Proposal Tesis
Oleh
NIM:2003008
JAKARTA
2022
I
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN
NIM : 2003008
Menyetujui Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
II
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada
Program Studi S2 Magister Hukum Kesehatan Sekolah Tinggi Militer
Diajukan Oleh:
NIM 2003008
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................III
DAFTAR ISI.............................................................................................................................IV
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. POKOK PERMASALAHAN.................................................................................................9
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................9
D. MANFAAT PENELITIAN.....................................................................................................9
2 Teori Pembuktian....................................................................................................................14
4 Kerangka Teori.........................................................................................................................21
a. Teori Keabsahan Tes DNA Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Pidana................................................21
b. Teori Pembuktian............................................................................................................................ 24
IV
5 Definisi Operasional.................................................................................................................26
F. METODE PENELITIAN.....................................................................................................27
1. Jenis Penelitian.............................................................................................................................27
2. Spesifikasi Penelitian....................................................................................................................28
3. Pendekatan Penelitian.................................................................................................................28
4. Sumber Data................................................................................................................................29
G. SISTEMATIKA PENELITIAN..............................................................................................29
H. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................30
V
A. LATAR BELAKANG
merupakan aturan negara yang di telah dibuat oleh lembaga khusus pemerintahan
seperti menteri, badan eksekutif, dan lain sebagainya. Udang-undang ini lalu akan di
sah kan oleh parlemen seperti dewan perwakilan rakyat, badan legislatif, dan
sebagainya. Setelah di sah kan oleh parlemen maka akan ditandatangi oleh kepala
aturan hukum yang berisi tata cara dalam membuat dan menjalankan hukum yang ada.
Pasal 184 KUHAP merupakan peraturan yang membahas tentang bentuk-bentuk alat
bukti yang dapat diterima oleh pemerintah. Bentuk bentuk bukti yang dimaksud dalam
pasal ini adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan
terdakwa, dan juga hal yang secara umum dapat dibuktikan bahwa hal tersebut salah.
dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan yang diperlukan dalam sistem hukum yang
ada. Forensik tersendiri merangkum dari metode yang bersifat ilmiah yang terbentuk
dari fakta fakta kejadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bukti
Yuridis merupakan suatu hal yang menyarakan kebenaran dimata hukum. Dalam dunia
hukum forensik dianggap sebagai bukti yuridis yang digunakan untuk melakukan
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Undang-undang, https://kbbi.web.id/undang-2 diakses pada 24
Mei 2023
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Forensik, https://kbbi.web.id/forensik diakses pada 24 Mei
2023
1
penelitian terhadap mayat, bangkai, dan sejenisnya melalui bukti yang ditemukan di
Tes DNA dalam sebuah praktik, merujuk kepada cabang ilmu yaitu DNA
Forensik, dimana DNA forensik adalah teknik identifikasi individu berdasarkan profil
DNA. Profil DNA diperoleh dari analisis beberapa fragmen short tandem repeat (STR).
STR tersusun atas urutan basa berulang yang terdiri dari 1-6 pasang basa dengan
ukuran perulangan dapat mencapai 400 pasangan basa. DNA sendiri adalah singkatan
dari Deoxyribo Nucleic Acid (Asam Nukleat), yaitu suatu persenyawaan kimia yang
membawa keterangan genetik dan sel khusus dari makhluk secara keseluruhannya dari
suatu makhluk hidup yang akan mengatur program keturunan selanjutnya. Jadi, DNA
Dengan kareteristik individual yang tidak mungkin sama 100%, tes DNA pada
maupun asal usul seseorang. Pengembangan ini tes DNA dapat berperan dalam
perkara tindak pidana dengan asal usul keturunan seseorang, seperti kasus
pemerkosaan, pemalsuan wali, pemalsuan ahli waris dan sebagainya, lain halnya
2
pada mayat atau bendanya, maka informasi genetik dalam DNA itu bisa sangat
pembuktian tindak pidana di pengadilan itu berada dalam wilayah yuridis formal,
sehingga sah tidaknya sesuatu untuk digunakan sebagai alat bukti amat bergantung
pernah menggunakan DNA sebagai bukti yuridis dalam peradilan. Hal ini terjadi pada
Hotel JW Marriottt merupakan salah satu hotel berbintang dengan lokasi di Setia
Budi. Hotel ini merupakan salah satu hotel yang paling sering dikunjungi oleh
wisatawan, hal tersebut dikarenakan pelayanan dan juga keamanan yang diberikan
oleh hotel ini menjadi preferensi utama dari konsumen. Namun, 5 Agustus 2003 hotel
ini menjadi korban dimana terjadinya kasus bom 3 yang menewaskan 14 orang dan 156
orang lainnya mengalami luka dari skala kecil hingga berat. Kasus ini dimulai ketika
ketika pukul 07.50 pagi terdapat mobil yang mengangkut bahan peledak parkir persis di
depan hotel, 10 menit setelahnya terjadilah ledakan yang sangat besar sehingga
membuat kerusakan yang cukup berat di hotel ini. Untuk mengungkap kasus ini polisi
melakukan tes DNA kepada anggota keluarga dari 2 jenazah yang dicurigai sebagai
Uji DNA4 ini dilakukan kepada M. Nasir dan Tumini yang merupakan kedua
orangtua dari Nur Said yang berasal dari Temanggung, Jawa Tengah. Ia diduga
tersangka yang merupakan tamu di kamar No. 1808, tempat dimana polisi menemukan
3
Detik.Net, Rangkaian terror bom di Hotel JW Mariot,
https://news.detik.com/berita/d-1009934/rangkaian-teror-bom-di-hotel-jw-marriot diakses pada 25 Mei
2023
4
DW News, Keluarga terduga pelaku peledakan jalani tes DNA, https://www.dw.com/id/keluarga-
terduga-pelaku-peledakan-jalani-tes-dna/a-4507823 diakses pada 25 Mei 2023
3
bom yang belum meledak. Selain itu, uji DNA ini juga dilakukan kepada Keluarga
Ibrahim yang merupakan pegawai di hotel ini yang berasal dari cirebon. Hal yang
membuat pihak berwajib curiga kepada dia dikarenakan hilang sejak kejadian ledakan
bom tersebut.
Undang-Undang Acara Pidana) yang merupakan kumpulan aturan aturan hukum yang
berisi tata cara dalam membuat dan menjalankan hukum yang ada. Selama proses
dalam pengadilan yang berfungsi untuk melakukan pemeriksaan terhadap saksi saksi
Pasal 184 KUHAP yang membahas tentang bentuk bentuk alat bukti yang dapat
diterima oleh pemerintah. Bentuk bentuk bukti yang dimaksud dalam pasal ini adalah
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa, dan juga hal
yang secara umum dapat dibuktikan bahwa hal tersebut salah. Menggunakan DNA
sebenarnya belum memiliki aturan khusus dalam 184 KUHAP ini. Namun, hal ini bisa
menjadi salah satu bukti yuridis dikarenakan DNA dapat muncul apabila adanya
keterangan dari ahli yang memberikan validasi dari suatu kejadian. Begitu pun dengan
kasus ini. Ahli memberikan keterangan bahwasannya DNA yang dimiliki terduga pelaku
5
Mahkamah Agung, KUHAP, https://jdih.mahkamahagung.go.id/storage/uploads/produk_hukum/file/
KUHAP.pdf diakses pada 25 Mei 2023
6
Et.Seq
4
bom hotel JW Marriortt sesuai dengan keluarganya. Sehingga dianggap hal ini valid
dimata peradilan.
sah, baik dalam hukum positif (KUHAP), seperti telah dikemukakan di atas, maka jelas
sekali bahwa hasil tes DNA tidak termasuk sebagai salah satu poin di dalamnya.
sampai saat ini penggunaan alat bukti tes DNA dalam proses peradilan di indonesia
hanyalah dipandang sebagai alat yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang
bukti lain. Seperti yang di kutip dalam Pasal 184 KUHAP bahwa alat bukti yang sah
adalah salah satunya adalah keterangan ahli, hal ini merujuk pada tes DNA yang perlu
di perkuat dengan keterangan ahli sehingga alat bukti tes DNA secara mandiri belum
dilihat sebagai alat bukti yang dapat mendukung proses pengidentifikasian pelaku
tindak pidana. padahal jelas bahwa alat bukti tes DNA sebagai alat bukti petunjuk
mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam upaya menegakkan hukum dan
keadilan. DNA sering digunakan oleh tim forensik untuk mengungkap pelaku kejahatan.
ketika terjadi pembunuhan, maka yang pertama kali dicari oleh kepolisian di tempat
kejadian perkara, selain sidik jari, adalah jejak biologis pelaku. melalui analisa DNA,
atau sidik jari genetika, kepolisian sudah berulang kali menuntaskan kasus kriminal.
secara khusus dalam KUHAP, sehingga berakibat masalah legalitasnya bersifat sangat
interpretatif. Namun sebelum melangkah lebih jauh mengenai memanfaatkan alat bukti
tes DNA sebagai alat bukti di persidangan, berbagai pemikiran dan ulasan serta
5
kerangka pikir yang terbangun nampaknya sudah mulai mengerucut bahwa alat bukti
Dilihat dari tingkat validitasnya sebagai sebuah instrumen pembuktian tes DNA
profiling DNA. Profil DNA diperoleh dari analisis beberapa fragmen short tandem repeat
(STR). STR tersusun atas urutan basa berulang yang terdiri dari 1-6 pasang basa
dengan ukuran perulangan dapat mencapai 400 pasangan basa. Urutan perulangan
STR dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah pasang basa dalam satu unit
perulangan, yaitu mononukleotida (satu pasang basa tersusun berulang satu sama
lain), dinukelotida (dua pasang basa), trinukelotida (tiga pasang basa), tetranukloetida
(empat pasang basa), pentanukleotida (lima pasang basa) dan heksanukleotida (enam
pasang basa)7.
10.000 nukleotida. Jumlah perulangan STR memiliki polimorfisme tinggi antar individu,
oleh karena itu marka STR sering digunakan sebagai marka untuk identifikasi individu.
Polimorfisme ditunjukkan dengan keragaman alel tiap lokus marka, setiap alel
profil DNA memerlukan informasi dari keseluruhan urutan DNA dalam waktu yang
cepat, oleh karena itu agar dapat mengkombinasi informasi dari beberapa loki, STR
yang digunakan sebagai marka dalam identifikasi individu dipilih dari kromosom-
kromosom yang berbeda atau dalam kromosom yang sama namun dengan jarak antar
7
Kartika Ratna Pertiwi,Skripsi: Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik,
(Yogyakarta: UNY, 2020) Hal 5.
6
lokus yang jauh, hal ini juga untuk menghindari pertautan antara marka. Hingga saat ini
marka STR utama yang digunakan oleh ilmuwan forensik untuk identifikasi individu
adalah 13 lokus yang dipilih oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) dalam CODIS
(Combined DNA Index System); yaitu CSF1PO, FGA, TH01, TPOX, vWA, D3S1358,
darah dalam beberapa kondisi lingkungan yang berbeda, yaitu di dalam ruangan, di luar
ruangan, di dalam air atau di dalam tanah. Bercak darah ini telah mengalami paparan
sehingga kualitas DNA dari sampel tersebut tidak dapat diprediksi. Pemeriksaan DNA
bercak darah dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu ekstraksi, purifikasi, kuantifikasi
diharapkan dapat memperoleh alel pada keseluruhan fragmen target STR sehingga
dapat menghasilkan profil DNA penuh (full profile). Target dari primer-primer STR
Pada tahap amplifikasi STR inilah kualitas sampel DNA menentukan hasil akhir, dimana
apabila terjadi kerusakan atau degradasi pada DNA dari sampel maka hasil amplifikasi
tidak akan sempurna. Degradasi atau kerusakan DNA dapat berupa perubahan pada
struktur DNA dalam bentuk patahan pada untai DNA, hilangnya satu basa atau
Untuk dapat berdiri sendiri sebagai suatu alat bukti maka tes DNA itu sendiri
harus dapat adequate untuk tidak mengganggu validitasnya, namun faktor kimiawi dan
8
Pemeriksaan Forensik DNA Tulang dan Gigi; Identifikasi pada DNA Lokus STR CODIS, Y-STRs, dan
mtDNA,(Yogyakarta: CV Sintesa Prhopetica, 2020) Hal 21.
7
fisik yang terdapat dalam lingkungan dapat mempengaruhi DNA meliputi ion-ion radikal,
hidrolisis, dan paparan sinar UV. Ion-ion radikal merusak DNA melalui reaksi oksidasi,
alkilasi dan deaminasi; sedangkan hidrolisis merusak DNA dengan melepaskan ikatan-
ikatan pada DNA. Radiasi sinar ultraviolet dan radiasi ion dapat merusak DNA dengan
membuat patahan pada untai DNA 9. Kecepatan proses degradasi tergantung pada
waktu dan kondisi lingkungan. Akumulasi degradasi DNA bertambah seiring dengan
bertambahnya waktu dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, pH dan kimia tanah)
terutama fragmentasi pada sisi pengenalan primer atau pada bagian perulangan STR
inhibitor PCR pada sampel DNA akan mengganggu pengenalan enzim polimerase
terhadap target sehingga proses amplifikasi STR terganggu. Kegagalan amplifikasi ini
ditunjukan dengan tidak munculnya puncak alel pada grafik elektroferogam yang
disebut sebagai allelic drop out. Menurut McCord et al10, inhibitor adalah zat yang dapat
menghambat PCR dengan mengikat enzim polimerase atau mengikat DNA template
sehingga DNA target tidak dapat teramplifikasi. Inhibitor yang banyak ditemukan di
lingkungan dapat berupa ion-ion logam, asam humat, dan ion kalsium.
9
Hilman Ali Fardhinand, Eksistensi Tes DNA Sebagai Alat Bukti dalam Pembuktian Hukum Pidana, (Lex
Crimen Vol IV/No 2/April/2015) Hal. 3
10
Epstein F, McCord J, Oxygen-Derived Free Radicals in Postischemic Tissue Injury, (New England
Journal of Medicine, 1985) Hal 4
8
Beberapa penelitian mengenai pengaruh lingkungan terhadap hasil analisis DNA
penelitian terhadap bercak darah yang diletakkan pada beberapa suhu dan kelembaban
yang berbeda dan memperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi kelembaban semakin
tinggi kerusakan DNA. Hasil penelitian Onori et al 12 menunjukkan bahwa allelic drop out
terjadi mulai minggu pertama pada DNA dari bercak darah kering maupun basah. Hasil
profil DNA yang tidak utuh dapat menjadi masalah dalam pengambilan keputusan
identifikasi individu.
Untuk itu diperlukan sebuah kajian literatur yang dapat menguatkan tes DNA
dalam upaya independen sebagai alat bukti dalam kasus pidana, hal ini diharapkan
dapat mendorong sebuah best practice dalam kajian DNA Forensik, karena di negara
lain pengaplikasian Tes DNA untuk kepentingan hukum telah secara luas digunakan
bukan hanya dalam kepentingan alat bukti semata namun berhubungan dengan
penentuan kewarganegaraan dan banyak hal lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
sebuah kajian literatur tidak hanya untuk melihat sejauh mana Tes DNA diaplikasikan
dalam proses pidana namun juga untuk melihat sejauh mana potensi Tes DNA
dikembangkan; sehingga dapat menjadi dasar best practice dalam kajian DNA
Forensik.
11
Samantha L. Ramley, Disertasi: The effects humidity & temperature has on DNA contamination
during storage,(Missoula:The University Of Montana, 2022) Hal ii
12
Onori et al, Post-mortem DNA damage: A comparative study of STRs and SNPs typing
efficiency in simulated forensic samples, (International Congress Series 1288; 2006) Hal 511
9
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai kondisi tersebut melalui penulisan tesis yang berjudul:
B. POKOK PERMASALAHAN
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan mengambarkan kajian literatur mengenai Tes DNA dalam kajian
forensik.
2. Mengetahui dan mengambarkan kajian literatur mengenai tes DNA sebagai alat
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Informasi mengenai Best Practice Tes DNA dalam kajian forensik, serta
bagaimana pengaplikasian tes DNA sebagai alat bukti independen dalan kajian
hukum pidana
10
E. KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL
Istilah alat bukti dan pembuktian sering ditemukan dalam literatur hukum, baik
dalam hukum perdata (perkawinan, dan mu’amalat) maupun hukum pidana. Secara
bahasa, alat bukti tersusun atas dua kata. Kata alat memiliki beberapa arti, (1)
barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas, atau perabotan, (2)
barang yang dipakai untuk mencapai suatu maksud, syarat, atau sarana, (3) orang
yang dipakai untuk mencapai maksud, (4) bagian tubuh (manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan) yang mengerjakan sesuatu, dan (5) segala apa yang dipakai untuk
menjalankan kekuasaan negara (seperti polisi dan tentara) 13. Kata alat dikhususkan
maknanya ketika telah diberi kata lain di depannya, seperti alat angkutan, alat dapur,
Kata bukti sendiri memiliki arti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu
peristiwa, keterangan nyata, saksi, atau tanda. Bisa juga berarti hal yang menjadi
tanda perbuatan jahat. Adapun alat bukti adalah alat pembuktian 14. Dengan
demikian, kata alat bukti telah menjadi satu istilah dan memiliki arti tersendiri. Intinya,
alat bukti merupakan sesuatu, baik berupa benda atau kesaksian, sehingga dapat
juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh
13
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008).
14
Et.Seq.
11
undang-undang yang boleh dipergunakan oleh hakim membuktikan kesalahan yang
didakwakan15.
untuk menjustifikasi begitu saja sebelum melalui proses pembuktian. Pembuktian ini
penilaian.
karena itu, maka kita perlu memperjelas terlebih dahulu tentang pengertian
Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang artinya dalam
b. Tanda bukti, barang bukti adalah apa-apa yang menjadi tanda sesuatu
15
D Prakoso, ‘Alat Bukti Dan Kekuatan Pembuktian Di Dalam Proses Pidana’, 1988.
16
Et.Seq
17
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008).
12
1) Memberi (memperlihatkan) bukti
sebagainya)
4) Meyakinkan, menyaksikan18.
yang luas dan arti yang terbatas. Arti yang luas ialah: membenarkan hubungan
ini mengandung arti, bahwa hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang
tergugat adalah benar. Membuktikan dalam arti yang luas berarti memperkuat
kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah. Dalam arti yang terbatas,
pembuktian hanya diperlukan apabila apa yang dikemukakan oleh penggugat itu
dibentuk oleh tergugat. Apa yang tidak dibantah, tidak perlu dibuktikan 19.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam suatu pemutusan perkara di
sidang pengadilan harus dapat membuktikan kesalahan terdakwa atas pidana yang
telah dilakukannya.
1. Membuktikan dalam arti logis ialah memberikan kepastian yang bersifat mutlak
karena berlaku bagi setiap orang. Dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan.
18
E Danil, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana Dan Pemberantasannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016).
19
R Supomo, Kajian Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: UII Press 2002).
13
2. Membuktikan dalam arti konvensional ialah memberikan kepastian yang bersifat
b. Kepastian yang didasarkan pada pertimbangan akal, oleh karena itu disebut
Conviction raisonnee.
3. Membuktikan dalam arti yuridis ialah memberi dasar-dasar yang cukup kepada
Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
berperkara atau yang memperoleh hak dari mereka. Dengan demikian pembuktian
dalam arti yuridis tidak menuju pada kebenaran mutlak, karena ada kemungkinan
Dari uraian diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa pembuktian adalah
2 Teori Pembuktian
juga pada Bab IV terdiri atas pasal 25 sampai dengan pasal 40 dari UU No. 31
b. Teori Tradisionil
20
Sudikno Mertokusumo, Jenis Pembuktian Dalam Pengadilan (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
14
1) Teori Negatif
Teori ini mengatakan bahwa hakim boleh menjatuhkan pidana, jika hakim
mendapatkan keyakinan dengan alat bukti yang sah, bahwa telah terjadi
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Teori ini dianut oleh Herzienne
Inlands Reglement (HIR) dalam pasal 294 HIR ayat (1), yang pada dasarnya
ialah:
Terdakwa
2) Teori Positif
terdakwa, bila ada bukti minimum yang diperlukan oleh undang-undang. Dan
bahwa kesalahan terdakwa. Titik berat dari ajaran ini ialah positivitas. Tidak
ada bukti, tidak dihukum; ada bukti, meskipun sedikit harus dihukum 22.
Teori ini dianut oleh KUHAP, sebagaimana tercantum dalam ketentuan pasal
15
3) Teori Bebas
Teori ini tidak mengikat hakim kepada aturan hukum. Yang dijadikan pokok,
asal saja ada keyakinan tentang kesalahan terdakwa, yang didasarkan pada
ini tidak dianut dalam sistem Herzienne Inlands Reglement (HIR) maupun
sistem KUHAP.
c. Teori Modern
hakim sangat bersifat subjektif. Menurut teori ini sudah dianggap cukup bahwa
dengan tidak terikat oleh suatu peraturan. Dalam sistem ini, hakim dapat
pikiran dan logika. Sistem penjatuhan pidana tidak didasarkan pada alat-alat
pengawasan.
bewijstheorie)
24
LP3M, Pengetahuan Tentang Hukum, http://lp3madilindonesia.blogspot.com/2015/09/beban-
pembuktian-penuntut.html [diakses pada 24 Mei 2023].
16
Dalam teori ini, undang-undang menetapkan alat bukti mana yang dapat
bukti serta kekuatan pembuktian dari alat- alat itu sedemikian rupa. Jika alat-
alat bukti ini sudah dipakai secara yang sudah ditetapkan oleh undang-
hakim mungkin berkeyakinan bahwa yang harus dianggap terbukti itu tidak
Teori ini juga dianut oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dan Herzienne Inlands Reglement (HIR), dalam teori ini dinyatakan
bahwa pembuktian harus didasarkan pada undang- undang, yaitu alat bukti
(Iaconviction raisonnee)
25
Indonesian Corruption Watch, Urgensi Pembuktian Terbalik Positif, 2015
https://antikorupsi.org/id/content/urgensi-pembuktian-terbalik [Diakses 24 Mei 2023].
17
Menurut teori ini hakim dapat memutuskan seseorang bersalah berdasarkan
keyakinannya.
genetika seseorang. Dengan tes DNA, seseorang bisa mengetahui garis keturunan
dan juga risiko penyakit tertentu. DNA adalah deoxyribonucleic atau asam
tubuh tiap orang yang diwarisi dari kedua orang tua 27.
ftagmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Di dalam inti sel, DNA membentuk satu
kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki
46 kromosom sex (XX atau XY). Setiap anak akan menerima setengah pasang
26
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, 2nd edn (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
27
Yuliana Iswandiari, Cara Kerja Tes DNA Untuk Mengecek Garis Keturunan • Hello Sehat, 2021.
18
kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu, sehingga
setiap individu membawa sifat yang di turunkan baik dari ibu maupun dari ayah 28.
Setiap orang memiliki DNA yang berbentuk double helix atau rantai ganda, satu
rantai diturunkan dari ibu dan satu rantai lagi diturunkan dari ayah. Hal inilah yang
bisa mengungkapkan asal usul keturunan. Hal ini bisa dilihat dari susunan DNA
anak, lalu dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Kalau susunan DNA ibu dan
ayah itu ada pada anak, berarti anak itu adalah anak kandung.
Hampir semua bagian tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang
sering digunakan adalah darah, rambut, air liur dan kuku. Sampel DNA yang
digunakan bisa dari inti sel maupun mitokondrianya. Namun yang paling akurat
adalah inti sel karena inti sel tidak bisa berubah. Sampel darah adalah sampel
yang paling sering digunakan. Namun yang diambil bukanlah sel darah merah
melainkan sel darah putih, karena sel darah merah tidak memiliki inti sel 29.
Sampel DNA bisa berupa usapan selaput lendir bagian dalam pipi serta
darah. Tujuannya, memperoleh sampel untuk membuat profil DNA anak dan
28
Et.Seq
29
Et.Seq
19
Usapan selaput lendir dalam pipi mungkin tercampur dengan sisa makanan
dan bakteri yang berkeliaran di dalam mulut dan darah terdiri dari sitoplasma,
darah merah, dan darah putih. Tujuan ekstraksi adalah mengambil DNA saja.
3) Penggandaan DNA
Penggandaan DNA bertujuan agar menjadi lebih banyak dan terlihat polanya.
Setiap marka itu menentukan apakah setengah pasang kromosom itu cocok
dengan anak mengingat ayah hanya menurunkan setengah pasang dan ibu
akan terurai. Dari uraian itulah, kita bisa membandingkan DNA ayah, ibu, dan
internasional dan bisa dibaca oleh lembaga dari negara lain. Hasil analisis tes
30
Tempo, Memahami Tahap-Tahap Dalam Tes DNA, https://cantik.tempo.co/read/815758/memahami-
tahap-tahap-dalam-tes-dna, Diakses 5 Mei 2023.
20
Di Indonesia, terdapat dua Laboratorium yang dapat melayani user dalam tes
DNA yaitu Laboratorium Pusdokkes Polri Jakarta Timur dan di Lembaga Bio
Molekuler Eijkman Jakarta Pusat. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih
cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats).
STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom
manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya.
Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan
pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini
sampel rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnya DNA dimurnikan
dari kotoran-kotoran seperti protein, sel debris, dan lain-lain. Untuk metode
Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak meninggalkan cara tersebut dan beralih ke
produk-produk pemurnian yang telah dipasarkan seperti produk butir magnet dari
memugkinkan metode pemisahan DNA yang lebih sederhana dan cepat. Tahapan
mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi. Hasil akhir
21
dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA
elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang
berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga
berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print) yang akan
dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam tahapan typing,
proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca
gambar identifikasi DNA. Finishing dari tes DNA adalah mencocokan tipe-tipe
DNA31.
4 Kerangka Teori
Pidana
Keotentikan tes DNA sebagai alat bukti dalam penyelesaian tindak pidana
1) DNA langsung diambil dari bagian tubuh pada orang-orang yang terkait,
baik itu tersangka, korban maupun pelaku, sehingga tidak mungkin ada
2) Setiap orang memiliki urutan nukleotida atau DNA yang unik dan berbeda
31
Brainly, Bagaimanakah Proses Tes DNA, https://brainly.co.id/tugas/5335471, Diakses pada 12 Mei
2023.
32
H A Fardhinand, Eksistensi Tes Dna (Deoxyribo Nucleic Acid) Sebagai Alat Bukti Dalam Pembuktian
Hukum Pidana’(Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015).
33
National Research Council,The Evaluation of Forensic DNA Evidence, (National Academy Press,
1996).
22
Walaupun demikian penggunaan tes DNA dalam hal pembuktian juga memiliki
Pembuktian melalui tes DNA ternyata dapat dikategorikan sebagai alat bukti
lainnya, seperti pengakuan, kesaksian dan sumpah. Sebab dalam banyak hal
tekanan dan ancaman bagi dirinya dan itu sama sekali tidak menggambarkan
dalam kesaksiannya dan tidak terlihat tanda- tanda dusta, tetapi sebenarnya
mereka menyimpan kedustaan yang nyata. Tes DNA sebagai alat bukti
dengan keakuratan yang cukup tinggi bisa dijadikan pilihan alternatif dalam
penyelesaian tindak pidana. Walau demikian, tes DNA tidak bisa menjadi satu-
satunya bukti yang dipakai. Alat bukti pengakuan dan kesaksian tetap
diperlukan disini, sebagai langkah awal untuk mengetahui ada tidaknya tindak
34
P J Umboh, Fungsi Dan Manfaat Saksi Ahli Memberikan Keterangan Dalam Proses Perkara Pidana,
(Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013).
35
Y Ngili and others, Variants Analysis of Human Mitochondrial Genome Mutation: Study on Indonesian
Human Tissues, (USA: International Journal of ChemTech Research 2012).
23
pidana. Sehingga posisi tes DNA hanya sebagai alat bukti penguat. Dalam
Sedangkan Visum et Repertum dalam bingkai alat bukti yang sah menurut
undang-undang, masuk dalam kategori alat bukti surat. Namun dalam proses
demikian itu didasarkan pada pasal 188 ayat (1) dan (2) KUHAP. Kemudian,
dalamnya telah terselip alat bukti berupa keterangan saksi. Dengan kata lain
keterangan saksi, Visum et Repertum merupakan bagian dari alat bukti surat
dan dari alat bukti surat tersebut, dapat diperoleh alat bukti baru yaitu
petunjuk36.
b. Teori Pembuktian
secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam
Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat
disita, yaitu:
1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak
pidana;
36
S Soekanto, B Sampurna, and Herkutanto, Visum et Repertum Teknik Penyusunan Dan Pemerian,
(Indi Hill Company, 1987).
24
2) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana;
yang dilakukan,
Atau dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang disebutkan
dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti. Selain itu
barang bukti. Dalam Pasal 42 HIR disebutkan bahwa para pegawai, pejabat
delicti)
(instrumenta delicti)
25
Selain dari pengertian-pengertian yang disebutkan oleh kitab undang-undang
oleh beberapa Sarjana Hukum. Prof. Andi Hamzah mengatakan, barang bukti
dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai mana delik tersebut
dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan (alat yang
dipakai untuk melakukan delik), termasuk juga barang yang merupakan hasil
dari suatu delik (Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, hal. 254). Ciri-
lainnya
barang bukti kejahatan. Dalam Pasal 181 KUHAP majelis hakim wajib
berpendapat barang bukti ialah barang yang digunakan oleh terdakwa untuk
melakukan suatu delik atau sebagai hasil suatu delik, disita oleh penyidik
26
5 Definisi Operasional
DNA sebagai bukti yuridis dalam analisis forensik sesuai dengan kajian pasal
185 KUHAP.
tinjauan sistematis.
c. Alat bukti sebagai suatu hal yang ditentukan oleh undang-undang yang dapat
27
terhukum, yang diperoleh dengan kejahatan atau yang dengan sengaja
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
mencari pemecahan masalah atas isu hukum yang timbul sehingga hasil yang
mengenai apa yang seyogyanya atas penelitian kegiatan ilmiah yang diajukan.
inklusi dan eksklusi yang terdapat pada penelitian ini untuk melakukan analisis
DNA terhadapa kasus pidana sesuai dengan kajian pasal 184 KUHAP.
2. Spesifikasi Penelitian
menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti,
berlaku ditempat tertentu, dan pada saat tertentu, yaitu terkait kedudukan hukum
para petugas atau pelaksana teknis yang berkaitan dengan DNA sebagai
28
3. Pendekatan Penelitian
pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian ini merupakan penelitian normatif,
terkait kajian literatur DNA sebagai alat bukti dalam kasus pidana. Lebih
berimbang
4. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder yang diambil
dari berbagai database jurnal yang memiliki topik pembahasan yang sejalan
dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kata kunci "DNA test"
29
G. SISTEMATIKA PENELITIAN
ini penulis akan membagi menjadi 2 BAB yang terdiri dari bagian–bagian yang
berikut:
1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
Pada bab II ini merupakan kajian beberapa teori terkait peran uji forensic
dengan menggunakan DNA sebagai alat bukti pada suatu perkaran dalam
persidangan.
H. DAFTAR PUSTAKA
31
Menaker, Tasha A., Bradley A. Campbell, and William Wells, ‘The Use of Forensic
Evidence in Sexual Assault Investigations: Perceptions of Sex Crimes
Investigators’, Violence Against Women, 23.4 (2017), 399–425
<https://doi.org/10.1177/1077801216641519>
Mertokusumo, Sudikno, Jenis Pembuktian Dalam Pengadilan (Jakarta: Sinar Grafika,
2009)
National Research Council, ‘The Evaluation of Forensic DNA Evidence’, 1996
<https://www.google.com/books?
hl=id&lr=&id=0wKfAwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT15&dq=Everyone+has+a+unique+an
d+different+sequence+of+nucleotides+or+DNA,
+so+the+conclusions+that+come+out+are+quite+valid&ots=zp4KJARWMj&sig=Bc
XbOIwQzd3z8DvhD1JMv_-YTfg>
Ngili, Y, A S Noer, A S Ahmad, Y F Syukriani - pathways, and 2012, ‘Variants Analysis
of Human Mitochondrial Genome Mutation: Study on Indonesian Human Tissues’,
2012
<https://www.researchgate.net/profile/Yoni-Syukriani/publication/267957633_Varia
nts_Analysis_of_Human_Mitochondrial_Genome_Mutation_Study_on_Indonesian_
Human_Tissues/links/5ef4598492851c35353fc6cd/Variants-Analysis-of-Human-
Mitochondrial-Genome-Mutation-St>
Patanra, A R, H Herman, O K Haris - Halu Oleo Legal Research, and 2020,
‘Pembuktian Perkara Pidana Berdasarkan Hasil Tes DNA (Deoxyribo Nucleis
Acid)’, 2020 <http://ojs.uho.ac.id/index.php/holresch/article/view/15333>
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981(Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana)
Peterson, J, D Johnson, D Herz, L Graziano… - Washington, … DC: The, and 2012,
‘Sexual Assault Kit Backlog Study’, 2012
<https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.458.9578&rep=rep1&type=pdf>
Prakoso, D, ‘Alat Bukti Dan Kekuatan Pembuktian Di Dalam Proses Pidana’, 1988
SIREGAR, DAYU, ‘Penggunaan Alat Bukti Autopsi Forensik Dalam Pembuktian Tindak
Pidana Pembunuhan’ <http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/12389>
Soekanto, S, B Sampurna, and Herkutanto, ‘Visum et Repertum Teknik Penyusunan
Dan Pemerian’, 1987
Supomo, R, Kajian Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, ed. by UII Press (Yogyakarta,
2002)
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas,
2008)
Vanderheyden, Natasja, Elke Verhoeven, Steve Vermeulen, and Bram Bekaert,
‘Survival of Forensic Trace Evidence on Improvised Explosive Devices:
Perspectives on Individualisation’, 2020 <https://www.ncbi.nlm.nih.govundefined>
32
Washington, M S Nelson -, DC: U S Department of Justice, … National, and 2013,
‘Analysis of Untested Sexual Assault Kits in New Orleans’, 2013
<https://www.ojp.gov/pdffiles1/nij/242312.pdf>
Wikipedia, ‘Bukti Sistem Hukum’, 2015
Williams, Robin, and Paul Johnson, ‘Inclusiveness, Effectiveness and Intrusiveness:
Issues in the Developing Uses of DNA Profiling in Support of Criminal
Investigations’, Journal of Law, Medicine & Ethics, 33.3 (2005)
<https://doi.org/10.1111/j.1748-720X.2005.tb00517.x>
Woodman, Peter A., Caroline Spiranovic, Roberta Julian, Kaye N. Ballantyne, and Sally
F. Kelty, ‘The Impact of Chemical Trace Evidence on Justice Outcomes: Exploring
the Additive Value of Forensic Science Disciplines’, Forensic Science International,
307.May (2020), 110121 <https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2019.110121>
33