Anda di halaman 1dari 5

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEJAKSAAN AGUNG

Yth. 1. Kepala Kejaksaan Tinggi;


2. Kepala Kejaksaan Negeri;
3. Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.

SURAT EDARAN
NOMOR: SE-01/E/Ejp/01/2024
TENTANG
PEDOMAN PRAPENUNTUTAN TINDAK PIDANA UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pedoman Jaksa Agung Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak
Pidana Umum telah menjadi panduan Jaksa/Penuntut Umum sejak akhir tahun
2021 yang diharapkan dapat menjadi pedoman dan panduan Jaksa/Penuntut
umum dalam melaksanakan tugas, keberadaan Jaksa/Penuntut umum sebagai
pemilik perkara sesuai asas dominus litis dituntut untuk dapat bekerja dengan
proporsional dan profesional, Jaksa/Penuntut Umum yang dihadapkan dengan
dinamika hukum yang sangat cepat berubah membuat beberapa hal yang belum
diatur dalam Pedoman Jaksa Agung Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan
Perkara Tindak Pidana Umum menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan
tugas Jaksa/Penuntut Umum terutama pada tahapan prapenuntutan, maka
mengingat hal tersebut maka dipandang perlu untuk mengeluarkan surat edaran
dalam hal penanganan perkara tindak pidana umum khususnya dalam tahap
prapenuntutan.
Surat Edaran ini diharapkan menjadi pelengkap Pedoman Jaksa Agung Nomor 24
Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum, sehingga dapat
mewujudkan penanganan perkara yang lebih profesional, berkualitas, berintegritas,
dan humanis guna kepastian hukum yang adil serta memberi kemanfaatan, dengan
mengedepankan dominus litis Penuntut Umum, serta mempertimbangkan asas
peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan dan rasa keadilan di masyarakat.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Surat Edaran ini menjadi pedoman bagi seluruh Jaksa/Penuntut Umum dalam
melaksanakan penelitian maupun penanganan perkara dalam hal penelitian
barang bukti, keterangan saksi, petunjuk serta keterangan tersangka dalam
berkas perkara pada tahap prapenuntutan yang sebelumnya belum termuat
dalam Pedoman Jaksa Agung Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan
Perkara Tindak Pidana Umum, dan juga terkait adanya perkara pidana yang
diterima Kejaksaan atau perkara perdata yang sedang berjalan sidangnya atau
telah selesai sidang Perdata tersebut, namun belum mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.
-2-

b. Tujuan
Surat Edaran ini untuk mengatur Tindakan Jaksa/Penuntut Umum pada tahap
prapenuntutan dan menyamakan persepsi dalam penanganan perkara terkait
adanya perkara pidana yang diterima atau perkara perdata yang sedang berjalan
sidangnya atau telah selesai sidang perdata tersebut, namun belum mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.

3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam surat edaran ini memuat ketentuan umum dalam penanganan
perkara tindak pidana umum pada tahap prapenuntutan yang belum secara jelas
tertuang dalam Pedoman Jaksa Agung Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan
Perkara Tindak Pidana Umum, dan juga memuat ketentuan umum penanganan
perkara terkait Narkotika, Teroris dan adanya perkara pidana yang diterima
Kejaksaan atau perkara perdata yang sedang berjalan sidangnya atau telah selesai
sidang perdata tersebut, namun belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

4. DASAR HUKUM
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia;
4. Pedoman Jaksa Agung Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara
Tindak Pidana Umum.

5. ISI EDARAN
A. PENELITIAN BERKAS PERKARA.
1) Penelitian Barang Bukti.
a) Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya
(1) Barang bukti narkotika dihitung dengan menggunakan satuan
massa (berat) netto.
(2) Kepala Kejaksaan Negeri dalam menetapkan status barang sitaan
Narkotika dan Prekursor Narkotika dari penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia atau Penyidik BNN, sebelum mengeluarkan surat
ketetapan Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk oleh Kajari supaya
melakukan pemeriksaan terhadap barang sitaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika menggunakan alat test Narkotika (Kandungan
Narkotika), dan selanjutnya dibuatkan BA (berita acara) yang
ditandatangani oleh penyidik dan JPU.
(3) Jaksa P-16 yang menghadiri pemusnahan barang sitaan Narkotika
dan Prekursor Narkotika yang dilakukan ditingkat penyidikan (Polri
dan BNN), sebelum menandatangani Berita Acara Pemusnahan
barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika, agar Jaksa P-16
melakukan pemeriksaan terhadap barang sitaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika dengan alat test Narkotika (kandungan
narkotika), termasuk juga pada tahap II (penyerahan tersangka dan
barang bukti).
-3-

b) Tindak Pidana Terorisme dan Lintas Negara


(1) Barang bukti berupa buku agar dilakukan penelitian oleh Ahli
Literasi dan/atau Ahli Jaringan Terorisme untuk mengkaji isi dari
barang bukti buku tersebut apakah mengandung muatan yang
bersifat radikal yang nantinya akan mempengaruhi amar tuntutan
terhadap barang bukti buku tersebut.
(2) Dalam hal Penyidik telah melakukan penyitaan terhadap ATM atau
Buku Rekening milik tersangka, agar Jaksa Peneliti
mempertimbangkan apakah penyitaan tersebut ada korelasi dengan
perkara yang diteliti, jika tidak ada kaitannya maka Jaksa Peneliti
meminta agar Penyidik mengeluarkan dari penyitaan. Namun jika
ditemukan adanya hubungan dengan perkara tersebut maka agar
Jaksa Peneliti meminta Penyidik untuk memeriksa pihak Bank
terkait mutasi rekening/rekening koran.
(3) Dalam hal Tindak Pidana Pendanaan Terorisme pola transaksi
keuangannya menggunakan jasa keuangan melalui Fintech (virtual
money) seperti Bitcoin dan lain-lain serta menggunakan juga sarana
jasa keuangan non perbankan seperti Western Union atau lainnya
agar diperdalam mengenai fakta yang dapat mengungkap transaksi
keuangan tersebut.
(4) Dalam hal penanganan perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO) dan perkara Pekerja Migran Indonesia (PMI), agar Jaksa
Peneliti mencermati betul perbedaan dengan irisan perbuatan mana
perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Perbuatan
Pekerja Migran Indonesia (PMI), sehingga dapat digambarkan
irisannya kepada Penyidik dan dituangkan dalam bentuk petunjuk
mana yang tepat dipersangkakan kepada pelaku.

2) Penelitian Keterangan Saksi.


Tindak Pidana Terorisme dan Lintas Negara
Apabila perkara Tindak Pidana Terorisme modus operandinya menggunakan
sarana Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) atau melalui Media Sosial,
agar dalam berkas perkara dilengkapi dengan Saksi Pelapor dari pihak Cyber
Patrol.

3) Penelitian Petunjuk.
Tindak Pidana Terorisme dan Lintas Negara
Dalam hal Tindak Pidana Pendanaan Terorisme pola transaksi keuangannya
menggunakan jasa keuangan melalui Fintech (virtual money) seperti Bitcoin
dan lain-lain serta menggunakan juga sarana jasa keuangan non perbankan
(Western Union), agar diperdalam mengenai fakta yang dapat mengungkap
transaksi keuangan tersebut.

4) Penelitian Tersangka.
a) Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya.
(1) Dalam hal ditemukan berdasarkan hasil penelitian berkas perkara
tidak terdapat hasil assesmen terpadu (TAT) tetapi persyaratan lain
untuk dikualifikasi sebagai penyalah guna, pecandu dan/atau
korban penyalahgunaan narkotika terpenuhi, maka kualifikasi
penyalah guna, pecandu dan/atau korban penyalahgunaan
-4-

narkotika ditentukan oleh hasil assesmen medis dari BBNK/BNNP


setempat yang dilaksanakan pada tahap penuntutan.
(2) Dalam hal ditemukan berdasarkan hasil penelitian berkas perkara
terdapat hasil assesmen terpadu (TAT), maka yang digunakan
Pedoman Jaksa Agung Nomor 18 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Penanganan Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Melalui Rehabilitasi Dengan Pendekatan Keadilan Restoratif sebagai
Pelaksanaan Asas Dominus litis Jaksa.
(3) Dalam penerapan Pasal 132 ayat (1), (2) Undang – Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika, untuk memperkuat pembuktian
adanya kerja sama para tersangka, agar Jaksa P-16 memperhatikan
antara lain:
(a) Hasil laboratorium forensik percakapan para tersangka
(elektronik).
(b) Rekening koran para tersangka.
(c) Hasil screenshot percakapan para tersangka.
(d) Transkip percakapan para tersangka dari provider.

b) Tindak Pidana Terorisme dan Lintas Negara


(1) Untuk mengetahui pelaku baik perorangan maupun korporasi
tersebut merupakan Organisasi Terorisme atau Pelaku Terorisme,
maka Jaksa Peneliti wajib untuk memperhatikan Daftar Terduga
Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) yang berlaku pada saat itu
dan telah ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terlampir
dalam berkas perkara dimaksud.
(2) Jaksa Peneliti wajib untuk memperhatikan juga Putusan Pengadilan
terhadap Organisasi Terorisme.

B. KOORDINASI/KONSULTASI PENUNTUT UMUM DAN PENYIDIK.


(1) Koordinasi/konsultasi Penuntut Umum dan Penyidik dilaksanakan dalam
rangka menyamakan persepsi terhadap penanganan dan penyelesaian
perkara yang sedang ditangani secara efektif dan cepat.
(2) Koordinasi/konsultasi antara Penuntut Umum wajib dihadiri langsung oleh
Penyidik perkara yang sedang ditangani dan tidak mewakilkan kepada
Penyidik Pembantu.
(3) Koordinasi/konsultasi antara Penuntut Umum dan Penyidik dilakukan
secara intensif dan semaksimal mungkin dengan tujuan agar Penyidik dapat
memahami dan memenuhi petunjuk Jaksa.
(4) Koordinasi/konsultasi Penuntut Umum dan Penyidik pembantu dapat
dilaksanakan apabila Penyidik dalam wilayah hukum yang menangani suatu
perkara tidak terdapat Penyidik.

C. PENELITIAN PERSELISIHAN PRA YUDISIAL (PREJUDISIEL GESCHIL)


1) Penerapan prejudiciel geschil dapat dilakukan pada tahap penyidikan,
penuntutan. Adapun yang berwenang menerapkan prejudiciel geschil adalah
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim.
2) Bahwa prejudiciel geschil merupakan sengketa pra yudisial yang menunda
atau menangguhkan dan bukan menghentikan pemeriksaan perkara pidana
karena adanya pemeriksaan perkara perdata.
-5-

3) Penerapan prejudiciel geschil merupakan kewenangan dan bukan kewajiban


kepada penegak hukum khususnya Penuntut Umum dan Hakim untuk
menangguhkan pemeriksaan perkara pidana.
4) Pemeriksaan perkara pidana tidak terikat dengan pemeriksaan perkara
perdata apabila yang melandasi status keperdataan suatu hak, benda,
ataupun hubungan hukum antara dua orang, dilatarbelakangi oleh suatu
kejahatan, sehingga putusan pidana yang menentukan putusan perdata.
5) Bahwa tentang penanganan perkara tindak pidana umum yang semakin
kompleks maka penerapan mengenai prejudiciel geschil harus mengikuti
perkembangan sehingga perlu diperluas pemaknaan objeknya tidak hanya
dalam konteks Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum yang objeknya
berupa tanah namun juga termasuk dalam hal penanganan tindak pidana
umum yang beririsan dengan perjanjian/perikatan dalam konteks
keperdataan, konteks bisnis (korporasi) yang tunduk pada bussines
judgement rule (BJR) dan hal-hal yang termasuk dalam kewenangan PKPU.
6) Bahwa penerapan prejudiciel geschil juga dapat di terapkan dalam hal:
- Pasal 284 ayat (5) dan Pasal 332 ayat (4) KUHP.
- Syarat perolehan hak misalnya hak mawaris, hak menguasai/memiliki
suatu barang bergerak yang berhubungan dengan Pasal 362, Pasal 363,
Pasal 367, Pasal 372, Pasal 376, Pasal 406 dan Pasal 263 KUHP.
- Transaksi-transaksi yang dilakukan dengan menggunakan media
elektronik misalnya penggunaan mata uang, bank dan uang elektronik
misalnya bitcoin, dll.
7) Memperhatikan eksistensi penerapan prejudiciel geschil yang sangat penting
dalam penegakan hukum, sehingga penerapan prinsip prejudiciel geschil
harus mengedepankan prinsip kehati-hatian berdasarkan argumentasi yang
jelas dan konkret.

5. PENUTUP
Demikian Surat Edaran ini dibuat untuk menjadi pelengkap Pedoman Jaksa Agung
Nomor 24 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum untuk
dipedomani dan selanjutnya agar diimplementasikan kepada seluruh Jaksa yang ada
di jajarannya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Januari 2024
Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum

Fadil Zumhana

Tembusan:
1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia;
2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
(No. 1 dan 2 sebagai laporan)
3. Para Jaksa Agung Muda dan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan;
4. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;
5. Para Direktur pada JAM PIDUM;
6. Arsip.

Anda mungkin juga menyukai