PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menimbulkan akibat yang tidak diharapkan. Salah satu akibat yang tidak
cara atau teknik pelaksanaan tindak pidana, khusunya yang berkaitan dengan
upaya pelaku tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak
jarang dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui identitas
korban.
korban merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengetahui identitas korban
dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal.
Selain itu mengetaui identitas korban untuk berbagai kehidupan sosial misalnya
asuransi, pembagian dan penentuan ahli waris, akte kelahiran, pernikahan dan
1
mengetahui bahwa keterangan itu benar-benar keterangan yang dimaksud untuk
tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak
lingkungannya. Bencana yang terjadi secara akut atau mendadak dapat berupa
rusaknya rumah serta bangunan, rusaknya saluran air, terputusnya aliran listrik,
jalan raya, bencana akibat tindakan manusia, dan lain sebagainya. Sedangkan
bencana yang terjadi secara perlahan-lahan atau slow onset disaster, misalnya
hutan dengan akibat asap atau haze yang menimbulkan masalah kesehatan.—
yang merupakan bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Identifikasi
adalah suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri
yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan
bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan
mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik
maupun non-forensik.
2
Makalah ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi
macam-macam pemeriksaan dan cara atau metode serta sistem identifikasi. Hal-
B. Rumusan Masalah
forensik?
C. Tujuan Penulisan
forensik.
3
4. Sebagai persyaratan ujian pada kepaniteraan klinik ilmu kedokteran
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Pengadilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
A. Definisi Identifikasi
hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.
seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa
sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang
hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi
jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan
kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban
forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi
membuat satu daftar dari orang-orang yang patut dicurigai. Daftar tersebut akan
lebih diperkecil lagi bila diketahui saat kematian korban serta alat yang dipakai
B. Metode Identifikasi
5
Dalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan
dikelompokkan: 1,2,3
wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya,maka jati diri korban
yang diharapkan perlu diketahui bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila
keadaan tubuh dan terutama wajah korban masih dalam keadaan baik dan
belum terjadi pembusukan yang lanjut. Selain itu perlu diperhatikan faktor
manusia itu mudah terpengaruh oleh sugesti, khususnya dari pihak penyidik.
b. Perhiasan, anting-antign, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh
korba, khususnya bila pada perhisan itu terdapat initial nama seseorang yang
biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin; akan
6
c. Dokumen, kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu
dalam dompet atau tas korban dapat menunjukkan jati diri korban. Khusus
menaruh dompet atau tasnya. Pada pria dompet biasanya terdapat dalam
saku baju atau celana, sedangkan pada wanita tas biasanya dipegang;
sehingga pada kecelakaan masal tas seseorang dapat terlempar dan sampai
pada orang lain yang bukan pemiliknya, jika hal ini tidak diperhatikan
d. Jari, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari
yang sama,walaupun kedua orang tersebut kembar satu telur. Atas dasar ini,
jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya telah membusuk.
memasangnya pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian
dokter.
7
2. Sarana identifikasi medis, yaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang
medis melalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri
yang spesifik, misalnya cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka
ata operasi luar (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu,
tahi lalat, tato, bekas fraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau
juga hilangnya bagian tubuh tertentu dan lain-lain. Beberapa contoh ciri
non-spesifik antara lain misalnya tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit,
warna serta bentuk rambut dan mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan
sebagainya.
membandingkan antara data ciri hasil pemeriksaan hasil orang tak dikenal dengan
8
data ciri orang yang hilang yang diperkirakan yang pernah dibuat sebelumnya.
Pada penerapan penanganan identifikasi kasus korban jenasah tidak dikenal, maka
kedua data ciri yang dibandingkan tersebut adalah data post mortem dan data ante
mortem. Data ante mortem yang baik adalah berupa medical record dan dental
record.1,4,5
siapa jenasah yang tidak dikenal tersebut. Hal ini karena pada identifikasi dengan
cara membandingkan data, hasilnya hanya ada dua alternatif: identifikasi positif
atau negatif. Identifikasi positif, yaitu apabila kedua data yang dibandingkan
adalah sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenasah yang tidak dikenali itu
adalah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan. Identifikasi negatif
yaitu apabila data yang dibandingkan tidak sama, sehingga dengan demikian
belum dapat ditentukan siapa jenasah tak dienal tersebut. Untuk itu masih harus
dicarikan data pembanding antemortem dari orang hilang lain yang diperkirakan
diperlukan syarat yang tidak mudah, yaitu harus tersedianya data ante mortem
berupa medical atau dental record yang lengkap dan akurat serta up-to-date,
Apabila tidak dapat dipenuhi syarat tersebut, maka identifikasi dengan cara
9
halnya, kita masih dapat mencoba mengidentifikasi dengan cara merekonstruksi
kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri-ciri spesifik badan. Sebagai
contoh: 4,6,7
e. Dengan ciri-ciri yang spesifik, dapat menuntun kepada siapa individu yang
memilikinya.
1. Identifikasi sistem terbuka adalah identifikasi pada kasus yang terbuka kepada
10
kasusnya biasanya : kriminal, korban tunggal, sulit diperoleh data ante-
2. Identifikasi sistem tertutup adalah identifikasi pada kasus yang jumlah dan
3. Identifikasi sistem semi terbuka atau semi tertutup adalah identifikasi pada
suatu kasus yang sebagian korban tidak dikenalnya sudah diketahui dan
sebagian lainnya belum diketahui sama sekali atau belum diektahui tetapi
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena
11
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
bedah mayat.
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diilekatkan pada ibu
c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.
12
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.
Menentukan identitas atau jati diri atas seorang korban tindak pidana
yang berakibat fatal,relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan penentuan jati
diri tersangka pelaku kejahatan. Hal tersebut oleh karena pada penentuan jati diri
penentuan jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi) yang tidak lazim dikerjakan
oleh dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Delapan metoda yang
lain, yaitu: metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, gigi, serologi dan
metode eksklusi. Dengan diketahuinya jati diri korban, pihak penyidik dapat
karena secara kriminologis pada umumnya ada hubungan antara pelaku dengan
korbannya. Daftar tersebut akan lebih diperkecil lagi bila diketahui saat kematian
13
Gambar 1. Jenis-Jenis Sidik Jari
dalam prakteknya untuk menentukan jati diri tidak semua metode dikerjakan;
melainkan cukup minimal dua metoda saja: identifikasi primer dari pakaian;
E. Objek Identifikasi
berupa orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia. Identifikasi
14
1. Penampilan umum (general appearance), yaitu tinggi badan, berat badan,
jenis kelamin, umur, warna kulit, rambut dan mata. Melalui metode ini
diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tingi badan,
Pria Wanita
2. Pakaian
3. Sidik jari
15
4. Jaringan parut
5. Tato
6. Kondisi mental
7. Antropometri
Cara melakukan identifikasi pada jenazah yang masih baru dan utuh
oleh pihak kepolisian seperti yang dilakukan terhadap orang hidup. Adapun hal-
hal yang ditemukan di dalam otopsi oleh dokter (misalnya penyakit, cacat tubuh,
bekas operasi atau bekas trauma) dapat digabungkan dengan hasil pemeriksaan
pihak kepolisian.8
jenis kelamin, tinggi badan dan umurnya. Tetapi jika tingkat pembusukannya
sudah sangat lanjut mungkin sisa pakaian, perhiasan, jaringan parut, tatto atau
16
identifikasi yang lebih akurat dapat dilakukan dengan memanfaatkan gigi
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi
yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan
17
Gambar 2 : Identifikasi Gigi pada Jenazah
utuh pada suhu yang tinggi, walaupun tubuh telah rusak, tetapi gigi masih dapat
diidentifikasi. Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayat
apakah sisa-sisa itu benar-benar berasal dari tubuh manusia. Jika benar maka
tindakan selanjutnya adalah menentukan jenis kelamin, umur, tinggi badan dan
tempat yang terpisah sehingga timbul pertanyaan apakah bagian-bagian itu berasal
18
dari individu yang sama. Guna memastikannya diperlukan pemeriksaan DNA atau
precipitin test.8
meliputi:8
binatang tertentu mirip tulang manusia. Cakar dari beruang misalnya, hampir
mirip bentuknya dengan tangan manusia. Dengan pemeriksaan yang teliti akan
dapat dibedakan apakah tulang yang ditemukan berasal dari manusia atau
binatang.
Yang agak sulit adalah jka ditemukan itu berupa tulang yang tak khas
(undentifiable bones) atau jaringan lunak. Dalam hal ini pemeriksaan yang
Pada korban atau pada mayat yang sudah membusuk dimana penentuan
jenis kelamin tidak mungkin dilakukan dengan pemeriksaan luar maka penentuan
19
Uterus dan prostat merupakan jaringan lunak yang lebih tahan terhadap
pembusukan dan dapat digunaan untuk menentukan jenis kelamin. Dari jaringan
lunak juga dapat dilakukan pemeriksaan sex chromatin untuk menetukan jenis
kelamin, terutama jaringan kulit dan tulang rawan. Metode ini juga berguna bagi
b. Tulang-tulang tertentu
Pada orang dewasa, beberapa tulang tertentu bentuknya berbeda antara laki-
laki dan wanita. Tulang-tulang itu antara lain tengkorak, pelvis, tulang panjang,
20
Foramen ischiadica Oval Segitiga
Tulang panjang pada laki-laki lebih masive (terutama disekitar sendi) dan
rigi perlekatan otot lebih nyata. Bentuk rahang dan gigi antara laki-laki dan wanita
kelamin. Rahang pada laki-laki umumnya seperti huruf V sdangkan pada wanita
seperti huruf U. Gigi dan akar gigi permanen pada laki-laki lebih besar dari pada
wanita.
3. Menentukan umur
Tulang manusia dan gigi juga dapat memberikan informasi penting bagi
Pada fetus dan neonatus, perkiran didasarkan pada inti penulangan yang
dapat dilihat melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi. Oleh para ahli telah
disusun tabel pembentuan inti penulangan dari berbagai tulang, mulai dari
dan adolesen sampai umur 20 tahun, yang paling berguna bagi penentuan umur
21
Pada kelompok dewasa (yaitu sesudah berumur 20 tahun), perkiraan umur
dengan menggunakan tulang menjadi lebih sulit. Beberapa petunjuk yang dapat
dipakai antara lain, penutupan sutura, perubahan sudut rahang dan adanya proses
penyakit.
gigi pada bayi di dalam kandungan mempunyai derajat kecermatan yang tinggi.
mineralisasi, pembentukan mahkota gigi, erupsi gigi dan resobsi apicalis. Dengan
Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak identitas
seseorang adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada pemeriksaan
jenazah yang tak diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi badannya. Memang
tidak mudah mendapatkan tinggi badan yang tepat dari pemeriksaan yang
dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu jenazah yang utuh. Perlu
diketahui bahwa ukuran orang yang sudah mati biasanya sedikit lebih panjang
Jika yang diperiksa jenazah yang tidak utuh maka penentuan tinggi badan
sepotong tulang panjang yang utuh umur pemiliknya dapat diperkirakan, tetapi
hasil yang lebih akurat dapat diperoleh jika tersedia beberapa jenis dari tulang
22
panjang. Untuk kepentingan perhitungan tersebut ada banyak rumus yang dapat
G. Identitas Personal
Data pembanding tersebut ialah contoh sidik jari, medical record gigi geligi serta
personal disebabkan karena hampir tak pernah ditemukan dua orang dengan sidik
jari yang sama, bahkan pada orang kembar sekalipun. Secara teoritis,
kemungkinan terjadinya dua orang dengan sidik jari sama adalah sebesar
sepersepuluh ribu bilyun. Selain itu sidik jari tak mengalami perubahan karena
umur. Oleh sebab itu sidik jari yang diambil beberapa tahun sebelumnya masih
Jika kulit jari sudah keriput maka pengambilan sidik jari dapat
dilkukan sesudah jaringan dibwah kulit disuntik lebih dahulu dengan cairan
parafin, formalin atau air. Sedang pada mayat yang epidermisnya sudah
berulang-ulang mengingat gambaran sidik jari pada dermis tidak sejelas gambaran
Dalam hal sidik jari tidak mungkin lagi diambil maka pemeriksaan
23
dimana daftar manifes penumpang diketahui, identifikasi positif akan mudah
dilakukan dengan membandingkan hasil pemeriksaan itu dengan file dari semua
penumpang.3,8
BAB III
PENUTUP
hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut.
seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa
sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang
hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi
terbuka, identifikasi sistem tertutup dan identifikasi sistem semi terbuka atau semi
tertutup. Dari sembilan metoda identifikasi yang dikenal, hanya metoda penentuan
jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi) yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter,
melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Delapan metoda yang lain, yaitu:
metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, gigi, serologi dan metode
eksklusi.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
BALISTIK
26
BAB I
PENDAHULUAN
yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai
orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-
Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata
genggam beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang
biasa dipakai untuk olahraga berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai
maksud kriminal dapat dibagi dalam dua kelompok, dimana dasar pembagian
berikut adalah arah perputaran alur yang terdapat dalam laras senjata yaitu senjata
api dengan alur ke kiri yang dikenal dengan senjata api tipe COLT dan senjata api
dengan alur ke kanan yang dikenal dengan senjata api tipe Smith & Wesson (tipe
SW).1,3 Jenis senjata api yang digunakan dapat diketahui dari anak peluru yang
terdapat pada tubuh korban, yaitu adanya goresan dan alur yang memutar kearah
kanan atau kiri bila dilihat dari bagian basis anak peluru.1
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa.
27
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban
berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut memang
luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak, dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian.1
tidak dibenarkan menggunakan istilah pistol atau revolver karena perkataan pistol
sedangkan revolver berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar
penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah; senjata api kaliber 0,38
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
28
Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh
manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan
dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat
pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang
lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis
lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).2,4
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
melalui larasnya.1 Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal,
dapat pula tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu
1. Laras pendek.3
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik
picunya.
29
Gambar 2.1. Senjata api laras pendek
2. Laras panjang3
magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan
30
Gambar 2.2. Senjata api laras panjang
dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu,
saat melalui laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan
ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi
ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.
Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah
31
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya
transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan
panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.2,4 Energi kinetik ini akan
kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru
berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat
tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga
32
Gambar 2.4. Mekanisme luka tembak
Pada klasifikasi luka tembak yang diperlukan adalah jarak tembak atau jarak
antara moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-
ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka
a. Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak
b. Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama
33
c. Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat,
yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.
e. Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,
34
Gambar 2.5. Luka tembak tempel ,3
Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
sekitar 50 cm (24 inci) sampai 15 cm. Ciri dari luka tembak ini adalah:3,4
a. Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan
di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim
jelaga).
b. Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus
terbakar.
c. Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata dengan korban
e. Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan
35
Gambar 2.6. Luka Tembak Jarak Dekat
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong
senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan
butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat
dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau
kelim lemak.
36
Gambar 2.7. Luka Tembak Jarak Jauh
Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya,
maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak
keluar. Bilamana peluru yang masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada
tulang, maka saluran luka yang terbentuk yang menghubungkan luka tembak
masuk dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru yang
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya
kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh
karena hampir semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah luka tembak
37
Gambar 2.8. Luka tembak keluar
Adapun faktor –faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk,
38
Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh
karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan
pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah
tersebut.
Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan,
keluar.
o Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
o Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk
(“tandem bullet injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah
39
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras
senjata api tersebut.1,3 Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada
anak peluru
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang
dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang
keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet,
tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk
Kecepatan
40
Bentuk dan ukuran peluru
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan
lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal
bagian.
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur
atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh
41
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk
mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru
disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat
kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau
berbentuk bintang
lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah
masuknya peluru
42
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk
ke dalam kulit
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen
dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
43
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan
terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5
cm
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
44
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft
contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato,
oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga
dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
45
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang
luka tembak
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari : Lokasi luka, ukuran dan bentuk
defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa
tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang ditembus/dilewati.1,2,4
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
46
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan.
Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka
tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan
jauh. 1,2,4
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka
tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak
dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak
yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti
anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka
47
II.7. Cara Pengukuran Jarak Tembak Dalam Visum Et Repertum
Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak
tembak tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain
kelim lecet.1 Bila terdapat kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat,
maksimal 30 cm, kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa
48
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik
dan termis, pada luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat perubahan
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-
butir mesiu
basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling
Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan
luka
Pada luka tembak tempel “soft contact”, butir-butir mesiu terdapat pada
49
Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
b) Pemeriksaan Kimiawi 1
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat,
Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan
merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri
thalium
Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka
Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat
tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
50
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak,
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju
Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat terlihat
Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian pakaian yang
darah, atau jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti
Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa
51
BAB III
KESIMPULAN
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata api laras panjang,
sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan menjadi senjata
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini
yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk
tempel,luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh.
Penentuan jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari
tembakan ini diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran
abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
52
dan bagian tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan
jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat
dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan
x mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
53
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1997; p.131-168.
2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource. 2006.
3. Abdussalam. Forensik. Jakarta: Restu Agung, 2006; p. 41-43.
4. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource. 2006.
5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. Gunshot wound[online]. [cited 2011
Februari 20]. http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak pada
tulang.htm.
6. Anonim. Forensic Pathology, Second Edition. USA: Oxford University Press,
1996; p.243-273.
54
TRAUMATOLOGI
BAB 1
PENDAHULUAN
55
Seorang dokter dalam kesehariannya tidak lepas dari adanya kasus yang
melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat
dan keracunan pada unit gawat darurat mencapai 50-70%. Dibandingkan dengan
merupakan jenis yang paling sering terjadi, dan oleh karenanya penyidik perlu
meminta Visum et Repertum kepada dokter sebagai alat bukti di depan pengadilan.
1
56
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
kontinuitas dari jaringan tubuh seperti kulit, membran mukosa, kornea, dan
alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya
orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau
B. Klasifikasi ,2,3,4,5
1. Mekanik
a. Benda tumpul
b. Benda tajam
2. Fisika
57
a. Suhu
d. Akustik
e. Radiasi
3. Kimia
a. Asam kuat
b. Basa kuat
1. Luka mekanik.
2. Luka termis.
3. Luka kimiawi.
4. Luka listrik.
1. Luka ringan.
2. Luka sedang.
3. Luka berat.
1. Teratur
2. Tidak teratur
58
2.a Luka robek
8. Luka bakar (combustio) dan luka akibat air mendidih ataupun uap panas.
1. Ante-mortem
2. Post- mortem
3. Kecelakaan.
4. Luka tangkis.
5.Dibuat (fabricated)
59
C. Trauma Benda Tumpul
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, baik secara alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat
manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-
benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia
seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,
sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu
sendiri adalah :
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang
Luka karena kererasan tumpul dapat berbentuk salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
60
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih
lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan
pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek
atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka yakni:
a. Abrasi
b. Laserasi
c. Kontusio
d. Fraktur
e. Kompresi
Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika
hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit
(dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi
terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga
luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang
besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah
61
kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit berwarna memar sulit
dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang ditimbulkannya.
namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena.
Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif
kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu
aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren
dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang
Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki
karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi
62
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit
runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian
adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi
terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis
menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit
yang luka masuk ke dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai
63
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada
paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari
tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan
limpa.
Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit
yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
Luka leceet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang
sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut
f. Fraktur
hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi
tulang tersebut.
sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ
64
tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah
darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi
kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai
meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain.
Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya
fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru
berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang
juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak merupakan
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur
depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat
Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat
g. Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek
lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan
h. Perdarahan
65
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan
terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis
terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh
sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang
intermiten.
darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang
telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko
yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan
66
Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan
pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang
Klasifikasi luka akibat benda tumpul menurut jaringan atau organ yang
1. Kulit
1. Luka Lecet
2. Luka Memar
3. Luka Robek
2. Kepala
1. Tengkorak
2. Jaringan Otak
67
4. Dada
1. Tulang
5. Perut
1. Organ Parenchym
2. Organ berongga
6. Anggota Gerak
Adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan yang kasar
Contohnya :
68
Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
tulang
sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi
69
Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat
menjadi bersih
Adalah kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit yang mudah terjadi
pada kulit yang ada tulang di bawahnya dan biasanya pada penyembuhan
1. Kulit
Luka Lecet
Luka Memar
Luka Robek
2. Tengkorak
Fraktur Calvaria
3. Otak
Contusio Cerebri
70
Laceratio Cerebri
Oedema Cerebri
Commotio Cerebri
4. Selaput Otak
Epidural Haemorrhage
Berakibat :
Kerusakan syaraf
Berakibat :
Berakibat :
kandung seni
Dapat berakibat :
71
Fraktura, dislokasi os vertebrae
Dapat karena :
1. Trauma langsung
Berakibat :
- Berujung runcing
o Jembatan jaringan ( - )
o Memar/lecet di sekitarnya ( - )
72
Cara melukis luka hendaknya ditentukan :
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
1. Sebab langsung:
- Perdarahan
- Emboli udara
- Aspirasi darah
2. Sepsis / infeksi
73
1. Luka Iris
Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat
ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang
kulit.
o Jembatan jaringan ( - )
Cara Kematian :
o Pembunuhan
o Kecelakaan
74
Luka yang terjadi pada daerah tubuh yang ada tulang di bawah kulitnya (misalnya
: kepala/dahi) dan luka ini terjadi akibat kekerasan dengan benda tumpul yang
- Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang dapat dicapai korban sendiri.
o leher
o pergelangan tangan
o pelipatan paha
korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat
tidak berdaya
- Luka di sembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tidak mungkin
75
2. Luka Tusuk
Batasan :
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang
terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.
Contoh:
yang digunakan
76
3. Luka Bacok
Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.
memar, abrasi
Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati
sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu kalangan
Oleh karena itu di dalam pemeriksaan korban kita harus memperhatikan hal-
1. Jumlah luka
2. Lokalisasi luka
3. Arah luka
77
5. Bersih dan kotornya luka
11. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat
sekitar kejadian
12. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan
yang berdekatan misalnya terhadap garis tengah tubuh, pusat, papila mamae, dan
organ-organ dalam ikut tertusuk atau tidak dan harus dicatat jumlah darah yang
78
BAB 3
KESIMPULAN
kekerasan.
(trauma), etiologi luka, derajat kualifikasi luka, bentuk luka, waktu kematian
Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-
hati sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu
memperhatikan hal-hal seperti jumlah luka, lokalisasi luka, arah luka, ukuran luka
(panjang, lebar, dalamnya), bersih dan kotornya luka, luka baru atau luka lama,
luka antemortem atau post mortem, sifat luka dan bentuknya, letak dan posisi
senjata, adanya darah atau benda asing pada senjata, letak dan sifat darah pada
korban dan pada pakaian serta situasi tempat sekitar kejadian, Tanda perlawanan
yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat kejadian.
79
DAFTAR PUSTAKA
80
ASFIKSIA
81
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan
terjadinya kematian.1,2
dalam kasus kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya
obstruksi pada saluran pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah
yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh
serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia, khususnya asfiksia
dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179 KUHAP
82
wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut
seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah
satunya asfiksia.1
83
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
H. Definisi Asfiksia
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan
dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-
paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut
hiperkapnia.1
anoksia (atau lebih tepatnya hipoksia) sering dicampuradukkan. Oleh sebab itu,
karena oksigen tidak dapat mencapai darah sebagai akibat kurangnya oksigen
84
2. Anoksia anemik (anaemic anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan
karena darah tidak dapat menyerap oksigen, seperti pada keracunan karbon
monoksida.
karena darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan, seperti pada heart
keracunan sianida.
Ketiga jenis anoksia yang terakhir (yaitu anoksia anemik, stagnan dan
mekanik pada jalan nafas. Yang disebut asfiksia sebenarnya adalah anoksia
Hipoksia dapat diberi batasan sebagai suatu keadaan dimana sel gagal
untuk dapat melangsungkan metabolisme secara efisien. Dahulu untuk keadaan ini
ciri tersendiri, walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing
kelompok akan menghasilkan keadaan atau akibat yang sama bagi tubuh.
85
1. Hipoksik-hipoksia; dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam
sirkulasi darah.
sirkulasi.
oleh karena sesuatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh
I. Etiologi Asfiksia
86
1. Penyebab Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan
saluran napas dan sebagainya. Emboli terbagi atas 2 macam, yaitu emboli
lemak dan emboli udara. Emboli lemak disebabkan oleh fraktur tulang
panjang. Emboli udara disebabkan oleh terbukanya vena jugularis akibat luka.
barbiturate, narkotika.
J. Stadium Asfiksia
1. Stadium Dispneu
dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla. Hal ini akan
nadi dan sianosis terutama dapat diamati pada wajah dan tangan. Pada fase
2. Stadium Konvulsi
Pertama adalah kejang klonik, setelah itu kejang tonik, terakhir terjadi spasme
opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil menjadi lebar dan denyut jantung
87
menjadi lambat serta tekanan darah turun. Hal ini terjadi dimungkinkan karena
3. Stadium Apneu
semakin lemah dan dapat berhenti. Timbullah keadaan tidak sadar dan
keluarnya cairan sperma secara tidak disadari (involunter). Dapat juga terjadi
keluarnya urine dan faeces secara tidak disadari walaupun jarang. Hal ini
terjadi karena terjadi relaksasi sfingter. Fase apneu asfiksia berlangsung kira-
kira 1 menit.
4. Stadium final
K. Tanda-tanda Asfiksia
Pada jenazah yang meninggal dunia akibat asfiksia akan dapat ditemukan
1. Sianosis
Kurangnya oksigen akan menyebabkan darah menjadi lebih encer dan lebih
gelap. Warna kulit dan mukosa terlihat lebih gelap, demikian juga lebam
mayat. Perlu diketahui bahwa pada setiap proses kematian pada akhirnya akan
88
terjadi juga keadaan anoksia jaringan. Oleh sebab itu, keadaan sianosis dalam
berbagai tingkat dapat juga terjadi pada kematian yang tidak disebabkan
karena asfiksia. Dengan kata lain keadaan sianosis bukan merupakan tanda
merupakan tanda yang khas. Kongesti yang khas yaitu kongesti sistemik yang
terjadi di kulit dan organ selain paru-paru. Sebagai akibat dari kongesti vena
sering juga disebut Tardieu Spot). Bintik-bintik perdarahan ini lebih mudah
terjadi pada jaringan longgar, seperti misalnya jaringan bawah kelopak mata.
Bintik-bintik perdarahan ini lebih mudah dilihat pada organ yang memiliki
Pada asfiksia yang hebat bintik-bintik perdarahan dapat terlihat pada faring
atau laring.
3. Edema
strangulasi juga dapat terlihat adanya edema pada muka, lidah, dan faring.
89
Karena asfiksia merupakan mekanisme kematian, maka secara menyeluruh
untuk semua kasus akan ditemukan tanda-tanda umum yang hampir sama,
yaitu:1,2
Tardieu's spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu's spot merupakan
90
Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya
akibat meningkatnya kadar CO2 sehingga darah dalam keadaan lebih cair.
Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya
1. Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat akibat kongesti / bendungan alat
5. Edema paru.
91
6. Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring,
L. Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan
mekanik), misalnya:1,2
Pembekapan (smothering)
Penjeratan (strangulation)
Gantung (hanging)
3. External pressure of the chest yaitu penekanan dinding dada dari luar.
disebabkan oleh asfiksia, mraka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan
92
1. Penggantungan (Hanging/ Strangulation by suspension)
akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban. Dengan
demikian berarti alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya
aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. Kasus gantung hampir sama
dalam dua kelompok yaitu yang terjadi sewaktu bermain atau bekerja dan
hanging)
korbannya relatif jarang dijumpai, cara ini baru dapat dilakukan bila
93
Gambar 2.4. Gambaran penggantungan
bisa juga tidak terjulur. Lidah terjulur apabila letak jeratan gantungan tepat
berada pada kartilago tiroidea. Lidah tidak terjulur apabila letaknya berada
94
Alat penggantung dengan permukaan yang kecil (misalnya tali jemuran)
lingkaran (V shape). Alur jeratan yang simetris/ tipikal pada leher korban
samping leher. Alur jerat berupa luka lecet atau luka memar dengan ciri-ciri
sebagai berikut:1
Ada 8 hal yang perlu kita lakukan pada pemeriksaan tempat kejadian,
yaitu:1,2
95
Ada 3 bukti yang bisa menunjukkan kepada kita tentang cara kematian
korban, yaitu:1
lain:1
Lokasi luka
samping dan belakang leher. Luka yang berada di depan leher kita ukur
dari dagu atau manubrium sterni korban. Luka yang berada di samping
leher kita ukur dari garis batas rambut korban. Luka yang berada di
belakang leher kita ukur dari daun telinga atau bahu korban.
Jenis luka
Jenis luka korban penggantungan terdiri atas luka lecet, luka tekan dan
dapat kita temukan adanya lebam mayat pada ujung bawah lengan dan
tungkai.
96
Penting juga kita ketahui ada tidaknya luka lecet pada anggota gerak
Alat kelamin korban dapat mengeluarkan mani, urin, dan darah (sisa haid).
pada stadium konvulsi atau puncak asfiksia. Lebam mayat dapat kita temukan
aliran darah servikal. Berat kepala manusia itu sendiri sekitar 4,5 kg, berat ini
sendiri mengalokasi dari tekanan konstriksi itu sendiri. Hal penting lainnya
dari penyebab kematian mungkin dari stimulasi nervus vagus dan lebih khusus
lagi, bertanggung jawab pada refleks dari nervus karotis. Tekanan pada nervus
vagus telah digunakan untuk tujuan terapeutik pada akhir abad ini. Pada kasus
disritmia kardi, refleks henti jantung atau takikardi bisa di stimulasi oleh
tekanan jari atau pemijatan pada sinus karotid dari satu atau dua sisi secara
umum, kontraksi jantung mulai lagi tapi pada beberapa kasus yang komplit,
yang fatal pada refleks jantung. Hal ini juga bertahan khususnya pada kasus-
kasus trauma laringeal. Fraktur pada tulang rusuk dan pada dasar tengkorak
97
dan jikapun ada, umumnya hanya kasus jatuh dari ketinggian tertentu sebagai
penggantungan yudisial.1
Jerat adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban akibat
suatu jeratan dan menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena berat badan
korban.1,2
karena mendapat tekanan dari samping dan dari depan. Tekanan dari depan
akan menutup jalan nafas, sedangkan dari samping akan menutup pembuluh
darah di samping leher, biasanya hanya vena yang tertutup. Karena tekanan
vena jugularis dan tekanan tidak komplit pada arteri carotis menyebabkan
Alat yang biasanya dipakai dapat berupa sapu tangan, handuk, tali, kaos
kaki, dasi, stagen, selendang, ikat pinggang, kabel listrik dan lain-lain.1
Kekuatan jerat pada ujung tali jerat, sedangkan pada gantungan kekuatan
98
Kausa mati menyerupai gantung diri
Kecelakaan pada kasus jeratan dapat juga kita temukan pada bayi yang
terjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal
Bunuh diri pada kasus jeratan dilakukan dengan cara melilitkan tali secara
berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik. Antara jeratan
dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut.1
Pemeriksaan tempat kejadian pada kasus jeratan kita lakukan secara rutin
pada leher korban dan cara melepaskan jeratan dari leher korban. Ada 5 hal
Bahan penjerat misalnya tali, kaus kaki, dasi, serbet, serbet, dan lain-lain.
99
Pemeriksaan autopsi pada kasus jeratan mirip kasus penggantungan
kecuali pada:1
pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan
bawah.1
Mekanisme pencekikan yaitu tertutupnya jalan nafas dengan satu atau dua
tangan menekan leher sehingga menekan sisi-sisi larynx dan menutup glotis.
Bila tangan ditekan pada bagian depan larynx akan menutup lumen dengan
belakang atas (seperti pada hanging) dan glotis tertutup. Pada pemeriksaan
rekonstruksi sukar dilakukan karena tekanan pada leher sebentar dan juga
korban.
100
Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang
Ada 3 hal yang penting kita perhatikan pada pemeriksaan luar dari autopsi
Tanda asfiksia.
Ada 2 tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu:1
Bekas kuku.
Bantalan jari.
Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet
sidik jari pelaku. Perhatikan pula tangan yang digunakan pelaku, apakah
tangan kanan (right handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah
pencekikan dan jumlah bekas kuku (susunan bekas kuku) juga tak luput dari
perhatian kita. Tanda kekerasan pada tempat lain dapat kita temukan di bibir,
lidah, hidung, dan lain-lain. Tanda ini dapat menjadi petunjuk bagi kita bahwa
101
Gambar 2.5. Bekas kuku pada kasus pencekikan
Ada 4 hal yang penting kita cari pada pemeriksaan dalam autopsi bagian
Fraktur.
Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid,
kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring. Fraktur
yang paling sering kita temukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago
102
4. Asfiksia Traumatik
udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas
yang disebabkan adanya suatu tekanan dari luar pada dada korban, yaitu:1
Ada 2 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi korban
5. Suffocation
103
Pembekapan (smothering)
Pembekapan adalah suatu suffocation dimana lubang luar jalan napas yaitu
hidung dan mulut tertutup secara mekanis oleh benda padat atau partikel-
partikel kecil.1,2
o Pembunuhan
o Bunuh diri
o Alkoholisme.
Ada 3 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi kasus
pembekapan, yaitu: 1
104
o Mencari penyebab kematian.
lambat.
Ada 3 hal penting yang kita cari untuk menemukan penyebab kematian
o Mencari ada tidaknya kain, handuk, dasi, serbet, atau pasir dalam
rongga mulut.
Tersedak (chocking)
Tersedak adalah suatu suffocation dimana ada benda padat yang masuk
105
Ada 2 cara kematian pada kasus tersedak, yaitu: 1
tersedak, yaitu: 1
o Pada bayi atau anak kecil yang gemar memasukkan benda asing ke
dalam mulutnya.
eter.
106
Ada 4 hal yang penting kita lakukan pada pemeriksaan autopsi kasus
tersedak, yaitu:1
kematian lambat.
abses.
Gagging
Pada perampokan ada kalanya korban setelah diikat agar tidak mudah
berteriak mulut disumbat dengan kain yang diikat dari mulut ke belakang
kepala (gagging). Dalam hal ini palatum molle tertekan pada pharynk.1
6. Tenggelam (Drowning)
Tenggelam adalah suatu suffocation dimana jalan napas terhalang oleh air/
terhadap suhu air dibawah 20oC (68oF) akan menghasilkan kematian dari
hipotermia setelah terpapar beberapa jam. Paparan terhadap suhu air yang
107
Ada 2 jenis mati tenggelam berdasarkan posisi mayat, yaitu:1
ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar dan edema paru pada
mekanisme kematian yang dapat juga terjadi pada tenggelam adalah karena
108
cairan (dry drowning). Kemungkinan lain, kematian dapat tertunda setelah
dimana tidak terdapat inhalasi cairan yang banyak. Salah satu usulan adalah
derajat tertentu dimana terdapat inhibisi reflex vagal pada jantung dan
bertahap sebagai hasil dari hipotermia dan tenggelam. Tubuh yang terendam
berdekatan dengan permukaan tubuh. Air menyerap panas sekitar 25 kali lebih
cepat daripada udara. Terdapat tiga fase klinis dari hipotermia yang dimulai
mental, fase adinamik dimana terdapat kekakuan otot dan sedikit penurunan
kesadaran, dan fase paralitik yang dicirikan oleh keadaan tidak sadar yang
109
hubungan penting terhadap resusitasi pada korban near drowning, sebagian
Beberapa korban sesaat bersentuhan dengan air yang dingin terutama leher
permukaan sehingga menjadi panik dan terhirup air, batuk dan berusaha
menghirup air. Lama-lama korban akan sianotik dan tidak sadar. Selama
tidak sadar, korban akan terus bernafas dan akhirnya paru tidak dapat
kadang-kadang 10 menit.
Pada orang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah posisi,
umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:1,2
Pada waktu pertama kali orang ”terjun” ke air oleh karena gravitasi ia akan
110
Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan
timbul, dan berusaha untuk bernafas mengambil udara, akan tetapi oleh
karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan terinhalasi,
sehingga berat jenis badan sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis
Sewaktu berada pada dasar sungai, laut atau danau, proses pembusukan
akan keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang
terakhir
ketahui cara kematian korban karena mayatnya sudah membusuk dalam air.
Ada 2 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian pembunuhan pada
Biasanya tangan korban diikat yang tidak mungkin dilakukan oleh korban.
ditenggelamkan.
Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada
111
Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya.
Kedua tangan/ kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh
korban.
112
Tabel 2.1 Perbedaan tenggelam pada air tawar dengan air asin
Perbedaan Tempat
Cadaveric spasme.
113
Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam
Berat jenis darah pada jantung kanan berbeda dengan jantung kiri.
Tanda asfiksia tidak jelas, mungkin ada Tardieu's spot di pleura mayat.
adanya kekerasan berupa luka lecet pada belakang kepala, siku, lutut, jari-jari
Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif
(2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan
paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit
114
mengandung eritrosit. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi
dan lebih besar dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir,
tanaman air dan telur cacing. Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah
paru, yaitu:1
Hasilnya negatif.
Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan
ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban,
yaitu korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika
Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita
simpulkan bahwa tidak ada hal hal yang menyangkal bahwa korban mati
karena tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka
dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan
115
segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus
bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan
& berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu sentrifus hingga
atau besarnya bervariasi dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris
di tengah sel.1
Positif palsu pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronis.
Untuk hepar atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat
Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma Penentuan berat jenis (BD) plasma
bertujuan untuk mengetahui adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya
NaCl dan Kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam
air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung
116
yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung
tanda asfiksia
yaitu menghisap gas CO, CO2, H2S. Gas CO banyak pada kebakaran hebat.
Gas CO2 banyak pada sumur tua dan gudang bawah tanah. Gas H2S pada
117
BAB III
PENUTUP
dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Asfiksia merupakan istilah yang
dalam kasus kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya
obstruksi pada saluran pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah
yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh
Pembekapan (smothering)
Penjeratan (strangulation)
Gantung (hanging)
c. External pressure of the chest yaitu penekanan dinding dada dari luar.
118
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasymi MA, Ayunazhari I, Dina NF, Sari DO, Suminarti. Pocket Book of
Medical Forensic: Mind’s Forensic First Edition. Banjarmasin: Laboratorium
Forensik RSUD Ulin Banjarmasin, 2012.
119
TANATOLOGI
120
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penentuan kematian dilakukan berdasarkan konsep mati otak dan mati batang
otak, yang ditandai dengan tidak berespon terhadap semua rangsangan, tidak
sadarnya pasien, hilangnya reflex pupil, hilangnya reflex kornea, tidak ada reflex
spontan.1
kematian, yaitu perubahan pada kulit muka, relaksasi otot, perubahan pada mata,
penurunan suhu tubuh, lebam jenazah, dan kaku jenazah. Perubahan yang terjadi
pada muka yaitu berubahnya warna wajah menjadi lebih pucat, akan tetapi pada
monooksida), perubahan warna kulit muka menjadi pucat terjadi lebih lambat.
Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Pada orang yang sudah mati
pandangan matanya terlihat kosong, reflek cahaya dan reflek kornea menjadi
121
negative. Vena-vena pada retina akan mengalami kerusakan dalam waktu 10 detik
sesudah mati. Jika sesudah kematiannya keadaan mata tetap terbuka maka lapisan
kornea yang paling luar akan mengalami kekeringan. Sesudah mati, metabolisme
yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju
suhu udara atau medium sekitarnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses
Untuk menentukan saat kematian dapat dilihat dari perubahan pada mata,
lambung, kuku, rambut, cairan serebrospinal, dan adanya reaksi supravital. Pada
mata kita dapat melihat perubahan warna menjadi lebih keruh, pada lambung kita
bisa melihat waktu pengosongan lambung meski tidak memberikan banyak arti,
pada rambut kita dapat mengukur saat kematian dilihat dari pertambahan panjang
rambut, begitu pula yang dapat kita liat pada kuku. Pada cairan serebrospinal saat
kematian dapat dilihat dari kadar nitrogen yang menurun setelah 10 jam kematian,
sedangkan reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.1,2,3
2. Tujuan
kematian, saat kematian, dan diagnosis kematian. Oleh sebab itu dibuatlah
122
3. Manfaat
123
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati
dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi arti sesungguhnya dari tanatologi adalah ilmu
yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati; meliputi
manusia menurut ilmu kedokteran memiliki dua dimensi, yaitu sebagai individu
dan sebagai kumpulan dari berbagai macam sel. Oleh sebab itu kematian manusia
juga dapat dilihat dari kedua dimensi tadi, dengan catatan bahwa kematian sel
(cellular death) akibat ketiadaan oksigen baru akan terjadi setelah kematian
Hanya saja, untuk dapat memahami definisi tersebut perlu dipahami lebih dahulu
tentang hidup. Mengenai hal ini nampaknya para ahli sependapat jika hidup
otak) sebagai satu kesatuan yang utuh, yang ditandai oleh adanya konsumsi
oksigen. Dengan definisi hidup seperti itu maka definisi mati dapat diperjelas lagi
124
paru, jantung, dan otak) sebagai satu kesatuan yang utuh, yang ditandai oleh
demi satu sel yang merupakan elemen hidup terkecil pembentuk manusia akan
mengalami kematian pula. Dimulai dari sel-sel yang paling rendah daya tahannya
Selain kematian individu dan kematian sel, ada satu lagi istilah yang perlu
dipahami yaitu mati suri (appearent death). Pengertian yang sebenarnya dari mati
suri adalah suatu keadaan dimana proses vital turun ke tingkat yang paling
tampak seperti sudah mati. Dengan perlatan yang sederhana maka tanda-tanda
dalam keadaan hidup. Keadaan ini sering ditemukan pada orang yang mengalami
acute heart failure, tenggelam, kedinginan, anestesi yang terlalu dalam, sengatan
Oleh orang awam, kembalinya ke kondisi normal secara spontan ini sering
disalahartikan sebagai hidup kembali. Namun harus diyakini bahwa tidak ada
B. Penentuan Kematian
125
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kriteria diagnostik yang benar
Kriteria diagnostik pertama yang disusun oleh para ahli di bidang kedokteran
itu. Karena itulah disusun Kriteria diagnostik baru yang berdasarkan pada konsep
“brain death is death”. Terakhir konsep diagnostik ini diperbaiki lagi menjadi
fungsi otak dalam keadaan koma, mengingat fungsi tertentu otak (melihat,
2. Proses brain death tidak terjadi secara serentak, tetapi bertahap mengingat
oksigen. Dalam hal ini brain stem (batang otak) merupakan bagian yang
3. Brain stem merupakan bagian dari otak yang mengatur fungsi vital,
terutama pernafasan.
126
Berdasarkan konsep tersebut, tidak kurang dari 30 buah set kriteria
diagnostik telah disusun, namun kriteria yang paling banyak digunakan para
2. Tidak ada gerakan otot serta postur, dengan catatan pasien tidak sedang
6. Tidak ada reflex menelan atau batuk ketika tuba endotrakeal didorong
kedalam.
8. Tidak ada nafas spontan ketika respirator dilepas untuk waktu yang cukup
lama walaupun pCO2 sudah melampaui nilai ambang rangsangan nafas (50
torr).
Tes klinik tersebut diatas baru boleh dilakukan paling cepat 6 jam setelah
onset koma serta apneu dan harus diulangi lagi paling cepat sesudah 2 jam dari tes
yang pertama. Sedangkan tes konfirmasi dengan EEG atau angiografi hanya
dilakukan kalau tes klinik memberikan hasil yang meragukan atau jika ada
127
Dengan adanya kriteria baru itu tidak berarti kriteria tradisional diagnostik
tidak berlaku lagi. Kriteria tradisional tetap diperlukan bagi penentuan kematian
pada kasus-kasus biasa, sedang kriteria baru hanya berlaku bagi kasus-kasus luar
secara permanen (permanent cessation) jika fungsi jantung dan paru-paru terhenti
sekitar 10menit. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sel-sel otak akan
atau lebih.1,3
dan paru-paru sudah berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya sering
mengamati selama 2 jam. Jika waktu tersebut telah terlewati, sedang tanda-tanda
kehidupan tidak juga muncul barulah yang bersangkutan dapat dinyatakan mati
dilakukan pemeriksaan:1,3
1. Auskultasi
128
Tes ini perlu dilakukan secara hati-hari dan lama. Kalau perlu dilakukan
2. Tes winslow
Yaitu dengan meletakkan gelas berisi air di atas perut atau dadanya. Bila
3. Tes cermin
Yaitu dengan meletakkan kaca cermin di depan mulut dan hidung. Bila
sebagai berikut:1,3
1. Auskultasi
2. Tes magnus
Yaitu dengan mengikat jari tangan sedemikian rupa sehingga hanya aliran
darah vena saja yang terhenti. Bila bendungan berwarna sianotik berarti
3. Tes icard
129
subkutan. Bila terjadi perubahan warna kuning kehijauan berarti masih ada
sirkulasi darah.
Bila terpaksa dapat dilakukan pengirisan pada arteria radialis. Bila keluar
kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna raut muka Nampak menjadi lebih pucat.
Pada mayat dari orang yang mati akibat kekurangan oksigen atau
dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.
2. Relaksasi otot
bawah akan melorot menyebabkan mulut terbuka, dada kolap dan bila
muda dari umur yang sebenarnya, sedang relaksasi otot polos akan
130
mengakibatkan iris dan sfingter ani dilatasi. Oleh sebab itu jika
sekunder.1
sampai 12 jam sesudah mati kelopak mata, baik terbuka atau tertutup,
akan berubah menjadi putih dan keruh. Perubahan lain yang terjadi
ialah penurunan tekanan bola mata dan naikknya kadar potassium pada
cairan mata.3
sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium
131
penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih
terbalik. Jika rata-rata maka penurunan suhu tersebut antara 0,9 sampai
1 derajat Celsius atau sekitar 1,5 Farenheit setiap jam, dengan catatan
antara lain:1
Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati, seperti misalnya pada
menjadi sebaliknya.
b. Suhu medium
132
Pada udara yang lembab, tingkat penurunannya suhu menjadi
d. Jenis medium
mayat orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada bayi, luas
f. Pakaian mayat
133
Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshal dan
Hoare (1962) yang dibuat dari hasil penelitian terhadpa mayat telenjang
dengan kecepatan 0,55 derajat Celsius tiap jam pada 3 jam pertama paska
mati, 1,1 derajat Celsius tiap jam pada 6 jam berikutnya, dan kira-kira 0,8
suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Penggunaan formula
melakukan 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang
antara saat mati dan saat pemeriksaan. Saat ini, telah tersedia program
5. Lebam mayat
134
Nama lain dari lebam mayat ialah livor mortis, post mortum
vibices.1,3
spot.1,3
menjadi lebih lama, sedang pada orang yang mati akibat sakit lama
135
akan dapat ditemukan pada leher bagian belakang, punggung, bokong,
mayat paradoksal yang terletak pada leher bagian depan, bahu dan
dada sebelah atas. Pada posisi tengkurap lebam mayat dapat ditemukan
pada dahi, pipi, dagu, dada, perut, dan bagian ekstensor dari anggota
ditemukan pada ujung-ujung dari anggota badan dan alat kelamin laki-
laki.1,3
pneumonia.1
darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak dan mewarnai
pada daerah tersebut akan menetap serta tidak hilang jika ditekan
dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan
baru tidak akan timbul pada posisi terendah karena darah sudah
mengalami koagulasi.1
136
Warna lebam mayat biasanya merah kebiruan. Pada keracunan
6. Kaku mayat
Kaku mayat yang sering disebut rigor mortis atau post mortum
awal pada otot-otot kecil, karena pada otot-otot yang kecil persendian
glikogen sedikit. Otot-otot yang kecil itu antara lain otot-otot yang
sebagainya. Sesudah itu kaku mayat terjadi pada leher, anggota atas,
137
Lebih kurang 6 jam sesudah mati, kaku mayat akan mulai terlihat
dan lebih kurang 6 jam kemudian seluruh tubuh akan menjadi kaku.
mayat; yaitu dimulai dari otot-otot pada daerah muka, leher, anggota
antara lain:1,3
a. Persediaan glikogen
lebih lambat. Pada mayat dengan gizi jelek, kaku mayat akan timbul
lebih cepat.
b. Kegiatan otot
Pada udara yang suhunya tinggi kaku mayat terjadi lebih cepat dan
berlangsung lebih singkat, sedang pada suhu rendah terjad lebih lambat
dan berlangsung lebih lama. Pada suhu 10 derajat Celcius di bawah nol
138
kaku mayat tidak terjadi, sedang kekakuan yang terlihat disebabkan
d. Umur
dewasa.
spasme.
pembusukan.
139
b. Heat stiffening
dengan kekakuan akibat rigor mortis tidaklah sulit, sebab pada heat
c. Freezing
sendi atau di dalam sel-sel otot atau jaringan interstisiil. Pada perabaan
dilepaskan oleh sel-sel yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah
140
Proses otolisa ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme dan oleh
sebab itu pada mayat yang bebas hama, misalnya mayat bayi dalam
utama adalah oleh kuman Clostridium Welchii yang biasanya ada pada
usus besar. Karena pada orang yang sudah mati semua sistem pertahanan
sesudah mati.1
141
Tanda-tanda yang dapat dilihat pada mayat yang mengalami
pembusukan ialah:1
warna ini disebabkan adanya reaksi antara H2S (dari gas pembusukan
mark)
c. Muka membengkak
yang paling cepat membusuk ialah otak, hati, lambung, usus halus,
limpa, rahim wanita hamil atau nifas. Organ yang lambat membusuk
142
ialah esofagus, jantung, paru-paru, diafragma, ginjal dan kandung
kelenjar prostat pada laki-laki dan rahim wanita yang tidak sedang
hamil atau nifas. Jika kedua organ tersebut masih dapat dikenali pada
lain:1
1. Mikroorganisme
Pada mayat bayi yang baru dilahirkan atau mayat yang tidak
3. Kelembaban udara
pembusukannya.
143
4. Medium dimana mayat berada
1. Umur
lambat juga terjadi pada mayat bayi yang baru lahir dan belum pernah
kuman pembusuk.
2. Sebab kematian
Demikian juga mayat dari orang yang mati karena keracuna khronis
3. Keadaan mayat
Proses pembusukan yang cepat terjadi pada tubuh mayat yang gemuk,
144
Mumifikasi dapat terjadi kalau keadaan disekitar mayat kering,
bakteri.1
sebagai berikut:1
- Kering
- Tidak berbau
suasana hangat, lembab, dan basah. Terjadi karena proses hidrolisis dari
lemak menjadi asam lemak. Selanjutnya asam lemak jenuh dan kemudian
dapat terjadi pada setiap jaringan tubuh yang berlemak, dengan tanda-
- Warna keputihan
145
Jika pada mayat terjadi proses saponifikasi atau mumifikasi maka
sesudah mati. Tetapi kadar dekstrose darah pada vena cava inferior akan
perembesan.
146
Ketahanan hidup sel tanpa oksigen ini berbeda-beda, seperti
- Sel-sel usus mampu hidup sampai 2 jam sesudah mati. Dalam periode
- Sel-sel otot tertentu mampu hidup 3 jam sesudah mati. Dalam periode
- Sel-sel jantung tidak segera mati dan masih dapat berdenyut secara
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat
1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera
Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada
yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan
147
tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam paska
mati.
Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh
kira-kira 10-12 jam paska mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak
tampak jelas.
pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter
saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati
Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak
tajam lagi.
Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah skitar diskus
menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vaskuler koroid yang tampak
segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi
Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-
pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat ilihat dengan latar
Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas
diskus akan sangat kabur, pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat
148
dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah
yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran
pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja yang tampak
dan saat mati. Namun, keadaan lambung dan isinya dapat membantu
rata-rata 0,4 mm per hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat
5. Perubahan dalam cairan serebro spinal. Kadar nitrogen asam amino kurang
149
kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing
6. Dalam cairan vitreus. Terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat
untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.
terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang
8. Reaksi supravital. Yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.
Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya
rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-
120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai
E. Kegunaan Tanatologi
150
Sebetulnya menentukan kematian seseorang tidaklah sulit sehingga orang
awam (termasuk penegak hukum) dapat melakukannya, tetapi juga tidak selalu
karena itu ilmu ini perlu dipahami sungguh-sungguh agar tidak terjadi kesalahan
menemukan korban yang ada kemungkinan masih dalam keadaan hidup meskipun
- Lebam mayat
- Kaku mayat
- Pembusukan
tanda kehidupan atau sampai munculnya tanda pasti kematian yang paling awal,
menentukan saat kematian korban menjadi sangat penting sebab dapat tidaknya
151
keberadaannya ketika tindak pidana itu terjadi. Tidaklah logis seseorang dituduh
membunuh jika pada saat dilakukannya tindak pidana berada di tempat yang
sangat jauh.1,3
yang sudah meninggal dunia dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
atas:
- Penurunan suhu
- Lebam mayat
- Kaku mayat
- Pembusukan
- Timbulnya larva
152
3. Untuk Perkiraan Sebab Kematian (Cause of Death)
Perubahan tak lazim yang ditemukan pada tubuh mayat sering dapat
(CO)
Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat juga dapat memberi petunjuk
Pada mayat dari orang yang mati akibat gantung diri (bunuh diri dengan
cara menggantung) biasanya didapati lebam mayat pada ujung kaki, ujung tangan
atau alat kelamin laki-laki. Jika disamping itu juga ditemukan lebam mayat di
tempat lain maka hal itu dapat dipakai sebagai petunjuk cara kematiannya karena
akibat pembunuhan.1
153
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati
dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi arti sesungguhnya dari tanatologi adalah ilmu
yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati; meliputi
kematian dilakukan berdasarkan konsep mati otak dan mati batang otak, yang
pasien, hilangnya reflex pupil, hilangnya reflex kornea, tidak ada reflex menelan,
2. Saran
untuk membantu menentukan cara kematian, sebab kematian, saat kematian, dan
diagnosis kematian. Oleh sebab itu perlu pelajaran lebih dalam lagi tentang ilmu
154
DAFTAR PUSTAKA
1996; p.243-273.
155
KEMATIAN
MENDADAK
BAB I
PENDAHULUAN
156
Banyak kematian dari kasus yang wajar terjadinya tak dapat diramalkan
sebelumnya, mendadak atau merupakan kematian tak ada yang melihat. Kematian
mendadak sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak
dalam keadaan yang sehat.1 Kematian Mendadak yang disebabkan oleh penyakit,
umum, khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh
sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak
gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak diduga, dankemtian
yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada
Hasil otopsi yang pernah dilaporkan selama lebih dari lima setengah tahun
(1973-1943), pada Office Chief Medical Examiner, New York, didapatkan 2030
kasus kematian mendadak karena sebab yang wajar, yang dianalisis oleh Helpern
dan Rapson. Dari hasil tersebut nama penyakit system kardiovaskuler merupakan
lalu sistim pernapasan sebesar 23,1%, sistim saraf (otak dan selaput otak) sebesar
17,9%, sistim pencernaan dan urogenital sebesar 9,7%, dan sebab-sebab lainnya
157
158
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meninggal.
Contoh: Seorang yang hanya mengeluh sakit perut dikira gastritis biasa,
3. Kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas (Unwitness
death)
atau segera, tetapi sering korban meninggal dalam beberapa menit sampai lebih
dari 24 jam setelah menderita sakit. Pada kasus kematian medadak harus
159
1. Orang yang meninggal karena varices esophagus yang pecah, oleh karena
karena rupture pada aorta tepat di atas katub. Pada kepala ditemukan
160
3. Seorang Indian mengeluh nyeri abdomen dan dokter bedah memutuskan
stercoralis pada usus halus, dan juga pada paru. Ada sedikit keraguan
tentang nyeri abdomen menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing tadi
dan larva pada paru yang menyebabkan edema paru. Anestesi inhalsi
yang mati mendadak di rumah dalam posisi terduduk. Dari hasil otopsi
ditemukan kista larynx pada kelenjar bsekretorik di atas pita suara, yang
meninggal dunia.
161
Cara menangani kematian mendadak:1
a. Usia
misalnya:
162
1. Korban meninggal secara wajar, dan sebab kematian jelas misalnya;
dimakamkan.
2. Sebab kematian tidak jelas, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi
polisi.
serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-
163
persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi
pada kecelakaan lalu lintasdan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas
1. SISTEM KARDIOVASKULER
aorta.1,2
lama/baru.
164
aneurisma ventrikuler, rupture dari miokard atau aneurisma yang
jantung.
kematian mendadak.
sifilis kronis.
thrombosis.
pericardium:1
165
c. Fibrosis miokard yang menyertai miokarditis
hemoperikardium
ginjal
emfisema
166
p. Perikarditis : sepsis, rheumatic atau tuberculosis.
mesenterika.
2. SISTEM PERNAFASAN
167
dari seluruh kasus kematian tak terduga. Dari sekian banyak tersebut,
a. Asfiksia :1
- Asma bronchial
- Emboli paru
- Laringitis difteri
- Neoplasma bronkus
- Bronkiektasis
- Abses paru
- Pneumothorax :
c. Infeksi paru :1
- Lobar pneumoni
- Tuberkulosis
- Bronkiektasis
- Abses paru
- Kiste parasitic
- Schistostomiasis
168
3. SISTEM SARAF PUSAT
Kematian dari sistem organ ini (otak dan selaput otak) menmcapai
biasanya tidak terjadi seketika tapi biasanya diawali pada keadaan koma
arteri sereberal tapi hal ini sering tak dapat dibuktikan. Beberapa
tubuh, pupil menjadi miosis dan kondis seperti ini sering dikelirukan
169
Dari hasil otopsi perdarahan pons ini tidak dapat terlihat karena
c. Perdarahan subaraknoid
mendadak dan tak terduga. Perdarahan ini mencapai 4,7% dari total kasus
yang diotopsi dan merupakan 29% dari kelompok kasus penyakit otak dan
selaput otak.1
willisi.1
170
bertahap dan penderita biasanya mengetahui akibat dari penyakitnya.
cairan serebro spinal (CSF) pada ventrikel IV, di mana akibat yang timbul
h. Intrakranial neoplasma
kematian tak terduga, di mana tumor primernya berada jauh seperti tumor
171
i. Abses otak, polioensefalitis dan meningitis
Abses otak yang sering akibat komplikasi dari otitis media kronik
j. Infeksi sifilis
4. SISTEM PENCERNAAN
- Karsinoma lidah
- Karsinoma esophagus
172
- Varices esophagus
c. Shock:1
- Acut pancreatitis
d. Peritonitis:1
- Ruptur intestine
5. SISTEM UROGENITAL
Kematian mendadak karena sistim ini lebih sering terjadi pada wanita
173
c. Miofibroma yang besar yang menyebabkan emboli paru karena
cepat dan tanpa gejala pada akhir kehamilan, terutama bila disertai
6. SEBAB-SEBAB LAIN
sebab lain yaitu sekitar 4,4% beberapa keadaan atau kelainan tersebut
antara lain:1
174
ditimbulkan, misalnya perdarahan pada otak, edem paru,
7. ANAK-ANAK1
a. Congenital anomalies
b. Infectious disease
175
Arteriosclerosis arteri coronaria merupakan sebaba kematian
terbanyak dari penyekit cardio vascular system (67%). Arteri coronaria atau
cabangnya dapat buntu total atau buntu sebagian sehingga jumlah darah yang
kematian belum ada data yang pasti. Umur lebih kurang 40 tahun, kadang-
penyempitan lumen atau penutupan total dari salah satu atau kedua
c. Myocardial infarction : 4%
176
otot jantung, tetapi kadang-kadang myocardium mengalami infarct dan
a. Kegiatan fisik
b. Rangsangan emosi
APOLEXY)
sering basal ganglia, jarang pada pons dan cerebellum. Korban biasanya
meninggal.1
177
Perlu diperhatikan adanya trauma pada kepala dapat menyebabkan
cerebral apoplexy atau karena korban tensinya naik sehingga jatuh karena
cerebral apoplexy.1
hemorrhage yaitu :1
bawah permukaan otak dan meluas sepanjang fissure of Sylvius dank e dalam
cistern magna dan ventrikel IV. Korban meninggal dengan cepat oleh karena
178
G. SPONTANEOUS SUBDURAL HEMORRHAGE
sebagai berikut :1
H. STATUS LYMPHATICUS
Ada 2 pendapat :1
179
sarjana yang mempunyai pendapat kedua tersebut meskipun sudah
hyperplastic.
- Pelepasan nucleoprotein.
dari luar antara lain: injeksi antitoxin, tusuk jarum, menyelam ke dalam air
dingin.
Pemeriksaan luar:1
c. Thorax ramping
Pemeriksaan dalam:1
180
a. Thymus membesar dan hyperplasia yang semestinya umur 30
SYNDROME
khas di dahului sakit ringan antara lain : pilek, batuk, gangguan saluran
karena bayi kurang terawatt, bayi premature, orang tua muda, family besar,
181
2. Status thymolymfaticus
3. Bacterial infection
4. Hypogamma globulinemia
5. Metabolic disorders
6. Anaphylactic shock
Kelainan pathologis :1
berwarna agak ungu, konsistensi agak keras pada daerah yang tidak
thymus
5. Kultur darah : (-), lung tissue culture : (-) atau ada kuma pathogen.
182
Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian
yang tidak wajar, sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti
forensik pada kematian mendadak atau terlihat seperti wajar, alasan yang
:1
masyarakat.
sangat kecil, untuk menetukan penyebabnya hanya ada satu cara yaitu
183
1. Untuk keluarga korban, dapat menjelaskan sebab kematian
meliputi :1
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang
barang-barang mencurigakan
184
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian
barang bukti.
polisi
185
BAB III
PENUTUP
kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas. Penyebab kematian
kematian korban.
186
DAFTAR PUSTAKA
187
AUTOPSI
BAB I
188
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu. Dari semula hanya pada
kematian korban kejahatan, kematian tak diharapkan dan tak diduga, mayat tak
dikenal, hingga para korban kejahatan yang masih hidup, atau bahkan kerangka,
jaringan dan bahan biologis yang diduga berasal dari manusia. Jenis perkaranya
rumah tangga, child abuse and neglect, perselisihan pada perceraian, fraud dan
Seorang dokter umum atau dokter forensik yang diminta untuk melakukan
menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
penyebab kematian.3
189
Pemeriksaan autopsi forensik harus dilakukan untuk memperoleh sebab
kematian yang pasti, yang kemudian dapat membawa ke kesimpulan tentang cara
memang menjadi isu utama. Pemeriksaan autopsi dan identifikasi seringkali masih
dapat dilakukan dan memberikan hasil meskipun peristiwa telah lama terjadi atau
kematian seseorang.1
F. Rumusan Masalah
G. Tujuan Penulisan
190
5. Mengetahui pengertian dari autopsi.
H. Manfaat Penulisan
6. Bagi Mahasiswa
8. Bagi Pengadilan
191
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
M. Definisi Autopsi
Autopsi berasal dari kata Auto = sendiri dan Opsis = melihat. Yang
192
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan
menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
N. Jenis-jenis Autopsi
Pelaksanaan otopsi jenis ini diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Th.1981
kelainan yang menjadi sebab kematian dan untuk penilaian hasil usaha pemulihan
kesehatan.4 Untuk Autopsi klinik ini mutlak diperlukan izin dari keluarga
193
Namun bila pihak keluarga berkeberataan untuk dilakukannya Autopsi klinik
lengkap, masih dapat diusahakan untuk melakukan Autopsi klinik parsial, yaitu
yang terbatas pada satu atau dua rongga badan tertentu. Apabila ini masih ditolak,
kiranya dapat diusahakan suatu needle necropsy terhadap organ tubuh tertentu,
3
untuk kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologik. Pelaksanaan otopsi ini
di atur dalam Peraturan Pemerintah No.18 Th. 1981, yang pada prinsipnya baru
boleh dilakukan sesudah ada izin dari kelurga terdekat atau jika sesudah 2 hari
pihak penyidik. Izin keluarga tidak diperlukan, bahkan apabila ada seseorang yang
194
menghalang-halangi dilakukannya autopsy forensik, yang bersangkutan dapat
lengkap, yaitu autopsi parsial atau needle necropsy dalam rangka pemeriskaan ini
tidak dapat dipertanggunga jawabkan, karena tidak akan dapat mencapai tujuan-
Autopsi forensik harus dilakukan oleh dokter, dan ini tidak dapat
yang maksimal harus diusahakan. Kelainan yang betapa kecil pun harus dicatat,
Autopsi sendiri harus dilakukan sidini mungkin, karena dengan lewatnya waktu,
pada tubuh mayat dapat terjadi perubahan yang mungkin akan menimbulkan
a. Apakah surat-surat yang berkaitan dengan Autopsi yang akan dilakukan telah
lengkap.
195
Dalam hal Autopsi klinik, perhatian apakah surat izin Autopsi klinik telah
Dalam hal Autopsi forensik, maka perhatikanlah apakah terhadap mayat yang
akan diperiksa telah dilakukan identifikasi oleh pihak yang berwenang, berupa
penyegelan dengan label Polisi ini memuat antara lain nama, alamat, tanggal
kematian, tempat kematian dan sebagainya yang harus diteliti apakah sesuai
selengkap mungkin.
Pada kasus-kasus Autopsi klinik status riwayat penyakit dan pengobatan dapat
196
Kurang atau tidak terdapatnya keterangan-keterangan tersebut di atas dapat
toksikologik?.3
P. Teknik Autopsi
autopsi dasar. Perbedaan terutama dalam hal pengangkatan keluar organ baik
dikeluarkan pada satu saat, serta bidang pengirisan pada organ yang diperiksa.6
Teknik Virchow
197
masing-masing organ dapat segera dilihat, namun hubungan anatomik antar
beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. Dengan
demikian, teknik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama
pada kasus penembakan dengan senjata pai dan penusukan dengan senjata tajam,
yang perlu dilakukan penentuan saluran luka, arah, serta dalamnya penetrasi yang
terjadi.6
Teknik Rokitansky
karena tidak menunjukkan keunggulan yang nyata atas teknik lainnya. Teknik ini
Teknik Letulle
permukaan posterior menghadap meja ke atas. Pleksus coeliacus dan kelenjar para
aorta diperiksa. Aorta dibuka sampai arkus aorta dan Aa. Renales kanan dan kiri
Organ urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat
pada dua tempat dan kemudian diputsu antara dua ikatan tersebut dan usus dapat
198
lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma
dan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.6
antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh.
Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar
sekaligus.6
Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan
organ (bloc).6
masse tetapi dalam 2 kumpulan. Organ leher dan dada sebagai satu kumpulan
perbatasan rektosigmoid.3
Bagian IKF FKUI digunakan teknik Ghon, namun ternyata para calon dokter
dikuasainya. Bagi mereka yang jarang melakukan autopsi, hendaknya lebih erat
199
berpegang/berpedoman pada teknik autopsi yang dipelajari semasa pendidikannya
di fakultas kedokteran.3
prinsipnya autopsi baru boleh dilakukan jika ada surat permintaan tertulis dari
penyidik dan setelah kelurga diberi tahu serta telah memahaminya atau setelah 2
hari dalam hal keluarga tidak menyetujui autopsi atau keluarga tidak ditemukan.5
autopsi. Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun (perubahan
sikap) dari keluarga atau keluarga tidak ditemukan maka autopsi segera
dilaksanakan.5
autopsi forensik tidak diperlukan izin keluarga seperti pada autopsi klinik atau
itu sering diambil alih oleh dokter karena kebanyakan langsung datang ke rumah
R. Peralatan Autopsi
200
Untuk melakukan suatu autopsi yang baik.sebenarnya tidak diperlukan alat
yang mewah, cukup dengan alat yang sederhana saja. Berikut ini alat yang
dipergunakan tersebut.3
1. Kamar autopsi
2. Meja autopsi
perlu dapat digunakan kereta dorong mayat, atau meja darurat yang
terbuat dari beberapa helai papan saja. Yang perlu dipikirkan dalam
3. Peralatan autopsi
kulit serta organ dalam dan otak, gunting serta pinset bergigi untuk
201
melaksanakan pemeriksaan alat dalam tubuh. Disamping itu
sebuah jarum jahit serta benang kasar untuk merapikan kembali mayat
Perlu disediakan beberapa buah botol kecil yang terisi formalin 10%
202
Gambar 1. peralatan autopsi.3
S. Cara Autopsi
meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik terhadap
benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu dan lain-lain, juga
1. Label mayat
diberi label dari pihak kepolisian, biasanya merupakan sehelai karton yang
203
diikatkan pada ibu jari mayat serta dilakukan penyegelan pada tali
Label mayat ini harus digunting pada tali pengikatnya, serta disimpan
Perlu dicatat warna dan bahan label tersebut. Dicatat pula apakah ada
materai atau segel pada label ini, yang biasanya terbuat dari lak berwarna
merah dengan cap dari kantor kepolisian yang mengirim mayat. Isi dari
label mayat ini juga dicatat selengkapnya. Adalah kebiasaan baik, bila
dokter pemeriksa dapat meminta keluarga terdekat dari mayat untuk sekali
Disamping label mayat dari kepolisian, pada mayat dapat pula ditemukan
label identifikasi dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit. Label ini
tertukar saat diambil oleh keluarga. Label dari Rumah Sakit ini harus
2. Tutup mayat
Mayat sering kali dikirim pada pemeriksaan dalam keadaan ditutupi oleh
sesuatu. Catatlah warna/bahan , warna serta corok dari penutup ini. Bila
3. Bungkus mayat
204
serta adanya bahan yang mengotori. Dicatat pula tali pengikatnya bila ada,
4. Pakaian
Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dari pakaian dikenakan pada
bagian tubuh sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang
pengotoran atau robekan pada pakaian, maka ini juga harus dicatat dengan
Pakaian dari korban yang mati akibat kekerasan atau yang belum dikenal,
Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku ini harus diperiksa dan
5. Perhiasan
Perhiasan yang dipakai mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan
205
Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disetakan pula
dan lengkap.
7. Tanda Kematian
a. Lebam mayat
keras dan lain-lain). Warna dari lebam mayat serta intensitas lebam
b. Kaku mayat
206
Apabila ditemukan adanya kadaverik (cadaveric spasm) maka ini
pencatatan suhu tubuh mayat kadang dapat masih membantu dalam hal
rectal. Jangan lupa juga melakukan pencatatan suhu ruangan pada sat
yang sama.
d. Pembusukan
e. Lain-lain
8. Identifikasi umum
207
Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayat, seperti: jenis
kelamin, bangsa atau ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat
dinding perut.
9. Identifikasi khusus
secara khusus.
a. Rajah/tattoo
b. Jaringan parut
tindakan bedah.
c. Kapalan (callus)
(callus) pada daerah bahu, pada pekerja kasar lainnya akan ditemukan
208
e. Anomali dan cacat pada tubuh
keseluruhan, sedangkan adanya jari lebih pada ibu jari tangan kanan
sifat dari rambut tersebut baik dalam hal halus atau lurus ikalnya.
Bila pada tubuh mayat ditemukan rambut yang mempunyai sifat yang
Periksa apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Pada kelopak mata,
209
Terhadap bola mata, dilakukan pula pemeriksaan terhadapa kemungkinan
Perhatikan pula keadaan selaput lendir bola mata akan adanya pelebaran
Iris (tirai mata) dicatat warnanya untuk membantu identifikasi. Catat pula
catat ukurannya. Apakah sama pada mata yang kanan dan yang kiri. Bila
hidung, terutama pada mayat dengan bentuk yang luar biasa karena hal ini
Catat pula kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan. Periksa apakah
Pemeriksaan meliputi bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi. Catat
210
Terhadap gigi geligi, pencatatan harus dilakukan selengkap-lengkapnya
dan sebagainya. Data gigi geligi merupakan alat yang sangat berguna
untuk identifikasi bila terdapat data pembanding. Perlu diingat bahwa gigi
geligi adalah bagian tubuh yang paling keras dan tahan terhadap
kekerasan.
dan dicatat selengkapnya. Pada mayat laki-laki, catat apakah alat kelamin
mengalami sirkumsisi.
ditimbulkan oleh penyakit atau sebab lain. Pada dugaan telah terjadinya
tekan menggunakan kaca obyek yang ditekankan pada daerah glans atau
mayat wanita, periksa pada keadaan selaput dara dan komisura posterior
211
jangan lupa dilakukan pemeriksaan laboratoriumn terhadap cairan/sekret
liang senggama.
15. Lain-lain
a. Letak luka
Pertama tama sebutkan regio anatomis luka yang ditemukan, dengan juga
anatomis terdekat.
b. Jenis luka
212
Tentukan jenis luka, apakah merupakan luka lecet, luka memar, atau luka
terbuka
c. Bentuk luka
Sebutkan bentuk luka yang ditemukan. Pada luka yang terbuka sebutkan
d. Arah luka
e. Tepi luka
Perhatikan tepi luka apakah rata, teratur, atau berbentuk tidak beraturan.
f. Sudut luka
g. Dasar luka
Perhatikan dasar luka, jaringan bawah kulit atau otot, atau bahkan
h. Sekitar luka
sekitar luka.
i. Ukuran luka
Luka diukur dengan teliti. Pada luka terbuka, ukuran luka diukur juga
j. Saluran luka
213
Penentuan saluran luka dilakuakn in situ. Tentukan perjalanan luka serta
panjang luka. Penentuan ini baru dapat ditentukan pada saat dilakukan
pembedahan mayat.
k. Lain-lain
Pada luka lecet jenis serut, pemeriksaan teliti terhadap permukaan luka
Tentukan letak patah tulang yang ditemukan serta catat sifat/jenis masing-
PEMBEDAHAN MAYAT
akan berada dalam keadaan flexi maksimal dan daerah leher tampak jelas.3
dagu, diteruskan ke arah umbilikus dan melingkari umbilikus di sisi kiri dan
pubis. 3
Pada daerah leher, insisi hanya mencapai kedalaman setebal kulit saja.
Pada daerah dada, insisi kulit sampai kedalaman mencapai permukaan depan
214
tulang dada (sternum) sedangkan mulai daerah epigastrium, sampai menembus ke
Insisi bentuk huruf I di atas merupakan insisi yang paling ideal untuk suatu
pemeriksaan bedah mayat forensik. Pada keadaan tertentu, bila tidak mengganggu
kulit berbentuk huruf Y, yang dimulai pada kedua puncak bahu. Insisi pada daerah
dada sebelah kanan dan kiri dipertemukan di garis pertengahan kira-kira setinggi
dengan membuat irisan pendek yang menembus sampai peritoneum. Dengan jari
telunjuk dan jari tengah tangan kiri yang dimasukkan kedalam lubang insisi ini,
maka dinding perut dapat ditarik/diangkat ke atas. Pisau diselipkan diantara dua
jari tersebut dan insisi dapat diteruskan sampai simfisis pubis. Di samping
berfungsi sebagai pengangkat dinding perut, kedua jari tangan kiri tersebut
berfungsi juga sebagai pemandu (guide) untuk pisau, serta melindungi alat-alat
215
Gambar 2. Jenis insisi pada autopsi
Dengan memegang dinding perut bagian atas dan memuntir dinding perut
tersebut ke arah luar (dilakukan ibu jari di sebelah dalam/sisi peritoneum dan 4
jari lainnya di sebelah luar/sisi kulit), dinding dada dilepaskan dengan memulai
irisan pada otot-otot sepanjang arcus costae. Pelepasan dinding dada dilakukan
terus ke arah dada bagian atas sampai daerah tulang selangka dan ke samping
garis ketiak depan. Pengirisan terhadap otot dilakukan dengan bagian perut pisau
dan bidang pisau (blade) yang tegak lurus terhadap otot. Dengan demikian,
216
dinding dada telah dibebaskan dari otot-otot pectorales, dan kelainan yang
Kelaianan pada dinding dada dapat merupakan resapan darah, patah tulang
maupun luka terbuka. Kulit daerah leher yang berada dibawahnya. Perhatikan
Pada dinding perut, diperhatikan keadaan lemak bawah kulit serta otot-otot
alat perut secara umum. Bagaimana penyebaran itrai usus (omentum), apakah
menutupi seluruh usus-usus kecil, ataukan mengumpul pada satu tempat akibat
dalam rongga perut, dan bila terdapat cairan, catat sifat dari cairan tersebut serous,
purulen, darah atau cairan keruh. Dinding perut sebelah dalam diperhatikan
keadaan selaput lendirnya. Pada selaput lendir yang normal, tampak licin dan
halus berwarna kelabu mengkilat. Pada kelainan peritonitis, akan tampak selaput
217
Gambar 3. Autopsi pada rongga dada
Rongga dada dibuka dengan jalan mengiris rawan-rawan iga pada tempat
setengah sampai datu sentimeter medial dari batas rawan tulang masing-masing
iga. Dengan bagian perut pisau dan bidang pisau (knife blade) yang diletakkan
tegak lurus, rawan iga dipotong mulai dari iga ke 2 terus ke arah kaudal.
Pemotongan ini dapat dilakukan dengan mudah pada mayat yang masih muda
memegang pisau dan telapak tangan kiri menekan punggung pisau, pisau
218
digerakkan memotong rawan iga-iga tersebut mulai dari iga kedua sampai daerah
arcus costae. Lakukan hal yang sama pada sisi tubuh yang lain. 3
Iga pertama dipotong dengan meneruskan irisan pada iga kedua ke arah
sterni yang keras. Setelah rawan iga pertama terpotong, pisau dapat diteruskan ke
arah medial menyusuri tepi bawah tulang selangka untuk mencapai sendi antara
memotongnya. Bila ini telah dilakukan pada kedua sisi, maka bagian depan
dengan mencatat bagian kandung jantung yang nampak antara kedua tepi paru-
menunjukkan keadaan pengembangan paru yang berlebih (pada edema paru atau
emfisema paru). 3
Dengan tangan, paru dapat ditarik ke arah medial dan rongga dada dapat
jantung terisi oleh cairan atau darah. Periksa pulaakan adanya luka baik pada
219
Gambar 4. Autopsi pada daerah dada
jantung kanan diiris memanjang dengan septum jantung kurang lebih 1 cm lateral
a.pulmonalis. Periksa pula akan adanya kelenjar kacangan (thymus) yang terletak
sama dengan alat rongga dada, sedangkan usus halus mulai dari jejunum sampai
220
rektum dilepaskan tersendiri dan kemudian alat rongga perut dikeluarkan bersama
otot dasar mulut pada tulang rahang bawah. Irisan dimulai tepat dibawah dagu,
menembus rongga mulut dari bawah. Insisi diperlebar kearah kanan maupun
kearah kiri. Lidah ditarik kearah bawah sehingga dapat dikeluarkan melalui
tempat bekas irisan. Perhatikan keadaan rongga mulut dan catat kelainan yang
mungkin terdapat, antara lain adanya benda asing dalam rongga mulut, palatum
mole, untuk mencatat kelainan yang ditemukan Pallatum mole kemudian diiris
lateral kanan dan kiri, sampai ke permukaan depan dari tulang belakang dan
sedikit menarik alat-alat leher kearah depan bawah. Seluruh alat leher dapat
dinding rongga dada, bila perlu secara tajam. Dengan tangan kanan memegang
lidah dan dua jari tangan kiri yang diletakkan pada sisi kanan dan kiri hilus paru,
alat rongga dada diarah kaudal sampai keluar dan rongga paru. 3
221
Esophagus digunting di antara kedua ikatan tersebut di atas. Tangan kiri
kini digunakan untuk menggenggam bagian bawah alat rongga dada tepat di atas
demikian, alat leher bersama alat rongga dada dapat dikeluarkan seluruhnya. 3
dilakukan diantara dua ikatan yang dibuat, agar isi duodenum tidak tercecer.
Dengan tangan kiri memegang pada ujung distal dan mengangkatnya maka
mesenterium yang melekatkan usus halus dengan dinding rongga perut dapat
diiris dekat pada usus. Pengirisan dilakukan dengan pisau organ yang bidang
pisaunya (knife blade) diletakkan tegak lurus pada usus dan digerakkan maju
usus halus sampai daerah ileum terminalis. Pada daerah coecum pengirisan
dan kolon ascenden pada daerah ini. Pemotongan harus dilakukan dengan hati-
hati, lapis demi lapis agar tidak teriris ginjal kanan serta duodenum pars
retroperitonealis. 3
dengan memisahkannya juga dari limpa dan ginjal kiri. Kolon sigmoid dapat
222
dilepaskan dari dinding rongga perut dengan memotong mesokolon di bagian
belakangnya. 3
Rektum dipegang dengan tangan kanan, mulai dari bagian distal dan
mengurutnya kearah proksimal, agar isi rektum dipindahkan kearah kolon sigmoid
dan rektum dapat diikat dengan dua ikatan, kemudian diputuskan di antara dua
ikatan tersebut. Setelah dilakukan pelepasan usus halus dan usus besar, dapat
yang diakibatkan oleh kekerasan berupa luka, akibat penyakit dalam bentuk ulkus
Pengirisan diteruskan kearah bawah, sebelah kanan dan kiri, lateral dari masing-
serta alat lain dapat dipegang dalam tangan kiri sampai kearah belakang bersama-
prostat pada mayat laki-laki dan setinggi sepertiga proksimal vagina pada mayat
223
Pemeriksaan pada kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit
kepala (vertex) dan berakhir pada prosessus mastoideus sisi lain. Pada mayat yang
kepala, dilakukan terlebih dahulu penyisiran pada rambut sehingga terjadi garis
belahan rambut sepanjang kulit kepala yang akan diiris tersebut. Pengirisan dibuat
sampai pisau mencapai periosteum. Kulit kepala kemudian dilepas, kearah depan
externa. Perhatikan dan catat kelainan yang terdapat, baik pada permukaan dalam
kulit kepala maupun permukaan luar tulang tengkorak. Kelainan yang biasa
ditemukan adalah tanda kekerasan, baik merupakan resapan darah maupun garis
frontal sejarak kurang lebih 2 sentimeter di atas daun telinga. Pada daeerah
yang membentuk sudut k.1 120 derajat dari garis penggergajian terdahulu. Hal ini
otak, penggergajian harus dilakukan hati-hati dan dihentikan setelah terasa tebal
penggergajian. 3
224
Gambar 5. Autopsi pada kepala
terhadap bau yang keluar sebab pada beberapa jenis keracunan dapat tercium bau
yang khas. 3
tengkorak maupun pada durameter yang kini tampak. Kelainan dapat berupa luka
digunting mengikuti garis penggergajia, dan daerah subdural dapat diperiksa akan
di garis pertengahan daerah frontal, antara bagian otak dan tulang tengkorak.
Dengan sedikit menekan bagian frontal akan tampak falk cerebri yang dapat
dipotong atau digunting sampai dasar tengkorak. Kedua jari tangan kiri tersebut
225
nn.olfactorius, nn.opticus, yang kemudian dipotong sedekat mungkin pada dasar
tengkorak. Pemotongan lebih lanjut dapat dilakukan pada aa. Carotis interna yang
memasuki otak, serta saraf-saraf otak yang keluar pada dasar otak. Dengan
memiringkan kepala mayat kesalah satu sisi, serta jari-jari tangan kiri sedikit
akan jelas tampak dan mudah dipotong dimulai dari foramen magnum ke arah
lateral menyusuri tepi belakang tulang karang otak (os petrosum). Potong pula
saraf-saraf otak yang keluar pada dasar otak. Dengan cara yang sama, tentorium
cerebella sisi lainnnya juga dipotong. Perlu diperhatikan bahwa bila tentorium
cerebelli ini tidak dipotong, otak kecil niscaya akan tertinggal dalam rongga
tengkorak. 3
Dengan tangan kiri menyanggah daerah bagian occipital. Dua jari tangan
kanan dapat ditempatkan di sisi kanan dan kiri batang otak yang telah terpotong
trachea dan seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya
diperiksa terakhir. 3
1. Lidah
baik yang baru maupun yang lama. Pengirisan lidah sebaiknya tidak
226
sampai teriris utuh, agar setelah selesai autopsy, mayat masih tampak
berlidah utuh.
2. Tonsil
sebagainya
3. Kelenjar gondok
terangkat, maka kelenjar gondok akan terlihat jelas dan dapat dilepaskan
4. Kerongkongan (oesophagus)
cabang broncus kanan dan kiri. Perhatikan adanya benda asing, busa,
227
6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilage thyroidea), dan rawan
gondok dan rawan cincin seringkali juga menunjukkan resapan darah pada
depan ruas tulang leher. Bila kekerasan pada leher mengenai arteri ini,
resapan darah.
9. Paru-paru
228
Perabaan paru yang normal terasa seperti meraba spon/karet busa. Pada
paru dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras.
mungkin ditemukan.
10. Jantung
229
selesai. Vena cava superior dan inferior dibuka dengan jalan menggunting
kanan. Perhatikan akan adanya kelainan baik pada aurikel akanan maupun
atrium kanan.
pisau menembus apeks di sisi kanan septum dengan mata pisau mengarah
membuat irisan tegak lurus pada dinding belakang bilik kanan ini, 1
kiri. Dengan pisau panjang, apeks jantung sebelah kiri dari septum ditusuk.
Lalu diiris ke arah lateral sehingga biliki kiri terbuka. Lakukan pengukuran
lingkaran katup mitral serta penilaian terhadap keadaan katup. Tebal otot
jantung sebelah kiri diukur pada irisan tegak yang dibuat 1 sentimeter di
230
depan bilik kiri dipotong menyusuri septum pada jarak ½ sentimeter, terus
ke arah atas. Membuka juga dinding depan aorta dan memotong katup
sekali tidak boleh menggunakan sonde. Karena ini akan dapat mendorong
di sisi depan septum dan a. Coronaria kanan keluar dari dinding pangkal
sebagai berikut; ukuran jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat. Berat
sekitar 300 gram. Ukuran lingkaran katup serambi bilik kanan sekitar 11
sekitar 7 sentimeter dan aorta sekitar 6,5 sentimeter. Tebal otot bilik kanan
231
Pengguntingan pada dinding belakang aorta thoracalis dapat
resapan darah atau luka. Pada kasus kematian bunuh diri dengan jalan
menjatuhkan diri dari tempat tinggi. Bila korban mendarat dengan kedua
thoracalis.
Bloc organ perut dan panggul diletakkan diatas meja potong dengan
pekapuran, atau atheroma. Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang
keluar dari aorta abdominalis ini, terutama muara aa.renalis kanan dan kiri
Anak ginjal kanan terletak dibagian mediokranial dari kutub atas ginjal
232
dari jaringn sekitarnya dan diperiksa terhadap kemungkinan adanya
Anak ginjal kiri terletak dibagian medio-kranial kiri kutub atas ginjal kiri,
juga tertutup dalam jaringan lemak, terletak antara ekor kelenjar liur perut
jelas.
233
Kandung kencing dibuka dengan jalan menggunting dinding depannya
Pada perabaan, hati normal memberikan perabaan yang kenyal. Tepi hati
vateri). Bila tampak cairan coklat-hijau keluar dari muara tersebut, ini
234
punggung pisau, akan ikut jaringan penampang limpa. Jangan lupa
Catat pula bila ditemukan kelenjar getah bening regional yang membesar.
dan simpan dalam botol atau kantong plastik bersih bila isi lambung ingin
Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut ini dari sekitarnya.
Perhatikan permukaan luar dari otak dan cacat kelainan yang ditemukan.
235
Gambar 7. Irisan otak besar
Pada oedema cerebri, girus otak akan tampak mendasar dan sulkus tampak
Pisahkan otak kecil dan otak besar dengan melakukan pemotongan pada
pedunculus serebri kanan dan kiri. Otak kecil ini kemudian dipisahkan
236
juga dari batang otak dengan melakukan pemotongan pada pedunculus
serebelli.
struktur penting dalam otak besar dapat diperiksa dengan teliti. Kelainan
yang dapat ditemukan pada penampang otak besar antara lain adalah :
substansi putih akibat emboli, keracunan barbiturat serta keadaan lain yang
sebagainya.
mungkin ditemukan.
Batang otak diiris melintang mulai daerah pons, medulla oblongata sampai
mematikan.
Pada mayat laki-laki, testis dapat dikeluarkan dari scrotum melalui rongga
perut. Jadi tidak dibuat irisan baru pada scrotum. Perhatikan ukuran,
237
konsistensinya serta kemungkinan ada resapan darah. perhatikan pula
konsistensinya.
Pada mayat wanita, perhatikan bentuk serta ukuran kedua indung telur,
abortus provokatus.
depan melalui saluran serviks serta muara kedua saluran telus pada fundus
uteri. Perhatikan keadaan selaput lendir uterus, tebal dinding, isi rongga
histopatologik.
kelainan.
238
formaldehida 4%) atau alkohol 90-96%, dengan jumlah cairan fiksasi
Jahitlah kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari
tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit
kepala dijahit dengan rapi.Bersihkanlah tubuh mayat dari darah sebelum mayat
239
BAB III
KESIMPULAN
penyebab kematian
4. autopsi forensik tidak diperlukan izin keluarga seperti pada autopsi klinik
240
DAFTAR PUSTAKA
241
TOKSIKOLOGI
FORENSIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok yang kedua – dimana sebenarnya
242
yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari – adalah untuk
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi.
Dengan demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan
Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan
dapat ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah
demikian pada yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari
korelasinya adalah sampai sejauh mana reaksi obat tersebut berperan dalam
diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan
makin banyaknya macam-macam zat pembasmi hama. Selain karena faktor murni
kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat
seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik di dalam kitab Undang-
Undang Hukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Pidana (RIB) tidak
batasan racun menurut beberapa ahli, untuk tindakan kriminal ini, adanya racun
tikus (rodentisida). Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat sebagai hasil
243
industri, misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida,
dampak dari industri. Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan. Dalam hal
ini digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu pula, seperti
sebagai salah satu campuran dalam tonikum, dan obat-obat lainnya seperti
arsen lainnya ialah Arsine, AsH3 (arsenicum lekas uap), Arsen Trioxide (As2O3),
oleh masyarakat, maka wajarlah jika ada yang menyalahgunakannya untuk hal-hal
yang bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa
dilakukan secara langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas.
meninggal karena arsen, atau sebab lain. Selain dengan pemeriksaan otopsi,
dokter juga bekerja sama dengan bagian toksikologi dalam menentukan adanya
arsen dan jumlahnya yang ada pada korban. Pada orang-orang sehat, juga bisa
ditemukan arsen, misalnya pada orang yang minum tonikum yang mengandung
arsen. Oleh karena itu dalam menentukan sebab kematian karena arsen, selain
ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ, juga harus dapat ditentukan
kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ tersebut. Dan yang tak
kalah pentingnya, walaupun mungkin tidak begitu banyak terjadi, keracunan arsen
244
dapat berupa kontaminasi lingkungan dari zat-zat atau benda hasilan atau yang
mengandung arsen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Racun
Pengertian racun
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil
(bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan
menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat
yang bila mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan
245
Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi
kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau
mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya
kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit,
bahkan kematian.
Jalan masuk
Klasifikasi racun
I. Pestisida
A. Insektisida
1. Organoklorin
246
2. Organofosfat: DFP, TEPP, Parathion, Diazinon, Fenthoin, Malathion.
B. Herbisida
1. Chloropheoxy
2. Ikatan Dinitrophenal
4. Ikatan Urea
6. Amide: Propanil
7. Bipyridye
C. Fungisida
1. Caplan
2. Felpet
3. Pentachlorphenal
4. Hexachlorphenal
D. Rodentisida
1. Warfarin
2. Red Squill
3. Norbomide
6. Strychnine
7. Pyriminil
247
8. Anorganik:
- Zinc Phosfat
- Thallium Sulfat
- Phosfor
- Barium Carbamat
- Al. Phosfat
- Arsen Trioxyde
248
Misalnya: opium ganja, racun singkong, racun jamur serta binatang.
Misalnya:
sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang
dapat disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau karena peradangan
memiliki akibat / afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih
Misalnya:
syaraf pusat.
249
- CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan.
Misalnya:
- Asam oksalat
- Asam karbol
depresi pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan
karena sebagian dari asam karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh
- Arsen
- Garam Pb
1. Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika
cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tentu
akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi.
Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan
menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam
250
Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat
bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m,
dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun
2. Keadaan tubuh
a. Umur
Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitif terhadap racun bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti
b. Kesehatan
Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya
akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun
racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat
dengan baik, demikian pula halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang
menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada
saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika
pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil
pula kita tidak boleh tergesa-gesa menentukan sebab kematian seseorang karena
penyakit tanpa melakukan penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan
251
c. Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat
toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap.
inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pencandu tersebut bisa terjadi
keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian
korban memang benar disebabkan oleh karena hipersensitif dan harus ditentukan
3. Racunnya sendiri
a. Dosis
ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi,
252
dan intoleransi individual. Pada intoleransi, gejala keracunan akan tampak
walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik.
b. Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat
korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan
tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila
dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam
keadaan lambung kosong, tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan
dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan.
diberikan jauh di bawah dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman,
terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah
sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang
253
mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita
tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena reaksi anafilaksi
e. Susunan kimia
Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan
menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal
yang sebaliknya.
f. Antagonisme
tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini
untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada
mukosa).
254
malah cenderung untuk menyembunyikannya, karena kejadian tersebut
2. Tanda dan gejala-gejala yang sesuai dengan tanda / gejala keracunan zat
yang diduga.
Adanya tanda / gejala klinis biasanya hanya terdapat pada kasus yang
bersifat darurat dan pada prakteknya lebih sering kita terima kasus-kasus
karena kematian sehingga harus dipikirkan terutama pada kasus yang mati
3. Secara analisa kimia dapat dibuktikan adanya racun di dalam sisa makanan
Kita selamanya tidak boleh percaya bahwa sisa sewaktu zat yang
Bedah mayat (otopsi) mutlak harus dilakukan pada setiap kasus keracunan,
kematian. Otopsi menjadi lebih penting pada kasus yang telah mendapat
255
perawatan sebelumnya, dimana pada kasus-kasus seperti ini kita tidak
pemeriksaan toksikologis ini, kita tidak boleh terpaku pada dosis letal
kasus-kasus keracunan seperti tersebut di atas, maka kriteria keempat dan kelima
Analitikal Toksikologi
berfungsi untuk:
256
4. Analisa tentang adanya pestisida baik golongan organochlorin maupun
organophospat.
kematian.
misalnya darah, rambut, potongan kuku atau jaringan hasil biopsi. Hasil
keracunan.
Jaringan otak adalah material yang paling baik untuk pemeriksaan racun-
racun organis, baik yang mudah menguap maupun yang tidak mudah
menguap.
Hepar dan ginjal adalah material yang paling baik untuk menentukan
257
Darah dan urin adalah material yang paling baik untuk analisa zat organik
Darah, tulang, kuku, dan rambut merupakan material yang baik untuk
Untuk racun yang efeknya sistemik, harus dapat ditemukan dalam darah
atau organ parenkim ataupun urin. Bila hanya ditemukan dalam lambung saja
maka belum cukup untuk menentukan keracunan zat tersebut. Penemuan racun-
racun yang efeknya sistemik dalam lambung hanyalah merupakan penuntun bagi
seorang analis toksikologi untuk memeriksa darah, organ, dan urin ke arah racun
yang dijumpai dalam lambung tadi. Untuk racun-racun yang efeknya lokal, maka
B. Arsen
Sejarah
ahli kimia dari Yunani mendapatkan arsen putih dengan membakar salah satu
diantaranya.
kebingungan dan tak menentu ketika mereka mencium bau smaltite, Co As2,
karena zat tersebut mengeluarkan asap arsen yang beracun, dan zat tersebut tak
menghasilkan perak walaupun zat tersebut nampak seperti perak putih metalik.
258
Para petambang tadi mengira bahwa terdapatkobold atau goblin dalam biji
tambang tersebut, yang menyebabkan kebingungan yang tak layak. Dan hal ini
Pengertian tentang senyawa arsen sudah dimulai sejak tahun 1733, ketika
Brandt memperlihatkan bahwa arsen putih merupakan oksidasi dari elemen arsen.
Pada tahun 1956, dalam “De Re Metallica”, Agricolas menggambarkan efek dari
arsenical-cobalt, yang saat itu disebut Cadmia. Dimana dikatakan zat tersebut
dapat merusak kulit tangan pekerja, dan dia kemudian mengharuskan pemakaian
merupakan bentuk logam berat yang sangat beracun yang banyak digunakan oleh
masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki “wesi aji”. Sebagai salah satu
tradisi, setiap kali mereka “menyucikan” wesi aji, mereka mengoleskan warangan
padanya. Senyawa arsen in organik yang melebihi golongan racun lainnya, telah
pembunuhan masal, dimana sejumlah orang diracuni oleh seorang individu. Pada
masa lalu, karena arsen ini (yaitu arsen trioxide) memiliki aroma yang kurang
atau minuman dengan tujuan untuk melakukan sesuatu tindak kejahatan yang
tersembunyi.
259
Dalam beberapa perihal pembunuhan, preparat yang mengandung senyawa
arsen ada yang dimasukkan ke dalam anus, uretra, ataupun vagina. Kadang terjadi
Obat), pembunuhan dengan senyawa arsen termasuk jarang terjadi. Diantara tahun
Peracunan yang dilakukan dengan tujuan bunuh diri, terjadi lebih sering,
dan biasanya akibat dari racun tikus atau Paris-Green. Dia antara tahun 1918-
1951, kematian karena bunuh diri dengan senyawa arsen inorganic tercatat
Masalah peracunan yang tak disengaja dan hanya secara kebetulan akibat
dari arsen inorganik agak umum terjadi. Di New York pada interval antara tahun
Namun sekarang cara pembunuhan dengan arsen seperti itu sudah tidak
apoteker / ahli obat untuk mencatat semua penjualan yang mengandung senyawa
arsen.
Kegunaan
260
telah dikemukan dimana-dimana. Arsen sudah diketahui sebagai bahan untuk
kemoterapi berasal dari kerja awal Ehrlich dengan arsen-arsen organic. Derivate-
arsenoxide).
alam dan sintetik yang mujarab dan aman, serta untuk ukuran kesehatan
membantu untuk suatu kejutan dari penelitian yang aktif dan berkelanjutan, dan
Ditemukannya penisilin menyisihkan arsen sebagai obat anti lues, dan juga
obat-obat baru lain yang hampir sama halnya dalam menurunkan penggunaan
penyakit-penyakit hewan.
261
Untuk masa-masa mendatang, di Amerika Serikat dan juga di negara-
negara lain, imbas dari arsen pada kesehatan, akan lebih banyak yang berasal dari
- Buchanan 1962
- Schraeder 1966
- Frost 1967
Salah satu campuran yang paling penting adalah arsen triokside atau
arsenious okside, As2O3, dengan kata lain arsen putih yang banyak digunakan
sebagai bahan utama racun tikus – dan kadang-kadang dikelirukan dengan asam
arsenium. Ini terjadi dalam bentuk bubuk putih atau kristal oktahedral yang tidak
pemberantasan tikus. Beberapa obat yang sering digunakan seperti cairan acidi
senyawaannya. Keracunan fatal oleh arsen trioxide adalah 0,2 – 0,3 gram bagi
orang dewasa.
triyodide, sodium arsenate, pada Pearson’s solution, Scheele’s green atau Copper
arsenite, Paris green, Realgar, atau arsenic sulfide, Donovan’s solution, (masing-
262
masing 1 % merkuri yodide dan arsenic yodide), Clemen’s solution (potassium
arsenat pada bromidi) dan pigmen-pigmen yang serupa Brunwick green, Vienna
merah dan mineral biru dimana terdapat sejumlah arsen dalam bentuk lain. Arsen
terutama pada masa pembangunan ini arsen banyak digunakan untuk / pada
bulu domba (campuran bentuk sulfur atau cairan ter), racun tikus.
arsenite of copper)
263
Banyak dipakai untuk: membuat pigmen-pigmen hijau pada kertas
kulit)
6. Arsenic Chloride
Hn.
8. Arsen dengan Pb
264
Klasifikasi Arsen
As
265
Nomor atom 74,91 (Publikasi Hervey B. Elkins PhD)
3,5
814
Valensi C / 149 F
61
Derajat Serius
266
liter urin.
2. Analisa udara
Arsen sendiri sebagai unsur tidak digunakan. Elemen arsen adalah metal,
berwarna hitam, sering digunakan bersama timah yang digunakan dalam pabrik,
beracun dan sebagian darinya terkontaminasi dengan bahan tambang, arang dan
batu bara.
kecil terdapat sebagai campuran kimia yang digunakan sebagai industri, misalnya
mineral arsen, mineral alkali dan metal seperti besi, seng dan timah.
Arsenik merupakan salah satu unsur yang ada di dalam tanah, sehingga
perlu diketahui jika menghadapi kasus dimana korban telah dikubur. Contohnya
tanah disekitar tubuh korban; yaitu di atas, bawah, dan di sekitar tubuh korban
267
Air dapat mengandung arsenic sebagai akibat kontaminasi dari sisa-sisa
Arsenic juga ditemukan dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam kerang,
oleh sebab itu orang-orang yang mempunyai kebiasaan makan kerang, ekskresi
arsenic dalam urin cukup tinggi, sama halnya dengan mereka yang keracunan
arsenic kronis.
Arsen dalam tabel periodik tidak termasuk golongan logam, tetapi karena
3. Logam yang dapat bereaksi dengan ligond (pengikat berupa gugus atom,
organik berbeda dengan arsen organik dalam beberapa hal yang penting dalam
farmakologi.
Hampir semua arsen in organik dapat dianggap sebagai garam asam meta
arsenit (HAsO2). Arsen yang sering digunakan untuk insektisida, racun tikus, dan
dan oksofenarsin. Arsen trioksida (AsO3) sering disebut Arsenous acid yang
268
merupakan anhidrid dari asam meta arsenous (HAsO2). Hampir semua trivalent
arsen in organik dapat dianggap sebagai garam-garam dari asam meta arsenous.
pengobatan. Sodium arsenites calcium arsenite copper acete Cupie aceto arsenite
hal toksikologinya. Misalnya yang berasal dari arsen pentoxide, dipakai sebagai
industri yang sering terjadi. Dimethyl arsine, dimethyl arsenic acid, dan methyl
sebagai bentuk biotik kontaminan lingkungan; dan juga dipakai sebagai herbisida.
arsenic acid. Ada tiga derivate pentavalen yang digunakan dalam pengobatan;
Benzene arsenic adalah golongan ikatan arsenic karbon dan invivo yang
269
Ada atau tidak adanya berbagai substituent pada cincin benzene tidak
hanya menandai kelarutan dari obat, tetapi juga kemampuan penetrasinya pada
Arsen-arsen organik tanpa grup polar tinggi larut dalam lemak dan siap
trivalent atau pentavalen; semua keracunan berat dan aksi mikrobial dapat
sebagai in vivo, diubah menjadi bentuk aktif trivalent, yaitu suatu arsen ozide.
pentavalen di dalam urin dan ekskreta menandakan bahwa sangat kecil reduksi
anion dalam cairan tubuh. Dan dalam hal menembus sel-sel inang / pejamu
tidaklah sesiap jika dibandingkan dengan sel-sel dari parasit yang rentan / peka.
Dan ini menunjukkan efek terapi yang lebih tinggi dari bentuk trivalent.
Arsen, seperti telah disebut di muka adalah racun klasik dari pembunuhan
dan bunuh diri, tapi tak kurang pentingnya untuk toksikologi industri.
Efek kronis dari arsen trioxide dan dapat diduga debu-debu arsen lain,
terutama terdiri dari luka pada membran mukosa dan kulit. Menurut Harsen, ulkus
270
dan perforasi septum hidung tak jarang dapat dijumpai pada pekerja-pekerja
arsen.
abnormal dari kanker eksterna dan saluran pernafasan pada kelompok pekerja-
yang merupakan suatu vesicant yang kuat dan dephenyl chloro arsino,
dipenylamine chloro arsine, serta dipenyl cyano arsine merupakan jenis senyawa
Cairan arsen triklorid juga vesicant dan sangat toksik bila menyentuh kulit.
Arsine: As H3.-
- Analisis urin
271
Arsine merupakan gas tidak berwarna, berbau bawang, dan sangat
beracun. Arsine telah diperagakan terjadi dari campuran Ca hydride dan metal
oxida yang ada dimana penderita bekerja, pada konsentrasi rata-rata 0,5 ppm.
daripada toksisitasnya, lain dari pada itu mungkin saja. Demikian suatu debu dari
senyawa incet terdiri dari 0,1 % arsen tidak akan menyebabkan keracunan yang
sama. Tapi bila zat tersebut menyebabkan proses reduksi kimia atau elektrolit,
arsen mungkin menguap hampir seluruhnya seperti arsine, dan suatu konsentrasi
1. Arsen In Organik
Bentuk arsen in organik ini sifatnya sangat beracun dan paling sering
digunakan karena sifatnya tersebut. Campuran ini, lebih banyak digunakan untuk
pembunuhan dimana racun diberikan dalam dosis besar atau pemberian dosis
biasa.
banyak menggunakan jenis arsen ini. Cara pemberiannya dengan cara dicampur
pada makanan atau minuman. Tetapi cara pembunuhan seperti ini sudah jarang
dilakukan lagi, karena racun ini mudah diketahui dan dicurigai secara langsung
preparat yang mengandung arsen dimasukkan lewat rektum, vagina, dan uretra
272
serta kematiannya serupa dengan yang diakibatkan oleh obat secara injeksi.
menggunakan racun tikus atau Paris Green. Kecelakaan akibat racun in organik
jenis racun tikus, atau semprotan untuk tanaman (makan buah-buahan, sayuran
dimana berasal dari daerah yang disemprot), untuk pengawet kertas atau untuk
kain, kertas dinding (karena mengandung arsen yang kemudian menjadi partikel
debu dalam rumah) dan untuk campuran warna. Campuran arsen juga ditemukan
pada minuman, air, bir, kopi, obat-obatan, mineral, gas, dan produk batu bara.
seperti lotion, salf, atau bedak untuk luka, tumor, atau kerusakan pada kulit yang
lain. Gejala keracunan kadang disebabkan oleh absorbsi obat. Pada beberapa
contoh kasus, arsenic trioxide sering dikelirukan dengan bubuk putih yang lain.
mematikan jaringan tubuh, tapi tetap meracuni protoplasma sel tubuh, yang
selama berada dalam sirkulasi darah dan jika terjadi kontak dengan sel hidup
Pada umumnya aksi dari iritasi lokal tidak diketahui, tidak begitu jelas,
tapi setelah diabsorbsi, akan terus ke aliran darah menuju bagian-bagian organ
273
Intensitas dari toksemia tergantung dari jumlah obat dan kecepatan
absorbsi obat yang diberikan. Jika racun dalam bentuk cairan akan cepat
diabsorbsi, tetapi jika diberikan dalam bentuk yang padat akan diabsorbsi lebih
lambat.
Racun ini akan diabsorbsi dan ditimbun dalam jaringan hepar dan organ
lain untuk beberapa hari, dan akan dieliminasi melalui ginjal dan traktus
gastrointestinal.
2. Arsen Organik
disebabkan karena absorbsinya yang lebih lambat. Bila masuk ke dalam tubuh,
lebih berat.
dan spirochaeta misalnya pada demam kambuhan sifilis. Bentuk arsen ini
ditimbun dalam berbagai organ, khususnya pada hati dan arsen jenis ini
274
menghilang secara bertahap. Hal ini menyebabkan efeknya terhadap parasit
digunakan untuk obat bisa berbahaya. Arsen trivalent organik yang paling penting
protoza.
Diberikan secara intra vena dalam larutan sekali dengan dosis 0,3-0,6
gram, kecuali silver arsphenamine diberikan dengan dosis lebih kecil. Sekitar
tahun 1954, pengobatan berkembang dengan pemberian dosis yang lebih besar,
dengan berbagai cara, misalnya intra vena perdrop lambat, intravena perdrip
dikombinasi dengan bismuth atau vaksin typoid, dengan hasil pengobatan yang
275
Pada kasus lain, kematian terjadi akibat keracunan kronik oleh pemecahan
/ disosiasi arsen organik dari preparat arsphenamine dalam tubuh, dan efek ini
seluruh tubuh, khas dengan adanya skuama epidermis dan infiltrasi leukosit di
meninggal setelah koma, dan dari otopsi memperlihatkan petichae dan perdarahan
berat yang terjadi pada parenkim organ dan hati yang bisa saja terlibat, akhirnya
terjadi kematian mendadak (akut) atau subakutyellow atrofi dengan sakit kuning.
fibrosis pada parenkim hepar dan hepatitis kronik akibat proses degeneratif yang
lama. Jika pemberian tidak hati-hati, dan keluar dari vena, dapat menyebabkan
tormbosis.
276
Arsen organik pentavalen termasuk sodium cacodilate, (CH3)2AsO.ONa,
arrhenal, arsacetin, acetarsone tryparsamide dan lainnya, pada dosis toksis akan
menimbulkan efek subakut atau kronik. Tryparsamide punya efek lain yang dapat
menyebabkan amblyopia.
FARMAKOKINETIKA
Absorbsi
selaput lendir dan secara pemberian parenteral. Absorbsi senyawa arsen yang
sukar larut dalam air misalnya As2O3 yang sangat tergantung pada kehalusan dari
As2O3 terbagi dengan agak kasar. Walaupun senyawa arsen yang pentavalen lebih
banyak mengalami imitasi daripada senyawa yang trivalent, namun senyawa arsen
in organik yang pentavalen diabsorbsi lebih baik daripada yang trivalent, namun
karena mereka kurang bereaksi dengan isi usus dan mukosa senyawa arsen
organik yang trivalent adalah juga sedikit diarbsorpsi dari saluran gastro
darinya dihasilkan senyawa arsen in organik yang siap diabsorbsi – senyawa arsen
yang pentavalen diabsorbsi dengan variasi yang luas – carbarsone dan melarsopral
277
absorbsinya cukup pada pemberian peroral dalam pengobatan penyakit infeksi
yang sesuai.
pencernaan. Absorbsi melalui kulit merupakan fungsi dari pelarut lipid. Secara
umum senyawa arsen trivalent diabsorbsi lebih baik dari pada yang pentavalen.
bervariasi, tapi rata-ratanya 1 mg perhari dan beban untuk tubuh orang dewasa
1. Absorbsi melalui saluran pencernaan biasanya terjadi pada usaha bunuh diri.
Pembunuhan dan keracunan anak-anak dapat terjadi karena mereka tertarik akan
warna atau rasa enak suatu obat, sehingga menyebabkan keracunan karena
externa), sehingga adanya zat-zat beracun di dalam saluran pencernaan tidak akan
yang dapat merusak selaput lendir usus, yang selanjutnya bisa terjadi perforasi,
diberikan pada perut kosong karena lebih cepat diabsorbsi. Juga pada umumnya
bentuk non ion akan lebih mudah diabsorbsi daripada bentuk ion, serta ph dapat
mempengaruhi difusi zat beracun melalui membran epitel usus. Selain ph,
278
konstante dinosiasi (p Ka) berpengaruh atas bentuk non ion dan bentuk ion,
bentuk ion
ini rusak atau jika integritas kulit terganggu, maka absorbsi akan dipermudah.
- Sifat-sifat psikokimia.
- Zat-zat yang larut dalam lipid kurang mudah diabsorbsi kulit jika
- Zat-zat kimia yang berbentuk non ion lebih mudah diabsorbsi daripada
serta sebagian dari zat-zat tadi tertelan dan masuk ke dalam alat pencernaan.
nasopharynx (bernafas melalui mulut), dan yang berukuran 2-5 mikron bisa
279
sampai ke dalam bagian tracheo-bronchial, yang kemudian oleh lendir dan silia
Distribusi
absorbsi maupun langsung melalui intravena, maka zat tersebut dapat terdistribusi
membran sel jaringan, serta adanya afinitas jaringan terhadap zat tersebut.
Konsentrasi zat beracun ini di dalam darah setelah beberapa waktu tertentu
maka dari sini tergantung pada volume distribusinya (Vd); makin besar Vd-nya,
makin kecil konsentrasi zat beracun tersebut berada di dalam darah (X).
pencernaan, limpa dan paru-paru. Dalam jumlah kecil terdapat pada otot dan
jaringan syaraf. Dan selain itu juga terdapat dalam rambut dan kuku, dimana
disini mulai terdapat 2 minggu sesudah pemberian dan dapat tinggal sampai 1
tahun. Pada keratin banyak terdapat gugus salf hydril, demikian juga pada
Biotransformasi (II)
280
Biotransformasi dari senyawa arsen hanya sedikit sekali diketahui. Dari
studi pada hewan percobaan nampak kemungkinan senyawa arsen yang trivalent
sedikit demi sedikit diubah kearah bentuk pentavalen, dan keduanya sebagian-
Ekskresi
Sebagian dari suatu dosis senyawa arsen trivalent yang diabsorbsi akan
diekskresikan secara lambat melalui urin setelah pemberian secara parenteral yang
dimulai dalam waku 2-8 jam. Namun hal ini dapat bertahan sampai 10 hari untuk
eliminasi dari arsen secara komplit setelah pemberian dosis tunggal dan dapat
arsen yang kumulatif. Arsenate dan bentuk pentavalen yang lain pada tubuh
manusia sangat cepat diekskresi, dan oleh sebab itu maka sangat kecil
pemberian dengan dosis yang sangat tinggi dalam periode waktu tertentu.
dalam makanan, udara, dan air, maka akan memerlukan waktu 30 tahun untuk
281
maka arsenate diabsorbsi pada bagian proksimal dari tubulus kontortus renir dan
pada janin yang meninggal (sugoctal, 1969). Kira-kira 45 % dari senyawa arsen
yang dihisap ketika merokok diekskresikan melalui urin dan kurang lebih 2,5 %
melalui feses (Holland et all, 1959). Pada pemberian BAL (dimecarpol), maka
ekskresi melalui urin sangat jelas menanjak tanpa adanya kerusakan pada alat
ekskresi. Bila pemberian BAL tepat, maka akan dapat menekan sebagian besar
Mekanisme keracunan
Mekanisme kerja toksik yang utama dari senyawa arsen ialah dengan
misalnya phenyl arsen oxide lebih poten dalam hal menghambat kerja enzim
yang lain, kecuali sulfihidril. Consparasid arsen arsen misalnya aesphenamine dan
senyawa arsen yang pentavalen harus dikonversi menjadi arsenoxide atau arsenit
terlebih dahulu sebelum dapat bereaksi, kecuali dikloroarsen yang dapat bereaksi
langsung.
S-PR
282
R – As = O + 2 Hs – PR R + As + H-
O-H
S-PR
daya inhibisi yang terkuat. Ion arsenat dapat bekerja sebagai uncouplers pada
Sistem oksidasi piruvat dan sejumlah besar enzim lain adalah rawan
terhadap senyawa arsen. Peranan dari interaksi antara senyawa arsen dengan
thiocic (x liporc) acid, suatu bagian esensial dari reaksi dekarboksilasi piruvat
menjadi perhatian utama, lebih dari reaksi dengan sulfihidril dari dua molekul
yang berbeda seperti dilukiskan pada formula di atas senyawa arsen yang dapat
bereaksi dengan kedua gugus sulfihidril dari thiocic acid untuk membentuk cincin
bersegi enam, yaitu suatu cincin yang lebih stabil daripada monocyclic thio
arsenites.
Efek lokal
283
Senyawa arsen baik organik maupun in organik dapat menembus epitel
dan menyebabkan nekrosis dan pengelupasan. Campuran yang larut dalam air,
daya toksis lokalnya sangat lemah; triparsamide dan senyawa organik pentavalen
antara para perkerja yang terpapar terhadap debu yang mengandung senyawa
Efek sistemik
Dosis besar menimbulkan efek pada sistem sirkulasi. Perlukaan dapat terjadi pada
semua anyaman kapiler, tapi yang sering terjadi di daerah splanchnicus. Sebagai
hasilnya adalah transudasi dari plasma dan penurunan darah yang tajam,
selanjutnya terjadi kerusakan arteri dan myocard serta tekanan darah turun sampai
terjadi syok.
Gambaran EKG yang abnormal tetap terjadi sampai satu bulan sesudah
284
Pada dosis terapeutik obat, efek pada sirkulasi bervariasi dengan jarang
tryparsamide. Hal ini terjadi mengikuti pemberian senyawa arsenic sejenis dengan
sifat simpatomimetik yang secara efektif meninggikan tekanan darah selama suatu
krisis; dimana hal tersebut tidak terjadi selama syok oleh karena senyawa arsen in
organik. Krisis ini terjadi disebabkan oleh karena flocylasi plasma protein.
Tractus gastrointestinal
Vesikula tadi akhirnya pecah, fragmen epitel terlepas, lalu plasma tercurah ke
Jaringan yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam
seperti air beras. Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan
kerusakan lebih lanjut. Segera sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah
juga terjadi, serangan gastrointestinal mungkin terjadi dengan sedikit demi sedikit
Sindrom nausea, vomiting, diare, sakit kepala dan malaise merupakan tipe
reaksi yang sering terjadi sebagai akibat pemberian injeksi senyawa arsen organik.
285
Reaksi ini tidak segera terjadi, tetapi terjadi dalam waktu 4-12 jam sesudah injeksi
dan berlangsung selama beberapa jam sampai hitungan hari. Hal ini disebabkan
oleh intoksikasi oleh bagian senyawa arsenic yang aktif dari obat tersebut.
tryparsamide. Over dosis yang sangat besar dari senyawa arsen organik efeknya
Tractus urinarius
Aksi dari senyawa arsen pada kapiler ginjal, tubuler dan glomeruli dapat
menyebabkan kerusakan ren yang hebat. Efek pertama pada glomeruli, pembuluh
dari nekrosis tubuler dan degenerasi terjadi, urin berkurang dan berisi protein,
Sejumlah carts, albuminuria ringan dan darah pada urin sedikit meninggi,
sering terjadi setelah pemberian senyawa arsen organik dengan dosis terapeutik –
Kerusakan ginjal akut yang jarang terjadi akibat arsen organik adalah
idiosyncrasi.
Kulit
kronis akan menyebabkan vasodilatasi kulit dan “milk and corce” complexion.
286
hiperkeratosis dan hiperpigmentasi, yag akhirnya aksi ini menuju ke arah atrofi
dan degenerasi serta mungkin juga ke arah kanker. Erupsi pada kulit umumnya
peradangan pada kulit dan dapat menyebabkan terjadinya pyoderma. Hal tersebut
adalah rendah dan reaksinya biasanya ringan. Luka bisa lokal atau menyeluruh
dalam distribusinya.
organik (namun jarang pada senyawa arsen organik) dapat menyebabkan neuritis
periferal. Pada kasus yang berat, sumsum tulang belakang bisa terkena juga. Pada
pemberian senyawa arsen in organik dengan dosis toksis secara akuta, hampir 5 %
Dari arsen yang masih digunakan oleh manusia, tryparsamide – tapi bukan
carborsone atau glico biarzol – menyebabkan insidensi yang tinggi dalah hal efek
pada SSP, bila digunakan dengan dosis terapeutik. Efek ini biasanya visual.
rekasi toksik).
- Senyawa arsen organik pentavalen, glico biorsal pada dosis klinis (tapi jarang).
287
- Overdosis carbarsone.
Gejalanya termasuk sakit kepala yang berat, konvulsi dan koma. Gejala-
gejala sebelumnya terlihat pada cairan serebro spinal jumlah sel dan protein
bertambah. Kerusakan pada otak terutama yang berasal dari vasculair dan terjadi
pada massa putih dan abu-abu, gejalanya berupa perdarahan nekrosis dengan
anti konvulsan dan tindakan untuk mengurangi oedem otak, yang mana antara lain
Darah
komposisi sel-sel darah. Vaskularisasi pada sumsum tulang bertambah. Pada dosis
efek kronis pada adarah dapat disebabkan oleh karena terganggunya absorbsi
asam folat.
Gangguan pada darah dan sumsum tulang yang ditimbulkan oleh senyawa arsen
terjadi. Sejumlah kasus agranulasitosis disebabkan oleh glico biornd yang mana
288
Hati
terhadap lever dan menimbulkan infiltrasi lemak, nekrosis sentralis dan chirossis
triparsamide yang dapat merusak kapur pada dosis terapeutik. Kerusakan bisa
secara umum yang disebabkan oleh pericholangitis dan thrombus empron pada
Metabolisme
eliminasi nitrogen bertambah oleh karena degenerasi jaringan yang terjadi pada
banyak organ.
Simptomatologi
Keracunan akut:
289
1. Gejala biasanya timbul ½ - 1 jam sesudah masuknya obat, tapi mungkin
makanan.
2. Rasa manis metalik, bau bawang putih pada nafas dan feses.
4. Muntah dan diare dan ekskretanya air beras seperti pada kolera dan
Pada beberapa kasus (tipe serebral) vertigo stupor, delirium dan mania
9. Bila fase akut bisa sembuh, maka neuritis perifer yang termasuk syaraf
10. Berbagai erupsi pada kulit, lebih sering terjadi pada keracunan kronis.
11. Pada saat penyembuhan, kelemahan dan diare akan tetap ada sampai
keracunan kronis.
Keracunan kronis
290
Terdapat manifestasi sebagai berikut, mulai dari anoreksia, gangguan
pencernaan yang ringan, sedikit demam, pucat, lemah, peradangan catarrhal pada
melanosis), keratosis (terutama pada telapak tangan dan kaki), bersisik dan
desquamasi, kuku rapuh, rambut dan kuku rontok dan oedema subkutan yang
lokal.
diskrasia darah enteropathy yang hebat, akibat dari deposit semua elemen seluler
folic acid. Pada keracunan yang lanjut, maka gejala syaraf menonjol yaitu
encephalopaties dan neuritis perifer lebih umum terjadi. Mula-mula yang terkena
syaraf sensorius hingga timbul parestesia, hipertesia dan sakit, namun kemudian
muncul paralisa, atrofi otot, biasanya pada kaki. Kemungkinan akan menonjol
Dalam hal simptomatologi ini, lebih khas pada keracunan arsen in organik,
291
Akibat pemberian arsen in organik dalam jumlah besar dan cepat
darah rendah, nadi yang cepat dan lemah, pernafasan sukar dan dangkal,
jam. Gejala di atas disebabkan oleh penekanan syaraf pusat oleh senyawa
Tipe ini lebih umum terjadi dan gejala-gejala yang khas ditimbulkan
oleh karena perlukaan / lesi pada ventrikulus, usus, dan organ-organ yang
tiap kasus. Pada beberapa kasus diare berat adalah gejala yang paling
menonjol, sedangkan pada pasien lain adalah mual, muntah, rasa panas
dan terbakar, sakit dan kram pada abdomen yang menjadi keluhan utama.
Pada pasien yang lain lagi dapat menderita gatal / serak pada tenggorokan,
sensasi haus yang sangat, mulut terasa kering. Kombinasi dari gejala-
292
Muntah bisa terjadi terus-menerus dan muntahannya nampak seperti
air beras dan terkadang berisi lendir darah dan cairan empedu. Diare
mungkin hebat dan feses mungkin berdarah atau seperti air beras sama
dengan feses pada cholera asiatica. Pada kasus yang lebih jelas terdapat
muka yang livid, sianosis, merasa gelisah, kulit dingin lembab, kram pada
lengan, betis, delirium, albuminuri, urin yang berkurang dan dehidrasi oleh
Hal ini bermakna pada kasus muntah dapat terjadi setelah makan
lambung. Kematian terjadi dalam beberapa jam atau hitungan hari. Bila
lambung dengan tube dan mencuci dengan air hangat dan susu. Emetic
mustart 1 bagian dan garam 6 bagian, pada air dengan jumlah banyak lebih
berarti.
293
BAL diberikan intramuskuler pada 10 % larut minyak tiap 4 jam dengan
Hasil Otopsi
trioxide atau bercak Paris Green, atau deposit kekuningan dari As sulfide
sementara itu tampak garis gelap karena korosi pada lipatan, berbentuk
karet atau bentuk pemanggang besi pada tempat korosi oleh racun.
Lambung dapat berisi lendir warna gelap yang bercampur darah. Pada
Dinding lambung dan usus dapat bengkak dan kelihatan edema dan
294
abu-abu kekuningan pada jejunum bagian atas. Pada beberapa bagian usus
berisi sejumlah besar cairan mirip cucian beras, atau dapat kosong dan
berisi lender darah. Perluasan lesi sangat bervariasi., kadang lamban, dan
gastrointestinal terlibat.
sama, hanya intensitasnya lebih rendah. Pada kulit kadang terbentuk bulla
pada bagian yang terkena racun, edema pada muka dan sekitar mata
darah sub-mukosa, dan yang lebih jarang korosif langsung pada dinding
usus.
atau pada kulit yang utuh, akan diikuti dengan gejala gastrointestinal,
sub-mukosa yang berisi sel darah merah dan sel leukosit plimorfonuklear,
(pada sub-mukosa) edema dan juga mengandung sel darah merah dan
leukosit polimorfonuklear.
295
Pada korban yang mampu bertahan hidup selama beberapa hari,
kekuningan. Obat akan ditimbun dalam hepar, parenkim sel akan menjadi
atrofi kuning akut. Perdarahan atau purpura dengan ukuran yang berbeda-
beda dapat terjadi pada jaringan subserosa atau pada jaringan longgar
lain-lain.
ventrikel kiri dapat terlihat bercak kecil menyala seperti perdarahan atau
perdarahan yang luas. Lesi ini dapat berubah menjadi perlemakan atau
infiltrasi leukosit.
Jika arsen diberikan dalam bentuk padat dan kematian terjadi pada
296
ditimbun di hepar, lien, ren, dan jaringan lain dalam beberapa minggu,
hati-hati, banyak jumlah arsen yang ada dalam tubuh merupakan akibat
pengobatan. Jika analisa kimia hanya terbatas pada luar tubuh atau hanya
ada arsen dalam lambung, usus, tetapi organ lain seperti hati, ginjal, dan
hubungannya dengan bentuk tanda klinis dan lesi patologis, hasilnya akan
Pada kasus akut organ, yang paling baik untuk pemeriksaan adalah
lambung dan isinya, hati, ginjal, dan otak. Pada beberapa kasus ini, isi
297
Pada otopsi bongkar jenazah, tanah di sekitarnya, cairan di sekitar peti
dan sebagian dari peti seharusnya diambil untuk di tes adanya arsen untuk
3. Tipe subakut
Tipe ini terjadi pada pemberian senyawa arsen dalam dosis kecil,
tunggal yang besar yang tidak menyebabkan kematian dalam waktu cepat
dehidrasi.
urin berdarah. Erupsi pada kulit, daerah yang eczematous dan keratosis
Pasien kehilangan berat badan, menjadi kurus dan lemah, sakit yang
4. Tipe kronis
298
Dapat terjadi akibat perkembangan pada sejumlah kasus, sesudah
yang berbeda-beda.
Pada suatu tipe neuritis kronis dapat timbul dengan degenerasi serabut
syaraf yang dimulai dari daerah perifer berlanjut ke arah pusat. Lesi ini
pertumbuhan seperti atrofi otot, rambut dan kuku rontok. Pada beberapa
kasus gastritis kronis dapat diamati dengan anoreksia, nausea dan diare.
Kelemahan yang progresif, coryza, keratosis pada telapak tangan dan kaki,
badan, anemia, pucat, penurunan daya tahan tubuh secara umum dan sakit-
atau dengan paparan terhadap asap industri, atau dengan menelan secara
Bentuk keracunan akut dapat tidak didahului gejala akut. Tipe kronis
dari keracunan ini tidak didahului oleh gejala akut dan nampak kronis.
2 gram arsenic trioxide tiap minggu. Dan ada beberapa kasus dengan
pemberian dosis besar tidak menimbulkan efek toksis. Hal ini dapat
299
Sedang laporan lain melaporkan terjadinya efek toksis pada pemberian
arsen.
masih hidup pada urin dapat ditemukan adanya arsen, tapi pada saat otopsi
tak bisa dideteksi pada organ-organ yang rusak. Pada kasus yang berlanjut,
keracunan logam dapat ditimbun pada tulang, kulit, dan rambut yang
terjadi lambat, dan sebagian dari rambut, kulit dan tulang tadi dapat
gas tak berwarna, yang berbau sangat busuk. Contoh ekstrim keracunan
tersebut jika hidrogen bersenyawa dengan arsen trivalent pada tes Marsh.
dimana logam mencair dan terbentuk asam dan hidrogen dalam jumlah
besar. Sejumlah logam dan bahan kimia yang mengandung As dari proses
menyebutkan timbulnya gas ini dalam kapal selam yang berasal dari
lapisan baterai.
atau dapat timbul setelah beberapa jam berlalu. Korban menjadi sakit atau
300
tak berdaya dan mengeluh lemas, pusing, sakit kepala, sakit perut, mual,
pengobatan simptomatis.
Hasil otopsi:
degeneratif pada hati yang meluas ke lien, dengan deposit pada parenkim,
keracunan akut, paru dan otak sangat baik untuk bahan analisa.
301
Laboratorium
a. Reinsch Test
Cara Kerja:
dalam HNO3 pekat lebih kurang 10 menit, lalu dimasukkan ke dalam HCl 10 %
lebih kurang 10 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir lalu dikeringkan
Cu siap dipakai.
sampel tadi ke dalam tabung Erlenmeyer 125 cc, kemudian tambahkan 5 cc HCl
logam Cu (ikat dulu dengan benang supaya nanti mengambilnya mudah, tapi
302
benangnya jangan ikut tercelup) lalu dipanaskan selama 1 jam. Sesudah itu
warna yang menunjukkan adanya logam yang berhasil dipancing, yaitu As atau
Hg.
4. Spiral Cu tadi dicuci dengan asam nitrat pekat, lalu bersihkan dengan air
yang melekat pada spiral tersebut. Dengan warna abu-abu dari Cu5As2,
selain arsen; maka Sb, Bi, Ag, Hg, Se, Te, dan sulfiden akan membentuk
303
8. Spiral Cu tadi dimasukkan dalam tabung sublimasi, dipanasi, kemudian
10. Reaksi ini dapat diteruskan dengan reaksi lain, seperti tersebut di bawah
ini.
b. Marsh Test
Reaksinya:
Cara kerja:
bebas dari As. Ujung tabung pemanas yang bebas disambung dengan pipa karet,
304
sedangkan ujung yang lain dimasukkan ke dalam larutan AgNO3 3 %. Gunanya
untuk:
2. Mengetahui bahwa alat Marsh itu termasuknya reagennya bebas As. Bila
- Biarkan alat ini selama ½ jam, kalaupun terjadi endapan pada larutan
- Jika larutan AgNO3 tetap jernih, setelah ½ jam, pipa karet dilepas, zat yang
akan diperiksa dimasukkan dalam alat Marsh, lewat corong pengisi dan pada
bagian pipa yang menjepit dari pipa Marsh, dibalut dengan kasa tembaga. Dan
- Jika zat yang diperiksa mengandung As, akan terjadi cermin pada bagian
Kepekaan: 1/50 mg. Bila untuk membuat hidrogen digunakan elektrolise, dengan
kepekaan 1/200 mg (4 gamma). Kepekaan yang lebih kecil lagi tidak perlu, sebab
Sb, bila diperiksa dengan alat Marsh, juga akan membentuk cermin, yang mudah
305
2. Bila tabung Marsh diambil dan dialiri udara sambil dipanasi sedikit, maka
cermin As akan menjadi As2O3 yang menguap dan dibawa aliran udara dan
menyublim di bagian ujung sepit dari pipa Marsh, kemudian membentuk kristal
yang tetra atau oktahedrat, sedang Sb membentuk sublimasi yang amorph dan
3. Bila cermin tadi adalah As, maka dapat larut dalam NaClO, sedang Sb
4. Bila dalam tabung Marsh dialirkan gas H2S, maka baik As maupun Sb-nya
menguap, dan akan menyublim di tabung yang dingin, sedangkan sulfide Sb-nya
pada pemanasan tidak menguap, namun tetap tinggal di tempatnya dan berwarna
kemerahan.
5. Bila dialiri gas HCl, sulfide Asnya tetap saja, sedang sulfide Sb akan
c. Metoda Gutzeit
Larutan AgNO3 1 %
terjadi. Sedangkan AgNO3 berfungsi sebagai indikator, bila ada As maka akan
306
terjadi senyawa AsH3 yang bila bereaksi dengan AgNO3 akan berwarna kuning
Reaksi:
As + H2 ------- AsH3
Indikator: inilah letak perbedaan reaksi Gutzeit dengan Sanger Black, dimana
Cara kerja:
307
- Dalam labu Erlenmeyer, masukkan butiran Zn yang telah direndam dalam
atau lebih.
- Pasanglah prop (gabus penutup) yang terbuat dari karet yang sudah
dipasangi cerobongnya yang berisi kertas saring / kapas yang telah diinfiltrir
dengan Pb asetat, yang gunanya untuk menangkap H2S yang timbul yang dapat
- Pada ujung cerobong dipasangi pipa kaca yang diisi dengan kertas saring
- Jika kertas sublimate tetap putih, berarti reagensia dan alatnya bebas dari
panjang lagi).
- Bila warna yang terjadi sudah tidak bertambah panjang lagi, berarti As
panjangnya bagian yang berubah warnanya itu dengan standart yang telah dibuat
terlebih dahulu dengan berbagai macam kadar. Cara membuat standard sama
saja, hanya jumlah As-nya sudah diketahui lebih dahulu. Inilah sebabnya disebut
308
AsH3 + 3 HgCl2 ------- 3 HCl + As(HgCl)3 ----- kuning
Kertas sublimate yang mula-mula putih bila terkena gas AsH3 akan berubah
menjadi kuning terlebih dahulu, lalu di bawahnya timbul warna oranye, coklat,
dan akhirnya hitam. Jadi bagian yang paling banyak terkena gas AsH3akan
- Kertas sublimate; adalah kertas saring yang telah direndam dalam larutan
kamar, setelah itu tepinya dibuang lalu dipotong dengan ukuran 1 x 80 mm.
- Kertas / kapas Pb asetat; adalah kertas saring atau kapas yang telah
temperatur kamar.
percobaan ini harus diulangi lagi dengan sampel yang baru dengan cara
309
Jika sampelnya diperkirakan tercampur dengan Sb atau fosfor, maka sebelum
Reinch, lalu kawat tembaga yang telah dipakai tadi diperiksa secara modifikasi
Gutzeit. Yang ikut terpancing pada kawat Cu adalah As dan Sb, sedang P-nya
tidak ikut terpancing. Dan setelah percobaan modifikasi gutzeit ini selesai, maka
kertas sublimate diuji dengan HCl, sehingga bila ada Sb-nya, warna hitam yang
1. Isi lambung. Air bekas pembilas lambung (gastric lavage), ~ 100 ml/cc.
4. Kuku
5. Tulang
6. Kulit
analisis kadar arsen, juga Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis (differential count),
Jumlah sampel adalah sebanyak mungkin yang dapat diambil, sebab lebih baik
arsen harus dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif; pemeriksaan kualitatif saja
tidak berarti sebab dapat pula ditemukan arsen dalam jaringan pada orang yang
310
suka minum tonikum yang mengandung As (misalnya Arseen triferol) dan orang
Hasil pemeriksaan:
- Darah : terutama pada kasus-kasus yang fatal; konsentrasi arsen 0,1 – 1,5
mg/100 gr.
Pengobatan
1. Bilas lambung / gastric lavage dengan 2 – 3 liter air dan diikuti dengan
pemberian 1 gelas susu atau colodial ferric hydroxide (persediaan yang masih
(dimercaprol).
dapat diberikan dosis tunggal 5 mg/kg berat badan dengan interval 4 jam selama
24 jam. Sesudah itu dosis dapat diturunkan dan intervalnya diperpanjang. Karena
311
pengobatan dengan dimercoprol relatif tidak berbahaya (meski begitu tetap harus
pendek (6 dosis: 2,5 mg/kg BB dengan interval 4 jam) dapat diberikan pada
5. Hcl morfin mungkin diperlukan untuk mengontrol rasa sakit pada perut.
Pada keracunan kronik, baik oleh karena senyawa arsen yang organik maupun
kronis terjadi 1-3 hari dan masa pemulihan antara 1-3 minggu tergantung dari
anemia aplastik, ensefalopati yang lanjut dan kebanyakan kasus dengan ikterus,
maka penyingkiran arsen dari sistem ini adalah sedikit dapat membantu.
312
Pencegahan
debu arsen di udara sehingga menjadi 0,2 mg permeter kutub udara atau di
atasnya.
arsenic.
sebagainya.
ti mengerti akan bahaya keracunan arsen dan tahu cara pencegahannya serta
313
BAB III
PENUTUP
dapat dibagi dalam dua kelompok, yang pertama bertujuan untuk mencari
monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok yang kedua
– dimana sebenarnya yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari
dapat terjadi. Dengan demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat
suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi. Dalam ilmu kedokteran
kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu penyebab kematian yang cukup
juga bisa ditemukan arsen, misalnya pada orang yang minum tonikum yang
mengandung arsen. Oleh karena itu dalam menentukan sebab kematian karena
arsen, selain ditemukannya arsen dalam jaringan atau organ, juga harus dapat
ditentukan kuantitas dari arsen yang ada dalam jaringan atau organ tersebut.
314
DAFTAR PUSTAKA
Intermasa, Jakarta
John Wiley B. Sous Inc., New York, Chapenan & Hall, Lanbon, USA.
Toxicology,
Agung, Jakarta.
10. Robert & Gasselin. M.D. Ph.D, et all, 1979, Clinical Toxicology of
Baltimore.
315
12. Tedeschy, Cokert, Tedeschi. Forensic Medicine, A Study in Trauma and
13. Thienes, Clinton H. M.D. Ph.D, Thomas Y. Haley Ph.D, 1972, Clinical
316