Anda di halaman 1dari 22

Karya Tulis Ilmiah

Lab/SMF Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

IDENTIFIKASI PELAKU KEJAHATAN BERDASARKAN TEMUAN


SIDIK JARI DI TKP

Disusun oleh:
Fortragina T C 1810029014
Imas Qurrata A’yuni 1810029023
Wirdah Ulfahaini M 1810029018
I Wayan Aryanta Putra 1810029016
Rahayu Puji Lestari 1810029010
Amelia Febrianti B 1810029009

Pembimbing
dr. Daniel Umar Sp.F S.H

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


SMF/Lab Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Identifikasi Pelaku Kejahatan Berdasarkan Temuan Sidik Jari Di TKP”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Daniel Umar Sp.F S. H, sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan
mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Samarinda, 29 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................................3
2.2 Sejarah Identifikasi sidik jari.....................................................................4
2.3 Sifat-Sifat Sidik Jari..................................................................................5
2.4 Pola Sidik Jari............................................................................................5
2.5 Klasifikasi Sidik Jari.................................................................................6
2.6 Macam-Macam Sidik Jari.......................................................................10
2.7 Cara Pengambilan Sidik Jari...................................................................11
2.8 Alat dan Bahan yang Digunakan.............................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan mengenai identifikasi seseorang pada awalnya berkembang
karena kebutuhan dalam proses penyidikan suatu tindak pidana khususnya
menandai ciri kriminal. Dengan adanya perkembangan masalah-masalah sosial
dan perkembangan ilmu pengetahuan maka identifikasi dimanfaatkan juga untuk
keperluan yang berhubungan dengan kesejahteraan umat manusia.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada
kecelakaan massal, bencana alam atau huru hara yang mengakibatkan banyak
korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi
forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi
yang tertukar atau diragukan orang tuannya.
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka
identifikasi jenazah/ sisa-sisa manusia/potongan/kerangka adalah tugas
kedokteran forensik. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode
identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi,
serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
identifikasi DNA.
Identifikasi primer adalah jenis metode identifikasi primer yang paling
dapat diandalkan, yaitu identitas sidik jari, analisi komprensif gigi, dan analisa
DNA. Jenis metode identifikasi sekunder meliputi deskripsi personal, temuan
medis, serta bukti dan pakaina yang ditemukan pada tubuh. Jenis identifikasi ini
berungsi untuk mendukung identifikasi dengan cara lain dan biasanya tidak cukup
sebagai satu-satunya alat identifikasi.

1
Pemeriksaan sidik jari merupakan metode yang membandingkan gambaran
sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini,
pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk memberikan pemahaman
mengenai pengidentifikasian pelaku kejahatan berdasarkan temuan sidik jari di
TKP.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sidik jari adalah salah satu bukti fisik yang paling bermakna yang dapat di
temukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) bagi suatu penyelidikan perkara pida
na. Sidik jari dapat ditemukan di TKP pada berbagai kejahatan, mulai dari tindak
pidana pemalsuan, perampokan, dan bahkan suatu pembunuhan. Pada dasarnya, si
dik jari digunakan untuk mengidentifikasi pemiliknya, baik pemiliknya itu merupa
kan korban suatu tindak pidana maupun merupakan pelakunya. Selain digunakan
untuk melacak suatu kejahatan, sidik jari juga digunakan untuk menentukan adany
a pengulangan kejahatan atau keresidifisan seseorang tersangka kejahatan, identifi
kasi mayat tak dikenal, identifikasi pasien yang mengalami amnesia (kelupaan aka
n diri sendiri), dan pada bencana dengan korban mati massal.
Selama ini kita mengenal bahwa sidik jari merupakan suatu sarana identifi
kasi yang baik, berdasarka beberapa hal:
1. Sidik jari seseorang terbentuk sejak di dalam kandungan, antara hari ke-10
0 hingga ke 200 dalam kandungan, dan tetap tidak berubah hingga akhir h
ayatnya
2. Penelitian selama ini menunjukkan bahwa sidik jari seseorang adalah unik.
Tidak pernah ditemukan dua orang, meskipun mereka adalah kembar ident
ik, yang memiliki sidik jari yang sama
3. System klasifikasi sidik jari dan system otomatisasi identifikasi sidik jari
(Automateri Fingerprints Identification System = AFIS) memberikan pelua
ng untuk pengembangan suatu filing system yang berisi sidik jari-sidik jari
yang terklasifikasi secara sistematik. Dengan demikian system ini menjanj
ikan untuk dapat me-retrieve suatu file tertentu dalam waktu singkat dalam
rangka identifikasi korban atau tersangka pelaku

Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak
berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari merupakan alat bukti yang
sah yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli (sesuai dengan pasal 184 kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana/KUHP.

3
Sidik jari menjadi teknologi yang dianggap cukup handal, karena terbukti
relatif akurat, aman, mudah dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila
dibandingkan dengan sistem biometri yang lainnya seperti retina mata/DNA
(Deoxyribo Nucleic Acid adalah jenis asam nukleat yang berisi perintah genetik
yang digunakan di dalam perkembangan dan berfungsi pada semua organisme dan
virus). Penerapan teknologi sidik jari ini tidak hanya pada sistem absesnsi
pegawai perusahaan, tetapi juga berkembang di bidang kedokteran forensik, yaitu
proses visum et repertum. Visum et repertum merupakan laporan tertulis dokter
untuk memberikan keterangan demi keperluan peradilan mengenai suatu hal yang
ditemukan atau diketahui. Identifikasi sidik jari dapat digunakan untuk identifikasi
kasus korban kecelakaan, korban tenggelam, kasus tindak pembunuhan, dan lain-
lain.

2.2 Sejarah Identifikasi sidik jari


Pengetahuan identifikasi (pengenalan jati diri) secara ilmiah diperkenalkan
pertama kali oleh dokter Perancis pada awal abad 19 bernama Alfonsus Bertilon
(1853 – 1914) dengan memanfaatkan ciri-ciri umum seseorang seperti ukuran –
ukuran antrophometri, warna rambut, mata, dan lain-lain. Cara ini banyak
kendala-kendalanya oleh karena perubahan – perubahan yang terjadi secara
biologis pada seseorang dengan bertambahnya usia selain sulitnya menyimpan
data secara sistematis, walaupun demikian sistem Bertilon saat ini masih dipakai
untuk menambah khasanah data seseorang.
Sistem yang berkembang kemudian adalah pendeteksian melalui sidik jari.
Praktek metode sidik jari untuk identifikasi personal telah lama digunakan sejak
akhir abad kesembilan belas ketika karekteristik sidik jari Sir Francis Galton dapat
teridentifikasi. “Galtont Point” ini merupakan landasan ilmu identifikasi sidik jari,
yang telah diperluas dan dialihkan pada abad terakhir. Identifikasi sidik jari mulai
transisi untuk otomatisasi di akhir 1960-an seiring dengan munculnya tekhnologi
komputer. Daktiloskopi diperkenalkan oleh dokter Hanry Fauld (1880) dan
Francis Dalton (1892), berdasarkan perhitungan mereka secara matematis
kemungkinan adanya dua orang yang memiliki sidik jari yang sama adalah
64x109:1 – (64 triliun : 1).

4
2.3 Sifat-Sifat Sidik Jari
Biometrik merupakan cabang matematika terapan untuk mengidentifikasi
individu berdasarkan ciri atau pola yang dimiliki oleh individu tersebut, misalnya
bentuk wajah, sidik jari, warna suara, retina mata, dan struktur DNA. Sidik jari
merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk mengidentifikasi identitas
seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup akurat, aman, mudah, dan
nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik yang lainnya. Hal ini dapat
dilihat pada sifat yang dimiliki oleh sidik jari yaitu guratan-guratan pada sidik jari
yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, pola ridge tidaklah bisa menerima
warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola ridge tidak pernah berubah dalam
hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai hasil pembusukan.
Dalam hidup, pola ridge hanya berubah secara kebetulan akibat, luka luka,
kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan bahwa
tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang
tersebut kembar satu telur. Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada lima
juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama
baru akan terjadi 300 tahun kemudian, atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana
yang terpenting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui jati diri seseorang
[ CITATION Iva01 \l 1057 ].
1. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat
pada kulit manusia seumur hidup.
2. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
3. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap
orang.

2.4 Pola Sidik Jari


Penentuan rumus sidik jari didasarkan pada analisis pola lokal yang
terdapat pada guratan-guratan jari yang disebut ridge pattern atau garis papiler
seperti diperlihatkan pada gambar 1. Dua komponen pada lokal yang sangat
penting keberadaannya dalam penentun rumus sidik jari adalah core (titik fokus
dalam) dan delta (titik fokus luar). Setiap pixel dalam sidik jari betautan dengan
pola orientasi lokal dominan dari sidik jari [ CITATION Solik \l 1057 ].

5
Gambar 1: Bagian-bagian sidik jari [ CITATION Solik \l 1057 ].

1. Core (interminus) titik fokus dalam, adalah pusat atau tengah yang
terdapat pada garis sidik jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta.
2. Delta (outer terminus) titik fokus luar adalah titik fokus yang terletak di
depan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan
merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang
berjajar (pararel) dan memisah serta cenderung atau melingkupi pokok
lukisan (pattern area).

2.5 Klasifikasi Sidik Jari


Ada sejumlah sistem klasifikasi yang telah diusulkan, tetapi salah satu
sistem yang sudah lama digunakan adalah sistem klasifikasi dari Sir Edward
Henry, yang kemudian dikenal dengan nama Henry Clasification System. Sistem
ini dikembangkan oleh Sir Edward Henry antara tahun 1896 hingga 1897. Pada
sistem ini setiap jari tangan diberi nomor urut dari 1 sampai dengan 10.
Penomoran dimulai dari jari-jari pada tangan kanan kemudian dilanjutkan pada
jari-jari tangan kiri. Pada masing-masing tangan, penomorannya dimulai dari ibu
jari dan berakhir pada jari kelingking. Dengan demikian ibu jari tangan kanan
bernomor 1, telunjuk tangan kanan bernomor 2 dan seterusnya sampai kelingking
tangan kanan bernomor 5. Untuk tangan kiri penomorannya juga dimulai dari ibu
jari dan berakhir pada jari kelingking. Ibu jari tangan kiri bernomor 6, telunjuk

6
kiri bernomor 7, dan seterusnya sampai jari kelingking tangan kiri bernomor 10
[ CITATION Solik \l 1057 ][ CITATION But13 \l 1057 ].

Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari ketiga
bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik
jarinya. Ketiga golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah sebagai berikut:
[ CITATION Solik \l 1057 ][ CITATION But13 \l 1057 ].

1. Busur (arch)
Bentuk busur merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-
garisnya datang dari satu sisi, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi
yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang di tengah-tengah. Arch
dibagi menjadi dua sub golongan yaitu, plain arch dan tented arch.

Gambar 2: bentuk pokok sidik jari Arch [ CITATION Ven13 \l 1057 ].

2. Sangkutan (Loop).
Bentuk loop merupakan bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau
lebih datang dari satu lukisan, melengkung menyentuh suatu garis
bayangan (Imaginary line) yang ditarik antara delta dan core dan berhenti
atau cenderung kembali ke sisi datangnya semula. Bentuk lingkaran
terbagi menjadi Ulnar Loop dan Radial Loop.

7
Gambar 3: bentuk pokok sidik jari Loop [ CITATION Ven13 \l 1057 ]

3. Lingkaran (Whorl)
Bentuk whorl merupakan bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling
sedikitnya dua buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau
melingkar di hadapan hkedua delta. Bentuk lingkaran terbagi menjadi
Plain whorl, Double loop whorl, Central pocket loop whorl, dan
Accidental Whorl.

Gambar 4: Bentuk sidik jari Wkorl [ CITATION Ven13 \l 1057 ]

8
a. Plain Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai dua delta
atau sedikitnya satu garis melingkar penuh yang berbentuk spiral (pilin),
oval (bulat panjang), sirkular (lingkaran), atau variasi dari lingkaran yang
berjalan didepan kedua delta.
b. Double Loop Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang terdiri dari dua
loop yang terpisah. Masing-masing loop mempunyai bahu sendiri dan
mempunyai dua delta.
c. Central Pocket Loop Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang
mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis melingkar atau satu garis
rintangan yang membentuk sudut siku-siku pada aliran garis terdalam.
Apabila di taris garis khayal antara kedua delta maka garis bayangan itu
tidak melintasi atau menyentuh satupun garis melingkar.
d. Accidental Whorl adalah bentuk pokok sidik jari yang terdiri dari
campuran dua atau lebih bentuk pokok sidik jari kecuali plain arch dan
mempunyai dua delta atau lebih.

Gambar 5: gambaran beberapa pola sidik jari [ CITATION Ven13 \l 1057 ]

2.6 Macam-Macam Sidik Jari


1. Latent Prints (Sidik Jari)

9
Walaupun kata “latent” berarti tersembunyi atau tidak tampak,
pada penggunaan modern di ilmu Forensik istilah sidik latent berarti
kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang
ditinggalkan dari alur-alur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan,
tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu
tersentuh. Tekhnik memproses secara elektronik, kimiawi, fisik dapat
digunakan untuk melihat residusidik latent yang tak terlihat yang
ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur tonjolan
kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid)
walaupun impresi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta,
dll [ CITATION Solik \l 1057 ].
2. Patent Prints ( sidik jari paten)
Sidik jari ini adalh impresi dari alur-alur tonjola kulit dari sumber yang
tak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disebabkan oleh
transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena sudah
dapat langsung dilihat, sidik ini tidak butuh tekhnik-tekhnik
enchacement, dan diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya difoto
[ CITATION Gan02 \l 1057 ].
3. Plastic Prints (sidik jari plastik).
Sidik plastik adalah impresi dari sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari
atau telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk
dari alur-alur tersebut secara detail. Contoh umum pada lilin cair, deposit
lemak pada permukaan mati. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung
dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan
bahwa sidik-sidik latent yang tak tampak dari sekongkolan pelaku
mungkin juga terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat
impresi-impresi non plastik pun harus dilaksanakan [ CITATION Solik \l
1057 ].
Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat
mudah rapuh jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. Untuk dapat
memudahkan proses identifikasi sidik jari maka seringkali digunakan serbuk atau
bahan kimia lain atau bahkan fotografi pollilight.

10
2.7 Cara Pengambilan Sidik Jari
Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penentuan
sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan
dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan
oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau
mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan
mayatnya yang telah membusuk [ CITATION Solik \l 1057 ][ CITATION But13 \l
1057 ].
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode
dusting (penaburan bubuk) biasanya metode ini digunakan pada sidik jari laten
atau yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel
lempeng alumunium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli
dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianorkrilat), iodin, perak klorida, dan
ninhidirin. Lem sianokrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan
cara mengoleskannya pada permukaan benda alumunium yang disimpan didalam
wadah tertutup, misalnya toples. Dalam toples tersebut, ditaruh juga permukaan
benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat
stoples. Sinoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel
pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin
banyak sinoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin
tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah [ CITATION
Joh03 \l 1057 ].
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat
pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari
padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau
minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-
kekuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera
dipotret agar dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah
perak nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium
klorida akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida.
Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida /NaCl) yang
dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat
disemprotkan ke permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah lima

11
menit, permukaan benda akan kering dan perak nitratpun terlihat. Lalu, sinar
terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik
jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang
dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat
didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan
minyak atau keringat menghasilkan warna ungu [ CITATION Solik \l 1057 ]
[ CITATION But13 \l 1057 ].
Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau keringat, lalu
tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan cara
menyemprotkan larutan ninhidrin 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses
ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu. Metode paling mutakhir
yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah tekhnik micro X-ray
flouresence (MCRF). Tekhnik ini dikembangkan oleh Christoper Worley, ilmuan
asal University of California yang bekerja di Los Alamos National Laboratory.
Apabila kulit sudah kering dan mengelupas dapat memakai vaselin yang
digosokkan untuk melembutkan kulit, kemudian dicuci dan disuntikkan parafin
supaya kulit keriput menjadi tegang lagi. Pada korban tenggelam untuk
mendapatkan sidik jari yang baik, yaitu ujung jari direndam kira-kira lima belas
jam dalam campuran Formaldehyd 40% 20 cc, gliserin 60 cc, alcohol
90%,Sodbichromate 1% 100 cc dan H2O2 600 cc [ CITATION Joh03 \l 1057 ].
Orang yang akan diambil sidik jarinya berdiri disebelah kanan dan
diperintahkan untuk mengikuti gerakan dengan dilemaskan (relax). Setelah itu
mulai dengan menggulingkan jari - jari pada tinta di kaca satu persatu, dimulai
dengan ibu jari kanan. Jari yang diberi tinta cukup diambil satu ruas ujung
ditambah dengan setengah ruas kedua. Cara pengambilan teraan semacam ini
disebut “Teraan berguling” maksudnya agar mendapatkan seluruh gambaran atau
permukaan teraan jari yang seluas -luasnya (rolled impression). Setelah itu dibuat
“Teraan rata”, yaitu pengambilan teraan secara sekaligus dari kelima jari kanan
dan kiri. Akan tetapi karena keadaan kelima jari itu tidak sama panjang, biasanya
diambil dulu empat jari bersama - sama (telunjuk sampai dengan kelingking), lalu
ibu jari dan cara menempelkannya supaya sejajar dengan keempat jari lainnya,
cara ini disebut : Teraan rata (plain impressions), yang diambil dari seluruh bagian

12
jari - jari itu. Pengambilan sidik jari dapat dilakukan dengan cara: [ CITATION
But13 \l 1057 ]
a. Mengecapkan jari - jari itu dengan digulingkan
b. Mengecapkan jari - jari itu dengan ditekan rata saja.
Setelah sidik jari ditemukan di TKP, maka akan dicocokan dengan sidik
jari tersangka atau orang yang dicurigai. Sebelum sidik jari latent yang ditemukan
di tempat kejadian perkara dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik jari
yang tersimpan di file yang tersimpan di data base.

2.8 Alat dan Bahan yang Digunakan


Dibawah ini adalah alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari
yang diantaranya adalah [ CITATION But13 \l 1057 ][ CITATION Mab93 \l
1057 ] [ CITATION Pra111 \l 1057 ]:
a) Slamping kit
Adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau
stenles stell, alat penjepit kartu Ak-23, yang sangat bermanfaat dan
praktis untuk kegiatan pengambilan sidik jari dilapangan dan mudah
dibawah e tempat kejadian perkara (TKP).
b) Kartu Sidik Jari AK-23.
Adalah kartu sidik jari yang spesifikasi tekhnisnya sudah dibakukan
(standard) di seluruh wilayah RI. Kartu ini dibuat atau dicetak dengan
kertas karton/tebal warna putih licin dengan ukuran 20x20 cm, gunanya
adalah untuk merekam kesepuluh sidik jari dan empat jari bersama
kanan dan kiri, serta data-data umum dan khusus serta pas photo dan
tanda tangan.
c) Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari Ak-24.
Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan (standard) di polda-polda.
Dibuat dicetak dengan karton/tebal wana putih licin dengan ukuran: 7 x
13 cm. Gunanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam
proses verifikasi kartu AK-23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23
tesebut sudah terisi rekaman sidik jari, harus ibubuhi rumus dan rumus
dibuatkan kartu tiknya (AK-24).
d) Tinta Daktilioskopi
Tinta khusus daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang
dicampur dengan minyak khusus sehingga cepat kering. Gunanya

13
adalah: bila diratakan sangat mudah dan cepat kering. Tinta yang ada di
tangan muda dicuci.
e) Roller
Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter ± 2 cm
panjang ± 5-6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca
dengan gerakan maju mundur, sampai tinta rata betul.
f) Magnifier/Loop
Yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau
untuk memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga
sangat memudahkan proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah
sebagai berikut: Loop diletakkan diatas lukisan sidik jari, sehingga
garis-garis papilairnya aka terlihat jelas dan besar. Bayang-bayangan
yang ada di tengah atau di dalam kaca diletakkan antara Delta dan Core,
digunakan untuk mengitung garis-garis papilair sidik jari.
g) Sinyalemen

Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada


urutan kolom data-data kartu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah
apabila seseorang mengetahui suatu tindak pidana di lapangan atau di
TKP, bisa mengenal atau menghafal ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan
bahan penyidikan untuk memberikan keterangan kepada penyidik.

Terdapat pula berbagai macam alat yang berhubungan dengan sidik jari
yang digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut adalah:
a) Fingerprint Magnifier
Kegunaannya adalah sebagai alat-alat untuk melakukan proses
pemeriksaan sidik jari.
b) Forensic Comparator Type FC-281
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan
dan perbandingan sidik jari.
c) Forensic Opsical Comparator Type FX-84
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan dan
perbandingan sidik jari.
d) Laboratory Fuming Cabinet

14
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent
pada dokumen atau kertas yang berpori dengan mengunakan yodium
kristal atau super glue.
e) Fingerprint Devolopment Station
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent
kertas dokumen dengan menggunakan yodium, nihydrin, dan sinar ultra
violet.
f) Laser Photonic Printfinder
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent
pada permukaan yang kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa
dikembangkan dengan sistem serbuk atau sistem kimia.

15
16
BAB III

PENUTUP

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan


membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Sidik jari merupakan bukti jati diri seseorang yang dipercaya 100%. Di
dunia, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama, bahkan juga tidak
pada kembar monozygot (identical twins). Sidik jari merupakan hasil pencetakan
tapak jari, baik secara diambil, dicelupkan pada tinta, maupun bekas yang
ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan
maupun kaki.
Sifat sidik jari adalah: Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada
sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup, Immutability, yaitu sidik

17
jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius,
Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari
ketiga bentuk pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan
sidik jarinya. Ketiga golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah Arch, Loop,
dan Whorl.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, B. (2007). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK UI.


Butar, A. (2013). Teknik Daktiloskopi dalam Penyidikan Tindak Pidana
Pembunuhan dengan Barang Bukti Honda Jazz di Baturraden.
Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman.
Dahlan, S. (2007). Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: UNDIP.
Gani, H. M. (2002). Ilmu Kedokteran Forensik. Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Iqbal, A., Siget, & Haryadi. (2005). Implementasi dan Analisis Transformasi
Autentikasi Sistem Biometrik Sidik Jari. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Ivayandri. (2001). Sistem Keamanan Akses Menggunakan Pola Sidik Jari
Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan. Bandung: ITB.

18
John, D. W. (2003). Biometrics. In: Fingerprints Recognition. New York:
McGraw Hill.
Mabes POLRI. (1993). Penuntun Daktiloskopi. Jakarta: Pusat Identifikasi Polri.
Prasasti, Y. (2011). Peran Daktiloskopi Dalam Mengungkap Kasus Tindak Pidana
Pencurian. Jawa Tengah: Fakultas Hukum Universitas sebelas Maret.
Solichin, S. (2007). Identifikasi Forensik. Surabaya: FK UNAIR.
Veneza, D. (2013). Fungsi Sidik Jari dalam Mengidentifikasi Korban dan Pelaku
Tindak Pidana. Makassar: Fakultas Hukum Unhas.

19

Anda mungkin juga menyukai