OLEH KEMHAN/TNI
Oleh:
Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.
K
ementerian Pertahanan adalah unsur Kuathan Kemhan), dengan tugas antara
pelaksana Pemerintah yang dipimpin lain penanganan sengketa barang tidak
oleh Menteri Pertahanan yang bergerak;
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab c. Badan Sarana Pertahanan Kemhan Direktur
kepada Presiden. Kementerian Pertahanan Pusat Barang Milik Negara (Baranahan
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Kemhan) bertugas menyiapkan dan
di bidang pertahanan dalam Pemerintahan dan melaksanakan penggunaan, pemanfaatan,
menyelenggarakan fungsi : penghapusan, pemindahtanganan,
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan pembinaan, dan pengendalian serta
kebijakan di bidang pertahanan; pengamanan dan pemeliharaan BMN di
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara lingkungan Kementerian Pertahanan dan
yang menjadi tanggungjawab Kementerian TNI.
Pertahanan; Konflik tanah banyak yang melibatkan
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di warga dan TNI, penyebabnya adalah tidak
lingkungan Kementerian Pertahanan dan; adanya bukti kepemilikan atau sertipikat tanah
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat di wilayah konflik tersebut, dari sekitar 3,6
sampai ke daerah. juta hektar tanah TNI, yang bersertipikat baru
Dalam hal penanganan masalah asset sepuluh persen. Artinya, hampir tiga juta hektar
khususnya tanah ada 3 (tiga) satuan kerja yang tanah yang dimiliki TNI belum bersertipikat.
menangani yaitu : Sisanya tanah milik TNI yang belum bersertipikat
a. Biro Hukum Setjen Kemhan, apabila asset itu, masih diinventarisir guna percepatan hak
tanah tersebut sudah masuk dalam ranah miliknya. Terutama lahan yang berpotensi konflik
pengadilan/sengketa di pengadilan; dan sengketa dengan masyarakat.
Karena banyak aset TNI yang bermasalah aset instansi yang bersangkutan.
dengan bukti kepemilikan akibatnya masyarakat 3) Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1953
sering menggugat di pengadilan. Upaya tentang Penguasaan tanah-tanah negara.
sertipikasi ini harus dilakukan untuk melindungi Pasal “ 2 ”
asset milik negara itu dari gugatan masyarakat. Kecuali jika penguasaan atas tanah
Dalam undang-undang tentang peraturan negara dengan UU atau peraturan lain
dasar Pokok-pokok Agraria dinyatakan “Seluruh pada waktu berlakunya PP Ini telah
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan diserahkan kepada suatu kementerian,
alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah jawatan atau daerah swatantra, maka
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang penguasaan atas tanah negara ada pada
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa Menteri Dalam Negeri.
Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan 4) Surat Keputusan Angkatan Perang No.
Nasional”(pasal 1 ayat 2 UU No.5 Tahun 1960). 023/P/KSAP/ tanggal 25 Mei 1950 yang
Negara sebagai Organisasi kekuasaan menyatakan:
yang ada di Indonesia berwenang mengatur “Lapangan-lapangan terbang serta
kepemilikan, peruntukan, peralihan dan bangunan-bangunan yang termasuk
pendaftaran atas hak bangsa Indonesia tersebut. lapangan, dan alat-alat yang berada di
Hak negara untuk mengatur inilah disebut lapangan-lapangan tersebut menjadi
sebagai “Hak Menguasai Negara” sebagaimana milik Angkatan Udara Republik Indonesia”
diatur dalam Pasal 2 UUPA. Apabila tidak 5) Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri
ada pengaturan dari negara, peruntukan dan Republik Indonesia tanggal 9 Mei 1950
kepemilikan tanah menjadi kacau. Setiap orang No. H/20/5/7 yang menyatakan antara
cenderung ingin memiliki tanah yang lebih besar lain:
dan lebih luas. Tanpa adanya hak dari negara “Sebidang tanah diambil untuk keperluan
untuk mengatur peruntukan dan kepemilikan mendirikan bangunan negeri (kantor,
tanah, setiap orang pasti akan berlomba-lomba sekolah dsb). Bangunan tersebut telah
untuk memiliki lebih banyak tanah yang ada. didirikan, dan hingga kini masih dipakai
untuk kepentingan negeri dalam hal ini
II. Dasar Hukum pengembalian hak tak mungkin, karena
kepentingan negara.”
a. Landasan Filosofis.
UUD 45 Pasal 33 ayat (3) III. Macam-macam Perolehan Tanah Kemhan/
“Bumi dan air dan Kekayaan alam yang TNI
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar- a. Eks Peninggalan Pemerintah Belanda (KNIL
besarnya kemakmuran rakyat”. BELANDA)
b. Landasan Operasional Berdasarkan UU No. 86 Tahun 1958 tentang
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Nasionalisasi perusahaan milik Belanda.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Konversi hak barat erfpacht, eigendom
Agraria (UUPA) verponding, nasionalisasi perusahaan milik
a) Pasal 2 Ayat (1) dan (2) Belanda.
b) Pasal 4 ayat (1) b. Eks Peninggalan Pemerintah Jepang (DAI
2) Berdasarkan Stbl.1911 No.110 tentang NIPPON)
Penguasaan benda-benda tidak Penguasaan tanah secara historis Bala
bergerak, gedung-gedung, dll. Tentara Jepang proses ganti rugi
Jika instansi pemerintah menguasai tanah berdasarkan :
negara, dipelihara dengan anggaran 1) SE Mendagri No. H.20/5/7 tanggal 9 Mei
belanjanya maka tanah tersebut menjadi 1950 tentang Penyelesaian tanah-tanah
“Sebidang tanah diambil untuk 4. Konflik tanah yang terjadi akhir-akhir ini
keperluan mendirikan bangunan sejak reformasi bergulir, banyak yang
negeri (kantor, sekolah dsb). melibatkan antara warga masyarakat
Bangunan tersebut telah didirikan, dan TNI. Penyebabnya antara lain adalah
dan hingga kini masih dipakai tidak adanya bukti kepemilikan atau
untuk kepentingan negeri dalam sertipikat tanah di wilayah konflik tanah
hal ini pengembalian hak tak tersebut. Dari sekitar 3,6 juta Ha tanah
mungkin, karena kepentingan TNI, yang bersertipikat baru 10%. Artinya
negara.” hampir 3 juta Ha tanah yang di kuasai
c) Diperoleh dari penyerahan tentara TNI belum bersertipikat. Sisanya tanah
Belanda (KNIL) tanggal 25 Juli 1950. yang belum bersertipikat tersebut masih
2. Banyak kasus terkesan diambangkan perlu diinventarisir guna percepatan
dan dibiarkan mereda dengan sendirinya, penerbitan sertipikat, terutama lahan
kasus tersebut sulit diungkap dengan yang berpotensi konflik tanah dengan
alasan waktu, sumber daya, dan masyarakat. Selanjutnya TNI akan
anggaran. Kendati persoalan sengketa segera melakukan sertipikasi lahan untuk
tanah antara TNI dan rakyat diakui menertibkan lahan-lahan yang dikuasai
sebagai potensi konflik rawan dan dapat pihak lain, namun TNI tidak memiliki
melecut kekerasan berulang, pemerintah anggaran untuk melakukan kegiatan
baik di pusat maupun di daerah belum sertipikasi tersebut.
memberikan tanggapan memadai. 5. Sebagian besar permasalahan yang
Padahal, Badan Pertanahan Nasional timbul adalah tanah-tanah yang dikuasai
dan Kementerian Keuangan dianggap dengan cara okupasi. Penguasaan
kompeten menyelesaikan persoalan rumit tanah oleh TNI hasil okupasi yang
ini. Begitu juga anggota Dewan sebagai jumlahnya cukup banyak antara lain
pengawas, baik di sisi operasionalisasi berasal dari eks Militer Hindia Belanda
kebijakan maupun penganggarannya. (KNIL) atau pendudukan tentara Jepang
Koordinasi buruk antara pusat dan berupa lahan-lahan yang diperuntukkan
daerah dianggap sebagai salah satu untuk pertahanan/militer. Penguasaan
kendala. Penetapan status penguasaan tanah hasil okupasi juga berasal
berikut peruntukannya bagi instansi ketika terjadinya peristiwa G 30 S/PKI
pemerintah sangat penting, guna untuk dimana pemilik tanah/bangunan yang
mengetahui peruntukan sesuai dengan merupakan anggota PKI melarikan diri,
tugas pokok dan fungsi. Banyak kasus sehingga tanah dan bangunan yang telah
di lapangan, penguasaan serta tugas ditinggalkan pemiliknya dikuasai TNI
pokok dan fungsi berbeda dengan sampai dengan sekarang.
peruntukannya. Antara lain terdapat b. Dalam upaya meredam atau mengurangi
beberapa asset TNI yang dipakai untuk gugatan yang dilakukan masyarakat tersebut,
outlet-outlet. ada beberapa hal yang perlu dilakukan
3. Hal lain, peristiwa konflik tanah yang antara lain :
melibatkan TNI kerap ditengarai sebagai 1. Inventarisasi
bagian dari bisnis TNI. Dalam kasus Kegiatan inventarisasi bertujuan
Kebumen ini, misalnya, di tanah yang untuk mengetahui data dan fakta yang
dikuasai TNI ternyata akan didirikan terjadi di lapangan dengan maksud agar
kawasan pertambangan besi yang dapat diketahui kelemahan dan potensi
dikhawatirkan akan mengeruk, masalah khususnya yang akan memicu
mengeksploitasi, dan merusak gejolak dimasyarakat dan menimbulkan
lingkungan. sengketa/ konflik.
T
anah selain memberikan banyak manfaat dimensi politik atas tanah.
namun juga melahirkan masalah lintas Tanah juga mempunyai aspek pertahanan
sektoral yang mempunyai aspek ekonomi, dan keamanan. Pembangunan pangkalan-
aspek sosial budaya, aspek politik, aspek pangkalan militer serta daerah-daerah latihannya
pertahanan dan keamanan, dan bahkan aspek memerlukan tanah baik didaerah perkotaan
hukum. maupun di daerah pedesaan. Sengketa pemilikan
Aspek ekonomi dari tanah menunjukkan dan penguasaan antara TNI dan masyarakat
bahwa tanah sebagai aset ekonomi memiliki nilai secara faktual ternyata tidak sedikit jumlahnya,
yang tinggi, karena luas tanah tetap sedangkan dengan latar belakang masalah bahwa secara
jumlah manusia yang membutuhkannya semakin historis masing-masing pihak merasa berhak
bertambah. Tidak hanya orang perorangan, atas tanah yang dipersengketakan.
bahkan badan hukum, Instansi Pemerintah, Aspek hukum pertanahan, terlihat bahwa
termasuk TNI juga memerlukan tanah. Hukum Agraria juga memberikan andil atas
Aspek Sosial Budaya dari tanah harus lahirnya masalah-masalah pertanahan. Dari
dilihat dari sudut pandang bahwa sumber hukum sudut formal, tumpang tindih beberapa peraturan
Agraria Indonesia adalah Hukum Adat. Sengketa perundangan telah melahirkan perebutan
perdata adat mengenai tanah seringkali tidak kewenangan oleh penguasa, sedangkan dari
mudah diselesaikan, apalagi jika tidak dipahami sudut material atau substansial, tumpang tindih
benar tradisi pada masyarakat setempat. peraturan perundangan itu telah melahirkan
Penggunaan tanah juga mempunyai perbedaan persepsi oleh beberapa kalangan,
aspek politik. Program pembaharuan Agraria yang kesemuanya membawa dampak kepada
Nasional yang dicanangkan Pemerintah dengan implementasi peraturan perundangan di
rencana membagi sekitar 25 juta hektar tanah lapangan.
Pemberian Hak atas Tanah Negara dan tidak dapat diterima lagi. Hal ini sejalan
Hak Pengelolaan Serta Pembatalan Hak dengan ketentuan I.C.W, hapusnya tuntutan
Atas Tanah. keuangan negara setelah jangka waktu 5
Berdasarkan rumusan Staatblad tahun.
1911 Nomor 10 angka III di atas, d. Tanah-tanah yang diperoleh dengan cara:
ternyata terdapat syarat bahwa Instansi (1) Pembelian Tanah untuk Pemerintah
Pemerintah (dalam hal ini dapat melalui Bijblad 11372 jo. 12746;
dimasukkan Departemen Pertahanan/ (2) Pembebasan tanah menurut Peraturan
TNI) baru dapat diakui menguasai benda Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
tetap, termasuk tanah, apabila dalam 1975;
anggaran pendapatan dan belanja (3) Pengadaan Tanah menurut Peraturan
Departemen disediakan anggaran untuk Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun
perawatan untuk benda-benda tetap 1985;
tersebut, dan termasuk tanah didalamnya. (4) Pengadaan tanah menurut Keputusan
Artinya Departemen (TNI) tersebut nyata- Presiden No.55 Tahun 1993 jo. Peraturan
nyata melakukan perawatan atas tanah- Menteri Dalam Negara Agraria/Kepala
tanah dimaksud, yang untuk perawatan Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun
itu tersedia dana dalam anggaran suatu 1994;
Departemen. Jika tidak ada anggaran (5) Pencabutan hak berdasarkan Undang-
pendapatan dan belanja Departemen Undang Nomor 20 Tahun 1961;
maka penguasaan tersebut tidak dapat (6) Pelepasan hak secara Cuma-Cuma oeh
diakui keberadaannya. pemiliknya kepada Pemerintah .
b. Tanah-tanah Penguasaan Tentara Belanda Tidak termasuk dalam pengertian Tanah
(KNIL), Perusahaan Milik Belanda yang Aset TNI yaitu tanah kepunyaan pihak
berdasarkan Undang-undang Nomor 86 lain yang dikuasai atau digunakan atau
tahun 1958 tentang Nasionalisasi, tanah- dimanfaatkan oleh TNI atau sering disebut
tanah tersebut penguasaannya diserahkan dengan “Tanah Dalam Penguasaan” atau
kepada salah satu diantara Instansi Tanah Okupasi.
Pemerintah. Dalam hal ini tanah bekas S e t e l a h b e r l a k u n y a U U PA , u n t u k
KNIL dengan memperhatikan penggunaan menyelenggarakan penertiban di dalam rangka
tanahnya, penguasaannya diserahkan melaksanakan konversi menurut ketentuan
kepada Departemen Pertahanan/ TNI UUPA , maka tanah-tanah Negara yang dikuasai
c. Penguasaan Historis Bala Tentara Jepang. dengan hak penguasaan sebagai dimaksud
Dalam kenyataan banyak tanah-tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953
TNI yang secara historis diterima dari telah ditegaskan statusnya sebagaimana diatur
penguasaan Bala Tentara Jepang, seperti berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9
lapangan-lapangan terbang, asrama-asrama Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak
dan lain-lain. Mengenai hal ini sudah ada Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-
kebijakan yang tertuang dalam Surat Edaran Ketentuan Tentang Pelaksanaan Selanjutnya.
Departeman Dalam Negeri No. H.20/5/7 Dalam Peraturan Menteri Agraria tersebut
tanggal 9 Mei 1950 dan No 40/25/13 tanggal antara lain dinyatakan bahwa Penguasaan
13 Mei 1953 dan kemudian ditegaskan Atas Tanah Negara sebagai dimaksud dalam
kembali dalam Surat Edaran Direktur Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953
Jenderal Agraria No 593/111/Agr tanggal yang telah diberikan kepada Departemen-
7 Januari 1983 yaitu kepada masyarakat Departemen, Direktorat-direktorat dan Daerah
telah diberikan batas waktu 5 tahun untuk Swatantra, sepanjang tanah-tanah Negara
menyelesaikan tuntutan atau klaim. Sesudah tersebut dipergunakan untuk kepentingan
jangka waktu tersebut, tuntutan atau klaim instansi-instansi itu sendiri dikonversi menjadi
Hak Pakai. Namun apabila penguasaan tanah bukti kepemilikan atau sertifikat tanah di
tersebut selain dipergunakan untuk kepentingan wilayah konflik tersebut. Wakil Menhan Letjen
instansi-instansi itu sendiri, dimaksudkan juga Sjafrie Sjamsuddin usai rapat kerja dengan
untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak Komisi I DPR, Senin tanggal 22 Februari 2010
kepada pihak ketiga, maka penguasaan atas mengatakan, dari sekitar 3,6 juta hektar tanah
Tanah Negara tersebut di atas dikonversi TNI, yang bersertifikat baru sepuluh persen.
menjadi Hak Pengelolaan. Artinya, hampir tiga juta hektar tanah yang
Seiring dengan lahirnya Undang-undang dimiliki TNI belum bersertifikat. Sisanya tanah
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan milik TNI yang belum bersertifikat itu, masih
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 diinventarisir guna percepatan hak miliknya.
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Terutama lahan yang berpotensi konflik dan
Negara dan peraturan-peraturan yang berkaitan sengketa dengan masyarakat. Panglima TNI
dengan itu, istilah Aset TNI pun lahir yang seakan Djoko Santoso mengatakan,TNI akan segera
identik dengan istilah Milik TNI, hal ini terlihat dari melakukan sertifikasi lahan untuk menertibkan
adanya perbuatan hukum TNI atas tanah berupa aset-aset yang banyak dikuasai pihak lain.
jual-beli, sewa menyewa dan lainnya yang telah Namun TNI tidak memiliki anggaran untuk
menjadi subyek hukum privat atas tanah. melakukan kegiatan sertifikasi itu.
Karena banyak aset TNI yang bermasalah
4. Permasalahan Pertanahan dengan bukti kepemilikan, akibatnya masyarakat
sering menggugat di pengadilan. Upaya
Dari sudut pandang tipologi permasalahan sertifikasi ini harus dilakukan untuk melindungi
pertanahan, Deputi Bidang Pengkajian dan aset milik negara itu dari gugatan. Kementerian
Penanganan Sengketa Konflik Pertanahan Pertahanan melalui Badan Sarana Pertahanan
BPN mencatat minimal 8 tipologi masalah mensosialisasikan Kesepakatan Bersama dan
pertanahan, yaitu: Perjanjian Kerjasama antara Kemhan dengan
a. Sengketa Penguasaan dan Pemilikan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) tentang
sebanyak 1.902 kasus (67,8 %) Pensertifikatan Tanah, Penanganan serta
b. Sengketa prosedur Penetapan Hak dan Penyelesaian Sengketa dan Konflik Tanah Aset
Pendaftaran tanah, sebanyak 343 kasus Kemhan/TNI.
(12,19 %) Kesepakatan bersama antara Kementerian
c. Sengketa batas/letak bidang tanah, sebanyak Pertahanan dengan Badan Pertanahan Nasional
90 kasus (3,23 %) tersebut tertuang dalam MoU Nomor: MoU/02/
d. Sengketa ganti rugi tanah ex partikelir, XII/2008 dan Nomor: 9-SKB-BPN RI-2008
sebanyak 85 kasus (3,04%) yang ditandatangani Menhan dan Kepala BPN
e. Sengketa tanah ulayat sebanyak 92 kasus pada tanggal 30 Desember 2008. Sedangkan
(3,33%) Perjanjian Kerjasama antara Kementerian
f. Sengketa obyek Landreform sebanyak 78 Pertahanan dan Badan Pertanahan Nasional
kasus (2,85%) tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Nomor:
g. Sengketa pengadaan tanah sebanyak 77 PKS/031/I/2011/BARANAHAN dan Nomor:
kasus (2,76 %) 1/SKB.300/I/2011 yang ditandatangani oleh
h. Sengketa pelaksanaan putusan pengadilan Kepala Badan Ranahan Kemhan dengan Deputi
sebanyak 134 kasus (4, 76%). Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN
Terhadap tanah aset TNI, konflik tanah tanggal 6 Januari 2011.
yang terjadi akhir-akhir ini, terutama dalam 12 Perjanjian Kerjasama antara Kementerian
tahun terakhir sejak reformasi bergulir, banyak Pertahanan dan Badan Pertanahan Nasional
yang melibatkan warga dan TNI. Menurut juga tertuang dalam Perjanjian Kerjasama
Wakil Menhan Letjen Sjafrie Sjamsuddin Nomor: PKS/01/I/2011 dan Nomor: 2/SKB-
bahwa penyebabnya adalah tidak adanya 600/I/2011 yang ditandatangani oleh Dirjen
Kekuatan Pertahanan Kemhan dengan Deputi dalam kelompok atau huruf c, yaitu sebagai
Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jangka
dan Konflik Pertanahan BPN tanggal 6 Januari waktu hak pakai atas Departemen atau lembaga
2011. Pemerintah Non Departemen atau Pemerintah
Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 45
5. Hak Milik Menurut UUPA. ayat (1) adalah untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan
Menurut Pasal 21 ayat (1) UUPA, hanya tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
warga-negara Indonesia dapat mempunyai dipenuhinya keperluan tanah untuk keperluan
hak milik. Ayat (2) menegaskan bahwa oleh tertentu secara berkelanjutan, misalnya untuk
Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum keperluan kantor lembaga pemerintah, untuk
yang dapat mempunyai hak milik dan syarat- kantor perwakilan negara asing dan lain-lain.
syaratnya. Hak Pakai yang diberikan untuk waktu yang
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan
1963 mengatur tentang badan-badan hukum untuk keperluan tertentu tidak dapat dialihkan
yang boleh mempunyai hak milik atas tanah, kepada pihak lain, akan tetapi dapat dilepaskan
yaitu: bank-bank Negara, badan-badan oleh pemegang haknya sehingga menjadi tanah
keagamaan, dan badan-badan sosial. Di sini Negara untuk kemudian dimohon dengan hak
jelaslah bahwa TNI sebagai lembaga atau baru oleh pihak lain tersebut.
institusi tidak boleh mempunyai hak milik atas Dengan memperhatikan ketentuan di
tanah. Namun sebagai Warga Negara Indonesia, atas, maka TNI sebagai lembaga atau institusi,
anggta TNI boleh mempunyai hak milik atas hanya dapat diberikan hak pakai apabila tanah
tanah. itu digunakan untuk kepentingan TNI dan jangka
Sebagai lembaga atau institusi, TNI hanya waktunya adalah tidak terbatas, artinya selama
boleh mempunyai hak pakai atas tanah sebagai tanah masih dipergunakan untuk keperluan yang
mana diatur dalam Pasal 41 - 43 UUPA, jo telah ditentukan. Misalnya untuk kantor, asrama,
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996, sekolah, rumah dinas komandan, lapangan
khususnya Pasal 39 - 58. udara, lapangan tembak, dan sebagainya.
Mengenai yang dapat mempunyai hak Jadi TNI sebagai lembaga atau institusi
pakai diatur dalam Pasal 43 UUPA jo Pasal 39 tidak boleh mempunyai tanah dengan hak
PP Nomor 40 Tahun 1966, yaitu: milik, dan ini bertentangan dengan undang-
a. Warga Negara Indonesia; undang. Namun dalam prakteknya, ada tanah
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum yang diklaim sebagai milik TNI, misalnya di
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; Kota Padang, di Jalan Ahmad Yani, dibuatkan
c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non plang dengan kata-kata, “Tanah ini milik TNI”.
Departemen, dan Pemerintah Daerah; Demikian pula tanah di daerah Tunggul Hitam
d. Badan-badan keagamaan dan sosial; Padang, dimana menurut keterangan warga
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia; yang menyewa, tanah-tanah yang dikuasai oleh
f. Badan hukum asing yang mempunyai TNI tersebut disewakan kepada masyarakat oleh
perwakilan di Indonesia; Koperasi TNI Angkatan Udara.
g. Perwakilan negara asing dan perwakilan
badan Internasional. 7. Pengelolaan Tanah Aset TNI
6. Hanya Hak Pakai Untuk TNI Sebagai Seiring dengan lahirnya Undang-undang
Lembaga atau Institusi Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Apabila diperhatikan ketentuan di atas, Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
maka TNI sebagai lembaga atau institusi masuk Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor
P
erang saudara Bharatayudha berkecamuk banyak untuk disebutkan.
di medan Kurusetra, kedua pihak yang Permasalahan pertanahan di Indonesia
berhadapan Pandawa dan Kurawa, tak secara mendasar telah diatur dalam Undang-
lain adalah saudara misan. Ribuan prajurit dari undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
kedua pihak berguguran, demikian pula para Dasar Pokok-pokok Agraria, dan telah ditindak
ksatria. Ironisnya, darah tertumpah hanya untuk lanjuti dengan berbagai peraturan pelaksana
satu alasan : memperebutkan tanah Astina. lainnya, namun demikian permasalahan
Dalam kisah lain “Rebutan Kikis (sengketa) tanah kian hari bertambah komplek
Tunggorono” (Rebutan batas wilayah kerajaan) permasalahannya, sehingga perlu adanya
terjadi peperangan sengit antara Gatot Kaca kebijakan pemerintahan dibidang pertanahan
melawan Sutedjo dalam menyelesaikan batas secara komprehensif.
wilayah kerajaan.
Dalam realita sosial, sengketa tanah 2. Permasalahan
juga sering diselesaikan dengan cara-cara
kekerasan, contoh Sengketa tanah antara Dari latar belakang tersebut diatas, kami
Marinir dengan Warga Alas Trogo Pasuruan merumuskan permasalahan dalam tulisan
Jatim yang menewaskan 4 warga masyarakat menjadi 2, yaitu :
dan 8 orang luka tembak, Sengketa tanah antara a. Bagaimana makna dan nilai tanah bagi
TNI AD (Kodiklat) dengan masyarakat di Desa masyarakat.
Setrojenar Kec. Bulus Pesantren Kab. Kebumen b. Bagaimana cara mengamankan tanah milik
dengan korban 10 orang warga sipil luka tembak TNI dari penguasaan liar.