Anda di halaman 1dari 5

Forensik dan Ruang

Lingkupnya Dalam
Mengungkap Tindak Pidana
Pertanyaan
1. Apa dasar hukum dari forensik selain yang ada di KUHAP dan KUHP? 2. Apa saja jenis dari
forensik? Terima kasih atas jawabannya.

Ulasan Lengkap
Intisari:

Dasar hukum forensik selain yang terdapat dalam KUHP dan KUHAP antara lain
adalah Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Kedokteran Kepolisian. Salah satu jenis forensik yang sering dipakai dalam
mengungkap suatu tindak pidana adalah Kedokteran Forensik. Apa saja jenis forensik
lainnya itu?

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan
Terima kasih untuk pertanyaan Anda.

Forensik dan Kegunaannya


Forensik merupakan cara untuk membuktikan atau mengungkap kasus untuk
mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Yang perlu ditekankan bahwa forensik
adalah cara untuk mendapatkan alat bukti atau alat bantu untuk mendapatkan alat
bukti, bukan alat bukti itu sendiri. Demikian yang dijelaskan oleh Dosen Perguruan
Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Bambang Widodo Umar dalam artikel Forensik, Jalan
untuk Mengungkap Kasus Pidana.

Lebih lanjut, Bambang mencontohkan, misalnya seperti peluru yang ditembakkan, apakah
peluru itu berasal dari senjata A. Untuk mengujinya, kemudian menggunakan forensik.
Dalam forensik umumnya menggunakan teknologi. Meski begitu tetap membutuhkan
ahli untuk menjelaskan hal-hal teknis, seperti ketika menggunakan alat pendeteksi
kebohongan maka sangat dibutuhkan psikolog forensik untuk menilai dan melihat apakah
hasil dari alat tersebut.

Jenis-Jenis Forensik
Sepanjang penelusuran kami, berikut jenis-jenis forensik yang kami himpun dariPeraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara dan
Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium Forensik Kepolisian Negara
Republik Indonesia (“Perkapolri 10/2009”), Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kedokteran Kepolisian (“Perkapolri 12/2011”), dan
referensi lainnya:

1. Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari dan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk kepentingan hukum dan
peradilan.[1]
Bersumber dari materi ajar Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Hukum Universitas
Indonesia yang disusun oleh Handoko Tjondroputranto danRukiah Handoko (hal.
5-6), kegunaan Ilmu Kedokteran Forensik dibagi sebagai berikut:
a. Menurut obyek pemeriksaan
- Manusia hidup
- Mayat
- Bagian-bagian tubuh manusia
b. Menurut bentuk jasa
- Melakukan pemeriksaan dan mengemukakan pendapat tentang hasil
pemeriksaannya (sebab luka; sebab kematian; benar tidaknya ada darah,
air mani, dan sebagainya)
- Mengemukakan pendapat saja
- Memberi penasihat tentang penyelidikan/penuntutan
c. Menurut tempat kerja
- rumah sakit atau laboratorium
- tempat kejadian perkara (TKP)
- ruang kantor atau sidang
d. Menurut waktu pemeriksaan
- sewaktu perkara di tangan penyidik
- sewaktu perkara di tangan jaksa
- di sidang pengadilan

Kemampuan Kedokteran Kepolisian dalam kegiatan Kedokteran Forensikmeliputi:[2]


a. Olah TKP Aspek Medik;
b. Patologi Forensik;
c. Odontologi Forensik;
d. DNA Forensik;
e. Antropologi Forensik;
f. Forensik Klinik;
g. Psikiatri Forensik;
h. Kedokteran Lalu Lintas;
i. Database Odontogram;
j. Database DNA;
k. PPT;
l. Toksikologi Forensik;
m. Farmasi Forensik;
n. Kesehatan Tahanan;
o. Hukum Kesehatan; dan
p. Medikolegal

2. Patologi Forensik adalah cabang ilmu kedokteran forensik yang menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran pada pemeriksaan jenazah dan segala hal yang
berhubungan dengan kematian guna kepentingan peradilan.[3]
3. Odontologi Forensik adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang menerapkan
ilmu dan teknologi kedokteran gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan.[4]

4. Pemeriksaan Bidang Fisika Forensik adalah pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan
pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang fisika sebagai metode/instrumen utamanya.[5]

5. Pemeriksaan Bidang Kimia Biologi Forensik adalah pemeriksaan teknis kriminalistik


TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang kimia dan biologi sebagai metode/instrumen
utamanya.[6]

6. Dioxyribo Nucleic Acid Forensic (DNA Forensik) adalah salah satu cabang ilmu
biologi yang mempelajari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi Biomolekuler di
bidang DNA untuk kepentingan identifikasi.[7]

7. Antropologi Forensik adalah penerapan ilmu pengetahuan antropologi ragawi dan ilmu
osteologi manusia untuk kepentingan hukum dan peradilan.[8]

8. Toksikologi Forensik adalah penerapan ilmu pengetahuan tentang racun untuk


kepentingan hukum dan peradilan.[9]

9. Psikiatri Forensik adalah penerapan ilmu kedokteran jiwa untuk kepentingan hukum
dan peradilan.[10]

10. Farmasi Forensik adalah cabang dari ilmu farmasi yang mempelajari dan menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi kefarmasian untuk kepentingan hukum dan
peradilan.[11]

11. Pemeriksaan Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik adalah pemeriksaan
teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang dokumen dan uang palsu sebagai
metode/instrumen utamanya.[12]

12. Pemeriksaan Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik adalah pemeriksaan teknis
kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti yang
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang balistik dan metalurgi sebagai
metode/instrumen utamanya.[13]

13. Psikologi forensik adalah pemahaman ilmiah bagi penegak hukum untuk memahami
tingkat validasi keterangan yang didapatkan dari korban, saksi, maupun pelaku. Sebab,
penegakan hukum tak bisa asal tebak hanya berdasarkan dugaan semata. Selengkapnya
tentang psikologi forensik:Menelaah Kegunaan Psikologi Forensik dalam
Penegakan Hukum.

Dasar Hukum Forensik


Anda menyebut soal dasar hukum forensik dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (“KUHAP”). Sebenarnya tidak ada yang menyebutkan tentang forensik dalam
KUHP maupun KUHAP. Mengenai forensik, diatur dalam peraturan kepolisian sebagaimana
kami sebutkan di atas.
Yang diatur dalam KUHP adalah sehubungan dengan ahli (dalam hal ini termasuk ahli
forensik). Dalam KUHP disebutkan bahwa ahli yang menolak memberi bantuan kepada polisi
bisa terancam hukuman pidana sebagaimana diatur dalamPasal 224 dan Pasal 522
KUHP:

Pasal 224 KUHP:


Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

Pasal 522 KUHP:


Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.

Jadi, jika polisi sudah meminta bantuan, ahli forensik wajib memberikan bantuan.

Kemudian, pengaturan dalam KUHAP juga tidak ada yang menyebutkan mengenai forensik.
Yang diatur dalam KUHAP adalah terkait ahli kedokteran. Merujuk pada macam-macam
forensik yang telah disebutkan di atas, ahli forensik dapat dikatakan sebagai ahli
kedokteran. Mengenai ahli kedokteran,Pasal 133 ayat (1) KUHAP memberi wewenang
kepada penyidik untuk mengajukan permintaan keterangan kepada ahli kedokteran
kehakiman jika penyidikan menyangkut korban luka, keracunan, atau mati. Permintaan
keterangan ahli ini dilakukan secara tertulis.[14]

Jadi, menjawab pertanyaan Anda, dasar hukum forensik selain yang terdapat dalam KUHP
dan KUHAP antara lain adalah Perkapolri 10/2009 dan Perkapolri 12/2011 sebagaimana
telah diuraikan di atas.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat
Kejadian Perkara dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium
Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Kedokteran Kepolisian.

Referensi:
Handoko Tjondroputranto dan Rukiah Handoko. Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Depok: 2000/2001.
[1] Pasal 1 angka 3 Perkapolri 12/2011
[2] Pasal 10 ayat (2) Perkapolri 12/2011
[3] Pasal 1 angka 5 Perkapolri 12/2011
[4] Pasal 1 angka 7 Perkapolri 12/2011
[5] Pasal 1 angka 8 Perkapolri 10/2009
[6] Pasal 1 angka 9 Perkapolri 10/2009
[7] Pasal 1 angka 8 Perkapolri 12/2011
[8] Pasal 1 angka 9 Perkapolri 12/2011
[9] Pasal 1 angka 10 Perkapolri 12/2011
[10] Pasal 1 angka 14 Perkapolri 12/2011
[11] Pasal 1 angka 23 Perkapolri 12/2011
[12] Pasal 1 angka 10 Perkapolri 10/2009
[13] Pasal 1 angka 11 Perkapolri 10/2009
[14] Pasal 133 ayat (2) KUHAP

Anda mungkin juga menyukai