HUKUM
PROPOSAL TESIS
Oleh
dr. Idul Saputra
NIM:2003008
1981 Tentang Hukum Acara Pidana telah mengatur alat-alat bukti yang
Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 184 (1) ada disebutkan
bahwa alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli,
basa. Sebuah untai DNA mengandung gen, sebagai cetak biru organisme
2
. DNA membuat genom organisme.
1
“Alat Bukti dalam Perkara Pidana Menurut Alat Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHP)” https://www.pn-jantho.go.id/
2
Michel Peyrard, Nonlinear Dynamics and Statistical Physics of DNA, 2004
Sedangkan Analisis DNA merupakan suatu metode yang sangat
potensial yang dewasa ini telah diterima secara luas sebagai suatu cara
saja yang dapat diambil dari semua sel berinti di seluruh tubuh.
keluarga.3
mengenai perkara pidana yang terjadi, membuat Tes DNA dirasa perlu
untuk digunakan sebagai alat bukti baik di Indonesia maupun di mata dunia.
Adanya keraguan atas legalitas tes DNA membuatnya tidak mampu menjadi
bukti mandiri atau dikualifikasi sebagai satu macam alat bukti saja, sehingga
Pasal 184 KUHAP. Untuk itu diperlukan hukum yang mengaturnya secara
yang mengikat. Tes DNA dalam proses peradilan mampu memberikan data
yang akurat dan tidak terbantahkan karena sampel yang digunakan untuk
diteliti adalah bagian-bagian yang diambil dari tubuh korban maupun pelaku.
Proses penggunaan hasil tes DNA yaitu melalui surat oleh pejabat
diperiksa atau diteliti dilakukan oleh ahli forensik (dokter ahli). Kemudian
3
Pertiwi, Kartika Ratna (2014). Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik. Majalah
WUNY XVI No.2 (2014).
didukung oleh keterangan ahli tersebut yang memeriksa sendiri sebagai
penguat dari catatan yang dikeluarkan. Berdasarkan dua alat bukti yang
bahwa dari segi perannya dalam penyelesaian kasus kejahatan ilmu - ilmu
dimintakan oleh pihak yang berwajib dalam hal dijumpai seseorang yang
dalam keadaan meninggal dunia. pemeriksaan oleh ahli forensik ini akan
sangat penting dalam hal menentukan jenis kematian dan sekaligus untuk
5
R Soeparmono, Keterangan Ahli & Visum et Repertum dalam Aspek Hukum Acara Pidana
(Bandung: Mandar Maju, 2011) Hal 11.
6
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
kedokteran Kepolisian
tindakan pidana yang terjadi mulai dari tingkat penyidik sampai pada
jiwa manusia sehingga membuat terang suatu tindak pidana yang terjadi.
Dengan karakteristik individu yang tidak mungkin sama 100%, tes DNA
DNA dapat berperan dalam perkara tindak pidana dengan asal usul
mayat atau bendanya, maka informasi genetik dalam DNA itu bisa sangat
dan sumpah8.
aturan aturan hukum yang berisi tata cara dalam membuat dan
7
Yulia Monita dan Dheny Wahyudi, Peranan Dokter Forensik Dalam Pembuktian Perkara Pidana,
dalam Jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Indonesia, Hal 7.
8
Soebekti dan R Tjitrosoudibjo, Kamus Hukum (Pradnya Paramita 1980), Hlm 21.
9
Mahkamah,Agung,KUHAP,
https://jdih.mahkamahagung.go.id/storage/uploads/produk_hukum/file/KUHAP.pdf diakses pada
25 Mei 2023
menjalankan hukum yang ada. Selama proses pemeriksaan sidang di
alat bukti yang dapat diterima oleh pemerintah. Bentuk bentuk bukti yang
dimaksud dalam pasal ini adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk, keterangan terdakwa, dan juga hal yang secara umum dapat
tetapi sebenarnya belum ada aturan khusus dalam 184 KUHAP ini.
Namun hal ini bisa menjadi salah satu bukti yuridis dikarenakan DNA
alat bukti yang sah, baik dalam hukum positif (KUHAP), seperti telah
dikemukakan di atas, maka jelas sekali bahwa hasil tes DNA tidak
hanyalah dipandang sebagai alat yang dapat digunakan sebagai alat bukti
10
Et.Sq
memerlukan dukungan alat bukti lain. Seperti yang dikutip dalam Pasal
184 KUHAP bahwa alat bukti yang sah adalah salah satunya adalah
keterangan ahli, hal ini merujuk pada tes DNA yang perlu diperkuat
dengan keterangan ahli sehingga alat bukti tes DNA secara mandiri belum
pelaku tindak pidana. padahal jelas bahwa alat bukti tes DNA sebagai alat
upaya menegakkan hukum dan keadilan. DNA sering digunakan oleh tim
maka yang pertama kali dicari oleh kepolisian di tempat kejadian perkara,
selain sidik jari, adalah jejak biologis pelaku. melalui analisa DNA, atau
kriminal 11.
jauh mengenai memanfaatkan alat bukti tes DNA sebagai alat bukti di
terbangun nampaknya sudah mulai mengerucut bahwa alat bukti tes DNA
12
Ekky Elvira Yolanda, Kekuatan Pembuktian Tes DNA Dan Visum Et Repertum Tulang
Kerangka Korban Pembunuhan Yang Disertai Dengan Tindak Pidana Lain (Jurnal Verstek Vol. 6
No. 1 2015). Hal 7
Dilihat dari tingkat validitasnya sebagai sebuah instrumen
diperoleh dari analisis beberapa fragmen short tandem repeat (STR) 13.
yuridis dalam peradilan. Hal ini terjadi pada kasus bom JW Marriot pada
terjadinya kasus bom yang menewaskan 14 orang dan 156 orang lainnya
mengalami luka dari skala kecil hingga berat, Untuk mengungkap kasus
ini polisi melakukan tes DNA kepada anggota keluarga dari 2 jenazah
yang dicurigai sebagai pelaku utama dari kejadian ini, Tes DNA dilakukan
kepada M. Nasir dan Tumini yang merupakan kedua orangtua dari Nur
menemukan bom yang belum meledak. Selain itu, uji DNA ini juga
yang berasal dari cirebon. Hal yang membuat pihak berwajib curiga
kepada dia dikarenakan hilang sejak kejadian ledakan bom tersebut 14.
JW Marriot cocok dengan DNA penghuni kamar 1808, Setelah tim forensik
13
Kartika Ratna Pertiwi,Skripsi: Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik,
(Yogyakarta: UNY, 2020) Hal 5.
14
Detik.Net, Rangkaian terror bom di Hotel JW Mariot, https://news.detik.com/berita/d-
1009934/rangkaian-teror-bom-di-hotel-jw-marriot diakses pada 25 Mei 2023
melakukan tes, terdapat match (kecocokan) DNA di kamar 1808 dengan
kepala yang ditemukan, dan hasil identifikasi umur pelaku berusia 16-17
tahun salah satu ciri pelaku memiliki tinggi badan sekitar 180-190 cm,
dari struktur daging pahanya. Hasil rekonstruksi dan sketsa wajah pelaku
dilakukan pihak kepolisian atas dua potongan kepala yang diduga kuat
sebagai pelaku bom bunuh diri, tidak cocok dengan DNA dari keluarga
telah memeriksa sampel DNA keluarga Ibrahim tetapi tidak cocok dengan
kepala tersebut. Dua jenazah korban tewas yang saat ini masih tersimpan
di RS Polri RS Soekanto itu bukan Nur Said atau Nur Hasbi maupun
15
DNA Penghuni Kamar 1808 Cocok dengan Potongan Kepala di Marriott,
https://news.detik.com/berita/d-1171165/-dna-penghuni-kamar-1808-cocok-dengan-
potongan-kepala-di-marriott
16
Pelaku Bom JW Marriott Mungkin Orang Asing,
https://hidayatullah.com/berita/nasional/2009/07/23/42050/pelaku-bom-jw-marriott-
mungkin-orang-asing.html
Setelah melalui serangkaian proses pengusutan, polisi
Asmar Latin Sani. Dia ikut terbunuh dalam peristiwa itu. Dia ditemukan
mulai dari pelaku bom bunuh diri, perakit bom, perencanaan lapangan,
Densus 88, antara lain Aris Susanto, Indra Arif Hermawan, Muhammad
Jibril, Ali Muhammad, Amir Abdullah, Rohmad Budi alias Bejo, Supono
alias Kedu, Fajar Firdaus, Sony Jayadi, Putri Munawaroh, dan lainnya.
Sedangkan yang tewas ditembak yakni Noordin M Top, Ari Setiawan, Eko
Joko Sarjono, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Susilo, Ario Sudarso alias
Dapat dilihat bahwa DNA merupakan salah satu hal yang sangat
17
Mengenang Tragedi Bom JW Marriott dan Ritz - Corlton
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/18/16223131/mengenang-13-tahun-tragedi-
bom-jw-marriott-dan-ritz-carlton-2009-di-jakarta#:~:text=Para%20pelaku,Jakarta%20
bernama%20Dani%20Dwi%20Permana.
membantu didalam upaya penyidikan kasus. Untuk itu diperlukan sebuah
sebagai alat bukti dalam kasus hukum, hal ini diharapkan dapat
secara luas digunakan bukan hanya dalam kepentingan alat bukti semata
hal lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kajian literatur tidak hanya
untuk melihat sejauh mana Tes DNA diaplikasikan dalam proses suatu
kasus hukum ataupun pidana, namun juga untuk melihat sejauh mana
18
Simanjuntak, Tesis, Kekuatan Pembuktian Tes DNA Sebagai Alat Bukti Dalam Proses
Peradilan Pidana di Indonesia, (Semarang: UB, Tahun 2012)
B. Rumusan permasalahan
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penelitian
1. Kerangka Teori
19
Rahman Amin, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana dan Perdata,
Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020, hlm. 47-48.
dalam perkara pidana.20
tersangkanya.21
20
Eddy O.S. Hiariej, Op.cit., hlm. 5
21
Ibid., hlm. 7.
22
https://fkkmk.ugm.ac.id/mengenal-dunia-forensik/
pidana pada saat diketemukannya alat bukti berupa tubuh manusia
sebagai berikut :
23
Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum / oleh Soerjono Soekanto
mengenai bidang kehidupan tertentu. Kemungkinan lain adalah
petugas.
Hukum.
organisasi.
dimasa depan.
24
Sistem Informasi Manajemen pencapaian tujuan 2006 hal.112
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih
dengan baik.
ada di dalam sistem hukum itu sendiri mulai dari hukumnya, penegak
25
Penegakan hukum / Soerjono Soekanto pengertian penegakkan hukum
yang keempat rendahnya motivasi kerja, yang kelima adalah
ilmu hukum.
26
SANKSI ADMINISTRATIF SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENEGAKAN HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN Oleh: Wicipto Setiadi∗
lingkungan. Persoalan yang mendasar terhadap penanganan tindak
penegakan hukum.
mencakup sesuatu atau metode yang bersifat ilmiah (bersifat ilmu) dan
28
Juansih dkk, 2020, Polwan Untuk Negeri: Bunga Rampai Pemikiran dan Pengalam
yang Menginspirasi, Rayyana Komunikasindo, Jakarta, hlm. 381. 13 Marchel R. Maramis,
Op. Cit, hlm. 43.
dan lainnya.29 Teori keadilan bermartabat adalah suatu ilmu, dalam hal ini
ilmu hukum. Sebagai suatu ilmu hukum, cakupan atau scope dari teori
keadilan bermartabat dapat dilihat dari susunan atau lapisan dalam ilmu
lapisan kedua terdapat teori hukum (legal theory), lapisan ketiga terdapat
keempat terdapat hukum dan praktik hukum (law and legal practice).30
lex eterna (arus atas) dan volksgeist (arus bawah), dalam memahami
manusia.
itu adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mulia, tidak sama dengan
bermartabat adalah suatu teori hukum atau apa yang dikenal dalam
hukum, dalam hal ini sistem hukum yang dimaksud yaitu sistem hukum
Hukum
sumber dari segala sumber hukum, jiwa bangsa (volksgeist) telah berisi
etika positif, Pancasila berisi etik, nilai-nilai tertinggi dan dijunjung tinggi
(values and virtues), termasuk etika politik, sebagai landasan moral, yang
adalah suatu sistem filsafat hukum yang mengarah seluruh kaidah dan
31
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M. Si., Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Cetakan Kedua, Nusa Media, Bandung, 2015, hlm., 30-31.
32
eguh Prasetyo, DKPP RI Penegak Etik Penyelenggara Pemilu Bermartabat. Op. Cit.,
hlm., 3.
asas atau substantive legal disciplines. Termasuk di dalam substantive
legal disciplines yaitu jejaring nilai (value) yang saling terikat, dan
mengikat satu sama lain. Jejaring nilai yang saling kait-mengkait itu dapat
dan mengikat satu sama lain itu berada. 33 Keadilan bermartabat sebagai
tertinggi, yaitu sebagai sumber dari segala sumber inspirasi yuridis untuk
Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang mulia sebagai ciptaan
Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam sila itu
33
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M. Si., Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Op.Cit., hlm., 34.
perlakuan yang adil dari manusia lainnya, dan mendapatkan hal yang
Pertama. Mereka yang belajar hukum memahami hal ini dalam ungkapan
34
Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Cetakan Pertama,
Media Perkasa, Yogyakarta, 2013, hlm. 93.
35
Teguh Prasetyo, DKPP RI Penegak Etik Penyelenggara Pemilu Bermartabat, Op. Cit.,
hlm., 22.
2. Definisi operasional
Kesehatan.
f. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau
kesehatamanusia.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Spesifikasi Penelitian
hukum
3. Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan Perundang-undangan
dalam perundang-undangan.
b. Pendekatan konseptual
d. Pendekatan kasus
4. Data Penelitian
a. Data Primer
(KUHAP)
Sakit
Kedokteran
Kesehatan
b. Data Sekunder
penelitian ini, data sekunder ini terdiri dari data sekunder yang
"criminal investigations"
dan ensiklopedi.
36
Made Pasek Diantha, Op.cit., hlm. 144.
d. Data Sekunder
penelitian ini, data sekunder ini terdiri dari data sekunder yang
"criminal investigations"
dan ensiklopedi.
dan teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu peneliti
6. Sistematika Penulisan
kasus hukum.
d. BAB IV PEMBAHASAN
beberapa jurnal.
e. BAB V PENUTUP
relevan.
f. BAB III HASIL PENELITIAN
g. BAB IV PEMBAHASAN
beberapa jurnal.
h. BAB V PENUTUP
relevan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alat Bukti dalam Perkara Pidana Menurut Alat Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHP)” https://www.pn-jantho.go.id/
Detik.Net, Rangkaian terror bom di Hotel JW Mariot, https://news.detik.com/berita/d-
1009934/rangkaian-teror-bom-di-hotel-jw-marriot diakses pada 25 Mei 2023
DW News, Keluarga terduga pelaku peledakan jalani tes DNA,
https://www.dw.com/id/keluarga-terduga-pelaku-peledakan-jalani-tes-dna/a-
4507823 diakses pada 25 Mei 2023
https://jdih.mahkamahagung.go.id/storage/uploads/produk_hukum/file/KUHAP.pdf
diakses pada 25 Mei 2023
Isi/bunyi pasal 184 KUHP” https://yuridis.id/
Indonesian Corruption Watch, Urgensi Pembuktian Terbalik Positif, 2015
ttps://antikorupsi.org/id/content/urgensi-pembuktian-terbalik [Diakses 24 Mei 2023].