Anda di halaman 1dari 24

PEMBUKTIAN TINDAKAN DOKTER TERKAIT

DENGAN VISUM ET REPERTUM DALAM


PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM

Dr. Soraya Jasmin Haque, S.H.,M.H


SISTEM PEMBUKTIAN NEGATIF

KESALAHAN
SESEORANG

DUA ALAT BUKTI


KEYAKINAN HAKIM
YANG SAH
Pasal 359 KUHP

PERBUATAN TINDAKAN
AWAM DOKTER

AKIBAT PENYEBAB
(dimulai adanya kematian)
Titik Temu antara
Disiplin Kedokteran dan Disiplin Hukum

DISIPLIN KEDOKTERAN DISIPLIN HUKUM

Ilmu Kedokteran Kehakiman


Pasal 183 jo. 184 KUHAP

Apakah Visum et Repertum dapat


dikatagorikan sebagai dua alat bukti yang
cukup untuk membuktikan kesalahan dokter di
dalam kelalaian medik?
Konsep Pembuktian

Scientific Evidence

Kepastian Hukum

Ius Curia Novit


Scientific Evidence

* Sebuah konsep yang mengacu pada proses


evaluasi dengan menarik kesimpulan
terhadap suatu barang bukti
* Sebagai peletakan dasar-dasar ilmiah dalam
menginterpretasikan tindakan dokter
* Penelusuran tingkat kerusakan yang
diakibatkan tindakan medik
* Penentuan sebab-akibat memerlukan
pertimbangan yang masuk akal
* Analisis kausalitas dengan pendekatan yang
lebih probabilistik
* Dibutuhkan cara berpikir kritis dalam
menentukan kausalitas tindakan dokter
Teori Kepastian Hukum
Utrecht
 Hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum
 Dapat dicapai apabila tersedia aturan hukum yang
jelas, konsisten, dan mudah diperoleh

Teori Adequat
Menilai serangkaian faktor-faktor penyebab hanya
terdapat satu sebab yang dapat diterima, yaitu faktor
sebelumnya sudah diketahui oleh pembuat delik.
IUS CURIA NOVIT

“Hakim dianggap mengetahui hukumnya


perkara yang diajukan kepadanya”
(The court know the law)
NOVELTY
ANALISIS
PERBUATAN

KAUSALITAS

Visum et Repertum
Penyebab yang masuk akal
(plausible)

Pertanggungjawaban
Dokter KESALAHAN HAKIM
(Memperingan/ Memperberat)
Studi Kasus Pembelajaran
dari Luar Negeri
Kasus USA
(The People of State of California v. Conrad Robert
Murray)
 Dokter pribadi Michael Jackson, Conrad Murray
didakwa dengan pembunuhan tidak sengaja dari
over dosis Propofol sebagai obat anastesi.
 Terdakwa divonis bersalah dengan
mempertimbangkan penyebab utama kematian
dikualifikasi sebagai pembunuhan (di luar dosis
pemakaian dengan melakukan eksperimen
terhadap korban).
Kasus United Kingdom
R v. Adomako (1995) 1 A C.171
 Dokter ahli anastesi didakwa melakukan
pembunuhan yang melanggar kewajiban (profesi)
dalam kasus operasi mata. Penyebab utama
selang penting terputus dari ventilator dan
akibatnya pasien mengalami serangan jantung
fatal.
 Terdakwa divonis bersalah dengan
mempertimbangkan faktor penyebab utama
adalah perilaku terdakwa dinilai sangat buruk.
COMMON LAW

 Berdasarkan putusan pengadilan sebagai


yurisprudensi
 Hakim terikat dengan stare decicis

 Parameter Standard of Proof


(Di luar keraguan yang masuk akal)
 Tingkat kepastian harus mendekati sempurna
(mendekati 95 % atau lebih)
STANDARD OF PROOF

0% 50% 95% 98% 100%


UNCERTAINLY

95%
BALANCE
OF
PROBABILITY
BRD

BSD
DIAMBIL
PUTUSAN
Standar Daubert
 Standar aturan seorang ahli didasarkan
penalaran atau metode ilmiah yang valid
 Diterapkan standar “kesaksian seorang ahli”
untuk dapat dijadikan pertimbangan atau
tidak
 Kesaksian ahli harus didasarkan
metode ilmiah
yang memenuhi syarat sebagai pengetahuan
ilmiah
KASUS 1
(Siswi PKL, Perawat, dan dr. Wida Parama Astiti)
Terdakwa I
 Putusan Mahkamah Agung No. 84 K/Pid/2012
tanggal 30 Juli 2012 disebutkan terdakwa
terbukti adanya hubungan kausal, namun
‘bukan’ merupakan tindak pidana.
 Hakim memberikan alasan pembenar Pasal 51
KUHP sebagai dasar menjalankan perintah
jabatan dan tidak boleh dihukum (lepas dari
segala tuntutan hukum)
Terdakwa II
 Pertimbangan dalam Putusan Mahkamah
Agung No. 102 K/Pid/2012 tanggal 2 Agustus
2012 disebutkan terdakwa terbukti adanya
hubungan kausal, namun ‘bukan’ merupakan
tindak pidana.
 Hakim melepaskan terdakwa dari segala
tuntutan hukum dengan pertimbangan alasan
pembenar Pasal 51 KUHP
Terdakwa III
 Pertimbangan dalam Putusan Mahkamah
Agung No. 590 K/Pid/2012 tanggal 28
September 2012 disebutkan terdakwa
terbukti memiliki hubungan kausal dengan
matinya korban dalam dakwaan Pasal 359 jo.
361 KUHP, “karena salahnya menyebabkan
matinya orang yang dilakukan dalam suatu
jabatan atau pekerjaannya”
KASUS 2
Dr. Setyaningrum
 Pengadilan Negeri PATI No.8/1980/pid.B/Pn.Pt
tanggal 2 September 1981 disebutkan perbuatan
terdakwa terbukti melanggar Pasal 359 KUHP
 Putusan Pengadilan Tinggi Semarang No.
203/1981/Pid.Pt tanggal 19 Mei 1982 disebutkan
perbuatan terdakwa terbukti melanggar Pasal 359
KUHP
 Putusan Mahkamah Agung No. 600 K/Pid/1983
tanggal 27 Juni 1984 disebutkan tidak terbukti
adanya hubungan kausalitas dengan kematian
korban
CIVIL LAW

 Ciri karakteristik adanya kodifikasi


 Hakim tidak terikat dengan stare decicis
 Undang-undang menjadi rujukan hukum
bersifat inkuisitorial
KESIMPULAN

1. Keyakinan hakim lebih optimal jika terikat


dengan VeR dalam pengambilan putusan.
Tidak bisa diabaikan, tidak berlaku general,
dan tidak berlaku non profesional
2. Penerapan VeR memiliki pemaknaan ganda
sebagai bukti surat dan ahli yang
dikatagorikan sebagai bukti permulaan yang
cukup sesuai persyaratan Pasal 183 jo. 184
KUHAP
3. Pembuktian kausalitas tindakan dokter
melalui scientific evidence.

Secara kausalitas faktual, menilai sebab-sebab


yang masuk akal dengan metode yang bisa
dipertanggungjawabkan berdasarkan kajian
bersama (peer review)
Secara kausalitas legal, menjadi sebab yang
menurut doktrin hukum cukup untuk
menimbulkan tanggung jawab hukum

Anda mungkin juga menyukai