Anda di halaman 1dari 17

Referat

TRACE EVIDENCE

Disusun oleh:

Atiqa Auni Hazira Nasution, S.Ked NIM.2208438085


Rahmeini Wulandari, S.Ked NIM.2208436593

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, Sp. FM, Subsp. EM(K), MM, MARS, MH

KEPANITERAAN KLINIK
KJF FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RS BHAYANGKARA PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan referat ini untuk diajukan sebagai

salah satu syarat untuk ujian Kepaniteraaan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal Fakultas Kedokteran Univertas Riau. Adapaun judul referat ini adalah

“Trace Evidence”.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih pembimbing yaitu dr. Arwan,

M.Ked.For, Sp.FM atas saran dan bimbingan dalam menyempurnakan penulisan

referat serta kepada dokter-dokter pembimbing di RS Bhayangkara Pekanbaru.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna. Oleh karena

itu, penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penyusunannya. Penulis

juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki

kekurangan dari referat ini di kemudian hari. Akhir kata dari penulis, semoga referat

ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Atas perhatian yang telah

diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 22 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 2
1.5. Metode Penulisan .................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4


2.1. Definisi Trace Evidence ......................................................... 4
2.2. Jenis Trace Evidence .............................................................. 5

BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 13


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya hukum acara pidana di indonesia dari dahulu

sampai sekarang ini tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai pembuktian, apa

saja jenis tindak pidananya pastilah melewati proses pembuktian. Hal ini tidak

terlepas dari sistem pembuktian pidana Indonesia yang masih menganut Sistem

Negatif Wettelijk dalam pembuktian pidana. Pembuktian dalam hal ini bukanlah

upaya untuk mencari-cari kesalahan pelaku saja namun yang menjadi tujuan

utamanya adalah untuk mencari kebenaran dan keadilan materil. Hal ini didalam

pembuktian pidana di Indonesia kita mengenal dua hal yang sering kita dengar yaitu

alat bukti dan barang bukti di samping adanya proses yang menimbulkan keyakinan

hakim dalam pembuktian.1

Dalam proses perkara pidana di Indonesia, barang bukti memegang peranan

yang sangat penting, dimana barang bukti dapat membuat terang tentang terjadinya

suatu tindak pidana dan akhirnya akan digunakan sebagai bahan pembuktian, untuk

menunjang keyakinan hakim atas kesalahan terdakwa sebagaimana yang

didakwakan oleh jaksa penuntut umum di dalam surat dakwaan di pengadilan.1

Barang bukti tersebut antara lain meliputi benda yang merupakan objek – objek dari

tindak pidana, hasil dari tindak pidana dan benda-benda lain yang mempunyai

hubungan dengan tindak pidana. Untuk menjaga kemanan dan keutuhan benda

tersebut undang-undang memberikan kewenangan kepada penyidik untuk

melakukan penyitaan. Penyitaan mana harus berdasarkan syarat – syarat dan tata

cara yang telah ditentukan oleh undang-undang.2

1
2

Pasal-pasal KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) tentang

pembuktiandalam acara pemeriksaan biasa diatur didalam Pasal 183 sampai 202

KUHAP. Pasal 183 KUHAP yang berbunyi : “Hakim tidak boleh menjatuhkan

Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang – kurangnya ada dua alat

bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah terjadi

dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.2 Trace evidence atau bukti

jejak merupakan bukti fisik yang yang keberadaannya sering kali tidak dapat dilihat

dengan mata telanjang. Jejak-jejak ini berupa partikel-partikel kecil ditemukan

ditempat kejadian perkara (TKP). Biasanya bukti jejak meliputi rambut, serat

pakaian, noda darah, serpihan kaca, cat, debu, serbuk sisa tembak, serbuk sisa

ledakan dan lain-lain. Pentingnya trace evidence dalam penyelidikan kriminal

karena bukti jejak dapat memberikan petunjuk tentang hubungan antara pelaku,

korban, dan tempat kejadian.2

1.2 Rumusan Masalah

Referat ini akan membahas tentang trace evidence.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan memahami

tentang trace evidence.


3

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan

tentang trace evidence serta meningkatkan keterampilan dalam menulis karya

ilmiah di bidang kedokteran.

1.5 Metode Penulisan

Penulisan referat ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan pustaka

dengan mengacu pada beberapa literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Trace Evidence

Trace evidence atau jejak bukti adalah jenis material yang memiliki karakter

kimia dan fisik yang dapat digunakan untuk membuktikan apakah tersangka berada

ditempat kejadian perkara. Material yang digunakan untuk mengidentifikasi suspek

meliputi semua termasuk rambut hingga serat pakaian. Trace evidence adalah bukti

dijumpai saat objek-objek yang berbeda berhubungan satu sama lain. 4

Segala sesuatu dalam ilmu forensik, termasuk bukti jejak didasarkan pada

prinsip Locard yang menyatakan bahwa pada setiap kontak fisik yang terjadi antara

dua benda akan menyebabkan tertinggalnya bekas pada masing-masing benda yang

berkontak tersebut. Setiap kali seseorang menyentuh sesuatu, bersentuhan dengan

sesuatu, atau seseorang, dia akan selalu meninggalkan sesuatu. Hal itu bisa berupa

sidik jari, rambut, atau bahkan serat kain yang dapat menjadi saksi dari kejahatan

tersebut.4

Trace evidence atau bukti jejak merupakan bukti fisik yang yang

keberadaannya sering kali tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Jejak-jejak ini

berupa partikel-partikel kecil ditemukan ditempat kejadian perkara (TKP). Bukti

fisik yang ditemukan di TKP dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 4

1. Bukti transient, bukti ini sesuai dengan sifatnya hanya sementara dan akan

dengan mudah hilang atau berubah.

2. Bukti pola, seperti percikan bercak darah, pola pecahan kaca/gelas, pola

kebakaran, pola posisi furniture, posisi mayat, dan lain-lain.

4
5

3. Bukti kondisional, seperti derajat kekakuan mayat, distribusi lebam mayat,

apakah pintu terkunci, apakah lampu menyala, ketebalan dan arah Gerakan

asap.

4. Bukti yang dipindahkan (transfer), yang merupakan bukti fisik yang paling

klasik. Bukti transfer terjadi karena kontak antara orang-orang atau benda-

benda, atau antara orang dengan benda.

2.2. Jenis Trace Evidence

Beberapa jejak bukti ada di TKP, namun paling umum diantaranya adalah

sebagai berikut:5

• Rambut

Rambut adalah salah satu jenis trace evidence yang tersering. Jenis rambut

sangat bervariasi diantara individu dan berbagai populasi menurut ras. Dalam

berbagai kasus, rambut digunakan untuk mengidentifikasi korban yang tidak

diketahui identitasnya.

Karakteristik batang rambut diperiksa dengan menggunakan

mikroskop. Karakteristik tersebut meliputi bentuk dan ukuran dari medulla

rambut, ada tidaknya granul pigmen, dan model kulit kepala seseorang.

Rambut yang terbakar akan menyebabkan batang rambut menjadi keriting

dan bergelembung. Pertumbuhan rambut rata-rata 1 mm per hari. Dengan

pengetahuan ini, investigator dapat memperkirakan kapan rambut tersebut

terpapar oleh bahan-bahan kimiawi. Ujung rambut yang berasal dari kulit

kepala mungkin menunjukkan bahwa rambut tersebut telah sering dipotong

atau terpapar benda panas atau bahan kimiawi lainnya. Sedangkan, rambut

janggut biasanya menunjukkan ujung yang tumpul karena sering dicukur.


6

Penampang melintang rambut dapat digambarkan seperti sebuah pensil.

Bagian medulla bagaikan ujung pensil. Bagian korteks dapat diandaikan

seperti kayu, dan kutikula adalah bagian yang menyelimuti kayu tersebut.

Rasio antara bagian batang rambut dan bagian medullanya digunakan untuk

membedakan rambut binatang dan rambut manusia. Pada hewan, ukuran

medulla rambut kira-kira setengah kali lebih besar dari ukuran batang

rambut, sedangkan pada manusia, ukuran medulla rambut kira-kira kurang

dari sepertiga kali ukuran batang rambut.

• Kaca

Pemeriksaan pertama dari kaca sebaiknya dimulai dengan karakteristik

fisik dari kaca yang dapat dievaluasi baik secara makroskopik ataupun

dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan dari pecahan kaca dapat

menunjukan penyebab dari pecahnya kaca tersebut baik karena trauma tumpul

kecepatan rendah atau trauma dengan kecepatan tinggi. Beberapa pengataman

yang harus dilakukan juga meliputi ketebalan, warna, keseragaman,

lengkungan, kondisi permukaan, seperti adanya cat, tanah, dsb pada permukaan

kaca tersebut.

Pecahan kaca dapat ditemukan pada rambut dan pakaian korban misalnya

pada kasus dimana korban ditabrak mobil, pecahan kaca lampu mobil atau

kaca jendela mobil dapat ditemukan pada rambut atau bajunya. Pada kasus

- kasus kriminal dimana tersangka memasuki gedung atau kendaraan melalui

kaca, dapat ditemukan pecahan kaca pada baju atau alat yang digunakan untuk

memecahkan kaca tersebut. Pada kedua situasi tersebut, partikel kaca yang
7

ditemukan pada baju kemudian dibandingkan dengan partikel yang

dikumpulkan dari lokasi kejadian untuk menentukkan asal dari kaca tersebut.

• Serat

Serat merupakan bentuk trace evidence yang dapat dipindahkan dari

pakaian tersangka ke pakaian korban selama tindakan criminal terjadi. Serat

tekstil juga dapat pindah dari selimut atau karpet; antara dua individu;

antara individu dengan objek atau antara dua objek. Cross transfer dari serat

sering tejadi dalam kasus dimana terdapat kontak antara korban dan pelaku,

dan penyidik berharap serat yang berasal dari penyerang dapat ditemukan di

lokasi kejadian. Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dan diamati

ukuran, warna, kecerahan, penampang melintang dari serat, kerusakan, tanah

dan debris - debris lainnya yang menempel, kemudian semua penemuan

tersebut didokumentasikan. Kemudian dilakukan klasifikasi terhadap serat

tersebut menjadi serat alami atau buatan pabrik.

Serat didapatkan dari lokasi kejadian dengan menggunakan pinset,

selotip, atau vakum. Biasanya serat tersebut terdapat di baju, gorden, karpet,

perabotan, dan selimut. Dalam analisis, serat tersbut pertama digolongkan

menjadi serat alami, buatan pabrik, atau campuran.

Serat alami berasal dari tumbuhan (cotton) atau binatang (wool). Serat

buatan pabrik adalah serat sintetik seperti rayon, asetat dan polister yang

terbuat dari molekul rantai panjang yang disebut polimer. Kemudian

serat apapun yang ditemukan di lokasi kejadian kemudian dibandingkan

dengan serta yang didapatkan dari tersangka (misalnya dari mobil atau rumah
8

tersangka) dan serat-serat tersebut ditempatkan satu sama lain untuk

pengamatan visual menggunakan mikroskop.

• Cat

Sampel cat merupakan sampel mikro yang banyak diperiksa di

laboratorium criminal. Golongan transfer evidence ini memainkan peranan

penting dalam investigasi. Sampel cat biasanya digunakan dalam kecelakaan

lalu lintas dimana terjadi kontak antara dua objek. Sampel ini penting untuk

mendapatkan informasi mengenai pembuatan, model, dan warna kendaraan

terutama dalam kasus tabrak lari.

• Darah

Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat

memberikan informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan

yang sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik adalah:6

a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui:

• Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan

• Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun

dari sipelaku kejahatan

• Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada

luka yang dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang

berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang dalam) akan berwarna

merah terang.

• Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru - paru berwarna

merah erang dan berbuih (jika telah mongering tampak seperti

gambaran sarang tawon).


9

• Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah

coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung.

• Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-

kecil menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah

perdarahan; sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya

membentuk genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi

lebih tinggi dari tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam

pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin dapat

menyemprot)

• Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya

cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan mongering

sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10 -

12 hari.

b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi

korban sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri

dengan memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di

mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak

berjalan dari atas ke bawah. 7

c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya

kasus bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak

dan genangan darah tidak beraturan, sering tampak tanda - tanda

bahwa korban tampak berusaha menghindar atau tampak bekas diseret).7

d. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini

golongan darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai


10

penabrak dibandingkan dengan golongan darah korban akan bermakna dan

memudahkan proses penyidik. 7

• Serbuk Sisa Ledakan

Serbuk sisa ledakan melibatkan penentuan ada atau tidaknya residu dari cairan

bahan pembakar yang ditambahkan dalam sampel yang diperoleh dari kebakaran.

Sampel diserahkan untuk dianalisis dalam wadah kedap udara, biasanya kaleng cat

untuk puing-puing padat, atau dalam stoples untuk sampel cair. Sampel ini diuji

untuk residu cairan yang mudah terbakar menggunakan dua metode utama,

headspace panas dan headspace pasif.

Headspace panas melibatkan pemanasan sampel untuk memungkinkan residu

yang ada menguap ke headspace, atau area di atas puing-puing, di dalam kaleng.

Kemudian dihapus menggunakan jarum suntik dan disuntikkan ke dalam

kromatografi gas. Headspace pasif juga melibatkan pemanasan sampel, tetapi kali

ini untuk jangka waktu yang lebih lama, dan dengan menggunakan strip karbon

untuk pemekatan. Setiap residu yang ada menguap ke ruang atas dan terserap ke

strip karbon. Strip tersebut kemudian dielusi dengan pelarut dan diinjeksikan ke

dalam kromatografi gas / detektor selektif massa (GC/MSD).

Hasil analisis kromatografi, atau kromatogram yang dihasilkan,

diinterpretasikan oleh analis untuk menentukan, jika ada, cairan yang mudah

terbakar yang terdapat dalam sampel. Akselerasi yang paling umum digunakan

adalah bensin, karena aksesibilitas dan biaya yang relatif rendah.


11

• Serbuk Sisa Tembak

Kegiatan kriminal yang melibatkan bahan peledak merupakan ancaman bagi

keselamatan publik. Orang-orang di sekitar yang tidak menaruh curiga dapat

menjadi korban dan dirugikan oleh bahan kimia atau bahan yang terkandung dalam

alat peledak tersebut. Pengujian forensik menganalisis bahan yang terdiri dari

perangkat termasuk unit penahanan dan bahan kimia berbahaya di dalamnya.

Dalam beberapa kasus, bahan peledak rakitan dapat diidentifikasi dan ditelusuri

kembali ke pelakunya.

Menurut definisi, bahan peledak rendah mengalami deflagrasi, tidak seperti

bahan peledak tinggi, yang meledak, sehingga dapat dianalisis di laboratorium.

Namun, sebelum bahan peledak diserahkan ke laboratorium, bahan peledak tersebut

harus diamankan oleh Unit Pembakaran / Bom Polisi Negara atau Anggota

Bersertifikat. Jenis bukti ledakan yang umum diterima adalah bubuk, bom pipa, dan

bom reaksi kimia. Jenis Umum Bahan Peledak Rendah:

➔ Bubuk hitam

➔ Bubuk Flash

➔ Bubuk mesiu tanpa asap

➔ Campuran Piroteknik

➔ Gas Air Mata atau Semprotan Merica

➔ Kepala Pertandingan
12

Yang perlu dilakukan ketika Menganalisis Barang-Barang Berdaya Ledakan

Rendah, Baik Pra-atau Pasca-Peledakan:

1. Melakukan Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik

(Fragmen/Mekanisme Sendiri)

2. Tentukan Ukuran dan Jenis Perangkat

3. Jenis Bahan Peledak Rendah (Black Powder / Smokeless Gunpowder, dll.)

4. Berat Bahan Peledak Rendah Diserahkan

5. Uji Kerentanan Penyalaan (Tentukan apakah Sampel Menyala)

6. Uji Kimia (Nitrat, Klorat, Perklorat)

7. Analisis Unsur (XRF, XRD, SEM/EDS, FT-IR)


BAB III

PENUTUP

Tempat kejadian adalah tempat terjadinya suatu tindak pidana. Cara

pemeriksaan tempat kejadian ialah berlandaskan prinsip Locard yang mengatakan

setiap sentuhan meninggalkan jejak. Oleh karena itu bukti-bukti fisik dapat

dipindahkan dari tersangka kepada korban dan tempat kejadian, maupun

sebaliknya. Trace evidence atau bukti jejak memiliki peren penting dalam bidang

investigasi kriminal. Jejak-jejak ini berupa partikel-partikel kecil ditemukan

ditempat kejadian perkara (TKP). Biasanya bukti jejak meliputi rambut, serat

pakaian, noda darah, serpihan kaca, cat, debu, serbuk sisa tembak, serbuk sisa

ledakan dan lain-lain. 4

Pentingnya trace evidence dalam penyelidikan kriminal karena bukti jejak

dapat memberikan petunjuk tentang hubungan antara pelaku, korban, dan tempat

kejadian.4 Melalui penelitian dan pengembangan teknologi forensik yang terus

berkembang, analisis jejak semakin menjadi bagus dan dapat memberikan bukti

yang kuat dipengadilan. Jejak-jejak ini dapat memperkuat bukti, membantu

menghubungkan pelaku dengan tempat kejahatan, bahkan dapat mengidentifikasi

benda-benda yang digunakan dalam tindakan kriminal.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sandwinata RMF. Analisis DNA dalam kasus forensik. Jurnal Teknosains.

2018:12(1);1-10

2. Septadina IS. Identifikasi individu dan jenis kelamin berdasarkan pola sidik

bibir. Jurnal kedokteran dan Kesehatan. 2015;2(2):231-236

3. Nandiasa SR, Kiswanjaya B, Yuniastuti M. Penggunaan radiograf gigi

untuk kepentingan identifikasi forensik. Odonto Dental Journal.

2016:3(1);74-77

4. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik &

Medikolegal. Ed ke1. Perpustakaan Nasional:Katalog dalam Terbitan

(KDT). 2017.

5. Trace evidence [Internet]. [cited 2023 Jun 6]. Available from:

https://aboutforensics.co.uk/trace-evidence/

6. Crime scene investigation: Trace evidence [Internet]. [cited 2023 Jun 6].

Available from: https://docplayer.info/64736698-Crime-scene-

investigation-trace-evidence.html

7. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Dalam: Idries

AM, Tjiptomartono AL, editor. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam

proses penyidikan edisi revisi; 2008. hlm. 13-6, 19-20

14

Anda mungkin juga menyukai