Anda di halaman 1dari 2

Penyebaran COVID-19 dapat diperlambat dan dibasmi dengan melakukan

pembatasan-pembatasan atau intervensi. Intervensi Nonfarmasi (NPI) atau yang selanjutnya


akan disebut sebagai intervensi, adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
membantu memperlambat penyebaran penyakit, juga sebagai strategi mitigasi penyebaran
penyakit di masyarakat dunia.1 Intervensi yang dapat dilakukan antara lain (1) Case Isolation,
(2) Border Restrictions, (3) Social Distancing.2
Adapun penulis hanya akan menjelaskan mengenai Social Distancing, yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia dan yang berkaitan dengan isu cyber notary. Social distancing
dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan jarak antar manusia di manapun dia berada
supaya mengurangi kontak fisik dan penyebaran droplet. Social distancing juga dilakukan
dengan anjuran Work From Home, pembatasan jumlah orang di dalam suatu tempat, regulasi
jarak antar orang 1-3 meter, dan lain-lain. Peraturan ini telah diberlakukan di seluruh negara
di dunia, termasuk di Indonesia berbarengan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).
Dengan adanya PSBB, mobilitas masyarakat di seluruh lapisan golongan terpaksa
menurun drastis. Praktik kenotariatan yang selama ini dilakukan dengan cara datang ke
kantor Notaris menjadi tidak dapat dilakukan juga demi menjaga dan memutuskan rantai
penyebaran virus corona. Sebagai satu-satunya profesi pejabat umum yang memiliki
kewenangan untuk membuat akta otentik yang tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya,
minat dan kebutuhan masyarakat terhadap jasa notaris tidak akan pernah padam. Bahkan
dengan adanya penurunan kemampuan ekonomi akibat PSBB dan keterbatasan pandemi
COVID-19, terkhususnya di bidang aset properti banyak sekali jual beli, maupun sewa
menyewa yang menyebabkan kebutuhan akan notaris semakin meningkat.

Menurut Brian Amy Prastyo, definisi dari Cyber Notary sampai saat ini belum rigid,
namun dapat dimaknai sebagai Notaris yang menjalankan tugas dan kewenangan jabatannya
secara elektronik, atau dengan berbasis teknologi informasi. 3 Secara filosofis, Indonesia wajib
secepatnya mengadopsi konsep cyber notary agar hak Warga Negara Indonesia khususnya

1
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Intervensi Nonfarmasi (NPI), 2020
(https://www.cdc.gov/nonpharmaceutical-interventions/index.html diakses pada 20 Juli 2020)
2
Kissler, Stephen M, Projecting the Transmission Dynamics of SARS-CoV-2 through the
Postpandemic Period, Science 368, no. 6493
3
Brian Amy Prastyo, Peluang dan Tantangan Cyber Notary di Indonesia, Depok: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2009, http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2009/11/29/peluang-cyber-notary-di-indonesia/
diakses pada 22 April 2021
Pasal 28 huruf f jo. Pasal 33 ayat (4) UUD RI 1945 tentang hak setiap orang untuk
berkomunikasi dan mendapatkan informasi serta tentang prinsip efisiensi dan kemajuan
dalam perekonomian nasional dapat terpenuhi. Adapun sampai saat ini payung hukum yang
dapat mewadahi konsep cyber notary baru UU ITE yang sangat luas cakupannya dan tidak
secara spesifik mewadahi konsep cyber notary sebagaimana diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai