Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah farmasi forensik tentang Analisis Forensik Sidik Jari.
Makalah ilmiah yang telah disusun ini dibuat dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah farmasi forensik tentang Analisis
Forensik Sidik Jari ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Inderalaya, 5 Maret 2017


Mengetahui kelompok VI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu forensik merupakan penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan

tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Ilmu tersebut

biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak melawan

hukum). Forensik meliputi metode-metode yang bersifat ilmiah dalam melakukan

pengenalan terhadap bukti-bukti fisik (contohnya mayat, bangkai, dan

sebagainya). Observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis

barang bukti merupakan alat utama dalam suatu penyidikan.

Saferstein dalam bukunya Criminalistics an Introduction to Forensic

Science berpendapat bahwa ilmu forensik (forensic science) secara umum adalah

the application of science to law. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu

pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Ilmu alam

memandang sesuatu bersifat ilmiah jika dapat dibuktikan oleh setiap orang

melalui indranya, analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal

serta dapat dikomunikasikan tanpa tergoyahkan (kritik ilmu) (Purwadianto, 2000).

Sidik jari merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk

mengindentifikasi identitas seseorang karena polanya yang unik, terbukti cukup

akurat, aman, mudah, dan nyaman bila dibandingkan dengan sistem biometrik

yang lainnya. Sidik jari menunjukkan ciri unik yang dimiliki oleh setiap manusia,

karena di dunia ini tidak mungkin terdapat dua orang manusia dengan sidik jari

yang sama bahkan untuk sepasang anak kembar sekalipun. Selain itu sidik jari

bersifat permanen sehingga tidak dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu, saat ini sidik jari banyak digunakan sebagai bukti identitas individu di

berbagai area kehidupan mulai dari verifikasi sidik jari untuk sistem presensi

kantor, sistem keamanan komputer, sistem keamanan di paspor serta berbagai

sistem keamanan lainnya.

Proses verifikasi sidik jari di masa lalu dilakukan dengan mencocokkan

citra sidik jari yang ada dengan yang terdapat dalam basis data secara manual atau

kasat mata. Proses verifikasi ini memerlukan waktu yang lama dan juga

memerlukan tenaga ahli untuk dapat memverifikasi karena pola sidik jari

memiliki pola yang rumit sehingga tidak dapat dengan mudah dibandingkan oleh

otak manusia. Untuk membantu melakukan verifikasi sidik jari ini biasanya

menggunakan sebuah sistem yang akan mencocokkan pola sidik jari masukkan

dengan pola sidik jari yang ada di basis data sistem tersebut. Pencocokkan pola

sidik jari tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah sistem yang dapat

mengenali pola tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk menyajikan pengetahuan lebih

tentang sidik jari dalam mengidentifikasi korban dan mengungkap pelaku tindak

pidana.

1.3 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian tersebut di atas dan untuk membatasi pokok

kajian, maka berikut ini diidentifikasi beberapa permasalahan dalam kajian ini,

yaitu:

1. Apakah pengertian sidik jari serta klasifikasi sidik jari?


2. Apa sajakah fungsi dari sidik jari?
3. Bagaimanakah cara menganalisis sidik jari dalam mengidentifikasi korban

dan mengungkap pelaku tindak pidana ?

BAB II

ISI

A. Pengertian dan Klasifikasi Sidik Jari

1. Pengertian Sidik Jari

Sidik jari merupakan salah satu identitas manusia yang tidak dapat diganti

atau dirubah. Selain itu juga dari sidik jari pula lah seseorang dapat dikenali.

"Tidak ada manusia di dunia ini yang mempunyai sidik jari yang sama".

Ungkapan ini mengungkapkan bahwa setiap manusia mempunyai sidik jari yang

berbeda-beda. Sidik jari menjadi kekhasan setiap manusia. Menurut Reinhard

Hutagaol Sidik jari sebenarnya 'adalah kulit yang menebal dan menipis

membentuk suatu "punggungan" pada telapak jari yang membentuk suatu pola,

sidik jari tidak akan hilang sampai seorang meninggal dunia dan busuk, goresan-

goresan atau luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang

sama, namun sidik jari dapat rusak oleh karena kulit tesebut terkena luka bakar

yang parah (Supardi, 2002).

Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak

berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari juga merupakan salah satu

teknologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Bahkan sidik

jari menjadi teknolgi yang dianggap cukup handal, karena terbukti relatif akurat,

aman, mudah, dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila dibandingkan

dengan sistem biometri yang lainnya seperti retina mata/DNA (Deoxyribo Nucleic
Acid) adalah jenis asam nukleat yang berisi perintah genetik yang digunakan di

dalam perkembangan dan berfungsi pada semua organisma dan virus).

Penerapan teknologi sidik jari ini tidak hanya pada sistem absensi pegawai

perusahaan, tetapi juga berkembang di bidang kedoteran forensik, yaitu proses

visum et repertum. Visum et repertum merupakan laporan tertulis dokter untuk

memberikan keterangan demi keperluan peradilan mengenai suatu hal yang

ditemukan atau diketahui. Salah satu tahap visum et repertum adalah verifikasi

sidik jari. Verifikasi ini dilakukan untuk mengetahui identifikasi seseorang

terhadap suatu masalah pidana, contohnya kasus korban kecelakaan, korban

tenggelam, kasus tindak pidana pembunuhan, dan lain-lain. Sidik jari memiliki

beberapa sifat dan karakterisitik yaitu sebagai berikut:

1. Parennial nature
Sifat ini menunjukanbahwa sidik jari memiliki gutaran-gutaran pada sidik jari

yang melekat pada manusia yang bersifat seumur hidup. Karena itu, pola

sidik jari relatif mudah diklasifikasikan. Dalam sidik jari ada pola-pola yang

dapat diklasifikasikan untuk berbagai keperluan misalnya pengukuran.


2. Immutability
Yang berarti bahwa sidik jari seseorang tidak akan pernah berubah. Sidik jari

bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat. Sejak lahir, dewasa,

hingga akhir hayat, pola sidik jari seseorang bersifat tetap kecuali sebuah

kondisi yang terjadi sehingga terjadi perubahan pola sidik jari.


3. Individuality
Hal ini menunjukan keunikan sidik jari yang merupakan originalitas

pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun dimuka bumi sekalipun

kembar identik. Dengan kata lain, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap

orang. Kemungkinan pola sidik jari yang sama adalah 1:64.000.000.000, jadi
hampir mustahil ditemukan pola sidik jari yang sama antara dua orang. Pola

sidik jari setiap bagian jari memiliki perbedaan (Leksono dkk, 2011).

Pola pada tangan dan sidik jari merupakan bagian dari cabang ilmu yang

disebut dermatoglyphics. Kata dermatoglyphics berasal dari kata yunani yaitu

derma yang berarti kulit dan glyphe berarti ukiran. Disiplin ilmu ini mengacu

kepada formasi garis-garis alur bubungan (ridge) yang terdapat pada telapak

tangan dan telapak kaki manusia. selama ini klasifikasi pola sidik jari dilakukan

secara manual oleh manusia yang diambil dari cap jari-jari tangan pada kartu. Kini

telah dibuat teknik klasifikasi sidik jari otomatis secara digital, tetapi belum ada

algoritma pendekatan yang dapat diandalkan. Biasanya sebelum diklasifikasi

dilakukan terlebih dahulu pra-klasifikasi yang tujuannya adalah untuk

meningkatkan kehandalan pencarian pada basis data yang besar. Adanya

klasifikasi dapat membantu mempercepat proses identifikasi dan pencarian pada

basis data sidik jari yang umumnya berjumlah besar.

Penempatan sidik jari ke dalam beberapa kelompok kelas yang

mempunyai pola dasar yang serupa memungkinkan pengisian, penelusuran, dan

pencocokan data sidik jari dengan pemindaian yang cepat. Klasifikasi seperti ini

dapat mengurangi ukuran dari ruang pencarian, yaitu membatasi pencarian dengan

hanya pada sidik jari dalam kelas yang sama untuk identiflkasi. Klasifikasi sidik

jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasi-variasinya yang

diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Metode klasik identifikasi sidik jari

yang selama ini digunakan, ternyata kurang sesuai untuk implementasi langsung

dalam bentuk algoritma komputer. Oleh karena itu perlu dikembangkan model
matematika untuk anafisis sistem identifikasi sidik jari otomatis Automatic

fingerprint identification systems (AFIS).

Sebagian besar sistem untuk identifikasi sidik jari didasarkan pada

pencocokan minutiae yaitu akhir atau percabangan garis alur sidik jari. Deteksi

dari minutiae secara otomatis merupakan suatu proses kritis, terutama jika citra

sidik jari berkualitas rendah dengan pola garis alur tidak jelas. Akibat noise dan

kurangnya kontras menyebabkan adanya konfigurasi titik-titik gambar yang

menyerupai minutiae palsu (menutupi minutiae sebenarnya). Maka tujuan dari

pemodelan sidik jari ini ada 2 (dua) yaitu, pertama adalah untuk memahami

penggambaran matematika untuk membuat pola sidik jari tiruan, dan kedua dalam

mengembangkan algoritma baru yang lebih baik untuk sistem identifikasi sidik

jari secara otomatis.

2. Macam-macam Sidik Jari

Sidik jari memiliki suatu orientasi dan struktur periodik berupa kompolisi

dari garis-garis gelap dan kulit 25 yang naik (ndges) dan garis-garis terang dari

kulit langlurun (furrows) yang berliku-liku membentuk pola yang berbeda-beda.

Walaupun garis-garis alur tangan terbentuk berbeda-beda, tetapi sifat-sifat khusus

dari sidik jari yang disebut dengan minutiae adalah unik untuk setiap individu.

Ciri-ciri ini membentuk pola khusus yang terdiri dari terminasi atau percabangan

dari alur. Untuk memeriksa apakah dua sidik jari berasal dari jari yang sama atau

bukan, para ahli mendeteksi minutiae tersebut menggunakan Sistem Identifikasi

Sidik Jari Otomatis yang akan mengambil dan membandingkan ciri-ciri tersebut

untuk menentukan suatu kecocokan.

2.1 Latent prints (Sidik jari laten)


Walaupun kata laten berarti tersembunya atau tak tampak, pada

penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti kemungkinan

adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari aluralur tonjolan

kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat atau

tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara elektronik, kimiawi,

dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten yang tak terlihat yang

ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur tonjolan kulit

(yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid) walaupun

impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dan lain-lain.

Jejak sidik jari yang membekas di suatu permukaan yang

tersentuh/terpegang jari kita, karena jari kita mengeluarkan zat sekresi (lemak dan

keringat), yang dihasilkan kelenjar keringat. Zat sekresi ini pada dasarnya adalah

larutan elektrolit/garam bercampur dengan Urea dan lemak serta senyawa organik

lainnya. Jejak sidik jari jenis ini tidak selalu bisa dilihat dengan jelas secara

visual. Untuk membuatnya lebih jelas/kontras, digunakan zat kimia yang akan

bereaksi dengan zat sekresi tersebut dan menghasilkan efek visual yang membuat

sidik jari nampak lebih kontras.

2.2 Patent prints (Sidik jari paten)

Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan kulit dari sumber yang tak

jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disababkan dari transfer

materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan.. Jejak sidik jari ini membekas

pada suatu permukaankarena adanya zat pewarna seperti tinta, darah dan

sebagainya. Sama seperti jejak plastik jejak sidik jari ini bisa langsung dilihat

secara visual. Karena sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-
teknik enhancement, dan diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan

difoto

2.3 Plastic prints (Sidik jari plastik)

Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari atau

telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk dari alur-alut

tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit lemak pada

permukaan mobil. Jejak sidik jari ini bersifat mekanik, misalnya jika tangan

memegang bahan yang sejenis lilin yang lunak , tekanan mekanik jari-jari kita

bisa meninggalkan jejak sidik jari pada bahan tersbut. Jejak seperti ini umumnya

mudah dilihat secara visual. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi

penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik laten

yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada permukaan

tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non plastik pun harus

dilaksanakan.

3. Klasifikasi Bentuk Sidik Jari

Klasifikasi sidik jari adalah membagi data pola garis alur sidik jari ke

dalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi karakteristik sidik jari tersebut

yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis kategori sidik jari yaitu

kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus (lokal) yaitu

untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae, jumlah

dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta.


Gambar 1. Klasifikasi Sidik Jari Arches Loops Whorls

3.1 Bentuk Pokok Sidik Jari

Karakteristik sidik jari yang bersifat global terlihat sebagai pola garis-garis

alur dan orientasi dari garis alur tersebut pada kulit. Sir Francis Galton (1982)

mengklasifikasi ciri-ciri global sidik jari dalam tiga kategori bentuk:

a. Arches adalah pola garis alur sidik jari berbentuk terbuka yang mencakup 5%

dari populasi.

b. Loops adalah jenis paling umum yaitu kurva melingkar meliputi 60% sampai

dengan 65 % dari populasi.

c. Whorls adalah berbentuk lingkaran penuh yang mencakup 30% sampai 35%

dari populasi.

Kurva terbuka (arches) dibagi lagi atas arch dan tented arch. Sedangkan

loops dibagi dua menjadi kurva melingkar condong ke kiri (left loop) dan

melingkar condong ke kanan (right loop). Ciri-ciri lokal sidik jari ditentukan oleh

jumlah dan posisi garis alur dan banyaknya percabangan dari garis-garis alur yang

terdiri dari Inti atau core (sebagai titik yang didekatnya terdapat alur-alur yang

membentuk susunan semi-melingkar). Inti ini digunakan sebagai titik pusat


lingkaran balik garis alur yang menjadi titik acuan pembacaan dan

pengklasifikasian sidik jari.

3.1.1 Loop (Sangkutan)

Bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi

lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik

antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula.

Syarat-syarat (ketentuan) loop:

1. Mempunyai sebuah delta.

2. Mempunyai sebuah core.

3. Ada garis melengkung yang cukup.

4. Mempunyai bilangan garis (Ridge Counting) >= 1

Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Ulnar loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan

kelingking, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau

cenderung kembali ke arah sisi semula.

2. Radial loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah

dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau

cenderung kembali ke arah sisi semula.

Tabel 1. Penentuan Bentuk Loop Sidik Jari


Asal Tangan Delta Loop Singkatan
Kanan Kanan Radial KA+KA=R
Kiri Kiri Radial KI+KI=R
Kanan Kiri Ulnar KA+KI=U
Kiri Kanan Ulnar KI+KA=U
3.1.2 Arch (Busur)

Merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari

satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan

itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah.

Arch terdiri dari:

1. Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari

sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit

bergelombang naik di tengah.

2. Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki

garis tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.

3.1.3 Whorl (Lingkaran)

Merupakan bentuk pokok sidik jari, mempunyai dua delta dan sedikitnya

satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis

whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl, dan

Accidental whorl.

3.2 Focus Point (Titik Fokus)

Keberadaan titik fokus di dalam sidik jari akan berperan penting dalam

menentukan termasuk klasifikasi apa sidik jari tersebut. Dalam pengklasifikasian

dikenal dua jenis titik fokus yaitu delta yang merupakan titik fokus luar (outer

terminus) dan core yang merupakan titik fokus dalam (inner terminus). Tidak

semua sidik jari memiliki titik fokus tergantung jenis/klasifikasi dari sidik jarinya.

3.2.1 Core (inter terminus)

Titik fokus dalam Core adalah titik tengah yang terdapat pada garis sidik

jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta. Dapat dikatakan bahwa core
merupakan titik tengah atau pusat dari lukisan sidik jari. Dalam menentukan letak

core berlaku beberapa ketentuan di bawah ini :

1. Core ditempatkan pada garis sangkutan (loop) yang posisinya terletak

paling dalam.

2. Apabila garis sangkutan yang terdalam tidak berisi garis-berakhir atau

garis-pendek yang naik sampai setinggi bahu sangkutan core ditempatkan

pada bahu sangkutan yang posisinya terletak lebih jauh dari posisi delta.

3. Apabila sangkutan terdalam berisi n (ganjil) buah garis-berakhir yang naik

sampai bahu sangkutan core ditempatkan pada ujung garis yang paling

tengah.

4. Apabila sangkutan terdalam berisi n (genap) buah garis-berakhir yang naik

sampai ke bahu loop core ditempatkan pada ujung garis yang posisinya paling

tengah dan terletak paling jauh dari posisi delta.

Gambar 2. Garis core sidik jari

Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan

aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Ada dua kasus yang pada umumnya

dapat mengaburkan dalam menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya

garis tambahan (appendage). Munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik
jari bila appendage tersebut muncul di suatu garis sidik jari yang letaknya berada

pada daerah melengkung antara bahu garis sangkutan. Apabila appendage ini akan

dianggap sebagai garis berhenti bagi sangkutan yang tepat berada di luarnya.

Kasus yang kedua adalah adanya garis loop yang terdalam (garis sangkutan) yang

saling memotong satu sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua garis

sangkutan yang saling memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan

dimana garis di dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi

bahu loop.

3.2.2 Delta (outer terminus)

Delta pada sidik jari memiliki arti sebagai titik fokus luar. Delta dalam

pengertian sehari-hari adalah gugusan yang terdapat pada muara sungai air yang

mengalir ke laut atau danau selalu membawa lumpur dan batu sehingga lama-

kelamaan terbentuk suatu gugusan pulau yang disebut delta. Delta yang

sebenarnya pada sidik jari adalah titik/garis yang terdapat pada pusat perpisahan

garis type lines. Delta merupakan titik fokus yang terletak di depan pusat

berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan merupakan dua buah

garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang berjajar (paralel) dan memisah

serta (cenderung) melingkupi pokok lukisan (pattern area). Pokok lukisan adalah

daerah/ruangan putih yang dikelilingi oleh garis type lines yang mana ruangan

tersebut merupakan tempat lukisan garis sidik jari. Pada kenyataannya tidak

semua sidik jari memiliki delta tetapi ada juga sidik jari yang memiliki lebih dari

satu delta.

Gambar 3. Bagian delta pada sidik jari


Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menentukan posisi delta,

yaitu:

a. Delta tidak boleh ditempatkan pada garis membelah yang tidak terbuka ke

arah core.
b. Apabila harus memilih antara garis membelah dan kemungkinan delta, maka

garis membelah yang dipilih.


c. Apabila terdapat dua atau lebih garis-garis yang memenuhi syarat delta maka

pilih yang terdekat dengan core.


d. Delta tidak boleh ditempatkan di tengah-tengah garis yang berada di antara

garis pokok tetapi harus ditempatkan pada ujung garis yang terdekat letaknya

dengan pusat berpisahnya garis pokok.

3.2.3 Ridge Counting

Ridge counting merupakan bilangan garis yang menyentuh atau melintasi

garis bayangan yang ditarik antara delta dan core (delta dan core tidak ikut masuk

dalam penghitungan bilangan garis). Garis-garis yang kelihatannya sangat halus

(tipis) di celah-celah garis-garis yang tebal disebut insipientridge, dan garis ini

tidak ikut dihitung karena biasanya tidak selalu ada. Sedangkan, bagaimanapun
kecilnya ukuran sebuah titik (dot), garis pendek (short ridge) harus diperlakukan

garis sidik jari yang ikut dihitung, apabila

sama tebalnya dengan garis-garis yang

lain.

Gambar 4. Garis ridge counting sidik jari

2.3 Klasifikasi Bentuk Sidik Jari

Gambar 5. Klasifikasi Sidik Jari Core Gambar 6. Klasifikasi Sidik Jari Delta
Gambar 7. Klasifikasi Sidik Jari Terminasi Gambar 8. Klasifikasi Sidik Jari Minutiae

Gambar 9. Klasifikasi Sidik Jari Percabangan

Delta didefinisikan sebagai suatu titik yang terdapat pada suatu daerah

yang dibatasi oleh tiga sektor yang masing-masing memiliki bentuk hiperbolik.

Titik ini merupakan pertemuan curam atau titik divergensi dari pertemuan dua

garis alur. Minutiae didefinisikan sebagai titik-titik terminasi (ending) dan titik-

titik awal percabangan (bifurcafibn) dari garis-garis alur yang memberikan

informasi yang unik dari suatu sidik jari. Selain itu dikenal juga jenis garis alur

(type lines) yaitu dua garis alur paralel yang mengelilingi atau cenderung

mengelilingi daerah pola, dan cacah garis alur idge couhtl atau kerapatan (density)

yaitu jumlah dari garis-garis alur dalam daerah pola.


Gambar 10. Enam Kategori Klasifikasi Sidik Jari Berdasarkan Delta Dan Core

Berdasarkan jumlah serta posisi core dan delta dapat dikembangkan model

matematika untuk mensimulasi enam kategori klasifikasi sidik jari, yaitu: arch,

tented arch, right loop, left loop, whorl dan Twin Loop berdasarkan lumtan dan

posisi inti () dan delta (). Gambar 10a memperlihatkan kategori Arcfi yang

tidak memiliki delta dan inti. Gambar 10b adalah Tented Arcfi dengan satu delta

() dan satu inti ()). Gambar 10c adalah Right Loop dengan satu delta dan satu

inti. Gambar 10d adalah Left Loop dengan satu delta dan satu inti. Gambar 10e

Whorl dengan satu delta dan dua inti. Terakhir 10f adalah Twin Loop dengan dua

inti yang tidak tercitra. Hasil pengembangan ini dapat digunakan untuk

menyempurnakan proses identifikasi sidik jari secara otomatis (Ardisasmita,

2013).

3. Identifikasi Forensik Melalui Pemeriksaan Sidik Jari

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemoftem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan

demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan

jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan

kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

ldentitas seseorang dapat diketahui dengan melakukan berbagai cara,

antara lain, dengan cara mempelajari, mengamati dan meneliti profil wajah

seseorang, pas foto, bentuk kepala, bentuk badan, gigi, sidik jari, atau suara.

ldentifikasi merupakan bagian dari suatu proses untuk mengetahui atau mengenal

sesorang berdasarkan organ tubuh atau barang miliknya sehingga seorang yang

identitasnya sebelumnya tidak jelas menjadi jelas. ldentifikasi melingkupi

beberapa hal antara lain: DNA, sidik jari, retina mata, bibir dan lain-lain.

ldentitas seseorang yang sering digunakan dan dapat dijamin kepastian

hukumnya adalah dengan mempelajari sidik jari, sidik jari seseorang disebut

sebagai daktiloskopi. Daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk

keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang

terdapat pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki. Penyelenggaraan

daktiloskopi adalah kegiatan mencari, menemukan, mengambil, merekam,

mempelajari, mengembangkan, merumuskan, mendokumentasikan, mencari

kembali dokumen dan membuat keterangan sidik jari seseorang.

Data sidik jari adalah rekaman jari tangan atau telapak kaki yang terdiri

atas 24 kumpulan alur garis-garis halus dengan pola tertentu, baik yang sengaja

diambil dengan tinta atau dengan cara lain maupun bekas yang tertinggal pada

permukaan benda karena terpegang atau tersentuh oleh jari tangan atau telapak

kaki. Keterangan sidik jari adalah uraian yang menjelaskan tentang identifikasi
data sidik jari seseorang yang dibuat oleh pejabat daktiloskopi. Daktiloskopi

dilaksanakan atas dasar prinsip bahwa sidik jari tidak sama pada setiap orang dan

sidik jari tidak berubah seumur hidup, kecuali menderita luka bakar. Fungsi

daktiloskopi adalah untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum

terhadap identitas seseorang (Vaneza, 2013).

5. Metode Identifikasi Sidik Jari

5.1 Identifikasi Sidik Jari Patent

Sidik jari paten dikumpulkan menggunakan metode yang cukup sederhana

yaitu fotografi. Cetakan ini difoto dalam resolusi tinggi dengan skala pengukuran

forensik pada gambar untuk referensi. Peneliti dapat meningkatkan kualitas

gambar dengan menggunakan rendah-sudut atau sumber cahaya alternatif dan /

atau bahan kimia tertentu atau pewarna selama fotografi, tapi ini biasanya tidak

diperlukan.

5.2 Identifikasi Sidik Jari Latent

5.2.1 Metode Dusting

Salah satu metode yang paling umum untuk menemukan

dan mengumpulkan sidik jari laten adalah dengan membersihkan permukaan

halus atau tidak keropos dengan bubuk sidik jari (granular hitam, serpihan

aluminium, hitam magnetik, dll). Jika ada cetakan muncul, mereka difoto seperti

yang disebutkan di atas dan kemudian diangkat dari permukaan dengan pita

perekat jelas. Pencabutan rekaman kemudian ditempatkan pada kartu angkat laten

untuk melestarikan cetak.

Namun, bubuk sidik jari dapat mencemari bukti dan merusak kesempatan

untuk melakukan teknik lain yang bisa muncul cetak tersembunyi atau informasi
tambahan. Oleh karena itu, peneliti dapat memeriksa daerah dengan sumber

cahaya alternatif atau menerapkan cyanoacrylate (lem super) sebelum

menggunakan bubuk.

Pengunaan uji serbuk dapat dilakukan ketika terdapat sejumlah besar

sekresi ekrin yang menempel di permukaan, setidaknya 500 mg. Prosedur normal

dilakukan dengan menaburkan bubuk dengan rambut unta, nilon, atau alat yang

sesuai kamudian menyapukan kuas dengan hati-hati disepanjang permukaan yang

diuji.Variasi dari metode ini adalah analisis reagen partikel kecil (small particle

reagent/ SPR analysis). Prosedur ini dilakukan dengan cara menenggelamkan

permukaan yang akan diuji kedalam suspensi zat padat yang sedikit larut dalam

air. Zat padat ini akan menempel pada porsi organic dalam sekresi ekrin.

Kemudian permukaan ini dapat dikeringkan untuk mendapatkan sidik jari yang

diinginkan.

Beberapa bubuk yang bisa dipakai oleh para ilmuan forensik adalah :

a. Serbuk hitam sayuran yang merupakan suatu serbuk karbon yang mirip

dengan

bubuk pensil, bubuk ini digunakan pada kondisi permukaan benda yang ber-

warna terang.

b. Serbuk Alumuniun yng memiliki tekstur bubuk ini putih halus dan di gunakan

untuk kondisi jika sidik jari menempel pada permukaan benda yang berwarna

gelap.
c. Serbuk Timah,Cadmium, Tembaga dan merkuri zat-zat ini merupakan zat

yang bisa dengan mudah menempel pada sidik jari laten

5.2.2 Uji Kimia


Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau

permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia,

seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin.

Metode kedua pendeteksian sidik jari melibatkan beberapa uji kimia yang

menghasilkan produk dengan suatu warna tertentu. Uji kimia lebih sensitive

dibandingkan uji serbuk dan umumnya dapat digunakan dengan residu dengan

berat antara 100-200 ng. beberapa bahan kimia yang sering digunakan adalah :

a. Sianoakrilat

Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara

mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam

wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan

benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat

stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel

pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin

banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin

tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.

Iodin

b. Iodin

Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat

pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari

padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau

minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuning-

kuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera

dipotret agar dapat didokumentasikan.


c. Perak Nitrat/ nindidrin

Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat dan larutan

ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan dihasilkan

natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku

mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui pori-

pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda

yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan benda akan kering dan

perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke

permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat.

Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus

segera dipotret agar dapat didokumentasikan.

Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak dan

keringat menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan mengandung

minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan

terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama

10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan

memanfaatkan panas lampu.

d. Ruthenium tetraoksida

Ruthenium tetraoksida: metode ini menggunakan ruthenium oksida yang akan

bereaksi dengan sidik jari menghasilkan warna abu-abu gelap. Metode ini sering

digunakan untuk penggunaan khusus seperti deteksi sidik jari pada kertas uang.

5.2.3 Metode MXRF

Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari

adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh


Christopher Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los

Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa

digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat

mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.

5.2.4 Alternatif Light Source (ALS)

Metode ini umum bagi para penyidik untuk memeriksa setiap permukaan

kemungkinan (pintu, pegangan pintu, jendela, pagar, dll) dengan sumber cahaya

alternatif. Alat yang digunakan yaitu sinar ultraviolet dan laser atau perangkat

LED yang memancarkan panjang gelombang tertentu, atau spektrum cahaya

menyebabkan sidik jari mengalami fluorescence. Laser yang tepat untuk tujuan ini

adalah laser argon dengan panjang gelombang 480 nm dalam kisaran sinar biru-

hijau dalam spectrum elektromagnetik.

Beberapa perangkat memiliki filter yang berbeda untuk memberikan

berbagai spektrum yang bisa difoto atau diproses lebih lanjut dengan bubuk atau

noda pewarna. Sebagai contoh, peneliti dapat menggunakan cahaya biru dengan

filter oranye untuk menemukan sidik jari laten pada meja, kursi, peralatan

komputer atau benda lainnya di tempat istirahat.

6. Prinsip Dasar Identifikasi Sidik Jari

Untuk mengungkap pelaku tindak pidana dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi sidik jari korban atau sidik jari yang diduga milik

tersangka. Prinsip dasar dalam pendeteksian sidik jari adalah sebagai berikut:

ketika seseorang menyentuh suatu permukaan dengan jejarinya, sejumlah kecil

sekresi ekrin (eccrine) dari kelenjar keringat pada tangannya akan tertinggal di

permukaan itu, sekresi inilah yang akan membentuk pola-pola sedik jari. Residu
ini umumnya hampir seluruhnya mengandung air (98,5%) yang melarutkan

berbagai zat padat. Dua pertiga zat ini adalah senyawa organic, selebihnya

merupakan zat anorganik. Zat-zat ini adalah asam-asam amino, urea, asam urik,

asam laktat, monosakarida/disakarida, keratin, kolin, klorida ion, ion logam, ion

sulfat, fosfat, dan ammonia. Meskipun zat-zat ini hadir dalam jumlah kecil, zat-zat

ini dapat dijadikan dasar pendeteksian sidik jari (Supardi, 2002).

7. Prosedur ldentifikasi Sidik Jari

Sampai sekarang ini, sistem penghitungan rumus sidik jari yang dilakukan

oleh pihak kepolisian masih menggunakan cara konvensional yang meliputi:

a. Pengambilan sidik jari menggunakan peralatan tinta daktiloskopi, plat kaca,

roller, penjepit kartu siddik jari dan kartu sidik jari itu sendiri. Sidik jari

direkam pada sehelai kartu sidik jari dimana terdapat kolom-kolom untuk sidik

jari yang digulingkan (rolled impression ), kolom sidik jari yang tidak

digulingkan ( plain impression) dan kolom informasi beserrta identitas orang

yang diambil sidik jarinya.


b. Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan penentuan rumus sidik

jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yaitu

pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukan

interprestasi mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan

jalannya garis yang diikuti pada bentuk whorl. Semua kegiatan diatas

menggunakan bantuan kaca pembesar dan diperiksa satu persatu oleh petugas.
c. Penyimpanan (filling) kartu sidik jari pada hakekatnya adalah menempatkan
suatu kartu sidik jari pada file menurut rumus sidik jari yang tertera pada kartu

sidik jari tersebut.

Pelaksanaan teknik daktiloskopi membutuhkan peralatan yang khusus

antara lain:
a. Tinta daktiloskopi yang biasanya berwarna hitam

b. Sepotong kaca atau benda lain yang keras dan licin berukuran 30x15cm

c. Roller (roda karet), untuk meratakan lapisan tinta pada kaca

d. Formulir (slip) teraan jari terbuat dari kertas putih agak tebal menurut

ukuran yang telah ditentukan

e. Meja kecil untuk meletakan dan melakukan pengambilan teraan jari,

sebaiknya dengan tinggi 125cm.

f. Alat-alat untuk membersihkan jari dan alat-alat pengambilan teraan jari,

seperti : sabun, bensin/minyak tanah, lap dan lain-lain.

Orang yang akan diambil teraan jarinya berdiri disebelah kanan dan

diperintahkan untuk mengikuti gerakan dengan dilemaskan (relax). Setelah itu

mulai dengan menggulingkan jari-jari pada tinta di kaca satu persatu, dimulai

dengan ibu jari kanan. Jari yang diberi tinta cukup diambil satu ruas ujung

ditambah dengan setengah ruas kedua. Cara pengambilan teraan semaca m ini

disebut Teraan berguling maksudnya agar mendapatkan seluruh gambaran atau

permukaan teraan jari yang seluas-luasnya (rolled impression). Setelah itu dibuat

Teraan rata, yaitu pengambilan teraan secara sekaligus dari kelima jari kanan

dan kiri. Akan tetapi karena keadaan kelima jari itu tidak sama panjang, biasanya

diambil dulu empat jari bersama -sama (telunjuk sampai dengan kelingking), lalu

ibu jari dan cara menempelkannya supaya sejajar dengan keempat jari lainnya,

cara ini disebut teraan rata (plain impressions), yang diambil dari seluruh bagian

jari-jari itu. Pengambilan sidik jari dapat dilakukan dengan cara mengecapkan

jari-jari itu dengan digulingkan atau dengan cara mengecapkan jari-jari itu dengan

ditekan rata saja (Butarbutar, 2012).


Setelah sidik jari ditemukan di TKP, maka akan dicocokan dengan sidik

jari tersangka atau orang yang dicurigai. Sebelum sidik jari latent yang ditemukan

di tempat kejadian perkara dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik jari

yang tersimpan di file yang tersimpan di data base Kepolisian atas nama orang

tertentu, terlebih dahulu sidik jari latent tersebut dibandingkan dengan sidik jari

orang-orang yang secara sah telah memegang sesuatu di TKP. Hal ini untuk

mencocokan sidik jari latent yang ditemukan di TKP guna mencari ada atau

tidaknya sidik jari asing (diduga pelaku) dalam tempat kejadian perkara tersebut

(Sutra, 2012).
CONTOH KASUS

Para tetangga Thomas dan Ann Farrow, menemukan pasangan penjaga

toko di London Selatan itu dengan tubuh penuh luka penganiayaan, dalam rumah

mereka di London Selatan, Inggris. Dilansir dari laman History, Thomas sudah

tewas dan Ann masih bernafas dalam keadaan koma. Ann meninggal empat hari

kemudian tanpa sempat sadarkan diri. Tiga tahun sebelumnya, pengadilan Inggris

telah mengakui sidik jari sebagai barang bukti. Peti uang tempat pasangan itu

menyimpan uang, ditemukan dalam keadaan kosong. Sehingga Scotland Yard

meyakini bahwa motif pembunuhan adalah perampokan. Satu sidik jari pada peti

uang itu, tidak cocok dengan para korban, atau para pelaku kriminal yang telah

tercatat sidik jarinya oleh Scotland Yard.

Kasus mulai terungkap, setelah seorang penjual susu melaporkan tentang

dua pemuda, yang terlihat di rumah Farrow pada hari pembunuhan. Keduanya

kemudian diidentifikasi sebagai Alfred dan Albert Stratton. Polisi menginterogasi

kawan-kawan kedua pemuda itu. Beberapa teman wanita Alfred, mengatakan pada

polisi bahwa dia membuang mantel, serta mengganti warna sepatunya, sehari

setelah pembunuhan. Sepekan kemudian, otoritas akhirnya menangkap Stratton

bersaudara, lalu mengambil sidik jari mereka. Sidik jari pada jempol kanan

Alfred, cocok dengan sidik jari yang ditemukan pada peti uang Farrow. Sidik jari

menjadi barang bukti kuat satu-satunya, karena penjual susu tidak dapat

memastikan Stratton sebagai dua pemuda yang dilihatnya. Stratton bersaudara

dinyatakan bersalah, dihukum gantung pada 23 Mei 1905. Bagaimanakah cara

mengidentifikasi sidik jari tersebut?


PENYELESAIAN

Apabila sidik jari yang terdapat di peti uang tersebut terlihat jelas maka

dapat dibubuhi bubuk khusus berwarna hitam. Permukaan yang telah ditaburi

bubuk disikat perlahan dengan menggunakan kuas kecil. Jangan lupa untuk

menghapus bubuk yang tidak menempel sehingga sidik jari terlihat. Lalu,

tempelkan sisi isolasi bagian yang lengket ke sidik jari yg telah ditaburi bubuk.

Sidik jari yang telah ditaburi bubuk tadi akan menempel pada isolasi. Selanjutnya,

pihak penyidik akan membawa barang bukti tersebut ke laboratorium, lalu

mencocokkannya dengan data sidik jari dari Stratton bersaudara yang sebelumnya

juga sudah diambil. Setelah dianalisis, sidik jari pada jempol kanan Alfred, cocok

dengan sidik jari yang ditemukan pada peti uang Farrow. Maka dapat disimpulkan

pelaku pembunuhan pada kasus diatas adalah Stratton bersaudara.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Sidik jari sebenarnya adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk

suatu "punggungan" pada telapak jari yang membentuk suatu pola.

2. Sidik jari memiliki beberapa sifat dan karakterisitik yaitu parennial

nature, immutability, dan individuality.

3. Ada tiga macam sidik jari secara umum yaitu laten, paten, dan plastik.

4. Ada dua kategori bentuk sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global)

dan kategori yang bersifat khusus (lokal).

5. Karakteristik sidik jari yang bersifat global yaitu arches, loops, dan

whorls.

6. Karakteristik sidik jari yang bersifat lokal yaitu core, terminasi, minutiae,

dan percabangan.

7. Berdasarkan jumlah serta posisi core dan delta terdapat kategori

klasifikasi sidik jari, yaitu: arch, tented arch, right loop, left loop, whorl dan

Twin Loop.
8. Daktiloskopi dilaksanakan atas dasar prinsip bahwa sidik jari tidak sama

pada setiap orang dan sidik jari tidak berubah seumur hidup, kecuali

menderita luka bakar


9. Metode yang dilakukan dalam pemeriksaan sidik jari secara umum dapat

dilakukan dengan 4 cara yaitu metode dusting, uji kimia, teknik micro-X-ray

fluorescence (MXRF), dan Alternatif Light Source (ALS).


10. Data sidik jari adalah rekaman jari tangan atau telapak kaki yang terdiri

atas 24 kumpulan alur garis-garis halus dengan pola tertentu, baik yang

sengaja diambil maupun bekas yang tertinggal pada permukaan benda.


3.2 SARAN
Makalah ini tentunya terdapat banyak sekali kekurangan dan

masih jauh dari kata kesempurnaan. Penulis mengharapkan bagi

para pembaca dan penikmat makalah ini untuk dapat

memberikan saran, kritik maupun mengembangkan makalah ini

agar kedepannya makalah ini dapat lebih sempurna lagi

sehingga mampu memberikan pengetahuan yang maksimal

tentang sidik jari kepada seluruh pembacanya.


DAFTAR PUSTAKA

Ardisasmita, M.S. 2013. Pengembangan Model Matematika Untuk Analisi


Sisitem IdentifikasiI Sidik Jari Otomatis, BATAN, diakses tanggal 4 Maret
2007 <http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/M_Syamsa-1.pdf>.

Butarbutar, A. 2013, Teknik daktiloskopi dalam penyidikan tindak pidana


pembunuhan dengan barang bukti honda jazz di Baturraden (studi kajian
kriminalistik di Polres Banyumas), Skripsi, S.H., Hukum, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia.

Leksono, B., Achmad, H. & Rizal, R.I. 2011. Aplikasi metode template matching
untuk klasifikasi sidik jari, TRANSMISI, 13(1): 1-6.

Purwadianto A, Sampurna B, Herkutanto. 1981. Kristal-Kristal Ilmu Kedokteran


Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UI/LK-UI, Jakarta,
Indonesia.

Supardi. 2002, Sidik Jari Dan Peranannya Dalam Mengungkap Suatu Tindak
Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sutra, D., 2012. Fungsi kepolisian sebagai penyidik utama: Studi identifikasi sidik
jari dalam kasus pidana, Jurisprudence, 1(1):74-88.

Vaneza, A.D.A. 2013, Fungsi sidik jari dalam mengidentifikasi korban dan
pelaku tindak pidana, Skripsi, S.H., Hukum, Universitas Hasannudin,
Makasar, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai