1
1. HAKEKAT FT RESERSE : 4 JP
2. PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA : 6 JP
3. PENYIDIKAN TINDAK PIDANA : 10 JP
4. MINDIK & BANTUAN TEKNIS : 4 JP
5. PELAYANAN PRIMA & DISKRESI : 6 JP
6. KORWAS & BIN SIDIK PPNS : ? JP
2
3
Pengertian FT Reserse
Dasar Hukum FT Reserse
Tugas Pokok Reserse
Fungsi Reserse
Peranan Reserse
4
RESERSE
Reserse berasal kata Rechercheur (bahasa
Belanda) yang dapat diartikan :
Mencari informasi yang rahasia
Polisi rahasia
Polisi rahasia pengusut
Melakukan investigasi kejahatan
Police Detective = Rechercheur bij de Politie
Reserse adalah Polisi yg bertugas melakukan
kegiatan rahasia (penyelidikan dan penyidikan)
untuk mencari dan mengumpulkan informasi
maupun bukti dalam rangka investigasi untuk
mengungkap suatu kejahatan guna menemukan
tersangkanya.
5
PENYELIDIK
Pejabat kepolisian negara RepubIik Indonesia
yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan
penyelidikan.
PENYELIDIKAN
Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang
PENYIDIK
Pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat PPNS tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan.
6
PENYIDIKAN
Serangkaian tindakan penyidik untuk mencari
dan mengumpulkan bukti untuk membuat
terang tindak pidana yang terjadi guna
menemukan tersangkanya.
TERSANGKA
Seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya, berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
SAKSI
Seseorang yg dpt memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan ttg suatu perkara
pidana yg ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri.
PENASIHAT HUKUM
Seseorang yang memenuhi syarat yg ditentukan
oleh atau berdasarkan undang-undang untuk
memberi bantuan hukum.
7
LAPORAN
pemberitahuan yg disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan UU kpd
pejabat yg berwenang ttg telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
PENGADUAN
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang
untuk menindak menurut hukum, seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan (delik aduan) yang
merugikannya.
KETERANGAN SAKSI
Salah satu alat bukti dalam perkara pidana yg
berupa keterangan saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri & alami sendiri dg menyebut alasannya
8
KETERANGAN AHLI
Keterangan yg diberikan oleh seorang yg memiliki
keahlian khusus ttg hal yg diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
KETERANGAN ANAK
Keterangan yang diberikan oleh seorang anak ttg hal
yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
PENANGKAPAN
Tindakan Penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka, apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan sidik.
9
TERTANGKAP TANGAN
Tertangkapnya seorang pd waktu sdg lakukan tindak
pidana, atau dg segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang
melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yg diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu.
PENGGELEDAHAN RUMAH
Tindakan Penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya utk lakukan
melakukan tindakan pemeriksaan dan/penyitaan
dan/penangkapan.
PENYITAAN
Tindakan Penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda
bergerak/tidak bergerak, berwujud/tidak berwujud
utk kepentingan pembuktian dalam penyidikan.
10
Undang-Undang RI Nomor 8/1981 tentang
KUHAP
Undang-Undang RI Nomor 2/2002 tentang
Kepolisian Negara RI
Peraturan Kapolri Nomor 14/2012 tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Peraturan Kabareskrim Polri Nomor : 1, 2, 3
dan 4 Tahun 2014 tentang SOP perencana
an, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan
11
Penyelidikan
Penyidikan berdasarkan
Korwas PPNS KUHAP & per UU
14
Sebagai Penyidik
Pasal 7 ayat 1 UU No 8/1981 ttg KUHAP dan pasal 16 UU
RI No 2/2002 ttg Kepolisian Negara RI, bahwa Tugas
penyidikan banyak menyentuh hak asasi manusia,
seperti halnya dgn kegiatan penindakan sbb :
pemanggilan,
penangkapan,
penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan.
Semua kegiatan tersebut pada dasarnya membatasi
hak kebebasan seseorang, yang apabila dilakukan
penyimpangan dari ketentuan hukum yang ada,
dapat menimbulkan akibat hukum terhadap Penyidik.
Menurut PP No 58/2010 ttg perubahan atas PP No
27/1983 menetapkan bhw Penyidik adalah Pejabat
Kepolisian Negara RI yang sekurang-kurangnya
berpangkat IPDA dan S.I
15
Sebagai korwas PPNS
Dalam pasal 7 ayat 2 KUHAP menyatakan
bahwa PPNS mempunyai wewenang khusus
sesuai undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada dibawah
koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri
16
17
KAPOLRI
WAKAPOLRI
POLDA
18
KABARESKRIM
WAKABARESKRIM
UR KEU TAUD
19
KAPOLDA
WAKAPOLDA
BID BID
SPN
KEU DOKKES
POLSEK
20
KAPOLRES
WAKAPOLRES
SI SI SI SI
WAS PROPAM KEU UM
POLSEK
21
Mekanisme hubungan kerja antar komponen dari
unsur-unsur pengemban fungsi dilingkungan
organisasi dengan unsur-unsur pengemban fungsi
dilingkungan Polri atau lembaga pemerintah non
Polri yg dilaksanakan scr sistematis, transparan,
proporsional, koordinatif, sesuai dg ketentuan yg
berlaku guna mencapai tujuan yng diinginkan
Vertikal
Horizontal
Diagonal
Lintas Sektoral
22
HUBUNGAN VERTIKAL
Hubungan kerja antara unsur pimpinan dg unsur pengawas dan
pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur
pendukung, dan unsur kewilayahan dari atas kebawah atau
sebaliknya secara berjenjang berdasarkan struktur organisasi,
contoh HTCK Kabareskrim dengan Kapolri
HUBUNGAN HORIZONTAL
Hubungan kerja antar satuan fungsi dlm rangka koordinasi dan
kelancaran kerja yg bersifat sejajar atau setingkat, contoh HTCK
Itwasum Polri dg Asisten Kapolri, para Divisi Polri dll.
HUBUNGAN DIAGONAL
Hubungan kerja antar satuan fungsi dlm rangka koordinasi dan
kelancaran kerja dlm bentuk diagonal/lintas unsur, contoh HTCK
unsur pengawas dg unsur pelaksana tugas pokok
HUBUNGAN LINTAS SEKTORAL
Hubungan kerja antara Polri dg lembaga pemerintah maupun
non pemerintah guna kelancaran pelaksanaan tugas yg bersifat
koordinasi, contoh HTCK Kabareskrim dg kementrian/lembaga
atau instansi lain berbentuk garis koordinasi 23
Kabareskrim menjabarkan kebijakan, keputusan dan
perintah Kapolri dlm renja penyelenggaraan binfung
Reskrim, Labfor, Pusinafis, Pusiknas, penyidikan,
wassidik, korwas PPNS dan Satgas Khusus yg dibentuk
sesuai perintah Kapolri
Kabareskrim melaporkan pelaksanaan renja
penyelenggaraan binfung Reskrim kepada Kapolri
Kabareskrim mengajukan saran dan pertimbangan
dlm rangka binopsnal Bareskrim, koordinasi & kerma
dg instansi terkait maupun Kepolisian Negara Asing
Kabareskrim melaksaankan tugas lain sesuai perintah
dan petunjuk Kapolri
Kapolri mengendalikan dan memberikan penilaian
kinerja Kabareskrim
24
Para Direktur dilingkungan Bareskrim merupakan unsur
pelaksanaan utama Bareskrim, bertanggungjawab
kpd Kabareskrim
Kabareskrim memberikan perintah dan petunjuk kpd
Direktur sesuai bidang tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya meliputi fungsi :
Pelaksanaan penyidikan tindak pidana sesuai
bidang tugasnya
Backup operasional penyidikan kepada satuan
kewilayahan sesuai perintah Kabareskrim
Perencanaan anggaran, khusus bagi Direktur yang
Direktoratnya merupakan Satker
Binfung teknik sidik TP sesuai bidang tugasnya
Pelayanan umum, TU, administrasi dan watpers,
materiil serta urdal dilingkungan Direktorat 25
Direktur selenggarakan koordinasi dgn unsur Bareskrim
dan atas perintah Kabareskrim dgn tingkat Mabes Polri
maupun kewilayahan dan dgn instansi terkait
Kabareskrim merupakan atasan Penyidik bagi para
Penyidik di lingkungan Direktorat
Direktur scr berkala menyajikan laporan rutin maupun
produk penyidikan di tingkat Direktorat yang
diselenggarakan oleh Direktorat di kewilayahan
Direktorat memberikan backup kpd Penyidik fungsi
Reskrim kewilayahan, PPNS, unsur penegak hukum
lainnya maupun dgn kepolisian negara asing
Direktur melaksanakan & melaporkan hasil penyidikan
kepada Kabareskrim
Direktur memberikan saran dan pertimbangan staf kpd
Kabareskrim sesuai bidang tugas & tanggungjawabnya
Kabareskrim melakukan wasdal serta memberikan
penilaian thd kinerja Direktur
26
Bareskrim beri bantuan teknis operasional kpd jajaran
fungsi Reskrim kewilayahan atas perintah Kapolri
Kewilayahan dapat minta bantuan opsnal kpd Kapolri
cq Kabareskrim dg sertakan rincian permintaannya,
apbl diperlukan backup mendesak dpt disampaikan
oleh Kapolda cq Dirreskrim kpd Kabareskrim
Reskrim kewilayahan melaporkan pelaksanaan ops
gakkum kpd Kabareskrim
Kabareskrim menyelenggarakan binfung teknis Reskrim
kepada jajaran Reskrim kewilayahan
Dirreskrim kewilayahan dlm rangka binfung teknis dpt
berhubungan dgn Karo/Kapus/Dir Bareskrim Polri
27
Dalam binfung teknis Reskrim yg terkait dgn alsus
maupun kemampuan khusus, pengadaannya dpt
dilakukan oleh Direktorat/Pusat/Biro pada Bareskrim
Bareskrim melakukan pembinaan personil fungsi
Reskrim kewilayahan
Bareskrim lakukan penelitian & pengkajian dlm rangka
binsis, bantis dan pemeliharaan serta pengembangan
kemampuan dan kekuatan Bareskrim
Produk-produk Bareskrim sebagai bahan acuan dlm
pembinaan fungsi Reskrim kewilayahan :
Laporan data kekuatan dan kemampuan serta
kegiatan Reskrim kewilayahan
Piranti lunak dan hasil penelaahan thd Sismet,
masalah organisasi dan prosedur serta petunjuk lain
sesuai perkembangan kebutuhan tugas, harus
dipedomani oleh Satwil
Hasil supervisi Bareskrim thd fungsi reskrim wilayah
sebagai bahan perbaikan thd piranti lunak 28
Dalam rangka penindakan atau pengungkapan
kasus, dimana sasaran yg ingin dicapai memerlukan
kecepatan, maka korespondensi dapat dilaksanakan
langsung antar Direktorat Reskrim Polda dengan
Bareskrim, kmd masing-masing melaporkan kepada
pimpinannya
Dalam rangka pengawasan penyidikan, Kabareskrim
dapat mengarahkan Dir Reskrim kewilayahan untuk :
29
Pengertian yg berkaitan dg FT Reserse
Salah satu dasar hukum FT Reserse
Tugas Pokok Reserse
Fungsi Reserse
Peranan Reserse
30
31
32
Pengertian penyelidikan
Tujuan penyelidikan
Sasaran penyelidikan
Pejabat yang berwenang lidik
Teknik penyelidikan
33
PENYELIDIKAN
Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang
Kegiatan penyelidikan untuk :
Mencari dan mengumpulkan informasi utk
mengetahui benar tidaknya terjadi TP
Mendapatkan ket dan kejelasan ttg saksi
atau tersangka agar dapat disidik
TINDAK PIDANA
Setiap perbuatan yg diancam hukuman sebagai
kejahatan atau pelanggaran
34
BUKTI PERMULAAN YG CUKUP
Alat bukti untuk menduga adanya suatu tindak
pidana dg mensyaratkan adanya minimal
Laporan Polisi ditambah salah satu alat bukti dari
Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) atau BAP di TKP
atau BAP saksi/ahli
37
b. Atas perintah Penyidik, Penyelidik
berwenang :
38
Mendahului guna persiapkan tindakan
penyidikan yg akan dilakukan
Mencegah pelanggaran HAM
Mengatasi gunakan upaya paksa dini
Menghindari kemungkinan timbulnya
resiko tuntutan hukum thd Penyidik
Membatasi dan mengawasi pelaks
penyelidikan agar dilakukan scr
terbuka
39
Untuk mencari keterangan dan bukti
guna menentukan suatu peristiwa yg
dilaporkan apakah merupakan
tindak pidana atau bukan
Melengkapi keterangan dan bukti yg
telah diperoleh agar menjadi jelas
sebelum dilakukan penindakan
Untuk persiapan penindakan dan
atau pemeriksaan
Orang
Benda/barang
Tempat
40
Penerimaan laporan dan pengaduan
Penyelidikan dilakukan berdasarkan wewenang yg
diberikan oleh UU khususnya KUHAP, seperti halnya
penerimaan laporan dan pengaduan sbb :
Menerima laporan dan pengaduan ttg peristiwa yg
diduga tindak pidan dilakukan Sentra Pelayanan
Kepolisian Terpadu (SPKT), kemudian dijadikan sbg
dasar penyelidikan/penyidikan oleh petugas
Reserse
Dalam hal laporan dan pengaduan ttg peristiwa yg
diduga tindak pidana disampaikan langsung kpd
Reserse, maka laporan dan pengaduan tsb
diperkuat oleh Reserse dg catatan tertentu yg
nilainya sama dg laporan polisi yg dibuat oleh SPK
41
Meneliti laporan dan pengaduan
Untuk menentukan dapat atau
tidaknya laporan atau pengaduan
dapat ditindaklanjuti, maka harus
memenuhi unsur-unsur keterangan 7
kah (Siadi demen babi)
Khusus untuk pengaduan harus
ditambahkan surat pernyataan dari
saksi atau korban atau yang dirugikan
yang berisi permintaan untuk menuntut
pelaku sesuai hukum yang berlaku
(delik aduan)
42
CARA TERBUKA
Penyelidikan secara terbuka dapat dilakukan
sepanjang dapat menghasilkan keterangan
yang diperlukan, dan pelaksanaannya
menggunakan kewenangan yang diatur
dalam pasal 4 dan 5 KUHAP
Dalam hal ini, petugas polisi wajib untuk
menunjukkan tanda pengenal dan mgunakan
teknis wawancara yang benar (mengandung
unsur 7-kah ”SI-A-DI-DE-MEN-BA-BI”)
43
CARA TERTUTUP
Penyelidikan yang belum terjangkau oleh
perumusan dalam KUHAP
Penambahan teknik penyelidikan FT Reserse
berdasarkan Peraturan Kapolri No 14 Tahun
2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Pidana yaitu :
Pengolahan TKP
Pengamatan (Observasi)
Wawancara (Interview)
Pembuntutan (Surveilance)
Penyamaran (Undercover)
Pelacak (Tracking)
Penelitian dan Analisa Dokumen
44
Pengertian penyelidikan
Tujuan penyelidikan
Sasaran penyelidikan
Pejabat yg berwenang lidik
Teknik penyelidikan
45
46
47
Pengertian penyidikan
Tujuan dan prinsip penyidikan
Penyidikan tindak pidana
Pemeriksaan TKP
Pemanggilan saksi dan tersangka
Penangkapan
Penahanan
Penggeledahan
Penyitaan
Pemeriksaan
Penyelesaian berkas perkara
Penyerahan tersangka & barang bukti
48
PENYIDIKAN adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu
akan membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
PENYIDIK adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
PENYIDIK PEMBANTU adalah Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang tertentu untuk
melakukan penyidikan yang diatur dalam UU (KUHAP)
PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan
penyidikan tindak pidana sesuai UU yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing di bawah korwas Penyidik Polri.
49
UPAYA PAKSA adalah kegiatan penindakan dalam penyidikan
tindak pidana berupa pemanggilan, penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaa, dan pemeriksaan.
PEMANGGILAN adalah salah satu dari upaya utk
menghadirkan seseorang baik saksi, saksi ahli, atau tsk guna
dilakukan pemeriksaan utk memperoleh keterangan, petunjuk
mengenai tindak pidan yg terjadi
PENANGKAPAN salah satu kegiatan upaya paksa/penindakan
berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, atau peradilan
PENGGELEDAHAN adalah tindakan Penyidik untuk memasuki
rumah atau tempat tertutup lainnya untuk melakukan
pemeriksaan, atau penyitaan atau penangkapan.
PENYITAAN adalah tindakan Penyidik untuk mengambil atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam peradilan.
50
PENAHANAN adalah penempatan tersangka/terdakwa di
tempat tertentu oleh Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim
menurut cara yang diatur oleh UU
PENANGGUHAN PENAHANAN adalah ditundanya pelaksanaan
penahanan tsk dg atau tanpa jaminan, baik berupa jaminan
uang maupun orang berdasarkan syarat yang ditentukan
Penyidik, apabila syarat tersebut dilanggar tersangka, maka
penahanan akan dilaksanakan
PEMBANTARAN PENAHANAN adalah menempatkan tahanan
yg sakit di RS untuk rawat inap (opname) dan selama tersangka
diopname masa penahanannya tidak dihitung
PEMERIKSA adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
untuk melakukan pemeriksaan, baik sbg Penyidik/PP
PEMERIKSAAN adalah kegiatan Penyidik untuk mendapatkan
keterangan, kejelasan, keidentikan tentang saksi, tersangka,
barang bukti maupun unsur pasal pidana yg disangkakan
untuk memperjelas kedudukan/peran seseorang/barang bukti
didalam tindak pidana yang dituangkan dalam BAP
51
INTEROGASI salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka
penyidikan dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan
maupun tertulis kepada tersangka/saksi guna mendapatkan
keterangan dalam rangka pembuatan BAP
KONFRONTASI adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam
rangka penyidikan dengan cara mempertemukan satu dengan
lainnya (tersangka dengan tersangka, Saksi dengan saksi,
tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan
persesuaian keterangan masing-masing yang dituangkan
dalam BAP konfrontasi
REKONSTRUKSI adalah salah satu teknik pemeriksaan dlm
rangka penyidikan, dgn jalan memperagakan kembali tsk cara
melakukan tindak pidana dan atau pengetahuan saksi,
dengan tujuan mendapatkan gambaran yang jelas tentang
terjadinya tindak pidana, untuk menguji kebenaran keterangan
tersangka atau saksi, dengan demikian dapat diketahui benar
tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku.
52
TARGET OPERASI (TO) adalah suatu sasaran yg ditentukan utk
ditangani, dipenuhi, dan dicapai dalam pelaksanaan tugas
operasional Reserse
BUKTI YG CUKUP adalah mensyaratkan terdapatnya minimal
2 (dua) alat bukti yg sah yg dpt meyakinkan hakim bahwa
suatu tindak pidan benar-benar telah terjadi dan tersangka
adalah pelakunya
RESUME adalah kesimpulan akhir dari hasil penyidikan tindak
pidana yg dilakukan dan dituangkan dlm bentuk persyaratan
penulisan tertentu.
GELAR PERKARA kegiatan gelar terhadap perkara yang sulit
pengungkapannya, utk meneliti tindak pidana yang terjadi,
kedudukan saksi, ahli, tersangka, barang bukti, dan penerapan
pasal yg dipersangkakan, sehingga memberi arah proses
penyidikan yg pasti untk menghindarkan tuntutan terhadap
penyidik, berdasarkan masukan peserta gelar.
53
PRAPERADILAN ((pasal 77 KUHAP) adalah kewenangan PN utk
memeriksa dan memutuskan perkara, dalam hal :
1) Sah atau tidaknya penangkapan
2) Sah atau tidaknya penahanan
3) Sah atau tidaknya penyidikan
4) Sah atau tidaknya penghentian penuntutan
54
Penyidikan bertujuan untuk membuat terang tindak
pidana dan menemukan tersangkanya menurut cara
yang diatur dalam undang-undang sesuai dengan
prinsip dasar Hak Asasi Manusia.
Dasar penugasan
Identitas petugas
Jenis penugasan
Lama waktu penugasan
Pejabat pemberi perintah
57
c. LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN (LHP)
1) LHP dibuat oleh Tim Penyelidik dan ditandatangani oleh
Ketua Tim Penyelidik
2) LHP minimal berisi laporan tentang waktu, tempat
kegiatan, hasil lidik, hambatan, pendapat dan saran
d. SURAT PERINTAH PENYIDIKAN
Dasar penyidikan
Identitas petugas tim penyidik
Jenis perkara yang disidik
Waktu dimulainya penyidikan
Identitas penyidik selaku pejabat
pemberi perintah
58
Penyidikan tindak pidana dilaksanakan berdasarkan LP
dan Sprin Sidik
a. LP yg diterima SPKT atau Siaga Bareskrim Polri dibuat dalam
bentuk LP Model A atau LP Model B
b. Setelah LP dibuat, Penyidik/Penyidik Pembantu yg bertugas
di SPKT/Siaga Bareskrim Polri segera periksa pelapor dalam
bentuk BAP saksi pelapor
c. Kepala SPKT/Kepala Siaga Bareskrim Polri sgr meneruskan LP
dan BAP saksi pelapor kepada:
1) Karobinops Bareskrim utk LP yg diterima di Mabes Polri
2) Dirreskrim Polda utk LP yg diterima di SPKT Polda
3) Kapolres/Wakapolres utk LP yg diterima di SPKT Polres
4) Kapolsek/Wakapolsek utk LP yg diterima di SPKT Polsek
59
d. Laporan Polisi dan berita acara pemeriksaan saksi pelapor
dapat dilimpahkan ke kesatuan yang lebih rendah atau
sebaliknya dapat ditarik ke kesatuan lebih tinggi (dilihat
dari bobot kasusnya)
Penyelidikan
Pengiriman SPDP
Upaya paksa
Pemeriksaan
Gelar perkara
Penyelesaian berkas perkara
Penyerahan berkas perkara
Penyerahan tersangka
Penghentian penyidikan
60
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 huruf b KUHAP, bahwa Penyidik
berwenang melakukan tindakan pertama di TKP (TPTKP)
TKP merupakan tempat bertemunya antara tsk, bb, dan
korban (bukti segitiga), menurut ahli kriminalistik Jerman
HANZ GROOZ bahwa ”Tidak ada suatu perbuatan yg
sedemikian sempurna yg tidak meninggalkan bekas”
62
Surat Panggilan diantar oleh Petugas dan ditandatangani
oleh yg dipanggil disertai catatan bhw bersedia hadir
Apabila tidak bertemu dg yg dipanggil, Surat Panggilan
disampaikan kepada keluarga atau ketua lingkungan
disertai catatan bersedia menyampaikan kpd yg dipanggil
Apabila yg dipanggil tidak memiliki tempat tinggal tetap, dpt
dilakukan melalui iklan
Petugas menjelaskan bhw memenuhi panggilan a/ wajib
Apabila yg dipanggil tidak memenuhi panggilan tanpa
alasan yg sah (patut & wajar) atau menolak tandatangani
Surat Panggilan, maka Penyidik terbitkan Surat Panggilan
ke-2 disertai Surat Perintah Membawa Saksi/Tersangka
Apabila menolak tandatangani atau tidak memenuhi Surat
Panggilan ke-2, mk diberlakukan Surat Perintah Membawa
Apabila yg dipanggil tidak memenuhi panggilan dg alasan
yg sah, Penyidik dpt memeriksa ditempat kediamannya
Apabila yg dipanggil bertempat tinggal diluar daerah hukum
Penyidik, maka dpt minta bantuan Penyidik setempat 63
1) Dasar hukum penangkapan
a) Pasal 5 ayat 1 huruf b angka 1, pasal 7 ayat 2 huruf
d, pasal 11, pasal 16, pasal 17, pasal 18, pasal 19,
pasal 75, pasal 111 KUHAP
2) Yang berwenang mengeluarkan Sprin Kap adalah Kasat
atau Pejabat yg ditunjuk selaku Penyidik atau PP
3) Pertimbangan dikeluarkan Surat Perintah Penangkapan:
a) Laporan Polisi
b) Pengembangan hasil riksa yg dituangkan dlm BAP
c) Lalporan hasil penyelidikan (LHP)
d) Permintaan Polisi Negara anggota ICPO Interpol
e) Permintaan PPNS
4) Sprin Kap ditandatangani oleh Kasat/Pejabat yg ditunjuk
selaku Penyidik/PP, memuat data dasar hukum, nama,
pangkat, nrp dan kesatuan petugas, identitas tsk dst ......
5) Penangkapan dilaksanakan dg tunjukkan Sprin Kap kpd
tsk, berikan Sprin Kap kpd tsk dan keluarganya serta
dibuat BA Kap 64
Penangkapan dilakukan dengan Sprin Kap, kemudian dibuat
BA Kap dan tembusan diberikan kpd keluarganya
Terhadap seseorang yg diduga melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yg cukup (pasal 17 KUHAP)
Jangka waktu penangkapan paling lama 1 hari (pasal 17
KUHAP), kasus tertentu (kasus Narkotika 3x24 jam & dpt
diperpanjang 3x24 jam - psl 76 UU No 35/2009 ttg Narkotika)
Penyelidik atas perintah Penyidik dapat melakukan
penangkapan (pasal 16 ayat 1 KUHAP)
Pelaku pelanggaran tdk ditangkap, kecuali 2 kali dipanggil
tidak hadir tanpa alasan yg sah (pasal 19 ayat 2 KUHAP)
Setelah melakukan penangkapan, Penyidik/PP harus segera
membuat BA penangkapan (pasal 8 dan pasal 75 KUHAP)
Dalam hal tertangkap tangan, bhw penangkapan tanpa Sprin
Penangkapan dan dapat dilakukan oleh setiap orang
65
1) Dasar Hukum Penahanan
Pasal 7 ayat 1 KUHAP, pasal 20 ayat 1, pasal 21, pasal 22, pasal
23, pasal 24, pasal 29, pasal 30, dan pasal 31 KUHAP, pasal 75
KUHAP, dan pasal 123 KUHAP.
2) Yang berwenang melakukan penahanan adalah Kasatker atau
pejabat yang ditunjuk selaku Penyidik
3) Pertimbangan melakukan penahanan
a) Alasan subyektif
Akan melarikan diri
Akan merusak/hilangkan BB
Akan mengulangi lakukan TP
Akan pengaruhi/hilangkan saksi
b) Alasan obyektif
TP diancam pidana 5 th atau lebih
TP thd pasal tertentu sesuai pasal 21 ayat (4) KUHAP
66
OLEH PENYIDIK paling lama 20 hari (pasal 24 ayat 1 KUHAP) dan
diperpanjang oleh PU paling lama 40 hari (pasal 24 ayat 2
KUHAP), dapat diperpanjang 2 kali oleh Ketua PN paling lama
masing-masing 30 hari (pasal 29 KUHAP) - Total = 120 hari
OLEH PU paling lama 20 hari (pasal 25 ayat 1 KUHAP) dan
diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 30 hari
(pasal 25 ayat 2 KUHAP) - Total = 50 hari
OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI paling lama 30 hari (pasal 26
ayat 1 KUHAP) dan dapat diperpanjang oleh KPN paling lama 60
hari (pasal 26 ayat 2 KUHAP) - Total = 90 hari
OLEH HAKIM PENGADILAN TINGGI paling lama 30 hari (pasal 27
ayat 1 KUHAP) dan dapat diperpanjang oleh Ketua PT paling lama
60 hari (pasal 27 ayat 2 KUHAP) untuk perkara tingkat banding -
Total = 90 hari
OLEH HAKIM MAHKAMAH AGUNG (MA) untuk kepentingan kasasi
paling lama 50 hari (pasal 28 ayat 1 KUHAP) dan dapat
diperpanjang oleh Ketua MA paling lama 60 hari (pasal 28 ayat 2
KUHAP) - Total = 110 hari 67
Penahanan Rutan (Rumah Tahanan Negara)
Penahanan Rumah
Penahanan Kota
Bahwa penahanan rumah dan kota sangat
jarang diterapkan karena tidak efektif
69
Dasar hukum
Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1, pasal 7 ayat (1) huruf
d, pasal 11, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 36, pasal
37, pasal 75, pasal 125 KUHAP
Penggeledahan dilaksanakan dg Sprin Geledah yg sah
(dittd Kasat/Pejabat yg ditunjuk selaku Penyidik/PP) dg
pertimbangan LP, hasil riksa saksi & tsk maupun LHP
Rumah/tempat tertutup
Badan/pakaian
Sarana angkutan
70
Penggeledahan rumah/tempat tertutup harus dg
Sprin dan ijin Ketua PN (kecuali dalam keadaan yg
sangat perlu dan mendesak) disaksikan minimal 2
orang saksi & Ketua Lingkungan apbl tsk menolak
Penggeledahan diluar wilayah hukum Penyidik
harus didampingi oleh Penyidik setempat
Penggeledahan thd seorang wanita dilakukan oleh
Penyidik Wanita atau minta bantuan tenaga wanita
Lakukan dengan cara yang benar dan perhatikan
keamanan tsk dan BB
2 hari setelah melakukan penggeledahan, harus
dibuat BA penggeledahan dan turunannya
diberikan kepada pemilik/penghuni rumah
Keadaan yang sangat perlu dan mendesak adalah
bahwa tempat yg akan digeledah diduga keras
terdpt tsk yg patut dikhawatirkan sgr melarikan diri
atau musnahkan/hilangkan/pindahkan barang bukti
71
Dasar hukum Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 1,
pasal 7 ayat (1) huruf d, KUHAP dst ………
Penyitaan harus dg Sprin dan ijin Ketua PN dan
disaksikan minimal oleh 2 orang saksi.
Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak,
Penyidik dpt melakukan penyitaan, namun
terbatas hanya terhadap BENDA BERGERAK, kmd
membuat berita acara penyitaan dan melaporkan
kpd Ketua PN setempat
Penyitaan benda TIDAK BERGERAK, harus dengan
ijin dari Ketua PN
Buat tanda terima penyitaan
72
Benda atau tagihan tersangka yg seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana
atau sebagai hasil dari tindak pidana
Benda yang digunakan utk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya
Benda yang digunakan untuk menghalangi
penyidikan tindak pidana
Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan
melakukan tindak pidana
Benda lain yang mempunyai hubungan
langsung dg tindak pidana yg dilakukan
73
Mempunyai kewenangan sbg Penyidik/PP
Mempunyai pengetahuan KUHAP & per UU
Mempunyai kemampuan taktik & teknik riksa
Menguasai materi kasus yang disidik
Memiliki kepribadian :
Percaya diri, sabar dan dpt kendalikan diri
Mampu hadapi orang lain
Tidak terpengaruh atau sak wasangka
Mampu menilai obyektif
Tekun, ulet dan kreatif
74
Pemeriksa adalah Penyidik/PP yang punya kewenangan
(pasal 6,7,9 &10 KUHAP)
Dalam hal Penyidik tlh memulai pemeriksaan, wajib
beritahu kpd PU (pasal 109 ayat 2 KUHAP)
Menanyakan tersangka apakah mengajukan saksi yang
menguntungkan (psl 117 ayat 1 KUHAP)
Pemeriksaan dilarang menggunakan kekerasan
Penyidik dpt minta bantuan ahli (pasal 120 & 53 KUHAP)
Karena alasan yg patut dan wajar, Penyidik dpt memeriksa
saksi atau tsk di tempat kediamannya (pasal 113 KUHAP)
Penyidik membuat BAP saksi, ahli & tsk (pasal 75 KUHAP)
76
Juru Bahasa (53, 177 KUHAP)
Penasihat Hukum (54 - 56 KUHAP)
Berhak hub & bicara dg Kedubes (57 KUHAP)
Setiap mindik dan BA yg ditandatangani
tersangka, harus ditandatangani juru bahasa
(pasal 75 ayat (3) KUHAP)
Beritahukan kap & han ke Kedubes melalui Div
Hubinter
77
1. Pasal 8, 12, 75, 100, 138, 205
dan 212 KUHAP
2. UU No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara RI
3. PP No 58 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan KUHAP
(pengganti PP 27/1983)
78
Dasar
Perkara
Fakta-fakta
Analisa Yuridis
Kesimpulan
Penyusunan berkas
Pemberkasan
Jumlah berkas
Tidak cukup bukti
Bukan tindak pidana
Demi hukum
Tersangka meninggal dunia
Kedaluwarsa
Pengaduan dicabut
Nebis in idem
79
Pengiriman berkas perkara kepada PU dibuat
tanda terima yang jelas ttg tanggal dan
penerimanya
JPU diberi waktu 14 hari untuk periksa berkas
perkara
Apabila dlm waktu 14 hari JPU tidak kembali
kan berkas maka dianggap P21 dan dapat
dilaksanakan tahap 2
84
Administrasi penyidikan adalah segala
kelengkapan administrasi yg diperlukan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh
kegiatan penyidikan meliputi pencatatan,
pelaporan, surat menyurat dan pendataan
untuk menjamin ketertiban, kelancaran,
keamanan dan keseragaman pelaksanaan
administrasi baik utk kepentingan peradilan,
operasional maupun pengawasan
85
BUKU REGISTER adalah buku yg berisi kolom/lajur
daftar dan catatan tentang segala sesuatu yg
berkaitan dg hal-hal yg ditentukan dalam buku
register tersebut
DAFTAR adalah tulisan dalam kolom/lajur yg di
maksudkan untuk data tertentu, baik berupa
angka, nama maupun peristiwa
FORMULIR adalah lembaran kertas yg harus diisi
dan telah tersedia didalamnya ruangan yang
dikosongkan untuk diisi sesuai petunjuk yang
telah ditentukan
BLANGKO adalah lembaran kertas yg telah di
tentukan bentuk dan sitematikanya, sedangkan
isi, maksud dan kegunaanya tergantung kepada
kebutuhan
86
KODE SURAT adalah kode yang digunakan untuk
mempermudah pengenalan administrasi yang
berhubungan dengan penyidikan, antara lain kode
surat yang digunakan oleh JPU sbb :
P14 = usul penghentian penuntutan
P15 = surat perintah penyerahan perkara
P16 = surat penunjukan JPU
P17 = permintaan perkembangan penyidikan
P18 = pemberitahuan hasil sidik belum lengkap
P19 = pengembalian berkas perkara & petunjuk
P20 = hasil penyidikan tambahan
P21 = hasil penyidikan sudah lengkap
P29 = surat dakwaan
P34 = tanda terima barang bukti
P36 = permintaan bantuan pengawalan/pam sidang
P38 = permintaan bantuan pemanggilan
87
1. Sampul berkas perkara 14. SPDP
2. Daftar isi berkas perkara 15. Surat panggilan
3. Resume 16. Sprin bawa saksi/tsk
4. Laporan Polisi 17. BA membawa saksi/tsk
5. Sprin penyidikan 18. Surat minta bantuan kap
6. BAP olah TKP 19. Surat setuju/tolak bantu kap
7. BAP saksi/ahli 20. Sprin periksa dirmh saksi/tsk
8. BAP sumpah 21. Sprin tugas
9. BAP tersangka 22. Sprin tangkap
10. BA penolakan ttd 23. Sprin tangkap pelanggar
11. Surat penunjukan PH 24. BA penangkapan
12. BA konfrontasi 25. BA geledah badan/pakaian
13. BA rekonstruksi 26. Sprin bawa/hadapkan tsk
88
27. BA bawa/hadapkan tsk 48. Sprin pengalihan jenis tah
28. Sprin pelepasan tsk 49. BA pengalihan jenis tah
29. BA pelepasan tsk 50. Sprin pembantaran tah
30. BA penerimaan tsk 51. BA pembantaran tah
31. Surat minta bantu tah 52. Sprin penahanan lanjutan
32. Surat setuju/tolak bantu tah 53. BA penahanan lanjutan
33. Sprin tah 54. Sprin pengeluaran tah
34. BA tah 55. BA pengeluaran tah
35. Surat beritahu tah 56. Surat minta ijin geledah
36. Surat minta jang tah ke Kejari 57. Sprin geledah rumah
37. Sprin perpanjangan tah 58. BA geledah rumah
38. BA perpanjangan tah 59. Surat minta persetujuan geledah
39. Surat beritahu jang tah 60. Sprin geledah alat transportasi
40. Surat minta jang tah ke KPN 61. BA geledah alat transportasi
41. Surat mohon tangguhkan tah 62. BA memasuki rumah
42. Sprin penangguhan tah 63. Surat minta ijin sita
43. BA penangguhan tah 65. 64.Sprin sitaTanda terima BB
44. Sprin cabut tangguh tah 66. BA sita
45. BA cabut tangguh tah 67. Surat minta persetujuan sita
46. Sprin pemindahan tempat tah 68. Sprin bungkus/segel BB
47. BA pemindahan tempat tah 69. BA bungkus/segel BB
89
70. Sprin penitipan BB 91. Minta ijin khusus sita ke KPN
71. BA penitipan BB 92. Permintaan serah surat pos
72. Sprin penitipan BB 93. Tanda terima surat
73. BA penitipan BB 94. Sprin pemeriksaan surat
74. Sprin titip/rawat BB 95. BA pemeriksaan surat
75. Ketetapan pengembalian BB 96. Sprin sita surat
76. BA pengembalian BB 97. BA sita surat
77. Surat minta bantu teliti BB 98. Surat minta riksa oleh Ahli
78. Surat minta persetujuan lelang 99. Surat minta Visum et Repertum
79. Permintaan ijin lelang 100. Sket/BA hasil riksa oleh Ahli
80. Ketetapan lelang BB 101. Surat hasil Visum et Repertum
81. BA lelang BB 102. BA tindakan-tindakan lain
82. Sprin sisih BB 103. Fotocopy dokumen bukti
83. BA sisih BB 104. Surat kuasa tsk kpd PH
84. Surat minta bantuan lelang BB 105. Petikan Skep pidana terdahulu
85. Laporan/risalah lelang BB 106. Pemberitahuan henti sidik
86. BA penerimaan hasil lelang BB 107. Daftar saksi
87. Surat ijin pemusnahan BB 108. Daftar tersangka
88. Ketetapan pemusnahan BB 109. Daftar BB
89. Sprin pemusnahan BB
90. BA pemusnahan BB
90
1. Buku Reg LP 15. Buku Reg barang temuan
2. Buku Reg Kejh/langgar 16. Buku Reg cari orang/barang
3. Buku Reg SPDP 17. Buku Reg minta ket Ahli
4. Buku Reg Surat Panggilan 18. Buku Reg terima BP dr PPNS
5. Buku Reg Bawa tsk 19. Jurnal situasi kriminalitas
6. Buku Reg Sprin kap 20. Kartotik kejh/pelanggaran
7. Buku Reg Sprin tah 21. Daftar residivis
8. Buku Reg Sprin dah 22. Sprin Tugas
9. Buku Reg Sprin sita 23. Laporan hasil pelaks tugas
10. Buku Reg Sprin tugas 24. Bukti penitipan barang tah
11. Buku Reg Tahanan 25. Label barang bukti
12. Buku Reg Berkas Perkara 26. DPO dan DPB
13. Buku Epedisi BP 27. Statistik kejahatan
14. Buku Reg Barang bukti
91
Bahwa untuk pengungkapan tindak pidana yang
menggunakan teknologi, diperlukan bantuan
teknis dari Ahli Labfor untuk memeriksa thd benda
bukti mati secara laboratoris kriminalistik, al :
Kimia forensik
Biologi forensik
Fisika forensik
Balistik forensik
Metalurgi forensik
Dokumen forensik
Uang palsu forensik
Fotografi forensik
IT forensik
92
Bahwa untuk pengungkapan tindak pidana yang
berhubungan dengan pemeriksaan badan/tubuh dan
pemeriksaan mayat, diperlukan bantuan teknis dari
Ahli Dokpol forensik untuk menentukan sebab luka,
sebab kematian, saat kematian dll yang dituangkan
dalam bentuk Visum et Repertum
95
96
97
Standar mutu pelayanan prima FT Reserse
Standar mutu pelayanan terima lap & aduan
Standar mutu pelayanan dalam pemeriksaan
Standar mutu pelayanan dalam upaya paksa
Diskresi kepolisian dalam FT Reserse
Penanganan kasus anak
Penanganan kasus oleh Penyidik dalam ambil
tindakan tembak ditempat kpd pelaku TP
Contoh diskresi kepolisian dalam tugas FT Reserse
98
Satuan Reserse berupaya melakukan
pelayanan prima kepada masyarakat,
terutama yang berkaitan dg pelayanan
penyidikan perkara secara :
Obyektif
Transparan
Cepat
Tepat
Tuntas
Akuntable
99
Memberikan 3S (senyum, sapa, salam)
Sediakan tempat yg memadai & nyaman
Menerima laporan dalam waktu 1 menit
Memfasilitasi pelapor untuk segera dibuat laporan
Membuat laporan/pengaduan dalam waktu 25 menit
Memberikan tanda bukti laporan kepada pelapor
Apabila butuh kecepatan penanganan TKP, berkoord
dg piket fungsi terkait utk segera datangi & olah TKP
Memfasilitasi korban/pelapor utk dpt perawatan medis
Apabila membutuhkan Visum, petugas mengantar
korban untuk mendapatkan Visum
Melakukan koord dg fungsi terkait untuk menindak
lanjuti laporan/pengaduan
Pelapor/Pengadu tidak dibebani biaya
100
Memberikan 3S (senyum, sapa, salam)
Sediakan tempat yg memadai & nyaman
Memastikan saksi, korban, pelaku siap diperiksa
Pemeriksaan dg ramah & tidak berbelit-belit
Tidak memaksakan jawaban
Memberi waktu untuk istirahat, sesuaikan sikon
Tidak menunda pemeriksaan (tidak menunggu)
Memberi kesempatan untuk baca kembali BAP
Memberikan SP2HP
101
Pemanggilan hrs dilakukan secara sah yg di ttd oleh
yang berwenang selaku Penyidik yg isinya meliputi :
Nama jelas yg dipanggil
Pekerjaan
Alamat jelas
Hari, tgl dan jam pemanggilan
Tempat dan pejabat yg ditemui
Kepentingan pemanggilan sbg saksi/tsk
Pasal perkaranya
Disertai surat pengantar resmi, apabila yg dipanggil
pejabat pemerintah
Beri tenggang waktu yg cukup kpd yg dipanggil
Bersampul/amplop dg alamat yg jelas dan dicantum
kan nomor surat panggilan dan cap kesatuan
102
Penyidikan thd tsk anak yg seharusnya ditahan,
namun dg diskresi kepolisian anak tsb tidak ditahan
tetapi perkara diproses hukum dg pertimbangan :
Tersangka berstatus pelajar
Tersangka sadari kesalahannya
Sudah diselesaikan scr musyawarah
Dilihat tingkat bahaya yg ditimbulkan
Tersangka dapat dibina
103
Aspek positif diskresi kepolisian terhadap anak yang
berhadapan dengan hukum yaitu :
Anak terhindar dari hukuman atau pidana, krn
pidana bukan solusi yg baik untuk anak
Anak terhindar dari cap sbg penjahat
Anak tidak akan mengulangi tindak pidana, krn
kepolisian hanya 1 kali memberikan diskresi
106
Tembakan peringatan hanya dilepaskan ke
udara atau ke tanah dengan kehati-hatian yg
tinggi apabila alternatif lain sudah dilakukan
namun tidak berhasil, sedangkan tujuannya :
Untuk menurunkan moril pelaku kejahatan
atau tersangka yg akan menyerang
petugas Polri atau masyarakat
Untuk memberikan peringatan sebelum
tembakan diarahkan kepada pelaku
kejahatan atau tersangka
Tembakan peringatan tidak diperlukan
ketika menangani bahaya ancaman yang
dapat menimbulkan luka berat atau
kematian yang bersifat segera, sehingga
tidak memungkinkan untuk dilakukan
tembakan peringatan
107
Penggunaan kekuatan dg kendali senpi dilakukan
ketika petugas Kepolisian tidak memiliki alternatif lain
yg beralasan & masuk akal untuk hentikan tindakan
perbuatan pelaku kejahatan
Penggunaan tindakan tembak ditempat dapat
dilakukan apabila tersangka melarikan diri dan
penggunaan senpi merupakan upaya terakhir untuk
hentikan tindakan tersangka
Dalam hal nyawa masyarakat/petugas Kepolisian
terancam saat berhadapan dengan tersangka, maka
petugas Kepolisian dapat melakukan tindakan
tembak ditempat thd tersangka merupakan langkah
terakhir
108
Tindakan atau cara-cara tanpa kekerasan harus
diusahakan terlebih dahulu
Tindakan kekerasan hanya diterapkan apabila
sangat diperlukan
Tindakan kekerasan hanya diterapkan untuk
penegakan hukum yang sah
Tidak ada pengecualian atau alasan apapun yg di
perbolehkan menggunakan kekerasan yang tidak
berdasarkan hukum
Penggunaan kekuatan dan penerapan tindakan
keras harus dilakukan secara proporsional sesuai
dengan tujuan hukum
Penggunaan kekuatan, senjata atau alat dalam
tindakan keras harus berimbang dengan ancaman
yang dihadapi
Harus ada pembatasan dalam penggunaan senjata
atau alat dalam penerapan tindakan keras
109
Minimalisir kerusakan dan luka akibat penggunaan
atau tindakan keras
Pemberlakuan tembak ditempat terhadap tersangka
oleh petugas Kepolisian dapat dilakukan untuk :
Dalam hal menghadapi keadaan luar biasa
Membela diri dari ancaman kematian/luka berat
Membela orang lain dr ancaman kematian/luka berat
Mencegah terjadinya kejahatan berat atau
mengancam jiwa orang
Menahan, mencegah atau hentikan seseorang yg
sedang atau akan melakukan tindakan yg sangat
membahayakan jiwa
Menangani situasi yg bahayakan jiwa, karena
langkah-langkah yg lebih lunak tidak cukup
Penggunaan senpi oleh petugas Kepolisian hanya
boleh dilakukan demi lindungi nyawa petugas
Kepolisian atau orang lain yg berhadapan langsung
dengan pelaku kejahatan
110
Contoh-contoh kasus pengambilan tindakan
kepolisian yang bertanggungjawab pada
fungsi teknis Reserse Kriminal, perlu
dikembangkan dan diberikan oleh Pendidik
kepada peserta didik sesuai kejadian yang
terjadi di lapangan/kewilayahan pada
pelaksanaan tugas fungsi Reserse Kriminal
dimana penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan
111
Standar mutu pelayanan prima FT Reserse
Standar mutu pelayanan prima dalam
menerima laporan atau pengaduan
Standar mutu dalam tugas pemeriksaan
Standar mutu dalam tugas upaya paksa
Diskresi Kepolisian dlm tugas FT Reserse
Penanganan kasus anak yg hadapi hukum
Tindakan tembak ditempat thd tersangka
Contoh diskresi kepolisian dlm FT Reserse
112
113
114
Korwas dan bin Penyidik Polri thd PPNS
Tugas dan wewenang Penyidik Polri & PPNS
Koordinasi terhadap PPNS
Pengawasan terhadap PPNS
Pembinaan terhadap PPNS
115
PENYIDIK PENGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
berdasarkan Undang-Undang ditunjuk selaku
Penyidik dan mempunyai wewenang untuk
melakukan penyidikan dalam lingkup Undang
Undang yang menjadi dasar hukum masing2
KOORDINASI
Suatu bentuk hubungan kerja antara Penyidik Polri
dengan PPNS dalam melakukan penyidikan tindak
pidana tertentu yang menjadi dasar hukumnya,
sesuai sendi-sendi hubungan fungsional
PENGAWASAN
Proses penilikan & pengarahan thd pelaksanaan
penyidikan oleh PPNS untuk menjamin agar seluruh
kegiatan penyidikannya sesuai per UU
116
PEMBINAAN TEKNIS
Proses kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna
dan berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan
PPNS dibidang teknis dan taktis penyidikan
BANTUAN PENYIDIKAN
Bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kepada
PPNS berupa teknis, taktis dan upaya paksa serta
konsultasi penyidikan
BANTUAN TEKNIS
Bantuan pemeriksaan ahli dalam rangka pembuktian
secara ilmiah (Scientific Crime Investigation)
BANTUAN TAKTIS
Bantuan personil Polri dan peralatan Polri untuk
mendukung penyidikan oleh PPNS
BANTUAN UPAYA PAKSA
Bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kpd PPNS
berupa kegiatan penindakan dalam rangka
penyidikan oleh PPNS
117
Penyidik karena kewajibannya mempunyai
wewenang sebagaimana diatur dlm per UU
Dalam melaksanakan kewenangan, Penyidik
bertugas melakukan koordinasi, pengawasan dan
pembinaan penyidikan yg dilakukan oleh PPNS
Korwas dan pembinaan penyidikan dilaks oleh :
Pengemban fungsi Korwas PPNS Mabes Polri
Pengemban fungsi Korwas PPNS Polda
Pengemban fungsi Korwas PPNS Polres
119
Bantuan upaya paksa
Pemanggilan
Perintah membawa saksi/tersangka
Penangkapan
Penahanan
Penggeledahan
Penyitaan
Bantuan konsultasi
Teknis dan taktik penyelidikan
Teknis dan taktik penindakan
Teknis pemeriksaan
Petunjuk administrasi penyidikan
Petunjuk aspek yuridis
Teknis selra dan rahra kepada PU
Teknis penyerahan tsk dan BB kepada PU
Teknis pembuatan statistik kriminal
120
Meliputi pemeriksaan :
Fisika forensik
Kimia dan Biologi forensik
Dokumen dan uang palsu forensik
Balistik dan Metalurgi forensik
Permohonan pemeriksaan Labfor diajukan secara tertulis
kpd Kapuslabfor melalui pengemban fungsi Korwas PPNS
dg menjelaskan maksud/tujuannya dan melampirkan :
Laporan kejadian
Lamporan kemajuan/Resume
BA penemuan, penyitaan, penyisihan dan segel BB
121
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas Identifikasi
Polri meliputi :
Sidik jari
Sinyalemen
Pembuatan foto TKP, BB dan tersangka
Sketsa wajah
Foto rekonstruksi
122
BANTUAN PEMANGGILAN
Terhadap saksi/tersangka berada diluar wilayah
hukum kewenangan PPNS maupun berada di luar
negeri, berdasarkan permintaan PPNS
126
Pengetian yg berkaitan dg korwas PPNS
Tugas dan wewenang Penyidik Polri & PPNS
Koordinasi terhadap PPNS
Pengawasan terhadap PPNS
Pembinaan terhadap PPNS
127
128