DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pada mata pelajaran kuliah hukum Acara
Perdata , yang sudah mempercayai tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantukami
untuk memperdalam penulis pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat menambah gagasan kepada
pembaca dan juga bagi penulis. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalahini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang
telah berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat
waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
PENUTUP............................................................................................................................... 24
PENDAHULUAN
Pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh para pihak
yang beperkara kepada hakim dalam suatu persidangan, dengan tujuan untuk memperkuat
kebenaran dalil tentang fakta hukum yang menjadi pokok sengketa, sehingga hakim
didalilkan atau dibantahkan dalam hubungan hukum yang diperkarakan. Pada tahapan
membuktikan kebenaran terjadinya suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu, atau
adanya suatu hak, yang dijadikan dasar oleh penggugat untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan. Pada tahap pembuktian juga, pihak tergugat dapat menggunakan haknya untuk
menggunakan alat-alat bukti inilah, hakim akan memperoleh dasar-dasar untuk menjatuhkan
Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana adalah suatu upaya mendapatkan keterangan-
keterangan melalui alat-alat bukti dan barang bukti, guna memperoleh suatu keyakinan atas
benar tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya
kesalahan pada diri terdakwa. Untuk kepentingan pembuktian tersebut maka sangat diperlukan
kehadiran benda-benda yang berkaitan dengan suatu tindak pidana, lazimnya benda- benda
tersebut disebut sebagai “Barang Bukti”. Barang bukti adalah hasil serangkaian tindakan
1
Bahtiar Effendie, Masdari Tasmin, dan A.Chodari, 1999, Surat Gugat Dan Hukum Pembuktian Dalam Perkara
Perdata (Bandung: Citra Aditya Bakti), hlm. 50.
1
penyidik dalam penyitaan, dan atau penggeledahan dan atau pemeriksaan surat untuk
mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
Hukum pembuktian (law of evidence) dalam beperkara merupakan bagian yang sangat
kompleks dalam proses ligitasi. Kompleksitas itu akan semakin rumit karena pembuktian
berkaitan dengan kemampuan merekonstruksi kejadian atau peristiwa masa lalu (past event)
sebagai suatu kebenaran (truth). Meskipun kebenaran yang dicari dalam proses peradilan
perdata, bukan kebenaran yang absolut (ultimate truth), tetapi kebenaran yang bersifat relatif
atau bahkan cukup bersifat kemungkinan (probable), namun untuk menemukan kebenaran
Sampai saat ini sistem pembuktian hukum perdata di Indonesia, masih menggunakan ketentuan-
ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dari Pasal
1865 - Pasal 1945, sedangkan dalam Herzine Indonesische Reglement (HIR) berlaku bagi golongan
Bumi Putera untuk daerah Jawa dan Madura diatur dalam Pasal 162 - Pasal 165, Pasal 167, Pasal
169 - Pasal 177, dan dalam Rechtreglement Voor de Buitengewesten (RBg) berlaku bagi golongan
Bumi Putera untuk daerah luar Jawa dan Madura diatur dalam Pasal 282 - Pasal 314.
2
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, (Bandung, Mandar Maju, 2003), . 99
2
4. Mengetahui apa itu alat bukti pengakuan.
5. Mengetahui apa itu alat bukti sumpah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Alat bukti surat (tertulis) adalah segala sesuatu yang memuat tanda- tanda bacaan yang
pembuktian.3
1. Akta, yaitu suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti
yang penting untuk suatu akta adalah kesengajaan untuk menciptakan suatu alat
a) Akta otentik sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 165HIR, Pasal 258
RBg, Pasal 1868 KUH Perdata yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan
pejabat yang berwenang untuk itu menurut ketentuan tertentu yang telah
berperkara.
3
Rasyid, Hukum Acara........ . 153.
4
Subekti, Hukum Acara Perdata, cet. ke-2, (Bandung: Bina Cipta, 1982), . 89
4
meletakkannya dalam suatu akta, misalnya A dan B melakukan jual beli,
mereka minta untuk dibuatkan akta jualbelinya kepada notaris dan notaris
b) Akta bawah tangan, yaitu segala tulisan yang sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti tetapi tidak dibuat di hadapan atau oleh pejabat yang
berwenang untuk itu. Misalnya surat jual- beli tanah yang dibuat oleh ke
2. Bukan akta, yaitu tulisan yang tidak sengaja dijadikan alat bukti tentang suatu
1) Akta otentik.
KUHPerdata, Pasal 165 HIR dan Pasal 285 RBg yaitu sempurna dan mengikat.
mengikat berarti bahwa apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya oleh
membuktikan kepada kedua pihak bahwa mereka telah menerangkan apa yang
kedua pihak bahwa peristiwa yang disebutkan dalam akta telah terjadi (kekuatan
Ketiga, membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi juga
pihak ketiga bahwa pada tanggal tersebut dalam akta kedua pihak telah
5
Ibid.
6
Rasyid, Hukum Acara, . 154.
7
Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, cet. ke-5 Edisi Revisi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), . 97
5
menghadap di muka pegawai umum dan menerangkan apa yang mereka tulis
dalam akta tersebut. Kekuatan ketiga ini dinamakan kekuatan pembuktian ke luar.
Mengenai akta bawah tangan tidak diatur dalam HIR, akan tetapi diatur
perbedaan antara HIR dan RBg adalah kalau HIR hanya mengatur akta otentik,
sedangkan RBg selain mengatur akta otentik juga mengatur akta di bawah
tangan.Menurut Pasal 288 Rbg bahwa sejak tanda tangan diakui, akta di bawah
tangan itu memberikan pembuktian yang sama seperti akta otentik yaitu sempurna
dan mengikat bagi para pihak yang bersangkutan dan para ahli waris mereka.
Akan tetapi, terhadap pihak ketiga akta bawah tangan tersebut tidak mengikat
karena kekuatan pembuktian ke luar tidak dapat dicapai atau dimiliki oleh suatu
yang bukan akta adalah sebagai alat bukti bebas, artinya hakim mempunyai
akta tersebut.
A. Pengertian kesaksian.
Kesaksian yaitu alat bukti yang diberitahukan secara lisan dan pribadi oleh
saksi yang tidak m pihak dalam perkara tersebut, untuk memberikan kepastian
Dengan demikian, unsur yang harus ada pada alat bukti kesaksian adalah:
6
1) Keterangan kesaksian itu diucapkan sendiri oleh saksi secara lisan
di muka persidangan.
B. Macam-macam saksi
1) Saksi yang telah memenuhi kriteria sebagai alat bukti, yakni saksi
yang terdiri dari dua orang yang telah memenuhi syarat formil dan
materiil.
2) Saksi yang hanya satu orang (unus testis nullus testis). Hakim
(2) HIR atau Pasal 308 (2) RGB memberikan "pendapat atau
perkiraan-perkiraan"
7
KUH Perdata dan Pasal 172 HIR bersifat bebas. Menurut pasal tersebut, hakim
saling berhubugannya antara saksi yang satu dengan yang lain. Maksud pengertian
nilai kekuatan pembuktian bebas yang melekat pada alat bukti saksi adalah
dianggap tidak sempurna dan tidak mengikat dan hakim tidak terikat untuk
Bertitik tolak dari nilai kekuatan pembuktian yang bersifat bebas, maka
batas minimal pembuktian dengan alat bukti saksi yaitu saksi paling sedikit 2
(dua) orang yang telah memenuhi syarat formil dan materiil. Dengan demikian,
satu orang saksi saja belum mencapai batas minimal pembuktian karena seorang
saksi tidak merupakan kesaksian (unus testis nullus testis). Akan tetapi, apabila
alat bukti seorang saksi dikuatkan dengan satu alat bukti lain serta keterangan
saksi sesuai dengan alat bukti lain, maka hakim dapat memberikan putusan
A. Pengertian persangkaan
dari peristiwa yang terkenal ke arah suatu peristiwa yang tidak terkenal.
mana hakim dari fakta yang terbukti menyimpulkan fakta yang tidak terbukti. 8
B. Macam-macam persangkaan
8
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, cet. ke-2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), . 86.
8
yang didapat dari pemeriksaan perkara tersebut dapat dijadikan bahan untuk
Persangkaan menurut UU dibagi atas dua jenis yaitu yang masih memungkinkan
bersifat bebas. Oleh karena itu, hakim bebas untuk menerima atau menolak
dapat berdiri sendiri, minimal harus ada dua persangkaan atau satu persangkaan
Dengan demikian, kebenaran yang melekat pada alat bukti ini bersifat imperatif
bagi hakim untuk dijadikan sebagai dasar penilaian dalam mengambil putusan.
Oleh karena pada alat bukti ini melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna,
mengikat dan menentukan, maka alat bukti tersebut dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan alat bukti lain dan telah memenuhi batas minimal pembuktian.
nilai pembuktiannya tidak absolut karena dapat dibantah dengan bukti lawan.
Dengan demikian, nilai kekuatan pembuktian alat bukti ini menjadi alat bukti
permulaan dan tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus mendapat dukungan alat
9
Ali, Asas-Asas Hukum............ . 94.
9
bukti lain agar dapat mencapai batas minimal pembuktian. 10
2.4 Pengakuan.
A. Pengertian pengakuan
lisan dari salah satu pihak beperkara yang isinya membenarkan dalil lawan baik
B. Macam-macam pengakuan:
gugatan penggugat.
1) Pengakuan murni yang telah memenuhi syarat formil dan meteriil, nilai
merupakan kekuatan yang bersifat mutlak sehingga para pihak dan hakim
10
Harahap, Hukum Acara....... . 552.
11
Hutagalung, Praktik Peradilan......... . 87.
10
tidak bertentangan dengan hukum, susila, agama dan ketertiban umum
2.5 Sumpah.
A. Pengertian sumpah
pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat Maha
kuasa Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang
tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Jadi pada hakikatnya sumpah merupakan
B. Macam-macam sumpah
12
Mertokusumo, Hukum Acara......... . 197.
11
permintaan salah satu pihak kepada lawannya yang bertujuan untuk
oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak yang berperkara
kepada salah satu pihak yang berperkara apabila telah ada alat bukti
permulaan, tetapi masih belum mencukupi dan tidak ada alat bukti
satu orang saksi, tulisan yang bukan akta atau hanya ada pengakuan di luar
sidang pengadilan dan sebagainya. Apabila tidak ada alat bukti maka hakim
mengangkat sumpah tambahan, demikian pula apabila sudah ada alat bukti
membuktikan haknya atas ganti kerugian akan tetapi jumlahnya tidak jelas.
menentukan dan secara mutlak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat bukti
12
secara formil keterangan yang diikrarkan itu wajib dianggap benar. Pasal
tersebut. Sedangkan Pasal 177 HIR menegaskan bahwa hakim tidak boleh
meminta alat bukti lain untuk membuktikan hal yang telah diikrarkan dalam
sumpah.
putusan yang dijatuhkan bertitik tolak dari alat bukti tersebut. Akan tetapi,
ada yang berpendapat bahwa sumpah pelengkap ini hanya mempunyai nilai
tersebut palsu.
RBg/Pasal 177 HIR/ 1936 KUH Perdata sebagai pembuktian yang tidak
13
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Alat bukti dalam hukum acara perdata terdiri dari berbagai jenis yang diatur dalam Pasal
164 HIR/284 RGB dan Pasal 1866 KUH Perdata. Berikut adalah jenis-jenis alat bukti
1) Alat Bukti tulisan: dalam bentuk surat seperti akta otentik, surat dibawah tangan,
surat biasa.
mengenai apa saja yang mereka ketahui, nelihat kejadian sendiri, atau bahkan
mendengar sendiri.
peristiwa tersebut.
4) Pengakuan: suatu keterangan dari seorang tersangka, apa saja yang ia lakukan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Yahya, Hukum Acara Perdata, cet. Ke-4, Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Sasangka, Hari dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Bandung,
15
DOKUMENTASI
xvi
ck
sd
xvii
ck
sd