Anda di halaman 1dari 7

49

PEMBUATAN PREPARAT DAN


AWETAN BASAH SPESIMEN TUMBUHAN1)

Sulisetijono2)

Materi pembelajaran biologi berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata. Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi,
penggalian pengetahuan dari objek-objek biologi. Objek biologi merupakan makhluk
hidup. Penggalian ciri objek harus dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
objek tersebut. Dengan demikian semua makhluk dapat menjadi objek pengamatan.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran meliputi mengamati
(observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting),
membentuk jejaring (networking). Salah satu sasaran pengamatan suatu objek biologi
adalah bentuk dan susunan tubuh. Kegiatan untuk mengamati bentuk dan susunan tubuh,
maka perlu dipersiapkan satuan objek pengamatan, dapat berupa: sel, jaringan, organ-
organ penyusun tubuh individu. Objek pengamatan juga dapat berupa populasi, komunitas,
atau ekosistem. Untuk melakukan pengamatan perlu mempersiapkan objek pengamatan.
Pembuatan sayatan untuk mengamati susunan sel atau jaringan, pembuatan awetan organ
atau bagian organ, atau melakukan pembedahan.
Berdasarkan sifat ketahanannya, preparat dapat dibedakan menjadi preparat
sementara (preparat basah), preparat semipermanen (setengah awetan) dan preparat
permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya hanya
untuk sekali pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan kimia yang
mudah menguap. Preparat semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu
bertahan untuk sekitar seminggu penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan
merupakan preparat yang diawetkan menggunakan balsam kanada atau entelan, glycerin
jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai agen mountingnya. Preparat permanen dapat
bertahan beberapa lama.
A. Koleksi dan Pembuatan Preparat
Pada objek dapat digali gejala-gejala, penemuan masalah dan pemecahannya. Namun
tidak semua objek dengan mudah ditemukan di sekitar. Untuk objek tumbuhan atau hewan
yang cukup langka, atau habitatnya jauh (misal di pantai), maka dibutuhkan suatu koleksi
awetan.
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuh, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut.
Pengambilan objek perlu ada pembatasan. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan.
Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat
dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawetnya bervariasi, tergantung
sifat objek.

49
50

Organ tumbuhan berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah.
Daun, batang dan akar, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium. Demikian
halnya untuk pengawetan hewan. Hewan dapat diawetkan dengan cara kering ataupun
basah. Macam-macam serangga dapat diawetkan cara kering disebut insektarium. Awetan
kering untuk burung atau mamalia yang terbuat dari awetan kulitnya disebut taksidermi.
Pengawetan juga dapat dilakukan terhadap hewan-hewan Avertebrata lainnya.
Objek tumbuhan yang dibuat sediaan dan diamati di bawah mikroskop, kadang kala
perlu diawetkan untuk pengamatan berulang. Pengawetan dapat dilakukan secara semi
permanen ataupun permanen. Sebelum dilakukan pengawetan, maka perlu dilakukan
pembuatan preparat.

1. Pembuatan Preparat Sayatan


a. Preparat
Obyek yang diletakkan pada meja benda yang akan diamati dengan menggunakan
lensa obyektif dan lensa okuler pada mikroskop dinamakan preparat. Pembuatan preparat
dapat dilakukan dengan mengiris secara vertikal (tegak) dan horisontal (mendatar). Melalui
pengirisan dengan arah vertikal dan horisontal akan diperoleh obyek dengan penampang
melintang dan membujur.
Penampang melintang adalah sayatan yang tegak lurus dengan sumbu panjang (dapat
dilihat pada Gambar 1a, sedangkan penampang membujur adalah sayatan yang sejajar
sumbu panjang. Sayatan membujur dapat dibuat dengan arah radial (menuju pusat) yang
dapat dilihat pada Gambar 1b atau sejajar dengan bidang yang melalui pusat dan arah
tangensial (Gambar 1c).

Gambar 1. Penampang Objek: a. penampang melintang; b. penampang membujur radial; c.


penampang membujur tangensial

50
51

b. Pembuatan Preparat Segar Sayatan Organ Tumbuhan


Bahan pewarna digunakan untuk memudahkan dalam pengamatan, misalnya lugol,
biru metilen (methylene blue), safranin atau eosin. Alat-alat yang diperlukan dalam
pembuatan preparat segar seperti tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Alat-alat yang Diperlukan dalam Pembuatan Preparat Segar


Keterangan
1. silet 4. empulur ketela pohon 7. pipet tetes
2. kaca benda 5. jarum pentul atau jarum preparat 8. kertas tisu
3. kaca penutup 6. tempat air 9. kuas

c. Contoh Langkah-langkah dalam Pembuatan Preparat


1) Preparat Irisan Melintang Daun Mahkota Bunga (Gambar 3)

51
Gambar 3. Langkah-langkah dalam Pembuatan Preparat Irisan Melintang Daun Mahkota Bunga
52

1. Kaca benda dibersihkan dari kotoran yang menempel.


2. Air diteteskan pada kaca benda.
3. Daun mahkota bunga dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil.
4. Empulur ketela pohon (atau umbi wortel, umbi kentang) yang berfungsi untuk mempermudah
pengirisan bahan yang berupa lembaran dibelah kurang lebih 0,5-1 cm.
5. Potongan daun mahkota dimasukkan dalam celah pada empulur. Sisa-sisa daun mahkota yang
tidak terjepit dipotong.
6. Potongan daun mahkota yang telah terjepit bersama dengan empulur diiris dengan silet setipis
mungkin. Arah silet ketika mengiris mengarah ke praktikan. Hasil irisan yang tipis ditandai
dengan lembaran yang sangat kecil dan transparan.
7. Hasil irisan diambil dengan menggunakan jarum pentul atau kuas yang telah dibasahi dengan air,
kemudian diletakkan pada tetesan air pada kaca benda.
8. Kaca penutup diletakkan dengan pelan-pelan pada hasil irisan yang telah diletakkan dalam
tetesan air. Jarum preparat digunakan untuk membantu peletakan kaca penutup. Sisa tetes air
yang keluar dari kaca penutup sebaiknya diserap dengan kertas hisap atau tisu.
9. Kaca benda bagian bawah dilap agar sisa-sisa air pada permukaan bawah kaca benda tidak
membasahi meja benda mikroskop.
Diagram urutan pembuatan sayatan juga dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Urutan Cara Pembuatan Sayatan

2) Preparat Irisan Melintang Tangkai daun (Gambar 5)

Gambar 5. Cara Penyayatan Melintang Tangkai Daun


1. Kaca benda dibersihkan dari kotoran yang menempel.
2. Air diteteskan pada kaca benda.
3. Tangkai daun dipotong melintang terlebih dahulu agar diperoleh permukaan yang rata. Permukaan yang
serong menyebabkan hasil hasil irisan (preparat) yang tidak baik.

52
53

4. Tangkai daun diiris secara melintang setipis mungkin. Arah irisan mengarah ke praktikan. Hasil irisan
yang baik berupa lembaran tipis yang transparan.
5. Hasil irisan diletakkan pada tetesan air dalam kaca benda, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
6. Kaca benda bagian bawah dilap agar sisa-sisa air pada permukaan bawah kaca benda tidak membasahi
meja benda mikroskop.

3) Preparat Irisan Membujur Batang (Gambar 6)

Gambar 6. Cara Penyayatan Membujur Batang

1. Kaca benda dibersihkan dari kotoran yang menempel.


2. Air diteteskan pada kaca benda.
3. Batang dipotong membujur terlebih dahulu agar diperoleh permukaan yang rata. Permukaan yang tidak
rata menyebabkan hasil hasil irisan (preparat) yang tidak baik. Pemotongan disesuaikan dengan bagian
yang akan kita amati.
4. Batang diiris secara membujur setipis mungkin. Arah irisan mengarah ke praktikan. Hasil irisan yang baik
berupa lembaran tipis yang transparan.
5. Hasil irisan diletakkan pada tetesan air dalam kaca benda, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
6. Kaca benda bagian bawah dilap agar sisa-sisa air pada permukaan bawah kaca benda tidak membasahi
meja benda mikroskop.

4) Preparat Sayatan Paradermal Daun (Gambar 7)

Gambar 7. Cara Penyayatan Paradermal Daun


1. Kaca benda dibersihkan dari kotoran yang menempel.
2. Air diteteskan pada kaca benda.
3. Salah satu sisi helaian daun ditempelkan pada batang pensil.
4. Sisa helaian daun yang tidak menempel pada batang pensil dijepit dengan tangan sehingga permukaan
daun yang menempel pada batang pensil dapat melekat erat.
5. Permukaan daun yang menempel erat pada batang pensil di sayat setipis mungkin dengan silet. Hasil
sayatan yang belum terputus dapat diperlebar dengan bantuan pinset atau terus disayat dengan silet.
6. Hasil sayatan diletakkan pada tetesan air dalam kaca benda, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
7. Kaca benda bagian bawah dilap agar sisa-sisa air pada permukaan bawah kaca benda tidak membasahi
meja benda mikroskop.

53
54

2. Pembuatan Preparat Semi Permanen


1. Dari sediaan segar yang dihasilkan, gantilah medium cair dengan menggunakan
pipet/kertas hisap, teteskan gliserin pada satu sisi yang lain isap dengan kertas hisap.
2. Panaskan parafin/lilin dalam gelas piala di atas nyala lampu spiritus.
3. Olesi tepi kaca penutup dengan kuas kecil, pengolesan juga dapat diganti dengan cutex
transparan.
4. Simpan dalam tempat sejuk.

Pembuatan preparat semipermanen dapat dilakukan dengan leaf clearing terlebih dahulu
dengan kloral hidrat. Selain dengan kloral hidrat, leaf clearing dapat dilakukan dengan
merendam potongan daun dengan alkohol 70%, kalau perlu dilakukan pemanasan di atas
water bath. Setelah larutan berwarna hijau, alkohol dibuang, diganti dengan alkohol yang
baru sampai alkohol tidak berwarna lagi. Selanjutnya daun yang sudah tidak berwarna
ditambah dengan KOH 10%, direndam selama 1-2 jam, segera KOH dibuang kemudian
dicuci dengan aquadest tiga kali dan diberi larutan gliserin 5% untuk mengawetkan
preparat. Preparat ini dapat dipergunakan untuk menghitung kristal Ca oksalat, stomata,
dan sebagainya.

3. Pembuatan Awetan Basah Makroalga, Lumut dan Tumbuhan Berpembuluh


Pengawetan makroalga, lumut, dan tumbuhan berpembuluh dapat dilakukan dengan
sistem basah yakni dengan cara memasukkan spesimen ke dalam suatu wadah dan diberi
zat pengawet. Sebelum diawetkan specimen organismen dimatikan terlebih dahulu dan
diberi larutan fiksatif. Larutan fiksatif untuk tumbuhan berperan juga sebagai larutan
pembunuh (killing fluid).
Larutan fiksatif yang sering digunakan adalah larutan FAA (Formaldehida,
Alkohol, asam asetat glasial). Larutan FAA ini umumnya langsung dipakai sebagai larutan
pengawet. Untuk makroalga dan lumut digunakan FAA 50% (alkoholnya 50%), sedangkan
untuk tumbuhan berpembuluh menggunakan larutan fiksatif FAA 70%.
Komposisi larutan FAA diperoleh dengan jalan mencampur:
a. formaldehida 40% (Formalin 100%) 5 bagian
b. alkohol 50% atau 70% 90 bagian
c. asam asetat glasial 5 bagian
Larutan FAA dapat juga diperoleh dengan jalan mencampur:
a. formaldehida 40% (formalin 100%) 5 bagian
b. alkohol 96% (jenuh) 50 bagian
c. asam asetat glasial 5 bagian
d. aquadest (air suling) 40 bagian
Larutan fiksatif dan pengawet untuk berbagai macam jamur dan lumut kerak
(lichenes) dapat digunakan formalin 4-7%. Larutan fiksatif ini sekaligus digunakan sebagai
larutan pengawet.
Warna tubuh tumbuhan kadang-kadang luntur. Untuk dapat mempertahankan warna
dari tubuh tumbuhan, maka komposisi FAA ditambah dengan merkuri asetat atau tembaga
54
55

asetat sebanyak 0,5-1 mg setiap 100 ml larutan. Setelah warna tumbuhan sempurna,
sediaan dipindahkan pada larutan pengawet FAA yang bebas merkuri asetat. FAA dapat
juga diberi 1,5 ml terusi (cuprisulfat) setiap 100 ml larutan. Untuk lumut dan makroalga
dapat menggunakan larutan pengawet alkohol 70%. Bahan tumbuhan berpembuluh yang
lunak dapat menggunakan larutan pengawet FAA50%, sedangkan larutan pengawet untuk
bahan tumbuhan berpembuluh yang keras menggunakan FAA70%.

Cara membuat larutan fiksatif alternatif:


1. Larutan Viets : campurkan alkohol 80% (6 bagian), dengan gliserin (11 bagian) dan
asam asetat glacial (3 bagian)
2. Larutan Bouin: Asam asetat glasial (5 ml) ditambah dengan formalin 40 % (25 ml
dan asam pikrat jenuh (75 ml)

Langkah-langkah untuk membuat media pembelajaran berupa awetan basah tumbuhan.


a. Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan yang ingin diawetkan.
b. Siapkan larutan fiksatif FAA 70%
Selanjutnya untuk mempertahankan warna hijau, dapat pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif
tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2) aquades
sebanyak 35 ml.
Lumut dimatikan dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan
tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.
c. Penyiapan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol 70%
sebagai pengawetnya untuk lumut dan makroalga.
d. Lumut yang telah siap tadi dimasukkan dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga
mudah diamati. Tumbuhan berpembuluh digunakan larutan pengawet FAA70%.
e. Pembuatan label berupa nama spesies makro-alga, lumut, tumbuhan tanpa mengganggu
pengamatan.
f. Awetan basah makro-alga, lumut, tumbuhan berpembuluh siap digunakan. Secara berkala atau
bila perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet
yang baru secara hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA

Bhojwani, S.S and S.P. Bhatnagar. 1978. The Embryologi of Angiosperms. Third Revised
Edition. Vikas Publishing Hous, PVT, LTD.
Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy Angiospermae (An
Introduction to Palinology I). USA : The Chronica Botanica Co. Waltham. Mass.
Kartini, E. 2010. Petunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan. Malang: Biologi FMIPA UM.
Moore, P.D., J.A. Webb andM.E. Collinson. 1991. Pollen Analysis. Oxford: Blackwell
Scientific Publication Oxford.
Weaver, W.G. 1972. Laboratory Invertigatons for General Biology. New York: J.B.
Lippinoott Company.

55

Anda mungkin juga menyukai