
bidang tugasnya
 Backup operasional penyidikan kepada satuan
kewilayahan sesuai perintah Kabareskrim
 Perencanaan anggaran, khusus bagi Direktur yang
Direktoratnya merupakan Satker
 Binfung teknik sidik TP sesuai bidang tugasnya
 Pelayanan umum, TU, administrasi dan watpers,
materiil serta urdal dilingkungan Direktorat 25
 Direktur selenggarakan koordinasi dgn unsur Bareskrim
dan atas perintah Kabareskrim dgn tingkat Mabes Polri
maupun kewilayahan dan dgn instansi terkait
 Kabareskrim merupakan atasan Penyidik bagi para
Penyidik di lingkungan Direktorat
 Direktur scr berkala menyajikan laporan rutin maupun
produk penyidikan di tingkat Direktorat yang
diselenggarakan oleh Direktorat di kewilayahan
 Direktorat memberikan backup kpd Penyidik fungsi
Reskrim kewilayahan, PPNS, unsur penegak hukum
lainnya maupun dgn kepolisian negara asing
 Direktur melaksanakan & melaporkan hasil penyidikan
kepada Kabareskrim
 Direktur memberikan saran dan pertimbangan staf kpd
Kabareskrim sesuai bidang tugas & tanggungjawabnya
 Kabareskrim melakukan wasdal serta memberikan
penilaian thd kinerja Direktur
26
 Bareskrim beri bantuan teknis operasional kpd jajaran
fungsi Reskrim kewilayahan atas perintah Kapolri
 Kewilayahan dapat minta bantuan opsnal kpd Kapolri
cq Kabareskrim dg sertakan rincian permintaannya,
apbl diperlukan backup mendesak dpt disampaikan
oleh Kapolda cq Dirreskrim kpd Kabareskrim
 Reskrim kewilayahan melaporkan pelaksanaan ops
gakkum kpd Kabareskrim
 Kabareskrim menyelenggarakan binfung teknis Reskrim
kepada jajaran Reskrim kewilayahan
 Dirreskrim kewilayahan dlm rangka binfung teknis dpt
berhubungan dgn Karo/Kapus/Dir Bareskrim Polri
27
 Dalam binfung teknis Reskrim yg terkait dgn alsus
maupun kemampuan khusus, pengadaannya dpt
dilakukan oleh Direktorat/Pusat/Biro pada Bareskrim
 Bareskrim melakukan pembinaan personil fungsi
Reskrim kewilayahan
 Bareskrim lakukan penelitian & pengkajian dlm rangka
binsis, bantis dan pemeliharaan serta pengembangan
kemampuan dan kekuatan Bareskrim
 Produk-produk Bareskrim sebagai bahan acuan dlm
pembinaan fungsi Reskrim kewilayahan :
 Laporan data kekuatan dan kemampuan serta
kegiatan Reskrim kewilayahan
 Piranti lunak dan hasil penelaahan thd Sismet,
masalah organisasi dan prosedur serta petunjuk lain
sesuai perkembangan kebutuhan tugas, harus
dipedomani oleh Satwil
 Hasil supervisi Bareskrim thd fungsi reskrim wilayah
sebagai bahan perbaikan thd piranti lunak 28
 Dalam rangka penindakan atau pengungkapan
kasus, dimana sasaran yg ingin dicapai memerlukan
kecepatan, maka korespondensi dapat dilaksanakan
langsung antar Direktorat Reskrim Polda dengan
Bareskrim, kmd masing-masing melaporkan kepada
pimpinannya
 Dalam rangka pengawasan penyidikan, Kabareskrim
dapat mengarahkan Dir Reskrim kewilayahan untuk :

 Mengalihkan penyidikan perkara yg ditangani


Reskrim kewilayahan
 Melakukan kerjasama dlm penyidikan perkara
 Melaksanakan gelar perkara
 Melaporkan perkembangan penyidikan perkara

29
 Pengertian yg berkaitan dg FT Reserse
 Salah satu dasar hukum FT Reserse
 Tugas Pokok Reserse
 Fungsi Reserse
 Peranan Reserse

30
31
32
 Pengertian penyelidikan
 Tujuan penyelidikan
 Sasaran penyelidikan
 Pejabat yang berwenang lidik
 Teknik penyelidikan

33
 PENYELIDIKAN
Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang
Kegiatan penyelidikan untuk :
 Mencari dan mengumpulkan informasi utk
mengetahui benar tidaknya terjadi TP
 Mendapatkan ket dan kejelasan ttg saksi
atau tersangka agar dapat disidik
 TINDAK PIDANA
Setiap perbuatan yg diancam hukuman sebagai
kejahatan atau pelanggaran
34
 BUKTI PERMULAAN YG CUKUP
Alat bukti untuk menduga adanya suatu tindak
pidana dg mensyaratkan adanya minimal
Laporan Polisi ditambah salah satu alat bukti dari
Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) atau BAP di TKP
atau BAP saksi/ahli

Pasal 1 butir 5, pasal 4, pasal


5, pasal 9, pasal 102 s/d 105
dan pasal 111 KUHAP

 Diketahuinya tindak pidana baik yg


berasal dari laporan/pengaduan
 BAP di TKP
 BAP saksi dan tersangka
35
 Pasal 4 KUHAP
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara
Republik Indonesia dari pangkat terendah
sampai pangkat tertinggi.
 Wewenang Penyelidik sesuai pasal 5 KUHAP
a. Karena kewajibannya bahwa Penyelidik
berwenang :
 Menerima laporan dan pengaduan
 Mencari keterangan dan barang bukti
 Menyuruh berhenti seorang yg dicurigai
dan memeriksa tanda pengenalnya
36
 Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg
bertanggung jawab dengan syarat :
 Tindakan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan hukum.
 Tindakan tersebut selaras dengan
kewajiban hukum yang mengharuskan
dilakukannya tindakan jabatan.
 Tindakan itu harus patut dan masuk akal
termasuk dalam lingkungan jabatan.
 Tindakan itu atas pertimbangan yang layak
dan keadaan yang memaksa.
 Tindakan itu menghormati HAM.

37
b. Atas perintah Penyidik, Penyelidik
berwenang :

 Melakukan penangkapan, larangan


meninggalkan tempat, menggeledah
dan menyita
 Melakukan pemeriksaan dan
penyitaan surat
 Mengambil sidik jari dan memotret
seseorang
 Membawa dan menghadapkan
seseorang kepada Penyidik

38
 Mendahului guna persiapkan tindakan
penyidikan yg akan dilakukan
 Mencegah pelanggaran HAM
 Mengatasi gunakan upaya paksa dini
 Menghindari kemungkinan timbulnya
resiko tuntutan hukum thd Penyidik
 Membatasi dan mengawasi pelaks
penyelidikan agar dilakukan scr
terbuka

39
 Untuk mencari keterangan dan bukti
guna menentukan suatu peristiwa yg
dilaporkan apakah merupakan
tindak pidana atau bukan
 Melengkapi keterangan dan bukti yg
telah diperoleh agar menjadi jelas
sebelum dilakukan penindakan
 Untuk persiapan penindakan dan
atau pemeriksaan

 Orang
 Benda/barang
 Tempat
40
 Penerimaan laporan dan pengaduan
Penyelidikan dilakukan berdasarkan wewenang yg
diberikan oleh UU khususnya KUHAP, seperti halnya
penerimaan laporan dan pengaduan sbb :
 Menerima laporan dan pengaduan ttg peristiwa yg
diduga tindak pidan dilakukan Sentra Pelayanan
Kepolisian Terpadu (SPKT), kemudian dijadikan sbg
dasar penyelidikan/penyidikan oleh petugas
Reserse
 Dalam hal laporan dan pengaduan ttg peristiwa yg
diduga tindak pidana disampaikan langsung kpd
Reserse, maka laporan dan pengaduan tsb
diperkuat oleh Reserse dg catatan tertentu yg
nilainya sama dg laporan polisi yg dibuat oleh SPK

41
 Meneliti laporan dan pengaduan
 Untuk menentukan dapat atau
tidaknya laporan atau pengaduan
dapat ditindaklanjuti, maka harus
memenuhi unsur-unsur keterangan 7
kah (Siadi demen babi)
 Khusus untuk pengaduan harus
ditambahkan surat pernyataan dari
saksi atau korban atau yang dirugikan
yang berisi permintaan untuk menuntut
pelaku sesuai hukum yang berlaku
(delik aduan)

42
 CARA TERBUKA
Penyelidikan secara terbuka dapat dilakukan
sepanjang dapat menghasilkan keterangan
yang diperlukan, dan pelaksanaannya
menggunakan kewenangan yang diatur
dalam pasal 4 dan 5 KUHAP
Dalam hal ini, petugas polisi wajib untuk
menunjukkan tanda pengenal dan mgunakan
teknis wawancara yang benar (mengandung
unsur 7-kah ”SI-A-DI-DE-MEN-BA-BI”)

43
 CARA TERTUTUP
 Penyelidikan yang belum terjangkau oleh
perumusan dalam KUHAP
 Penambahan teknik penyelidikan FT Reserse
berdasarkan Peraturan Kapolri No 14 Tahun
2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Pidana yaitu :
 Pengolahan TKP
 Pengamatan (Observasi)
 Wawancara (Interview)
 Pembuntutan (Surveilance)
 Penyamaran (Undercover)
 Pelacak (Tracking)
 Penelitian dan Analisa Dokumen

44
 Pengertian penyelidikan
 Tujuan penyelidikan
 Sasaran penyelidikan
 Pejabat yg berwenang lidik
 Teknik penyelidikan

45
46
47
 Pengertian penyidikan
 Tujuan dan prinsip penyidikan
 Penyidikan tindak pidana
 Pemeriksaan TKP
 Pemanggilan saksi dan tersangka
 Penangkapan
 Penahanan
 Penggeledahan
 Penyitaan
 Pemeriksaan
 Penyelesaian berkas perkara
 Penyerahan tersangka & barang bukti

48
 PENYIDIKAN adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu
akan membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
 PENYIDIK adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
 PENYIDIK PEMBANTU adalah Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang tertentu untuk
melakukan penyidikan yang diatur dalam UU (KUHAP)
 PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan
penyidikan tindak pidana sesuai UU yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing di bawah korwas Penyidik Polri.

49
 UPAYA PAKSA adalah kegiatan penindakan dalam penyidikan
tindak pidana berupa pemanggilan, penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaa, dan pemeriksaan.
 PEMANGGILAN adalah salah satu dari upaya utk
menghadirkan seseorang baik saksi, saksi ahli, atau tsk guna
dilakukan pemeriksaan utk memperoleh keterangan, petunjuk
mengenai tindak pidan yg terjadi
 PENANGKAPAN salah satu kegiatan upaya paksa/penindakan
berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, atau peradilan
 PENGGELEDAHAN adalah tindakan Penyidik untuk memasuki
rumah atau tempat tertutup lainnya untuk melakukan
pemeriksaan, atau penyitaan atau penangkapan.
 PENYITAAN adalah tindakan Penyidik untuk mengambil atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam peradilan.
50
 PENAHANAN adalah penempatan tersangka/terdakwa di
tempat tertentu oleh Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim
menurut cara yang diatur oleh UU
 PENANGGUHAN PENAHANAN adalah ditundanya pelaksanaan
penahanan tsk dg atau tanpa jaminan, baik berupa jaminan
uang maupun orang berdasarkan syarat yang ditentukan
Penyidik, apabila syarat tersebut dilanggar tersangka, maka
penahanan akan dilaksanakan
 PEMBANTARAN PENAHANAN adalah menempatkan tahanan
yg sakit di RS untuk rawat inap (opname) dan selama tersangka
diopname masa penahanannya tidak dihitung
 PEMERIKSA adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan pemeriksaan, baik sbg Penyidik/PP
 PEMERIKSAAN adalah kegiatan Penyidik untuk mendapatkan
keterangan, kejelasan, keidentikan tentang saksi, tersangka,
barang bukti maupun unsur pasal pidana yg disangkakan
untuk memperjelas kedudukan/peran seseorang/barang bukti
didalam tindak pidana yang dituangkan dalam BAP
51
 INTEROGASI salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka
penyidikan dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan
maupun tertulis kepada tersangka/saksi guna mendapatkan
keterangan dalam rangka pembuatan BAP
 KONFRONTASI adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam
rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan
lainnya (tersangka dengan tersangka, Saksi dengan saksi,
tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan
persesuaian keterangan masing-masing yang dituangkan
dalam BAP konfrontasi
 REKONSTRUKSI adalah salah satu teknik pemeriksaan dlm
rangka penyidikan, dgn jalan memperagakan kembali tsk cara
melakukan tindak pidana dan atau pengetahuan saksi,
dengan tujuan mendapatkan gambaran yang jelas tentang
terjadinya tindak pidana, untuk menguji kebenaran keterangan
tersangka atau saksi, dengan demikian dapat diketahui benar
tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku.

52
 TARGET OPERASI (TO) adalah suatu sasaran yg ditentukan utk
ditangani, dipenuhi, dan dicapai dalam pelaksanaan tugas
operasional Reserse
 BUKTI YG CUKUP adalah mensyaratkan terdapatnya minimal
2 (dua) alat bukti yg sah yg dpt meyakinkan hakim bahwa
suatu tindak pidan benar-benar telah terjadi dan tersangka
adalah pelakunya
 RESUME adalah kesimpulan akhir dari hasil penyidikan tindak
pidana yg dilakukan dan dituangkan dlm bentuk persyaratan
penulisan tertentu.
 GELAR PERKARA kegiatan gelar terhadap perkara yang sulit
pengungkapannya, utk meneliti tindak pidana yang terjadi,
kedudukan saksi, ahli, tersangka, barang bukti, dan penerapan
pasal yg dipersangkakan, sehingga memberi arah proses
penyidikan yg pasti untk menghindarkan tuntutan terhadap
penyidik, berdasarkan masukan peserta gelar.

53
 PRAPERADILAN ((pasal 77 KUHAP) adalah kewenangan PN utk
memeriksa dan memutuskan perkara, dalam hal :
1) Sah atau tidaknya penangkapan
2) Sah atau tidaknya penahanan
3) Sah atau tidaknya penyidikan
4) Sah atau tidaknya penghentian penuntutan

 KEGIATAN OPERASIONAL KEPOLISIAN


1) GIAT KEPOLISIAN adalah giat rutin dlm bidang penyidikan
tindak pidan yg terjadi sepanjang setahun yg dilaksanakan
melalui komponen-komponen kegiatan penyidikan, yg
meliputi giat penyelidikan, penindakan/upaya paksa,
pemeriksaan dan penyerahan berkas perkara
2) OPS KEPOLISIAN adalah kegiatan khusus di bidang
penyidikan tindak pidana atau gangguan kamtibmas yg
termasuk ke dlm sasaran selektif dgn skala prioritas, dgn
alokasi waktu, anggaran, sasaran dan pengendalian yang
ditentukan secara pasti.

54
Penyidikan bertujuan untuk membuat terang tindak
pidana dan menemukan tersangkanya menurut cara
yang diatur dalam undang-undang sesuai dengan
prinsip dasar Hak Asasi Manusia.

Sesuai PP Nomor 58 Tahun 2010 (perubahan PP No 27/1983)


bahwa Penyidik Polri harus memenuhi persyaratan :
 Berpangkat minimal IPDA dan minimal S.1 atau setara
 Bertugas di fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun
 Mengikuti dan lulus dikbang spesialisasi fungsi reserse
 Sehat jasmani dan rohani
 Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi
 Penyidik diangkat oleh Kapolri
 Wewenang pengangkatan Penyidik dpt dilimpahkan kpd
pejabat Kepolisian Negara RI yang ditunjuk oleh Kapolri
55
 Menerima laporan atau pengaduan ttg tindak pidana
 Melakukan tindakan pertama di TKP
 Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa
tanda pengenalnya
 Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan
 Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
 Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
 Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sbg
saksi atau tersangka
 Mendatangkan ahli untuk kepentingan penyidikan
 Melakukan penghentian penyidikan
 Melakukan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
56
a. LAPORAN POLISI/PENGADUAN
1) LAPORAN POLISI MODEL A
adalah Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota Polri
yang mengalami, mengetahui atau menemukan
langsung peristiwa yang terjadi
2) LAPORAN POLISI MODEL B
adalah Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota Polri
atas laporan/pengaduan yang diterima dari
masyarakat
b. SURAT PERINTAH TUGAS

 Dasar penugasan
 Identitas petugas
 Jenis penugasan
 Lama waktu penugasan
 Pejabat pemberi perintah
57
c. LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN (LHP)
1) LHP dibuat oleh Tim Penyelidik dan ditandatangani oleh
Ketua Tim Penyelidik
2) LHP minimal berisi laporan tentang waktu, tempat
kegiatan, hasil lidik, hambatan, pendapat dan saran
d. SURAT PERINTAH PENYIDIKAN

 Dasar penyidikan
 Identitas petugas tim penyidik
 Jenis perkara yang disidik
 Waktu dimulainya penyidikan
 Identitas penyidik selaku pejabat
pemberi perintah

e. SURAT PEMBERITAHUAN DIMULAINYA PENYIDIKAN (SPDP)


adalah surat pemberitahuan kepada Kepala Kejaksaan
selaku Penuntut Umum tentang dimulainya penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik Polri

58
Penyidikan tindak pidana dilaksanakan berdasarkan LP
dan Sprin Sidik
a. LP yg diterima SPKT atau Siaga Bareskrim Polri dibuat dalam
bentuk LP Model A atau LP Model B
b. Setelah LP dibuat, Penyidik/Penyidik Pembantu yg bertugas
di SPKT/Siaga Bareskrim Polri segera periksa pelapor dalam
bentuk BAP saksi pelapor
c. Kepala SPKT/Kepala Siaga Bareskrim Polri sgr meneruskan LP
dan BAP saksi pelapor kepada:
1) Karobinops Bareskrim utk LP yg diterima di Mabes Polri
2) Dirreskrim Polda utk LP yg diterima di SPKT Polda
3) Kapolres/Wakapolres utk LP yg diterima di SPKT Polres
4) Kapolsek/Wakapolsek utk LP yg diterima di SPKT Polsek

59
d. Laporan Polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor
dapat dilimpahkan ke kesatuan yang lebih rendah atau
sebaliknya dapat ditarik ke kesatuan lebih tinggi (dilihat
dari bobot kasusnya)

 Penyelidikan
 Pengiriman SPDP
 Upaya paksa
 Pemeriksaan
 Gelar perkara
 Penyelesaian berkas perkara
 Penyerahan berkas perkara
 Penyerahan tersangka
 Penghentian penyidikan

60
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 huruf b KUHAP, bahwa Penyidik
berwenang melakukan tindakan pertama di TKP (TPTKP)
TKP merupakan tempat bertemunya antara tsk, bb, dan
korban (bukti segitiga), menurut ahli kriminalistik Jerman
HANZ GROOZ bahwa ”Tidak ada suatu perbuatan yg
sedemikian sempurna yg tidak meninggalkan bekas”

1) Pemanggilan dlm rangka penyidikan tindak pidana utk


menghadirkan dan menghadapkan saksi/tsk kepada
Penyidik/Penyidik Pembantu utk diadakan pemeriksaan
untuk memperoleh ket dan petunjuk mengenai tindak
pidana yg terjadi, selaras dgn asas praduga tak bersalah
dan asas setiap orang berhak memperoleh peradilan
yang seadil-adilnya
61
2) Surat panggilan harus dibuat secara sah, berisi identitas
lengkap orang yang dipanggil, alasan pemanggilan,
waktu harus hadir, kepada siapa harus menghadap dan
uraian perkaranya
3) Surat Panggilan yg sah, yaitu harus ditandatangani oleh
pejabat Penyidik yang berwenang mengeluarkan surat
panggilan.
4) Pertimbangan pembuatan Surat Panggilan thd seseorang
dpt dijadikan saksi karena yg bersangkutan diduga
melihat sendiri, mendengar sendiri, mengalami sendiri,
sedangkan seseorang yang diduga sebagai tersangka
berdasarkan :
a) Laporan Polisi.
b) Pengembangan hasil pemeriksaan yang dituangkan
dalam BAP
c) Laporan hasil penyidikan.

62
 Surat Panggilan diantar oleh Petugas dan ditandatangani
oleh yg dipanggil disertai catatan bhw bersedia hadir
 Apabila tidak bertemu dg yg dipanggil, Surat Panggilan
disampaikan kepada keluarga atau ketua lingkungan
disertai catatan bersedia menyampaikan kpd yg dipanggil
 Apabila yg dipanggil tidak memiliki tempat tinggal tetap, dpt
dilakukan melalui iklan
 Petugas menjelaskan bhw memenuhi panggilan a/ wajib
 Apabila yg dipanggil tidak memenuhi panggilan tanpa
alasan yg sah (patut & wajar) atau menolak tandatangani
Surat Panggilan, maka Penyidik terbitkan Surat Panggilan
ke-2 disertai Surat Perintah Membawa Saksi/Tersangka
 Apabila menolak tandatangani atau tidak memenuhi Surat
Panggilan ke-2, mk diberlakukan Surat Perintah Membawa
 Apabila yg dipanggil tidak memenuhi panggilan dg alasan
yg sah, Penyidik dpt memeriksa ditempat kediamannya
 Apabila yg dipanggil bertempat tinggal diluar daerah hukum
Penyidik, maka dpt minta bantuan Penyidik setempat 63
1) Dasar hukum penangkapan
a) Pasal 5 ayat 1 huruf b angka 1, pasal 7 ayat 2 huruf
d, pasal 11, pasal 16, pasal 17, pasal 18, pasal 19,
pasal 75, pasal 111 KUHAP
2) Yang berwenang mengeluarkan Sprin Kap adalah Kasat
atau Pejabat yg ditunjuk selaku Penyidik atau PP
3) Pertimbangan dikeluarkan Surat Perintah Penangkapan:
a) Laporan Polisi
b) Pengembangan hasil riksa yg dituangkan dlm BAP
c) Lalporan hasil penyelidikan (LHP)
d) Permintaan Polisi Negara anggota ICPO Interpol
e) Permintaan PPNS
4) Sprin Kap ditandatangani oleh Kasat/Pejabat yg ditunjuk
selaku Penyidik/PP, memuat data dasar hukum, nama,
pangkat, nrp dan kesatuan petugas, identitas tsk dst ......
5) Penangkapan dilaksanakan dg tunjukkan Sprin Kap kpd
tsk, berikan Sprin Kap kpd tsk dan keluarganya serta
dibuat BA Kap 64
 Penangkapan dilakukan dengan Sprin Kap, kemudian dibuat
BA Kap dan tembusan diberikan kpd keluarganya
 Terhadap seseorang yg diduga melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yg cukup (pasal 17 KUHAP)
 Jangka waktu penangkapan paling lama 1 hari (pasal 17
KUHAP), kasus tertentu (kasus Narkotika 3x24 jam & dpt
diperpanjang 3x24 jam - psl 76 UU No 35/2009 ttg Narkotika)
 Penyelidik atas perintah Penyidik dapat melakukan
penangkapan (pasal 16 ayat 1 KUHAP)
 Pelaku pelanggaran tdk ditangkap, kecuali 2 kali dipanggil
tidak hadir tanpa alasan yg sah (pasal 19 ayat 2 KUHAP)
 Setelah melakukan penangkapan, Penyidik/PP harus segera
membuat BA penangkapan (pasal 8 dan pasal 75 KUHAP)
 Dalam hal tertangkap tangan, bhw penangkapan tanpa Sprin
Penangkapan dan dapat dilakukan oleh setiap orang
65
1) Dasar Hukum Penahanan
Pasal 7 ayat 1 KUHAP, pasal 20 ayat 1, pasal 21, pasal 22, pasal
23, pasal 24, pasal 29, pasal 30, dan pasal 31 KUHAP, pasal 75
KUHAP, dan pasal 123 KUHAP.
2) Yang berwenang melakukan penahanan adalah Kasatker atau
pejabat yang ditunjuk selaku Penyidik
3) Pertimbangan melakukan penahanan

a) Alasan subyektif
 Akan melarikan diri
 Akan merusak/hilangkan BB
 Akan mengulangi lakukan TP
 Akan pengaruhi/hilangkan saksi
b) Alasan obyektif
 TP diancam pidana 5 th atau lebih
 TP thd pasal tertentu sesuai pasal 21 ayat (4) KUHAP
66
 OLEH PENYIDIK paling lama 20 hari (pasal 24 ayat 1 KUHAP) dan
diperpanjang oleh PU paling lama 40 hari (pasal 24 ayat 2
KUHAP), dapat diperpanjang 2 kali oleh Ketua PN paling lama
masing-masing 30 hari (pasal 29 KUHAP) - Total = 120 hari
 OLEH PU paling lama 20 hari (pasal 25 ayat 1 KUHAP) dan
diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 30 hari
(pasal 25 ayat 2 KUHAP) - Total = 50 hari
 OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI paling lama 30 hari (pasal 26
ayat 1 KUHAP) dan dapat diperpanjang oleh KPN paling lama 60
hari (pasal 26 ayat 2 KUHAP) - Total = 90 hari
 OLEH HAKIM PENGADILAN TINGGI paling lama 30 hari (pasal 27
ayat 1 KUHAP) dan dapat diperpanjang oleh Ketua PT paling lama
60 hari (pasal 27 ayat 2 KUHAP) untuk perkara tingkat banding -
Total = 90 hari
 OLEH HAKIM MAHKAMAH AGUNG (MA) untuk kepentingan kasasi
paling lama 50 hari (pasal 28 ayat 1 KUHAP) dan dapat
diperpanjang oleh Ketua MA paling lama 60 hari (pasal 28 ayat 2
KUHAP) - Total = 110 hari 67
 Penahanan Rutan (Rumah Tahanan Negara)
 Penahanan Rumah
 Penahanan Kota
Bahwa penahanan rumah dan kota sangat
jarang diterapkan karena tidak efektif

 Dikeluarkan demi hukum, krn habis penahanannya


 Penahanan belum habis, karena kepentingan
penyidikan telah terpenuhi, sehingga tersangka dpt
ditangguhkan penahanannya dg syarat subyektif
 Karena putusan Pra Peradilan yg menetapkan bahwa
penahanan tersangka tidak sah, dan tersangka harus
dikeluarkan dari tahanan.
 Karena penghentian penyidikan.
68
 PERKARANYA HRS SEGERA DISIDIK (PSL 122 KUHAP)
 MENGHUBUNGI PENASIHAT HUKUM (PSL 57 AYAT 1 KUHAP)
 UNTUK ORANG ASING, DAPAT HUBUNGI DAN BERBICARA DG
PERWAKILAN NEGARANYA (PSL 57 AYAT 2 KUHAP)
 PEMBERITAHUAN PENAHANAN KPD KELUARGANYA (PSL 59
KUHAP)
 MENGADAKAN HUBUNGAN SURAT MENYURAT DG PENASIHAT
HUKUM & KELUARGANYA (PSL 62 KUHAP)
 MENGHUBUNGI DAN MENERIMA KUNJUNGAN :
 DOKTER PRIBADI (PSL 58 KUHAP)
 KELUARGA/PIHAK LAIN UTK DPT BANTUAN HUKUM (PSL 60 KUHAP)
 SANAK KELUARGA UNTUK URUSAN PEKERJAAN (PSL 63 KUHAP)
 ROHANIAWAN (PSL 63 KUHAP)

69
Dasar hukum
Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, pasal 7 ayat (1) huruf
d, pasal 11, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 36, pasal
37, pasal 75, pasal 125 KUHAP
Penggeledahan dilaksanakan dg Sprin Geledah yg sah
(dittd Kasat/Pejabat yg ditunjuk selaku Penyidik/PP) dg
pertimbangan LP, hasil riksa saksi & tsk maupun LHP

 Rumah/tempat tertutup
 Badan/pakaian
 Sarana angkutan
70
 Penggeledahan rumah/tempat tertutup harus dg
Sprin dan ijin Ketua PN (kecuali dalam keadaan yg
sangat perlu dan mendesak) disaksikan minimal 2
orang saksi & Ketua Lingkungan apbl tsk menolak
 Penggeledahan diluar wilayah hukum Penyidik
harus didampingi oleh Penyidik setempat
 Penggeledahan thd seorang wanita dilakukan oleh
Penyidik Wanita atau minta bantuan tenaga wanita
 Lakukan dengan cara yang benar dan perhatikan
keamanan tsk dan BB
 2 hari setelah melakukan penggeledahan, harus
dibuat BA penggeledahan dan turunannya
diberikan kepada pemilik/penghuni rumah
Keadaan yang sangat perlu dan mendesak adalah
bahwa tempat yg akan digeledah diduga keras
terdpt tsk yg patut dikhawatirkan sgr melarikan diri
atau musnahkan/hilangkan/pindahkan barang bukti
71
 Dasar hukum Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1,
pasal 7 ayat (1) huruf d, KUHAP dst ………
 Penyitaan harus dg Sprin dan ijin Ketua PN dan
disaksikan minimal oleh 2 orang saksi.
 Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak,
Penyidik dpt melakukan penyitaan, namun
terbatas hanya terhadap BENDA BERGERAK, kmd
membuat berita acara penyitaan dan melaporkan
kpd Ketua PN setempat
 Penyitaan benda TIDAK BERGERAK, harus dengan
ijin dari Ketua PN
 Buat tanda terima penyitaan
72
 Benda atau tagihan tersangka yg seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana
atau sebagai hasil dari tindak pidana
 Benda yang digunakan utk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya
 Benda yang digunakan untuk menghalangi
penyidikan tindak pidana
 Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan
melakukan tindak pidana
 Benda lain yang mempunyai hubungan
langsung dg tindak pidana yg dilakukan

73
 Mempunyai kewenangan sbg Penyidik/PP
 Mempunyai pengetahuan KUHAP & per UU
 Mempunyai kemampuan taktik & teknik riksa
 Menguasai materi kasus yang disidik
 Memiliki kepribadian :
 Percaya diri, sabar dan dpt kendalikan diri
 Mampu hadapi orang lain
 Tidak terpengaruh atau sak wasangka
 Mampu menilai obyektif
 Tekun, ulet dan kreatif
74
 Pemeriksa adalah Penyidik/PP yang punya kewenangan
(pasal 6,7,9 &10 KUHAP)
 Dalam hal Penyidik tlh memulai pemeriksaan, wajib
beritahu kpd PU (pasal 109 ayat 2 KUHAP)
 Menanyakan tersangka apakah mengajukan saksi yang
menguntungkan (psl 117 ayat 1 KUHAP)
 Pemeriksaan dilarang menggunakan kekerasan
 Penyidik dpt minta bantuan ahli (pasal 120 & 53 KUHAP)
 Karena alasan yg patut dan wajar, Penyidik dpt memeriksa
saksi atau tsk di tempat kediamannya (pasal 113 KUHAP)
 Penyidik membuat BAP saksi, ahli & tsk (pasal 75 KUHAP)

Pasal 75 ayat (3) KUHAP


Berita Acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat
tsb pada ayat (2) ditandatangani pula oleh semua pihak
yang terlibat dalam tindakan tersebut pada ayat (1)
75
 Segera diperiksa dan diajukan ke PU - 50 (1) KUHAP
 Mendapat penjelasan ttg yg disangkakan - 51 (1) KUHAP
 Memberikan keterangan secara bebas - 52 KUHAP
 Mendapat bantuan juru bahasa - 53 & 177 KUHAP
 Mendapat bantuan hukum - 54 s/d 56 KUHAP)
 Saksi yg menguntungkan - 65 dan 116 KUHAP
 Memberi keterangan tanpa tekanan - 117 (1) KUHAP
 Berhak minta turunan BAP - 72 KUHAP

76
 Juru Bahasa (53, 177 KUHAP)
 Penasihat Hukum (54 - 56 KUHAP)
 Berhak hub & bicara dg Kedubes (57 KUHAP)
 Setiap mindik dan BA yg ditandatangani
tersangka, harus ditandatangani juru bahasa
(pasal 75 ayat (3) KUHAP)
 Beritahukan kap & han ke Kedubes melalui Div
Hubinter

77
1. Pasal 8, 12, 75, 100, 138, 205
dan 212 KUHAP
2. UU No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara RI
3. PP No 58 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan KUHAP
(pengganti PP 27/1983)

78
 Dasar
 Perkara
 Fakta-fakta
 Analisa Yuridis
 Kesimpulan
 Penyusunan berkas
 Pemberkasan
 Jumlah berkas
 Tidak cukup bukti
 Bukan tindak pidana
 Demi hukum
 Tersangka meninggal dunia
 Kedaluwarsa
 Pengaduan dicabut
 Nebis in idem
79
 Pengiriman berkas perkara kepada PU dibuat
tanda terima yang jelas ttg tanggal dan
penerimanya
 JPU diberi waktu 14 hari untuk periksa berkas
perkara
 Apabila dlm waktu 14 hari JPU tidak kembali
kan berkas maka dianggap P21 dan dapat
dilaksanakan tahap 2

 Setelah JPU menyatakan bahwa hasil


penyidikannya sudah lengkap, maka
Penyidik segera serahkan tsk dan BB kpd JPU
80
 Pengertian penyidikan
 Tujuan & prinsip penyidikan
 Kegiatan penyidikan
 Pemeriksaan TKP
 Pemanggilan
 Penangkapan
 Penahanan
 Penggeledahan
 Penyitaan
 Pemeriksaan
 Selra
 Penyerahan tersangka & BB
81
82
83
 Pengertian mindik
 Kelengkapan isi berkas
 Hasil riksa labfor
 Hasil riksa dokpol
 Hasil riksa identifikasi
 Hasil riksa psikologi

84
Administrasi penyidikan adalah segala
kelengkapan administrasi yg diperlukan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh
kegiatan penyidikan meliputi pencatatan,
pelaporan, surat menyurat dan pendataan
untuk menjamin ketertiban, kelancaran,
keamanan dan keseragaman pelaksanaan
administrasi baik utk kepentingan peradilan,
operasional maupun pengawasan

85
 BUKU REGISTER adalah buku yg berisi kolom/lajur
daftar dan catatan tentang segala sesuatu yg
berkaitan dg hal-hal yg ditentukan dalam buku
register tersebut
 DAFTAR adalah tulisan dalam kolom/lajur yg di
maksudkan untuk data tertentu, baik berupa
angka, nama maupun peristiwa
 FORMULIR adalah lembaran kertas yg harus diisi
dan telah tersedia didalamnya ruangan yang
dikosongkan untuk diisi sesuai petunjuk yang
telah ditentukan
 BLANGKO adalah lembaran kertas yg telah di
tentukan bentuk dan sitematikanya, sedangkan
isi, maksud dan kegunaanya tergantung kepada
kebutuhan
86
 KODE SURAT adalah kode yang digunakan untuk
mempermudah pengenalan administrasi yang
berhubungan dengan penyidikan, antara lain kode
surat yang digunakan oleh JPU sbb :
 P14 = usul penghentian penuntutan
 P15 = surat perintah penyerahan perkara
 P16 = surat penunjukan JPU
 P17 = permintaan perkembangan penyidikan
 P18 = pemberitahuan hasil sidik belum lengkap
 P19 = pengembalian berkas perkara & petunjuk
 P20 = hasil penyidikan tambahan
 P21 = hasil penyidikan sudah lengkap
 P29 = surat dakwaan
 P34 = tanda terima barang bukti
 P36 = permintaan bantuan pengawalan/pam sidang
 P38 = permintaan bantuan pemanggilan

87
1. Sampul berkas perkara 14. SPDP
2. Daftar isi berkas perkara 15. Surat panggilan
3. Resume 16. Sprin bawa saksi/tsk
4. Laporan Polisi 17. BA membawa saksi/tsk
5. Sprin penyidikan 18. Surat minta bantuan kap
6. BAP olah TKP 19. Surat setuju/tolak bantu kap
7. BAP saksi/ahli 20. Sprin periksa dirmh saksi/tsk
8. BAP sumpah 21. Sprin tugas
9. BAP tersangka 22. Sprin tangkap
10. BA penolakan ttd 23. Sprin tangkap pelanggar
11. Surat penunjukan PH 24. BA penangkapan
12. BA konfrontasi 25. BA geledah badan/pakaian
13. BA rekonstruksi 26. Sprin bawa/hadapkan tsk
88
27. BA bawa/hadapkan tsk 48. Sprin pengalihan jenis tah
28. Sprin pelepasan tsk 49. BA pengalihan jenis tah
29. BA pelepasan tsk 50. Sprin pembantaran tah
30. BA penerimaan tsk 51. BA pembantaran tah
31. Surat minta bantu tah 52. Sprin penahanan lanjutan
32. Surat setuju/tolak bantu tah 53. BA penahanan lanjutan
33. Sprin tah 54. Sprin pengeluaran tah
34. BA tah 55. BA pengeluaran tah
35. Surat beritahu tah 56. Surat minta ijin geledah
36. Surat minta jang tah ke Kejari 57. Sprin geledah rumah
37. Sprin perpanjangan tah 58. BA geledah rumah
38. BA perpanjangan tah 59. Surat minta persetujuan geledah
39. Surat beritahu jang tah 60. Sprin geledah alat transportasi
40. Surat minta jang tah ke KPN 61. BA geledah alat transportasi
41. Surat mohon tangguhkan tah 62. BA memasuki rumah
42. Sprin penangguhan tah 63. Surat minta ijin sita
43. BA penangguhan tah 65. 64.Sprin sitaTanda terima BB
44. Sprin cabut tangguh tah 66. BA sita
45. BA cabut tangguh tah 67. Surat minta persetujuan sita
46. Sprin pemindahan tempat tah 68. Sprin bungkus/segel BB
47. BA pemindahan tempat tah 69. BA bungkus/segel BB
89
70. Sprin penitipan BB 91. Minta ijin khusus sita ke KPN
71. BA penitipan BB 92. Permintaan serah surat pos
72. Sprin penitipan BB 93. Tanda terima surat
73. BA penitipan BB 94. Sprin pemeriksaan surat
74. Sprin titip/rawat BB 95. BA pemeriksaan surat
75. Ketetapan pengembalian BB 96. Sprin sita surat
76. BA pengembalian BB 97. BA sita surat
77. Surat minta bantu teliti BB 98. Surat minta riksa oleh Ahli
78. Surat minta persetujuan lelang 99. Surat minta Visum et Repertum
79. Permintaan ijin lelang 100. Sket/BA hasil riksa oleh Ahli
80. Ketetapan lelang BB 101. Surat hasil Visum et Repertum
81. BA lelang BB 102. BA tindakan-tindakan lain
82. Sprin sisih BB 103. Fotocopy dokumen bukti
83. BA sisih BB 104. Surat kuasa tsk kpd PH
84. Surat minta bantuan lelang BB 105. Petikan Skep pidana terdahulu
85. Laporan/risalah lelang BB 106. Pemberitahuan henti sidik
86. BA penerimaan hasil lelang BB 107. Daftar saksi
87. Surat ijin pemusnahan BB 108. Daftar tersangka
88. Ketetapan pemusnahan BB 109. Daftar BB
89. Sprin pemusnahan BB
90. BA pemusnahan BB
90
1. Buku Reg LP 15. Buku Reg barang temuan
2. Buku Reg Kejh/langgar 16. Buku Reg cari orang/barang
3. Buku Reg SPDP 17. Buku Reg minta ket Ahli
4. Buku Reg Surat Panggilan 18. Buku Reg terima BP dr PPNS
5. Buku Reg Bawa tsk 19. Jurnal situasi kriminalitas
6. Buku Reg Sprin kap 20. Kartotik kejh/pelanggaran
7. Buku Reg Sprin tah 21. Daftar residivis
8. Buku Reg Sprin dah 22. Sprin Tugas
9. Buku Reg Sprin sita 23. Laporan hasil pelaks tugas
10. Buku Reg Sprin tugas 24. Bukti penitipan barang tah
11. Buku Reg Tahanan 25. Label barang bukti
12. Buku Reg Berkas Perkara 26. DPO dan DPB
13. Buku Epedisi BP 27. Statistik kejahatan
14. Buku Reg Barang bukti

91
Bahwa untuk pengungkapan tindak pidana yang
menggunakan teknologi, diperlukan bantuan
teknis dari Ahli Labfor untuk memeriksa thd benda
bukti mati secara laboratoris kriminalistik, al :
 Kimia forensik
 Biologi forensik
 Fisika forensik
 Balistik forensik
 Metalurgi forensik
 Dokumen forensik
 Uang palsu forensik
 Fotografi forensik
 IT forensik

92
Bahwa untuk pengungkapan tindak pidana yang
berhubungan dengan pemeriksaan badan/tubuh dan
pemeriksaan mayat, diperlukan bantuan teknis dari
Ahli Dokpol forensik untuk menentukan sebab luka,
sebab kematian, saat kematian dll yang dituangkan
dalam bentuk Visum et Repertum

Bahwa untuk pengungkapan tindak pidana yang


berhubungan dengan pengenalan seseorang dpt
dilakukan dg cara identifikasi :
 Sidik jari
 Potret dan pemotretan
 Sinyalemen
 Gigi
93
 Peranan bantuan teknis psikologi dalam
pengungkapan tindak pidana adalah
dengan cara melakukan pemeriksaan
secara psikologis dalam rangka
pendekatan kejiwaan agar korban,
saksi atau tersangka dpt memberikan
keterangan yang benar
 Hasil pemeriksaan psikologi diperlukan
untuk melengkapi berkas perkara dan
dapat digunakan sbg pertimbangan
dalam penuntutan maupun putusan
hakim
94
 Pengertian administrasi penyidikan
 Kelengkapan mindik isi berkas perkara
 Hasil pemeriksaan labfor
 Hasil pemeriksaan kedokteran kepolisian
 Hasil pemeriksaan Identifikasi
 Hasil pemeriksaan psikologi

95
96
97
 Standar mutu pelayanan prima FT Reserse
 Standar mutu pelayanan terima lap & aduan
 Standar mutu pelayanan dalam pemeriksaan
 Standar mutu pelayanan dalam upaya paksa
 Diskresi kepolisian dalam FT Reserse
 Penanganan kasus anak
 Penanganan kasus oleh Penyidik dalam ambil
tindakan tembak ditempat kpd pelaku TP
 Contoh diskresi kepolisian dalam tugas FT Reserse

98
Satuan Reserse berupaya melakukan
pelayanan prima kepada masyarakat,
terutama yang berkaitan dg pelayanan
penyidikan perkara secara :
 Obyektif
 Transparan
 Cepat
 Tepat
 Tuntas
 Akuntable
99
 Memberikan 3S (senyum, sapa, salam)
 Sediakan tempat yg memadai & nyaman
 Menerima laporan dalam waktu 1 menit
 Memfasilitasi pelapor untuk segera dibuat laporan
 Membuat laporan/pengaduan dalam waktu 25 menit
 Memberikan tanda bukti laporan kepada pelapor
 Apabila butuh kecepatan penanganan TKP, berkoord
dg piket fungsi terkait utk segera datangi & olah TKP
 Memfasilitasi korban/pelapor utk dpt perawatan medis
 Apabila membutuhkan Visum, petugas mengantar
korban untuk mendapatkan Visum
 Melakukan koord dg fungsi terkait untuk menindak
lanjuti laporan/pengaduan
 Pelapor/Pengadu tidak dibebani biaya
100
 Memberikan 3S (senyum, sapa, salam)
 Sediakan tempat yg memadai & nyaman
 Memastikan saksi, korban, pelaku siap diperiksa
 Pemeriksaan dg ramah & tidak berbelit-belit
 Tidak memaksakan jawaban
 Memberi waktu untuk istirahat, sesuaikan sikon
 Tidak menunda pemeriksaan (tidak menunggu)
 Memberi kesempatan untuk baca kembali BAP
 Memberikan SP2HP

101
 Pemanggilan hrs dilakukan secara sah yg di ttd oleh
yang berwenang selaku Penyidik yg isinya meliputi :
 Nama jelas yg dipanggil
 Pekerjaan
 Alamat jelas
 Hari, tgl dan jam pemanggilan
 Tempat dan pejabat yg ditemui
 Kepentingan pemanggilan sbg saksi/tsk
 Pasal perkaranya
 Disertai surat pengantar resmi, apabila yg dipanggil
pejabat pemerintah
 Beri tenggang waktu yg cukup kpd yg dipanggil
 Bersampul/amplop dg alamat yg jelas dan dicantum
kan nomor surat panggilan dan cap kesatuan
102
 Penyidikan thd tsk anak yg seharusnya ditahan,
namun dg diskresi kepolisian anak tsb tidak ditahan
tetapi perkara diproses hukum dg pertimbangan :
 Tersangka berstatus pelajar
 Tersangka sadari kesalahannya
 Sudah diselesaikan scr musyawarah
 Dilihat tingkat bahaya yg ditimbulkan
 Tersangka dapat dibina

103
 Aspek positif diskresi kepolisian terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum yaitu :
 Anak terhindar dari hukuman atau pidana, krn
pidana bukan solusi yg baik untuk anak
 Anak terhindar dari cap sbg penjahat
 Anak tidak akan mengulangi tindak pidana, krn
kepolisian hanya 1 kali memberikan diskresi

 Penyidik harus mengambil tindakan tembak ditempat


terhadap pelaku yg perbuatannya akan akibatkan
kematian atau luka berat bagi petugas/orang lain.
Penggunaan senpi hrs dpt dipertanggungjawabkan,
bila pendekatan maksimum sudah dilakukan dan
tidak ada lagi tindakan lain yg dpt ditempuh, mk utk
melindungi nyawa seseorang mengharuskan petugas
Kepolisian melakukan tindakan tembak ditempat.
104
 Harus sesuai dg mekanisme pelaksanaan tembak
ditempat dan protap penggunaan senpi
 Harus membuat laporan atau berita acara sbg
pertanggungjawaban secara hukum
 Petugas memahami prinsip penegakan hukum
legalitas, nesesitas dan proporsionalitas
 Sebelum menggunakan senpi, petugas hrs beri
peringatan yg jelas dengan cara :
 Menyebutkan dirinya sbg anggota Polri yang
sedang bertugas
 Memberikan peringatan dg ucapan scr jelas
dan tegas kpd sasaran utk berhenti, angkat
tangan atau letakkan senjata serta beri waktu
yg cukup agar peringatan dipatuhi
105
 Dalam keadaan yg sangat mendesak,
dimana penundaan waktu diperkirakan dapat
mengakibatkan kematian atau luka berat
bagi petugas atau orang lain, maka
peringatan sebelumnya tidak perlu dilakukan
 Memberikan tembakan peringatan, apanila
tindakan tsk dpt dapat mengakibatkan
kematian atau luka berat bagi petugas atau
orang lain dan tidak bersifat segera, dapat
dilakukan tembakan peringatan
 Tembakan peringatan dilakukan dengan per
timbangan yg aman, beralasan dan masuk
akal untuk menghentikan tindakan tsk, serta
tidak menimbulkan ancaman bahaya bagi
petugas atau orang disekitarnya

106
 Tembakan peringatan hanya dilepaskan ke
udara atau ke tanah dengan kehati-hatian yg
tinggi apabila alternatif lain sudah dilakukan
namun tidak berhasil, sedangkan tujuannya :
 Untuk menurunkan moril pelaku kejahatan
atau tersangka yg akan menyerang
petugas Polri atau masyarakat
 Untuk memberikan peringatan sebelum
tembakan diarahkan kepada pelaku
kejahatan atau tersangka
 Tembakan peringatan tidak diperlukan
ketika menangani bahaya ancaman yang
dapat menimbulkan luka berat atau
kematian yang bersifat segera, sehingga
tidak memungkinkan untuk dilakukan
tembakan peringatan
107
 Penggunaan kekuatan dg kendali senpi dilakukan
ketika petugas Kepolisian tidak memiliki alternatif lain
yg beralasan & masuk akal untuk hentikan tindakan
perbuatan pelaku kejahatan
 Penggunaan tindakan tembak ditempat dapat
dilakukan apabila tersangka melarikan diri dan
penggunaan senpi merupakan upaya terakhir untuk
hentikan tindakan tersangka
 Dalam hal nyawa masyarakat/petugas Kepolisian
terancam saat berhadapan dengan tersangka, maka
petugas Kepolisian dapat melakukan tindakan
tembak ditempat thd tersangka merupakan langkah
terakhir

108
 Tindakan atau cara-cara tanpa kekerasan harus
diusahakan terlebih dahulu
 Tindakan kekerasan hanya diterapkan apabila
sangat diperlukan
 Tindakan kekerasan hanya diterapkan untuk
penegakan hukum yang sah
 Tidak ada pengecualian atau alasan apapun yg di
perbolehkan menggunakan kekerasan yang tidak
berdasarkan hukum
 Penggunaan kekuatan dan penerapan tindakan
keras harus dilakukan secara proporsional sesuai
dengan tujuan hukum
 Penggunaan kekuatan, senjata atau alat dalam
tindakan keras harus berimbang dengan ancaman
yang dihadapi
 Harus ada pembatasan dalam penggunaan senjata
atau alat dalam penerapan tindakan keras
109
 Minimalisir kerusakan dan luka akibat penggunaan
atau tindakan keras
 Pemberlakuan tembak ditempat terhadap tersangka
oleh petugas Kepolisian dapat dilakukan untuk :
 Dalam hal menghadapi keadaan luar biasa
 Membela diri dari ancaman kematian/luka berat
 Membela orang lain dr ancaman kematian/luka berat
 Mencegah terjadinya kejahatan berat atau
mengancam jiwa orang
 Menahan, mencegah atau hentikan seseorang yg
sedang atau akan melakukan tindakan yg sangat
membahayakan jiwa
 Menangani situasi yg bahayakan jiwa, karena
langkah-langkah yg lebih lunak tidak cukup
 Penggunaan senpi oleh petugas Kepolisian hanya
boleh dilakukan demi lindungi nyawa petugas
Kepolisian atau orang lain yg berhadapan langsung
dengan pelaku kejahatan
110
Contoh-contoh kasus pengambilan tindakan
kepolisian yang bertanggungjawab pada
fungsi teknis Reserse Kriminal, perlu
dikembangkan dan diberikan oleh Pendidik
kepada peserta didik sesuai kejadian yang
terjadi di lapangan/kewilayahan pada
pelaksanaan tugas fungsi Reserse Kriminal
dimana penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan

111
 Standar mutu pelayanan prima FT Reserse
 Standar mutu pelayanan prima dalam
menerima laporan atau pengaduan
 Standar mutu dalam tugas pemeriksaan
 Standar mutu dalam tugas upaya paksa
 Diskresi Kepolisian dlm tugas FT Reserse
 Penanganan kasus anak yg hadapi hukum
 Tindakan tembak ditempat thd tersangka
 Contoh diskresi kepolisian dlm FT Reserse

112
113
114
 Korwas dan bin Penyidik Polri thd PPNS
 Tugas dan wewenang Penyidik Polri & PPNS
 Koordinasi terhadap PPNS
 Pengawasan terhadap PPNS
 Pembinaan terhadap PPNS

115
 PENYIDIK PENGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
berdasarkan Undang-Undang ditunjuk selaku
Penyidik dan mempunyai wewenang untuk
melakukan penyidikan dalam lingkup Undang
Undang yang menjadi dasar hukum masing2
 KOORDINASI
Suatu bentuk hubungan kerja antara Penyidik Polri
dengan PPNS dalam melakukan penyidikan tindak
pidana tertentu yang menjadi dasar hukumnya,
sesuai sendi-sendi hubungan fungsional
 PENGAWASAN
Proses penilikan & pengarahan thd pelaksanaan
penyidikan oleh PPNS untuk menjamin agar seluruh
kegiatan penyidikannya sesuai per UU

116
 PEMBINAAN TEKNIS
Proses kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna
dan berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan
PPNS dibidang teknis dan taktis penyidikan
 BANTUAN PENYIDIKAN
Bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kepada
PPNS berupa teknis, taktis dan upaya paksa serta
konsultasi penyidikan
 BANTUAN TEKNIS
Bantuan pemeriksaan ahli dalam rangka pembuktian
secara ilmiah (Scientific Crime Investigation)
 BANTUAN TAKTIS
Bantuan personil Polri dan peralatan Polri untuk
mendukung penyidikan oleh PPNS
 BANTUAN UPAYA PAKSA
Bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kpd PPNS
berupa kegiatan penindakan dalam rangka
penyidikan oleh PPNS
117
 Penyidik karena kewajibannya mempunyai
wewenang sebagaimana diatur dlm per UU
 Dalam melaksanakan kewenangan, Penyidik
bertugas melakukan koordinasi, pengawasan dan
pembinaan penyidikan yg dilakukan oleh PPNS
 Korwas dan pembinaan penyidikan dilaks oleh :
 Pengemban fungsi Korwas PPNS Mabes Polri
 Pengemban fungsi Korwas PPNS Polda
 Pengemban fungsi Korwas PPNS Polres

PPNS mempunyai wewenang sebagaimana diatur dlm


per UU yang menjadi dasar hukumnya dan dlm
pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi,
pengawasan dan pembinaan Penyidik Polri
118
 Dilaksanakan dengan cara :
 Lisan sebelum dibuat SPDP
 Menerima SPDP dan lampirannya dari PPNS
 Meneliti SPDP dan lampirannya bersama PPNS
 Menyusun rencana oenyidikan bersama PPNS
 Bantuan teknis dlm penyidikan oleh PPNS
 Pemeriksaan Labfor
 Pemeriksaan Identifikasi
 Pemeriksaan Psikologi
 Bantuan Penyidik
 Bantuan peralatan
 Bantuan pengerahan kekuatan

119
 Bantuan upaya paksa
 Pemanggilan
 Perintah membawa saksi/tersangka
 Penangkapan
 Penahanan
 Penggeledahan
 Penyitaan
 Bantuan konsultasi
 Teknis dan taktik penyelidikan
 Teknis dan taktik penindakan
 Teknis pemeriksaan
 Petunjuk administrasi penyidikan
 Petunjuk aspek yuridis
 Teknis selra dan rahra kepada PU
 Teknis penyerahan tsk dan BB kepada PU
 Teknis pembuatan statistik kriminal

120
Meliputi pemeriksaan :
 Fisika forensik
 Kimia dan Biologi forensik
 Dokumen dan uang palsu forensik
 Balistik dan Metalurgi forensik
Permohonan pemeriksaan Labfor diajukan secara tertulis
kpd Kapuslabfor melalui pengemban fungsi Korwas PPNS
dg menjelaskan maksud/tujuannya dan melampirkan :
 Laporan kejadian
 Lamporan kemajuan/Resume
 BA penemuan, penyitaan, penyisihan dan segel BB

121
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas Identifikasi
Polri meliputi :
 Sidik jari
 Sinyalemen
 Pembuatan foto TKP, BB dan tersangka
 Sketsa wajah
 Foto rekonstruksi

Pemeriksaan psikologi meliputi motivasi melakukan


tindak pidana dan profil psikologi saksi/tersangka,
sedangkan yang melakukan pemeriksaan psikologi
adalah petugas psikologi Polri

122
BANTUAN PEMANGGILAN
Terhadap saksi/tersangka berada diluar wilayah
hukum kewenangan PPNS maupun berada di luar
negeri, berdasarkan permintaan PPNS

 Berdasarkan permintaan PPNS


 Penyidik pelajari permintaan bantuan dari PPNS
untuk mempertimbangkan perlu tidaknya diberikan
bantuan penangkapan
 Apabila Penyidik menyetujui permintaan, kemudian
memberi bantuan penangkapan dan dalam
pelaksanaannya berkoordinasi dengan PPNS
 Setelah menangkap kemudian diserahkan kpd
PPNS dan Penyidik memberitahukan penangkapan
tsb kepada keluarga tersangka atau PH
123
 Berdasarkan permintaan PPNS
 Penyidik pelajari permintaan bantuan dari PPNS utk
pertimbangkan perlu tidaknya tsk ditahan
 Apabila Penyidik menyetujui permintaan, kemudian
Penyidik menerbitkan administrasi penahanan dan
menyerahkan kepada PPNS
 Tenggang waktu PPNS mengajukan permohonan kepada
Penyidik yg terkait dg penahanan sbb :
 7 hari sebelum habis penahanan (perpanjangan)
 2 hari sebelum dibantaran penahanannya
 3 hari sebelum ditangguhkan penahanannya
 3 hari sebelum dialihkan penahannya
 3 hari sebelum pengeluaran tahanan
Permintaan bantuan geledah, sita & penghentian penyidikan
pada dasarnya hampir sama dengan permintaan bantuan
yang lainnya
124
Penyidik melakukan pengawasan terhadap penyidikan
oleh PPNS, melalui kegiatan :
 Hadir dan beri petunjuk dalam gelar perkara oleh PPNS
 Meneliti lapju hasil penyidikan oleh PPNS
 Bersama PPNS meneliti berkas perkara
 Melakukan supervisi bersama ke jajaran PPNS
 Menganalisis dan mengevaluasi penyidikan oleh PPNS
Gelar perkara bertujuan untuk :
 Menentukan tindak pidana atau bukan
 Menentukan pasal yang disangkakan
 Menyusun rencana penyidikan
 Mengetahui perkembangan penyidikan
 Melengkapi alat bukti
 Menyempurnakan proses penyidikan
 Menganalisis scr yuridis utk pemenuhan unsur pidana
 Mengetahui kelengkapan mindik dan isi berkas perkara
125
Penyidik wajib melakukan pembinaan terhadap PPNS
di tingkat Mabes Polri dan Polda , melalui kegiatan :
 Pendidikan dan latihan
 Peningkatan kemampuan
 Seminar
 Koordinasi ttg persyaratan calon PPNS
 Koordinasi ttg narasumber/tenaga pengajar calon PPNS
 Rekomendasi calon PPNS diterbitkan oleh Kapolri yang
dapat diintegrasikan kepada Kabareskrim Polri, setelah
dinyatakan lulus diklat
 Rekomendasi disampaikan kepada Menkumham untuk
diterbitkan Skep pengangkatan PPNS

126
 Pengetian yg berkaitan dg korwas PPNS
 Tugas dan wewenang Penyidik Polri & PPNS
 Koordinasi terhadap PPNS
 Pengawasan terhadap PPNS
 Pembinaan terhadap PPNS

127
128

Anda mungkin juga menyukai