Anda di halaman 1dari 33

REFERAT PENGUMPULAN DAN

PENGIRIMAN BARANG BUKTI UNTUK


PEMERIKSAAN TAMBAHAN KASUS
FORENSIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, hukum acara pidana di Indonesia tidak terlepas dari

pembuktian. Sistem pembuktian pidana Indonesia yang ada pada KUHAP masih menganut

Sistem Negatif Wettelijk dalam pembuktian pidana. Tujuan pembuktian dalam hal ini bukanlah

upaya untuk mencari kesalahan pelaku namun untuk mencari kebenaran dan keadilan materil.

Didalam pembuktian pidana di Indonesia kita mengenal dua hal yaitu alat bukti dan barang bukti

di samping adanya proses yang menimbulkan keyakinan hakim dalam pembuktian.1

Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada

seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah

melakukannya. Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah: Keterangan

saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan terdakwa. Untuk mendukung dan

menguatkan alat bukti yang sah sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dan

untuk memperoleh keyakinan hakim atas kesalahan yang didakwakan penuntut umum kepada

terdakwa, maka keberadaan barang bukti merupakan hal yang penting. 1


Begitu pentingnya barang bukti dalam tindak pidana maka penyidik harus sebisa

mungkin mendapatkan barang bukti untuk mengungkapkan perkara di Tempat Kejadian Perkara

(TKP). Dalam mendapatkan barang bukti, kedokteran Forensik dan Medikolegal dapat

memberikan bantuan pada penyidik berupa pemeriksaan TKP. Dengan pemeriksaan TKP dapat

membantu menentukan cara dan sebab kematian. Untuk menentukan cara kematian korban

mutlak harus dilakukan pemeriksaan tempat kejadian perkara dengan seksama, sedangkan untuk

menentukan sebab kematian korban harus dilakukan otopsi. 2

Namun tidak selalu pada suatu otopsi dokter dapat menentukan sebab kematian korban.

Seperti halnya pada pemeriksaan korban hidup seringkali diperlukan pemeriksaan tambahan

untuk menegakan diagnosa agar dokter bisa memberikan terapi yang tepat, dan untuk itu perlu

bantuan tenaga ahli. Untuk itu pemeriksaan tambahan juga dibutuhkan untuk mencari dan
2
mengumpulkan barang bukti lain baik yang berasal dari tubuh pasien atau sekitarnya.

Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi, toksikologi dan

analisis DNA.

Kegunaan pemeriksaan tambahan ini untuk melengkapi visum et repertum baik pada

korban hidup maupun korban mati. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan tambahan yang baik

guna mendukung pembuktian di peradilan dibutuhkan tenaga ahli dan peralatan yang memenuhi

standar. Namun, tidak semua unit pelayanan kesehatan di daerah dilengkapi sarana yang

memadai, baik dari segi peralatan maupun tenaga ahli. Maka untuk pemeriksaan tambahan perlu

dikirimkan ke laboratorium yang pada umumnya terdapat di kota besar. 2

Dalam usaha menjaga agar bahan pemeriksaan tetap bernilai, yakni barang tetap tidak

mengalami kerusakan dan tetap terjaga keasliannya sebagai barang bukti maka diperlukan

penanganan khusus mengingat memiliki peran penting dalam proses penyidikan suatu kasus
tindak pidana. Kenyataannya sampai saat ini masih banyak terjadi kesalahan pengiriman barang

bukti dari daerah meliputi kesalahan dalam hal pengawet, cara pembungkusan atau pemilihan

dan perlakuan organ yang dikirim sehingga barang bukti tidak dapat diperiksa. 2

Penatalaksanaan barang bukti untuk pemeriksaan tambahan kasus forensik meliputi : cara

pengambilan bahan, pemilihan pengawet, cara pembungkusan, penyegelan serta pengirimannya,

sehingga pada saat diterima di laboratorium, yang dituju bahan masih dalam keadaan baik dan

layak untuk diperiksa. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam refarat ini akan dibahas cara

pengirimanan barang bukti untuk pemeriksaan tambahan kasus forensik, sehingga bahan tersebut

dapat dikirim ke laboratorium dengan baik dan benar dan mendapat hasil yang diharapkan. 2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya maka didapatkan rumusan masalah

pada refarat ini yaitu bagaimana cara dan prosedur pengirimanan barang bukti untuk

pemeriksaan tambahan kasus forensik.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui cara dan prosedur pengirimanan barang bukti untuk pemeriksaan tambahan kasus

forensik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui cara pengumpulan, pengawetan dan pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan

histopatologi.
b. Mengetahui cara pengumpulan, pengawetan dan pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan

toksikologi.

c. Mengetahui cara pengumpulan, pengawetan dan pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan

analisis DNA.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil pembahasan refarat ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam menambah informasi

dan pengetahuan mengenai cara dan prosedur pengirimanan barang bukti untuk pemeriksaan

tambahan kasus forensik sehingga barang bukti dapat dikirim ke laboratorium dengan baik dan

benar dan mendapat hasil untuk membantu kepentingan peradilan.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan refarat ini dapat menjadi bahan informasi bagi penyidik dalam hal pencarian dan

pengumpulan barang bukti guna kepentingan peradilan.

b. Diharapkan refarat ini dapat menjadi bahan informasi bagi tenaga medis tentang cara

pengumpulan hingga pengiriman barang bukti yang baik dan benar sehingga didapatkan hasil

yang dapat membantu jalannya proses peradilan.


BAB II

PEMBAHASAN

Dalam menentukan sebab kematian, harus dilakukan otopsi. Namun, tidak selalu pada

suatu otopsi dokter dapat menentukan sebab kematian korban. Untuk itu pemeriksaan tambahan

juga dibutuhkan dalam hal mencari dan mengumpulkan barang bukti lain, baik yang berasal dari

tubuh pasien maupun disekitarnya. 2

Barang bukti adalah bukti fisik yang secara umum disebutkan sebagai sejumlah material

baik dalam jumlah banyak atau sedikit yang dibuktikan melalui pemeriksaan yang ilmiah dan

analisis berkaitan tindak pidana telah terjadi.3

Tujuan pemeriksaan barang bukti :4

Menegakkan diagnosis sebab kematian

Mengkonfirmasi temuan makroskopis

Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit

Gambaran intravitalitas

Menentukan umur secara histomorphologi (infark lama/baru, umur luka, dan lain-lain)

Tujuan pemeriksaan barang bukti secara khusus untuk mengetahui :

Kematian mendadak

Aborsi

Hanging-chocking-throttling (asphyxia)

Tenggelam

Trauma thermik

Trauma listrik
Luka tembak

Keracunan

Berikut akan diuraikan mengenai cara pegambilan, pengawetan serta pengiriman barang

bukti untuk pemeriksaan tambahan yang mencakup pemeriksaan histopatologi, toksikologi dan

analisis DNA.

A. Pemeriksaan Histopatologi

1. Cara Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Histopatologi

Jaringan yang akan diambil dipotong terutama pada daerah yang dicurigai dengan ukuran

lebih 3 x 2 x 0,5 cm. Tebal jaringan sebaiknya tidak lebih dari 0,5 cm agar bahan pengawet dapat

masuk kedalam jaringan sehingga tidak mengalami pembusukan.2

Apabila mengirim jaringan yang utuh, seperti jantung dan uterus sebaiknya jaringan

tersebut dibelah dan diiris agak tipis, sehingga pengawet dapat meresap ke dalam jaringan

dengan merata. Agar mudah dipotong menggunakan mikrotom untuk mendapatkan irisan

jaringan yang sangat tipis (sesuai yang diharapkan).5


Gambar 1. Cetakan Mikrotom 5

Yang perlu diperhatikan adalah2

- Jaringan yang dipilih jangan ditekan atau ditusuk

- Hindari kontak dengan air, jangan dicuci atau dipegang dengan tangan basah

- Hendaknya tidak mengirimkan bahan yang telah membusuk atau dari jenazah yang telah lama

meninggal, terlebih bila tidak disimpan dalam almari pendingin, karena mengalami autolisis.

2. Cara Pengawetan Sampel untuk Pemeriksaan Histopatologi

Fiksasi akan mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi sewaktu hidup.

Tujuan fiksasi adalah mengawetkan jaringan secara permanen sedekat mungkin dengan keadaan

saat hidup. Fiksasi sebaiknya dikerjakan sesegera mungkin setelah pengambilan jaringan (pada

kasus patologi bedah) atau segera setelah kematian (dengan otopsi) untuk mencegah autolisis.

Tidak ada bahan pengawet yang sempurna; formalin mendekati kesempurnaan. Dengan

demikian, bahan pengawet yang digunakan bergantung pada jenis jaringan dan fitur yang akan
didemonstrasikan. Sering kali larutan pengawet merupakan campuran dari berbagai bahan

pengawet sehingga dapat memaksimalkan kemampuan masing-masing bahan atau mengurangi

kelemahan bahan lainnya.5

Fiksasi akan menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman pembusuk

dari dalam/luar tubuh. Waktu pembusukan untuk setiap jaringan/organ adalah berbeda

tergantung pada konsistensi dan kandungan unsur penyusun jaringan. Usus dan otak sangat

rentan terhadap proses pembusukan dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya. Pembusukan

sering disertai oleh pembentukan gas yang berbau.5

Autolisis adalah proses kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan enzim-enzim proteolitik

yang terdapat pada sel/jaringan tersebut. Proses proteolitik ini akan lebih cepat terjadi pada suhu

tropik (240 360 C).5

Untuk menghindari proses pembusukan dan autolisis, jaringan harus segera dimasukkan ke

dalam cairan fiksasi segera setelah kematian atau diambil dari tubuh. Bila keadaan ini tidak

memungkinkan, jaringan dapat disimpan sementara dengan dibekukan dalam ruang

bertemperatur dingin (freezer, - 20 C) atau dengan nitrogen cair (- 70 C).5

Pengawetan atau fiksasi bahan untuk pemeriksaan harus dilakukan dengan benar agar

jaringan tidak mudah rusak. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

- Sediakan wadah atau stoples yang terbuat dari gelas atau plastik dengan ukuran memadai atau

tertutup.

- Masukan jaringan kedalam wadah, jaga jangan sampai terlipat.

- Tambahkan bahan pengawet yaitu larutan formalin 10% secukupnya sampai seluruh jaringan

terendam sempurna. Jangan ada jaringan yang mengapung. Larutan formalin 10% dibuat dari
campuran larutan formalin teknis (commercial formaline) dan air dengan perbandingan volume

1:3

- Tutup rapat wadah atau stoples

Gambar 2. Pengawetan atau fiksasi bahan pemeriksaan5

3. Cara Pengiriman Sampel untuk Pemeriksaan Histopatologi

Wadah yang berisi jaringan yang telah diawetkan dimasukan ke dalam kotak kardus,

biasanya terbuat dari karton sedemikian rupa sehingga tidak bergerak atau bergoyang sehingga

tidak tumpah bahkan pecah. Selanjutnya kertas kardus dibungkus dengan kertas bersih dan diikat

dengan tali tidak bersambung. Pada ikatan tali diberi label dan segel (bubuhkan cap segel dinas).

Bungkuslah sekali lagi dengan kertas yang bersih, lem dan bubuhkan alamat laboratorium yang
dituju serta alamat pengirim. Identitas pasien harus dilengkapi seperti, nama, umur, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, riwayat penyakit, dan bagian yang ingin diperiksa.2

Cara lain yaitu setelah jaringan dimasukan dalam wadah dan diawetkan, maka wadah

diikat dengan tali tak bersambung sedemikian rupa dan pada ikatannya diberi label serta disegel

dengan cap segel dinas. Selanjutnya masukan kedalam kardus yang cukup tebal dan dijaga agar

wadah tidak bergerak atau bergoyang. Bungkus kardus dengan kertas bersih, lem dan kirim ke

alamat laboratorium pemeriksaan histopatologi yang dituju. Pengiriman bahan sebaiknya diantar

sendiri oleh petugas pengirim (kurir) atau bila terpaksa dapat pula melalui pos atau per paket.2

B. Pemeriksaan Toksikologi

Pada kasus keracunan, dengan gejala klinis masih dapat diamati terutama pada saat

korban masih hidup, sangat membantu penyebab keracunan. Pada kenyataannya, pada jenazah

dengan tanpa data klinis akan mengakibatkan sulitnya memperkirakan jenis racun. Sehingga,

keracunan harus selalu dipikirkan terutama pada kasus kematian mendadak atau nontrauma.2

Terkadang racun tertentu dapat dideteksi jenisnya dari bau khas yang ditemukan saat

melakukan otopsi. Otopsi lebih penting lagi terutama pada kasus keracunan dengan korban yang

masih sempat dilakukan perawatan. Hal ini dikarenakan kemungkinan dengan perawatan tidak

akan ditemukan racun atau metabolitnya namun masih dimungkinkan untuk ditemukan kelainan

pada organ akibat racun tersebut (Delayed Poisoning Death) 2

Spesimen atau bahan dari pemeriksaan toksikologi forensik pada umumnya adalah

spesimen biologi seperti : cairan biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau organ

tubuh. Dalam pengumpulan spesimen, dokter forensik memberikan label pada masing-masing

bungkus atau wadah dan menyegelnya. Lebel seharusnya dilengkapi dengan informasi : nomor
identitas, nama korban, tanggal atau waktu otopsi, nama spesimen beserta jumlahnya.

Pengiriman dan penyerahan spesimen harus dilengkapi dengan surat berita acara penyerahan

spesimen yang ditanda tangani oleh dokter forensik.7

1. Cara Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Toksikologi

Harus dilakukan dengan hati-hati karena akan mempengaruhi hasil analisa. Secara umum

bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :

a. Pada korban hidup : 2

Amankan sisa bahan makanan, minuman, atau obat-obatan atau sisa bahan yang diduga sebagai

penyebab keracunan

Amankan sisa bahan muntahan, cairan kumbah lambung yang pertama kali

Sediakan darah 10 ml tanpa anti koagulan

Sediakan urine 100 ml

b. Pada jenazah:

1) Darah

Darah yang diperoleh dari pembuluh darah perifer merupakan spesimen darah pilihan

untuk analisis toksikologi, karena konsentrasi senyawa dalam darah dari jantung mungkin dapat

berubah setelah kematian oleh karena redistribusi darah dari paru-paru atau hati. Darah yang

dikumpulkan kemudian harus disimpan dalam tabung berpenutup abu-abu yang mengandung

NaF (sodium florida).6

Darah merupakan sampel paling baik untuk tes toksikologi postmortem, dan umumnya 20

ml, atau 2 tabung vacutainer cukup untuk dilakukan tes.


Jika pada jenazah dilakukan otopsi, pengambilan darah perifer dan sentral harus dilakukan

ketika rongga tubuh terbuka. Darah perifer merupakan spesimen pilihan dan dapat diambil dari

vena femoralis, vena iliaka, yang mudah di akses saat pemeriksaan internal, atau dari vena

subsklavia di dalam dada. Ukuran sampel dari 15-20 ml seharusnya cukup adekuat untuk

pemeriksaan toksikologi. Pengambilan darah dengan volume yang lebih besar (> 20 mL) dapat

menyebabkan pergerakan darah antar pembuluh darah dan terjadi percampuran darah dalam

pembuluh darah yang berbeda. Risiko ini lebih besar terjadi pada vena subsklavia dibandingkan

vena femoralis dan vena iliaka.

Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan. Prosedur

pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi, vena femoralis dapat dengan

mudah terekspos dan pengambilan sampel darah perifer dapat dilakukan. Demikian juga jantung

dapat dapat diekspos dan ventrikel kiri dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan

darah sentral dapat dilakukan.

Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat untuk

pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan postmortem.

2) Humor Vitreous

Cairan dalam bola mata harus secara rutin dikumpulkan (semua cairan yang dapat

dikumpulkan, secara khas 3-5 mL pada tiap bola mata). Lebih dari 98% air dan beberapa obat

yang di temukan pada darah nantinya akan mengalami ekuilibrasi di dalam vitreous.

Vitreous merupakan sampel yang berguna untuk pemeriksaan alkohol ketika terjadi

beberapa penguraian, karena mata merupakan organ tertutup yang lebih tahan terhadap

mikroorganisme dibandingkan jaringan lain. Vitreous juga dapat digunakan untuk pemeriksaan

elektrolit, termasuk kalium dan glukosa.


Vitreous harus dikumpulkan dengan hipodermic syringe dengan memasukan jarum ke

dalam mata. Tiap mata mengandung kira-kira 3 mL cairan vireous.

3) Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal merupakan cairan yang bening yang mengisi kolumna spinalis dan

menyelimuti otak (kira-kira 10 mL atau 1 tabung harus dikumpulkan dengan cisternal tap dan

disimpan.

Seperti cairan vitreous, CSF memiliki komposisi air yang banyak 98%, dan konsentrasi

obat dalam CSF pada akhirnya akan diekuilibrasikan dalam jaringan lain. Pada pemeriksaan

kematian pembedahan, ketika opiat atau analalog opiat lain diberikan secara intratekal, atau

epidural, kesalahan tempat pemasangan kateter dapat menyebabkan penghantaran langsung

obat ke CSF dan karena sirkulasi CSF secara langsung menuju otak, hal ini dapat menyebabkan

intoksikasi yang cepat dan potensial menyebabkan kematian. CSF harus selalu di ambil pada

pemeriksaan kematian pembedahan.8

4) Organ-organ

Organ-organ dikelompokan berdasarkan urutan kontaknya racun pada organ tubuh yang

menggambarkan saat racun mulai masuk tubuh, diserap, dan didistribusikan ke seluruh tubuh

hingga akhirnya diekskresikan dari dalam tubuh. Untuk itu, bahan pemeriksaan dikelompokan

menjadi 3 stasiun yaitu :

Stasiun I

Organ traktus digestivus berupa lambung, sebagian usus besar dan usus halus beserta isinya.

Lambung dibuka diatas mulut stoples. Cium bau lambung, karena bau racun atau pelarutnya

dalam lambung masih dapat dikenal terutama untuk racun dengan bau spesifik.

Stasiun II
Organ lain seperti hati, paru, jantung, limpa, otak maupun pankreas diambil dalam jumlah

secukupnya. Beberapa literatur menyarankan untuk hati dan otak masing-masing 500 gr, paru

masing-masing setengah bagian terutama untuk racun dengan ekskresi melalui paru.

Stasiun III

Organ traktus urogenitalis berupa ginjal kiri dan kanan, kandung kencing beserta isinya. 2

Pada korban keracunan yang sempat dilakukan perawatan namun meninggal, selain bahan seperti

pada jenazah diatas, dikumpulkan pula bahan seperti pada korban hidup. 2

5) Larva dan belatung

Larva dan belatung banyak ditemukan pada jaringan yang mengandung obat dengan

konsentrasi tinggi, dan dapat menggabungkan obat kedalam jaringannya. Obat-obat ini juga

dapat mempengaruhi laju pertumbuhan pada tingkat larva ini, dengan stimulan, depresan, dan

narkotika umumnya meningkatkan laju pertumbuhan. Larva ini harus di kumpulkan, dan

dibekukan atau ditempatkan dalam sebuah vial alkohol untuk membunuh dan mengawetkan

larva hingga akan dianalisis. Pemeriksaan larva hanya berguna untuk analisis obat secara

kualitatif dan konsentrasinya tidak dapat diukur atau diintepretasikan secara pasti.8

Pada kasus tertentu, diambil pula bahan lain seperti :2

Darah pada vena femoralis dan urin pada keracunan alkohol

Sumsum tulang atau jaringan otot sebagai pengganti darah bila korban mengalami mutilasi hebat

dan diduga keracunan CO

Rambut, kuku (dicabut seluruhnya) dan tulang pada keracunan arsen kronis

Jaringan lemak subkutan pada keracunan insektisida jenis organofosfat

2. Cara Pengawetan Sampel untuk Pemeriksaaan Toksikologi


Bahan pemeriksaan toksikologi sebaiknya diserahkan dalam keadaan segar ke laboratorium

dan segera dilakukan analisis toksikologi. Bila keadaan tidak memungkinkan, karena lokasi yang

jauh perlu dilakukan pengawetan pada bahan tersebut. 2

Sebaiknya, pada spesimen darah harus ditambahkan bahan pengawet dengan maksud untuk

mencegah aktivitas bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas spesimen atau bisa memproduksi

atau memetabolisme alkohol. Telah diketahui bahwa inhibitor enzim yang paling umum yaitu

NaF merupakan inhibitor yang lemah terhadap kolinesterase plasma. Terdapat bukti baru bahwa

beberapa obat dapat terdegradasi oleh metabolisme bakteri, sehingga dibutuhkan penggunaan

bahan pengawet dalam suatu spesimen. 8

Gunakan alkohol absolut 96% sebagai bahan pengawet, karena selain ekonomis dan mudah

didapat. Jaga agar seluruh bahan pemeriksaan terendam oleh bahan pengawet, namun, jangan

sampai volume bahan pemeriksaan dan pengawet memenuhi volume wadah karena dapat

memecahakan wadah yang dipakai. Usahakan perbandingan volume bahan pemeriksaan dan

pengawet berkisar antara 2/3 volume wadah.2 Wadah untuk sampel harus diisi sepenuh mungkin,

meninggalkan sedikit udara diatas sampel. Volatil seperti alkohol, dan bahkan sianida serta CO

dapat segera hilang jika menyisakan volume udara yang besar dalam wadah. 8

Pada korban dengan kecurigaan keracunan alkohol, pilih bahan pengawet selain alkohol

absout atau dikirim dalam keadaan segar apabila memungkinkan (tempat pemeriksaan dekat).

Bila tidak memungkinkan, maka bahan pemeriksaan dapat di awetkan dengan dry ice atau es

batu atau larutan NaF 1%.2

Juga kirimkan contoh bahan pengawet yang digunakan (alkohol absolut) sejumlah 100 ml

dalam wadah yang sesuai dan bersih dari zat kimia sebagai bahan pembanding. Contoh bahan
pengawet sebagai pembanding juga harus diberi label dan segel serta dikirim bersama-sama

dengan bahan pemeriksaan.2

3. Cara Pengiriman Sampel untuk Pemeriksaan Toksikologi

Bahan pemeriksaan yang akan dikirim dimasukan dalam wadah atau stoples dengan syarat

:2

Terbuat dari gelas atau plastik inert

Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat dengan ukuran yang disesuaikan dengan volume bahan

pemeriksaan

Bersih dari bahan kimia, bila memungkinkan masih baru.

Pada jenazah yang meninggal, karena keracunan, bahan pemeriksaan diambil pada saat

dilakukan otopsi. Minimal sediakan 3 buah stoples. Masing-masing diisi dengan bahan

pemeriksaan seperti pemeriksaan histopatologi. 2

Setelah bahan pemeriksaan dimasukan dalam wadah, dan ditambahkan pengawet,

selanjutnya ditutup rapat. Pada bagian tepi tutup dilapisi parafin, atau lilin atau seal, kemudian

diikat dengan tali tak bersambung sedemikian rupa dan pada ikatannya diberi lebel dan segel.

Sertakan contoh bahan pengawet yang digunakan, perlakukan sama dengan bahan pemeriksaan.

Bungkus kotak tersebut dengan kertas bersih, cantumkan alamat laboratorium yang dituju dan

alamat pengiriman. Kirim melalui kurir, pos atau paket.2

Sekali sampel dikumpulkan, harus didinginkan hingga sampel dikirim, terutama jika akan

ditunda pengirimannya lebih dari satu hari. Sampel tidak perlu dibekukan atau dikirimkan

dengan es. Sampel harus selalu dikirim dalam kotak yang dikirim lewat pos yang diakui oleh

kantor pos, dimana diwajibkan semua sampel tabung terkandung dalam wadah (disegel kantung
plastik) harus berisi bantalan penyerap yang mampu menyerap isi tabung jika tabung pecah.

Terakhir, masukan wadah kedalam kotak kardus yang cukup tebal, jaga agar wadah atau stoples

tidak begerak. Wadah harus ditempatkan di dalam kotak terisolasi yang mampu melindungi

sampel agar tidak pecah jika jatuh dari ketinggian 12 kaki. Sisi luar wadah harus diberi tanda

Biological Specimen. Tidak boleh meletakan tabung berisi spesimen biologi dengan longgar

dalam kardus untuk pengiriman. 8

Bila dilakukan penggalian jenazah yang dicurigai akibat keracunan, bila masih mungkin

ambil bahan sesuai dengan diatas. Disamping itu sertakan contoh tanah tempat pemakaman,

diambil dari bagian atas, bawah, kanan dan kiri jenazah atau peti jenazah. Sebagai pembanding

diambil pula contoh tanah sekitar jenazah dalam jarak rasius 5 meter kearah samping dengan

kedalaman yang sama dengan jenazah tadi. Masing-masing bahan pemeriksaan atau contoh tanah

ditempatkan dalam wadah tersendiri, diberi label dan segel seperti pada umumnya barang bukti

lainnya. 2

C. Pemeriksaan Analisa DNA

Tes DNA atau disebut juga dengan DNA Finger Printing adalah suatu teknik biologi

molekuler yang dipakai untuk kepentingan pengujian forensik terhadap materi uji berdasarkan

profil DNA. Penggunaan DNA untuk pembuktian kasus kriminal pertama kali dilakukan pada

tahun 1987, dalam sebuah kasus pemerkosaan di Inggris. Di Indonesia, istilah DNA Finger

Printing mulai mencuat sebagai cara identifikasi forensik setelah terjadi rentetan peristiwa

peledakan bom di tanah air, seperti kasus bom Bali, bom JW Marriot, peledakan bom di depan

Kedubes Australia dan lain-lain. Metode ini menjadi lebih sering didengar saat pihak berwajib

berusaha mengidentifikasi korban bencana Tsunami Aceh maupun korban bencana besar
belakangan ini, seperti di Wasior (Papua Barat), Mentawai (Sumatera Barat), dan korban erupsi

gunung Merapi (Jawa Tengah-Yogyakarta). 2

Penggunaan DNA Finger Printing ini umumnya ditempuh setelah melihat kondisi korban

yang sudah tidak berbentuk. Dalam kondisi tubuh korban masih utuh, identifikasi biasa

dilakukan melalui dua dari sembilan metode identifikasi. Kesembilan metode itu ialah

pemeriksaan secara visual, lewat dokumen atau surat, dari perhiasan, pakaian, data pemeriksaan

medis, serologi, pemeriksaan gigi dan odontologi, sidik jari, dan pemeriksaan berdasarkan

prinsip eksklusi. Beberapa kelebihan tes DNA dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional

lainnya adalah sebagai berikut:9

Ketepatan yang lebih tinggi.

Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya pemeriksaan

DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan golongan darah yang tidak

cocok akan menyebabkan orang yang dicurigai tersingkir sebagai sumber darah tersebut, namun

jika cocok maka merupakan suatu kemungkinan saja. Sedangkan hasil pemeriksaan DNA

terhadap bercak darah tersebut akan nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber bercak

darah tersebut.

Kestabilan yang tinggi.

Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya tes DNA yang

masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein.

Pilihan sampel yang luas

Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes DNA dapat

diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah.


Dapat mengungkap kasus sulit

Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus sulit yang tidak dapat

dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti: penentuan keayahan, kasus incest,

kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah

meninggal dan kasus paternitas tanpa kehadiran sang ayah.

Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku, pemeriksaan DNA dapat

memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya.

Sensitifitas yang amat tinggi

Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan pada sampel

dengan jumlah kecil dengan metode PCR.

1. Cara Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Analisis DNA

Tahap pengambilan dan penyimpanan bahan atau sampel merupakan tahapan yang vital,

dan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip di bawah ini:9

Hindari tempat yang terkontaminasi sampel DNA dengan tidak menyentuh objek secara

langsung dengan tangan, tidak bersin atau batuk didekat barang bukti.

Menggunakan sarung tangan bersih untuk pengumpulan barang bukti. Sarung tangan harus

diganti untuk setiap penanganan barang bukti yang berbeda

Setiap barang bukti harus disimpan terpisah.

Bercak darah, bercak sperma, dan bercak lainnya harus dikeringkan dahulu sebelum disimpan.
Sampel harus disimpan pada amplop atau kertas setelah dikeringkan. Jangan menggunakan

bahan plastik karena plastik dapat mempercepat degradasi molekul DNA. Setiap amplop harus

ditandai nomor kasus, nomor bukti, waktu pengumpulan.

Bercak pada permukaan meja atau lantai dapat diambil dengan swab kapas steril dan alkohol.

Keringkan kapas tersebut sebelum dibawa.

Di laboratorium, sampel DNA disimpan dalam kulkas bersuhu 4oC atau dalam freezer bersuhu -

20oC. Sampel yang akan digunakan dalam waktu yang lama, dapat disimpan dalam suhu -70oC.

2. Bahan untuk Pemeriksaan Analisis DNA

Diantara bahan bahan yang berasal dari tubuh manusia yang biasanya digunakan untuk

pemeriksaan analisa DNA adalah: 2,9

Darah dan bercak darah

Sperma dan bercak sperma

Jaringan dan sel

Tulang dan organ

Rambut dan folikel

Urin yang mengandung sel yang berinti

Saliva dan bercak saliva yang mengandung sel berinti

Pulpa gigi

Cairan amnion

Pada dasarnya bahan tersebut mengandung intisel karena DNA berada pada intisel

3. Cara Pengumpulan dan Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Analisis DNA


a. Darah2,9

1) Sampel darah cair

Darah dari seseorang

Diambil dengan semprit oleh petugas yang berpengalaman

Siapkan 2 tabung dengan EDTA. Dapat dipakai antikoagulan lain, tetapi perlu diingat bahwa

heparin dapat mempengaruhi aktifitas enzim retriksi tertentu.

Isi tiap tabung dengan 5 ml darah.

Tiap tabung ditutup dan diberi label.

Simpan di pendingin

Dipak dan kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Darah cair di TKP

Hisap dengan semprit bersih (steril) atau pipet disposibel

Pindahkan dalam tabung steril

Darah beku dapat diambil dengan spatel yang bersih

Dapat dipakai kain katun bersih untuk menyerap darah.

Sampel darah cair diberi antikoagulan

Diberi label, simpan di pendingin

Dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Darah cair dalam air atau salju, es.

Segera mungkin diambil untuk menghindari pengenceran lanjut

Dalam jumlah cukup di masukan dalam tempat bersih (botol)

Hindari kontaminasi
Simpan di pendingin, bila mungkin di bekukan.

Beri label, dipak dan kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

2) Bercak darah basah

Di pakaian

Gambar 3. Pengambilan sampel bercak darah9

Pakaian dengan noda darah diletakan dalam permukaan bersih, keringkan di udara.

Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas plastik. Akan menyebabkan bahan

pemeriksaan menjadi basah dan timbul bakteri yang dapat merusak barang bukti.

Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)

Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Benda dengan bercak darah basah

Benda kecil biarkan kering di udara, kumpulkan.

Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap bercak tersebut dengan kain katun

bersih kemudian keringkan di udara.

Masukan dalam kantong kertas.

Beri label dan segeraa kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA


3) Bercak darah kering

Pada benda yang dapat dipindahkan, misal : senjata, kain, sprei

Kumpulkan benda tersebut

Tiap item masukan dalam kantong kertas

Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Pada benda yang padat dengan permukaan tidak menyerap dan tidak dapat dipindahkan, misal :

lantai

Bercak dikerok dengan alat bersih

Masukan dalam kantong kertas

Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Bercak darah kering pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan atau dipotong serta tidak

dapat dikerok.

Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang telah dibasahi dengan cairan salin steril atau

air steril yang digosokan pada area bercak.

Kapas dikeringkan di udara

Setelah kering masukan dalam kantong kertas

Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

b. Sprema dan Bercak Sperma2,9

1) Sperma cair

Hisap dengan semprit bersih (steril) atau pipet disposable

Pindahkan dalam tabung steril

Diberi label, simpan di pendingin


Dapat pula sperma cair diserap dengan kapas bersih, keringkan di udara

Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

2) Bercak sperma pada benda yang dapat dipindah. Misal : celana, pakaian, sprei, bantal, guling,

dll.

Bila bercak masih basah, keringkan di udara

Bila perlu benda yang berbercak dipotong

Masukan dalam kantong kertas

Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

3) Bercak sperma pada benda besar yang dapat dipotong. Misal : Karpet, tempat tidur, kasur, atau

perkakas lain

Potong daerah bebercak dengan pisau atau gunting bersih

Masukan tiap potongan dalam kantong kertas

Hindari kontaminasi

Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

4) Bercak sperma pada benda yang tidak dapat dipindah dan permukaan tidak menyerap. Misal :

lantai, logam, kayu, dll

Bercak dikerok dengan alat yang bersih

Letakan kerokan pada kertas bersih dan lipatlah

Masukan dalam kantong kertas

Beri label

Dipak kemudian kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

5) Barang bukti sperma pada tubuh korban kejahatan seksual


Korban biasanya diperiksa di rumah sakit

Barang bukti dapat ditemukan di mulut, vagina dan anus korban

Tiap item ditempatkan pada wadah tersendiri, beri label

Dipak dan kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

c. Jaringan, Organ dan Tulang2,9

1) Jaringan, Organ, dan Tulang segar

- Ambil tiap jaringan, organ dan tulang segar dengan pinset

- Tiap item ditempatkan pada wadah yang bersih tanpa diberi pengawet

- Beri label

- Simpan di pendingin

- Dipak dan dikirim ke labolatorium pemeriksaan DNA

2) Jaringan, Organ dan Tulang yang lama (tidak segar)

- Ambil tiap jaringan organ dan tulang dengan sarung tangan bersih

- Tiap item ditempatkan pada wadah yang bersih tanpa diberi pengawet

- Beri label

- Simpan disuhu kamar

- Dipak dan kirim ke labolatorium pemeriksaan DNA

Untuk jaringan otot minimal jumlah 25 mg, karena DNA otot sangat sedikit, sedangkan jaringan

lain seperti hati dan ginjal cukup 15 mg.

d. Urin, Saliva, dan Cairan tubuh lain2,9

1) Sampel Cair

- Urin atau saliva cair masukan ketempat steril dari plastik atau kaca sesegera mungkin

- Simpan di pendingin
- Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

2) Bercak Urin, Saliva

- Bercak dikerok dengan alat yang bersih atau memotong benda yang mengandung bercak

- Masukkan kerokan pada kantong kertas

- Beri label, dipak kemudiam kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

e. Rambut2,9

- Cabut beberapa helai dengan pinset bersih, berikut dengan akarnya

- Usahakan pencabutan tidak merusak folikel

- Rambut yang tercampur darah, jaringan atau cairan tubuh yang lain diperlakukan dengan hati-

hati

- Tempatkan pada wadah bersih

- Simpan dipendingin

- Beri label, dipak dan kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

Gambar 4. Pengambilan sampel rambut9

f. Pulpa Gigi2,9

- Cabut gigi yang masih utuh (tidak rusak)


- Masukan dalam kantong kertas

- Beri label, dipak, kemudian kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

g. Cairan Amnion2,9

- Dilakukan oleh tenaga ahli yang terlatih (dokter spesialis Obsgin)

- Dilakukan pada kehamilan lebih dari 14 minggu

- Dengan bimbingan USG, tentukan lokasi amniosentesis, setinggi mungkin dalam uterus

menjauhi janin dan plasenta

- Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis tanpa anastesi lokal insersi jarum dengan dituntun USG

sampai mencapai kantong amnion yang bebas

- Aspirasi cairan amnion 0,5 ml, kemudian buanglah karena kemungkinan terkontaminasi dengan

sel maternal

- Aspirasi lagi 30 ml (pada prakteknya 10 ml sudah dianggap mencukupi)

- Jarum dicabut, janin dimonitor keadaan jantungnya

- Simpan di pendingin

- Beri label, di pak dan kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA

4. Cara Pengepakan / Pembungkusan Sampel untuk Pemeriksaan Analisis DNA

Untuk kasus forensik, perlu dijaga keaslian bahan dan jangan sampai rusak sehingga dapat

diperiksa dengan baik, maka bahan tersebut harus diperlakukan sebagai berikut :2

- Masukan wadah berisi bahan pemeriksaan kedalam kotak kardus

- Tempatkan wadah tersebut sedemikian rupa agar bahan-bahan cair tidak tumpah

- Jaga suhu dalam keadaan dingin, dengan pemberian dry ice atau masukan kedalam termos es

- Bungkus kardus tersebut dengan rapi


- Ikat kardus dengan tali tak bersambung

- Pada ikatan tali di beri label dan segel

- Kemudian bungkuslah sekali lagi dangan kertas yang bersih

- Tulis alamat laboratorium yang dituju dan alamat pengirim yang jelas dan lengkap . Contoh

Alamat laboratorium untuk pemeriksaan analisa DNA :

Bagian/ Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga RSU Dr. Soetomo Jl. Maijen Prof. DR. Moestopo 6 8, Jawa Timur

D. Lampiran Surat Surat dan Sampel pada Pemeriksaan Tambahan

Pengiriman barang pemeriksaan tambahan harus dilengkapi dengan surat surat sebagi

berikut :

1. Surat permohonan pemeriksaan (Histopatologi, Toksikologi dan Analisis DNA)

2. Keterangan yang lengkap mengenai :

- Identitas korban

- Peristiwa kematian atau modus operandi

- Riwayat dan perjalanan penyakit

- Bahan pemeriksaan yang dikirim

- Bahan pengawet yang dipakai

- Kelainan yang ditemukan pada otopsi, sertakan laporan otopsi bila perlu

3. Berita acara pembungkusan dan penyegelan

4. Fotocopy SPVR

5. Contoh segel dinas

6. Label dibuat dari kertas agak tebal, memuat :


- Identitas korban

- Jenis dan jumlah bahan pemeriksaan yang dikirim

- Tempat dan saat pengambilan bahan atau pembungkusan dan penyegelan

- Tanda tangan, nama terang petugas penyegel dan dokter yang, melakukan otopsi

- Cap stempel dinas

- Segel dinas

Semua surat tersebut dimasukan dalam amplop tersendiri dan dikirim bersama dengan bahan

pemeriksaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

pengambilan hingga pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan tambahan kasus forensik perlu

diperhatikan hal hal berikut ini:

1. Pemeriksaan Histopatologi

Pengambilan : Jaringan yang akan diambil dipotong pada daerah yang dicurigai dengan ketebalan sebaiknya

tidak lebih dari 0,5 cm agar pengawet dapat menembus dan masuk ke dalam jaringan sehingga

tidak mengalami pembusukan.

Pengawetan : Rendam bahan dalam bahan pengawet yaitu larutan formalin 10% yang dibuat dari campuran

lautan formalin teknis (Commercial Formline) dan air dengan perbandingan volume 1 : 3.

Pengiriman : Beri label dan segel, kemudian dikirimkan ke laboratorium yang dituju dengan dilengkapi surat-

surat yang diperlukan.

2. Pemeriksaan Toksikologi

Pengambilan : Pada korban hidup, penting untuk diamankan sisa bahan makanan, minuman, obat-obatan atau

sisa bahan yang diduga penyebab kematian serta sisa bahan muntahan, cairan kumbah lambung

dan juga harus di sediakan darah dan urin 100 ml. Pada jenazah, organ dikelompokan menjadi 3

stasiun berdasarkan urutan kontaknya racun.

Pengawetan : Bahan pemeriksaan toksikologi sebaiknya diserahkan dalam keadaan segar, namun bila tidak

memungkinkan dapat diawetkan dengan alkohol absolut 96 % dengan perbandingan volume


bahan pemeriksa dengan pengawet 2/3 volume wadah, kecuali korban keracunan alkohol pilih

bahan pengawet selain alkohol atau dikirim dalam keadaan segar.

Pengiriman : Bahan yang akan dikirim dimasukan kedalam wadah atau stoples dengan syarat tertentu,

ditambahkan pengawet, ditutup rapat, tepi tutup dilapisi parafin/lilin/seal, selanjutnya diikat

dengan tali dan diberi label dan segel, kemudian wadah dimasukan kedalam kotak kardus tebal

dan usahakan tidak bergerak. Sertakan juga contoh bahan pengawet. Selanjutnya kotak

dibungkus dengan kertas bersih, cantumkan alamat laboratorium yang dituju dan alamat

pengirim.

3. Pemeriksaan Analisis DNA

ngambilan : Sampel bahan untuk pemeriksaan DNA harus mengandung inti sel karena DNA berada pada

inti sel.

ngawetan : Pengawetan tergantung pada bahan yang dipakai, ada yang tanpa pengawetan, disimpan di suhu

kamar atau disimpan di pendingin.

ngiriman : Wadah yang berisi bahan pemeriksaan, dimasukan kedalam kotak kardus dan diberi dry ice

selanjutnya diikat dan diberi label dan segel, dibungkus lagi dengan kertas bersih dan

dicantumkan alamat laboratorium yang dituju dan alamat pengirim yang jelas dan lengkap.

B. Saran

a. Bagi Penyidik

Dalam hal pencarian dan pengumpulan barang bukti guna kepentingan peradilan sebaiknya

dilakukan dengan lebih hati-hati untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada barang bukti.

b. Bagi Tenaga medis

Dalam pengumpulan hingga pengiriman barang bukti harus dilakukan dengan baik dan benar

sehingga didapatkan hasil yang dapat membantu jalannya proses peradilan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Afiah, Nurul Ratna. Barang bukti dalam Proses Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 1988

2. Hoediyanto. Pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan tambahan forensik. Dalam : Buku ajar

ilmu kedokteran forensik dan medikolegal edisi ketujuh. Surabaya: fakultas kedokteran

universitas Airlangga Surabaya.2010. hal.371

3. Kiely, Terrence F, Forensic Evidence Science and the Criminal Law, Science, Forensic Science

and Evidence, 2002, Eckert, William G. Introduction to Forensic. 2nd edition.New York :

Elseviere : America. 2002. p.3

4. Fitri Ambar Sari. Dept. Forensik & Medikolegal. FKUI-RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.

[serial online]; 2013 Apr 13 [cited 25 Oct 2014]. Available from:

URL: http://id.scribd.com/doc/138655841/Histopatologi-Forensik-Ft

5. Zulham, Biomed. Penuntun Praktikum Histoteknik Biomedik. Departemen Histoteknik FKUSU.

[serial online]; 2011 Oct 3 [cited 25 okt 2014] Available from:

URL: http://histologi.usu.ac.id

6. Davis GG. Forensic toxicology drugs and chamical. Oct 20th 2014 [cited May 2 2014] [3

screen]. Avaliable from :

URL : http: www.emedicine.medscape.com/article/1680257-overview)

7. Wirasuta IMAG. Buku ajar analisis toksikologi forensik. Universitas Udayana: Bukit Jimbaran;

2008.

8. Logan B K, Labs NMS, Grove W. Death investigation toxicology a manual for coroners,

medical examiners and death investigation. 2010.


9. Santoso. Identifikasi Forensik dengan Pemanfaatan tes DNA [serial online] 2010 [cited 2014

Oct 28]; [38 screens]. Available from:

URL:https://www.scribd.com/document_downloads/direct/77174262?extension=docx&ft=141417429

8&lt=1414177908&user_id=205465030&uahk=B7DsZE90v3soyUtAb+J52U76znc

Anda mungkin juga menyukai