Anda di halaman 1dari 20

PENGUASAAN TANAH NEGARA

OLEH KEMHAN/TNI
Oleh:
Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

I. Pendahuluan b. Direktorat Fasilitas dan Jasa Ditjen Kekuatan


Pertahanan Kemhan (Ditfasjas Ditjen

K
ementerian Pertahanan adalah unsur Kuathan Kemhan), dengan tugas antara
pelaksana Pemerintah yang dipimpin lain penanganan sengketa barang tidak
oleh Menteri Pertahanan yang bergerak;
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab c. Badan Sarana Pertahanan Kemhan Direktur
kepada Presiden. Kementerian Pertahanan Pusat Barang Milik Negara (Baranahan
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan Kemhan) bertugas menyiapkan dan
di bidang pertahanan dalam Pemerintahan dan melaksanakan penggunaan, pemanfaatan,
menyelenggarakan fungsi : penghapusan, pemindahtanganan,
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan pembinaan, dan pengendalian serta
kebijakan di bidang pertahanan; pengamanan dan pemeliharaan BMN di
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara lingkungan Kementerian Pertahanan dan
yang menjadi tanggungjawab Kementerian TNI.
Pertahanan; Konflik tanah banyak yang melibatkan
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di warga dan TNI, penyebabnya adalah tidak
lingkungan Kementerian Pertahanan dan; adanya bukti kepemilikan atau sertipikat tanah
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat di wilayah konflik tersebut, dari sekitar 3,6
sampai ke daerah. juta hektar tanah TNI, yang bersertipikat baru
Dalam hal penanganan masalah asset sepuluh persen. Artinya, hampir tiga juta hektar
khususnya tanah ada 3 (tiga) satuan kerja yang tanah yang dimiliki TNI belum bersertipikat.
menangani yaitu : Sisanya tanah milik TNI yang belum bersertipikat
a. Biro Hukum Setjen Kemhan, apabila asset itu, masih diinventarisir guna percepatan hak
tanah tersebut sudah masuk dalam ranah miliknya. Terutama lahan yang berpotensi konflik
pengadilan/sengketa di pengadilan; dan sengketa dengan masyarakat.

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


1
Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

Karena banyak aset TNI yang bermasalah aset instansi yang bersangkutan.
dengan bukti kepemilikan akibatnya masyarakat 3) Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1953
sering menggugat di pengadilan. Upaya tentang Penguasaan tanah-tanah negara.
sertipikasi ini harus dilakukan untuk melindungi Pasal “ 2 ”
asset milik negara itu dari gugatan masyarakat. Kecuali jika penguasaan atas tanah
Dalam undang-undang tentang peraturan negara dengan UU atau peraturan lain
dasar Pokok-pokok Agraria dinyatakan “Seluruh pada waktu berlakunya PP Ini telah
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan diserahkan kepada suatu kementerian,
alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah jawatan atau daerah swatantra, maka
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang penguasaan atas tanah negara ada pada
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa Menteri Dalam Negeri.
Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan 4) Surat Keputusan Angkatan Perang No.
Nasional”(pasal 1 ayat 2 UU No.5 Tahun 1960). 023/P/KSAP/ tanggal 25 Mei 1950 yang
Negara sebagai Organisasi kekuasaan menyatakan:
yang ada di Indonesia berwenang mengatur “Lapangan-lapangan terbang serta
kepemilikan, peruntukan, peralihan dan bangunan-bangunan yang termasuk
pendaftaran atas hak bangsa Indonesia tersebut. lapangan, dan alat-alat yang berada di
Hak negara untuk mengatur inilah disebut lapangan-lapangan tersebut menjadi
sebagai “Hak Menguasai Negara” sebagaimana milik Angkatan Udara Republik Indonesia”
diatur dalam Pasal 2 UUPA. Apabila tidak 5) Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri
ada pengaturan dari negara, peruntukan dan Republik Indonesia tanggal 9 Mei 1950
kepemilikan tanah menjadi kacau. Setiap orang No. H/20/5/7 yang menyatakan antara
cenderung ingin memiliki tanah yang lebih besar lain:
dan lebih luas. Tanpa adanya hak dari negara “Sebidang tanah diambil untuk keperluan
untuk mengatur peruntukan dan kepemilikan mendirikan bangunan negeri (kantor,
tanah, setiap orang pasti akan berlomba-lomba sekolah dsb). Bangunan tersebut telah
untuk memiliki lebih banyak tanah yang ada. didirikan, dan hingga kini masih dipakai
untuk kepentingan negeri dalam hal ini
II. Dasar Hukum pengembalian hak tak mungkin, karena
kepentingan negara.”
a. Landasan Filosofis.
UUD 45 Pasal 33 ayat (3) III. Macam-macam Perolehan Tanah Kemhan/
“Bumi dan air dan Kekayaan alam yang TNI
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar- a. Eks Peninggalan Pemerintah Belanda (KNIL
besarnya kemakmuran rakyat”. BELANDA)
b. Landasan Operasional Berdasarkan UU No. 86 Tahun 1958 tentang
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Nasionalisasi perusahaan milik Belanda.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Konversi hak barat  erfpacht, eigendom
Agraria (UUPA) verponding, nasionalisasi perusahaan milik
a) Pasal 2 Ayat (1) dan (2) Belanda.
b) Pasal 4 ayat (1) b. Eks Peninggalan Pemerintah Jepang (DAI
2) Berdasarkan Stbl.1911 No.110 tentang NIPPON)
Penguasaan benda-benda tidak Penguasaan tanah secara historis Bala
bergerak, gedung-gedung, dll. Tentara Jepang  proses ganti rugi
Jika instansi pemerintah menguasai tanah berdasarkan :
negara, dipelihara dengan anggaran 1) SE Mendagri No. H.20/5/7 tanggal 9 Mei
belanjanya maka tanah tersebut menjadi 1950 tentang Penyelesaian tanah-tanah

2 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

yang dahulu diambil oleh pemerintahan B/780-16/ 19/22/DJMFJ tanggal 6 Juli


pendudukan Jepang (Dai Nippon) 1990 perihal Gedung dan tanah bekas
2) SE Mendagri No. Agr.40/25/13 tanggal 13 Sekolah Asing/Cina.
Mei 1953 tentang Penyelesaian tentang 3) Permekeu No. 188/PMK.06/2008 tanggal
tanah-tanah yang dahulu diambil oleh 20 November 2008.
pemerintahan pendudukan Jepang . e. Tanah dan/atau bangunan okupasi.
3) SE Mendagri No. 593/111/Agr tanggal 1) UU Nomor 3 PRP. Tahun 1960 tanggal
7 Januari 1983 tentang Penyelesaian 9 Pebruari 1960 ttg Penguasaan benda-
tanah rakyat yang diambil pemerintahan benda tetap milik perseorangan WN
Jepang. Belanda jo. PP Nomor 223 Tahun 1961
c. Pembelian/pengadaan/pengalihan hak tanggal 6 September 1961 tentang
atas tanah  perorangan (hm, hgb, hp & Pedoman pelaksanaan Pasal 4 & 5 UU
garapan), perusahaan (hgu, hgb, hpl), hak Nomor 3 PRP. Tahun 1960
ulayat dll. 2) Peraturan Presidium Kabinet Dwikora No.
1) Berdasarkan Bijblad No.11372 Jo. No. 5/Prk/Tahun 1965 tanggal 22 Desember
12476 tentang Pembelian tanah oleh 1965 tentang Penegasan status rumah/
pemerintah. tanah kepunyaan badan-badan hukum
2) Berdasarkan Permendagri No.15 Tahun yang ditinggal Direksi/ Pengurusnya
1975 tentang Ketentuan-ketentuan jo. Peraturan Dirjen Agraria Nomor 3
mengenai tata cara pembebasan tanah. Tahun 1968 tanggal 9 April 1968 tentang
3) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan Pelaksanaan Peraturan Presidium
pembangunan untuk kepentingan umum Kabinet Dwikora No. 5/Prk/Tahun 1965
berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 3) Instruksi Pangab No. Inst/02/VI/1982
1993 Jo. Peraturan Kepala BPN No. 1 tangal 8 Juli 1982.
Tahun 1994, Perpres No. 36 Tahun 2005, 4) ST Kasad No. ST/766/1984 tanggal 23
Perpres No.65 TAHUN 2006, Peraturan Juni 1984.
KBPN RI No. 3 Th 2007. 5) Pinjam pakai dan penyewaan.
4) Berdasarkan pelepasan hak secara
cuma-cuma oleh pemiliknya HIBAH. IV. Data-data tanah Kemhan/TNI
5) Tukar-Menukar dan Pemanfaatan
berdasarkan : a. Tanah yang digunakan dan dikuasai Dephan
a) KMK No. 470/KMK.01/1994 tanggal dan TNI sebanyak 12.814 bidang seluas
20 September 1994 tentang Tata cara 3.200.898.298,00 m² terdiri atas :
penghapusan dan pemanfaatan BM/ 1) Dephan sebanyak 86 bidang seluas
KN 1.043.327,00 m²
b) KMK No. 350/KMK.03/1994 tanggal 2) Mabes TNI sebanyak 156 bidang seluas
20 September 1994 tentang Tata cara 6.201.729,00 m²
penghapusan dan pemanfaatan BM/ 3) TNI AD sebanyak 9.123 bidang seluas
KN 1.308.401.735,00 m²
c) Permenkeu No. 96/PMK.06/2007 4) TNI AL sebanyak 959 bidang seluas
tanggal 4 September 2007 tentang 181.095.386 m²
Tata cara penggunaan, pemanfaatan, 5) TNI AU sebanyak 700 bidang seluas
penghapusan & pemindah-tanganan 1.704.156.121 m²
BMN. b. Tanah Dephan dan TNI yang bersertifikat
d. Tanah dan Bangunan Eks Asing/Cina. sebanyak 2.946 bidang seluas
1) Surat Menkeu No. S-394/ MK.03/1989 371.075.405,50 m2 terdiri atas :
tanggal 12 April 1989. 1) Dephan sebanyak 31 bidang seluas
2) Surat Dirjen Matfasjasa Dephankam No. 404.956 m²

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


3
Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

2) Mabes TNI sebanyak 62 bidang seluas dengan sengketa/konflik tanah, yakni


4.781.877 m² sengketa/konflik yang membenturkan antara
3) TNI AD sebanyak 1.573 bidang seluas TNI dengan rakyat. Sengketa konflik ini cukup
87.323.896 m rumit dan kompleks, saling klaim antara
4) TNI AL sebanyak 793 bidang seluas kedua belah pihak dengan bersikeras dalam
45.273.846,50 m² menunjukkan data dan bukti kepemilikan.
5) TNI AU sebanyak 487 bidang seluas Ada beberapa hal yang perlu kita cermati
233.290.830 m² bersama terkait sengketa/konflik tersebut
c. Tanah Dephan dan TNI yang belum antara lain :
bersertifikat sebanyak 9.954 bidang seluas 1. R i w a y a t s t a t u s t a n a h y a n g
2.829.822.892,50 m2 terdiri atas : disengketakan, yang sering menunjuk
1) Dephan sebanyak 55 bidang seluas zaman kolonialisme. Riwayat status
638.371 m² kepemilikan ini menjadi penting untuk
2) Mabes TNI sebanyak 94 bidang seluas ditelusuri, karena fakta menunjukkan
1.419.852 m² bahwa konflik tanah di Indonesia pada
3) TNI AD sebanyak 9.198 bidang seluas umumnya bernuansa politik dan beragam
1.221.077.839 m² dimensi dalam kurun waktu berbeda.
4) TNI AL sebanyak 406 bidang seluas Hal ini ditandai dengan seringnya kita
135.821.539,50 m² mendengar argumentasi klasik yang klise
5) TNI AU sebanyak 201 bidang seluas yakni TNI menuduh rakyat menjarah
1.470.865.291 m² dan menduduki tanah yang dikuasai
d. Tanah Dephan dan TNI bermasalah sebanyak sejak zaman kemerdekaan. Sementara
389 bidang seluas 258.379.752 m2 terdiri rakyat menuduh balik TNI merampas
atas : lahan garapannya. Argumentasi usang ini
1) Dephan sebanyak 1 bidang seluas membawa pada dua kesulitan. Di satu sisi
11.860 m² investigasi masa lalu menemui kendala
2) Mabes TNI sebanyak 7 bidang seluas pada persoalan pembuktian, seperti
617.887 m² saksi hidup dan bukti-bukti kepemilikan.
3) TNI AD sebanyak 311 bidang seluas Apalagi, seiring dengan perjalanan waktu
123.772.306 m² sering dijumpai sertipikat ganda yang
4) TNI AL sebanyak 31 bidang seluas mengaburkan status kepemilikan.
55.276.331 m² Berkenaan riwayat status tanah yang
5) TNI AU sebanyak 39 bidang seluas disengketakan tersebut, penguasaan dan
78.701.368 m² kepemilikan tanah oleh TNI antara lain
berdasarkan pada :
V. Permasalahan a) Surat Keputusan Angkatan Perang
No. 023/P/KSAP/ tanggal 25 Mei
a. Mengapa banyak masyarakat atau pihak- 1950 yang menyatakan:
pihak lain tersebut menggugat penguasaan “Lapangan-lapangan terbang
tanah negara oleh TNI? serta bangunan-bangunan yang
b. Bagaimana cara mengatasi dalam upaya termasuk lapangan, dan alat-alat
meredam atau mengurangi gugatan yang berada di lapangan-lapangan
tersebut? tersebut menjadi milik Angkatan
Udara Republik Indonesia”
VI. Pembahasan b) Surat Edaran Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia tanggal
a. Banyaknya gugatan dari warga masyarakat 9 Mei 1950 No. H/20/5/7 yang
atau pihak-pihak lain tersebut sering dikenal menyatakan antara lain:

4 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

“Sebidang tanah diambil untuk 4. Konflik tanah yang terjadi akhir-akhir ini
keperluan mendirikan bangunan sejak reformasi bergulir, banyak yang
negeri (kantor, sekolah dsb). melibatkan antara warga masyarakat
Bangunan tersebut telah didirikan, dan TNI. Penyebabnya antara lain adalah
dan hingga kini masih dipakai tidak adanya bukti kepemilikan atau
untuk kepentingan negeri dalam sertipikat tanah di wilayah konflik tanah
hal ini pengembalian hak tak tersebut. Dari sekitar 3,6 juta Ha tanah
mungkin, karena kepentingan TNI, yang bersertipikat baru 10%. Artinya
negara.” hampir 3 juta Ha tanah yang di kuasai
c) Diperoleh dari penyerahan tentara TNI belum bersertipikat. Sisanya tanah
Belanda (KNIL) tanggal 25 Juli 1950. yang belum bersertipikat tersebut masih
2. Banyak kasus terkesan diambangkan perlu diinventarisir guna percepatan
dan dibiarkan mereda dengan sendirinya, penerbitan sertipikat, terutama lahan
kasus tersebut sulit diungkap dengan yang berpotensi konflik tanah dengan
alasan waktu, sumber daya, dan masyarakat. Selanjutnya TNI akan
anggaran. Kendati persoalan sengketa segera melakukan sertipikasi lahan untuk
tanah antara TNI dan rakyat diakui menertibkan lahan-lahan yang dikuasai
sebagai potensi konflik rawan dan dapat pihak lain, namun TNI tidak memiliki
melecut kekerasan berulang, pemerintah anggaran untuk melakukan kegiatan
baik di pusat maupun di daerah belum sertipikasi tersebut.
memberikan tanggapan memadai. 5. Sebagian besar permasalahan yang
Padahal, Badan Pertanahan Nasional timbul adalah tanah-tanah yang dikuasai
dan Kementerian Keuangan dianggap dengan cara okupasi. Penguasaan
kompeten menyelesaikan persoalan rumit tanah oleh TNI hasil okupasi yang
ini. Begitu juga anggota Dewan sebagai jumlahnya cukup banyak antara lain
pengawas, baik di sisi operasionalisasi berasal dari eks Militer Hindia Belanda
kebijakan maupun penganggarannya. (KNIL) atau pendudukan tentara Jepang
Koordinasi buruk antara pusat dan berupa lahan-lahan yang diperuntukkan
daerah dianggap sebagai salah satu untuk pertahanan/militer. Penguasaan
kendala. Penetapan status penguasaan tanah hasil okupasi juga berasal
berikut peruntukannya bagi instansi ketika terjadinya peristiwa G 30 S/PKI
pemerintah sangat penting, guna untuk dimana pemilik tanah/bangunan yang
mengetahui peruntukan sesuai dengan merupakan anggota PKI melarikan diri,
tugas pokok dan fungsi. Banyak kasus sehingga tanah dan bangunan yang telah
di lapangan, penguasaan serta tugas ditinggalkan pemiliknya dikuasai TNI
pokok dan fungsi berbeda dengan sampai dengan sekarang.
peruntukannya. Antara lain terdapat b. Dalam upaya meredam atau mengurangi
beberapa asset TNI yang dipakai untuk gugatan yang dilakukan masyarakat tersebut,
outlet-outlet. ada beberapa hal yang perlu dilakukan
3. Hal lain, peristiwa konflik tanah yang antara lain :
melibatkan TNI kerap ditengarai sebagai 1. Inventarisasi
bagian dari bisnis TNI. Dalam kasus Kegiatan inventarisasi bertujuan
Kebumen ini, misalnya, di tanah yang untuk mengetahui data dan fakta yang
dikuasai TNI ternyata akan didirikan terjadi di lapangan dengan maksud agar
kawasan pertambangan besi yang dapat diketahui kelemahan dan potensi
dikhawatirkan akan mengeruk, masalah khususnya yang akan memicu
mengeksploitasi, dan merusak gejolak dimasyarakat dan menimbulkan
lingkungan. sengketa/ konflik.

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


5
Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

Kemhan selaku pengguna BMN melalui yang menimbulkan konflik dimasyarakat.


Badan Sarana Pertahanan Kemhan Kementerian Pertahanan telah
(Baranahan Kemhan) sesuai tugas dan menandatangani Kesepakatan Bersama
fungsinya perlu mengumpulkan data dan dengan Badan Pertanahan Nasional
menginventarisasi permasalahan tersebut yaitu :
dengan membangun peta permasalahan a) Kesepakatan Bersama (Memorandum
di setiap Mabes Angkatan dan Angkatan Of Understanding/MoU) antara
(untuk skala maksimal disamping sistem Departemen Pertahanan RI dengan
informasi yang dibangun sesuai data Badan Pertanahan Nasional RI Nomor:
base yang tersedia). MoU/02/XII/2008 dan Nomor : 9-SKB-
Hasil kegiatan inventarisasi BPN RI-2008 tanggal 30 Desember
tersebut perlu dikoordinasikan dan 2008 Tentang Pensertipikatan,
dikonsultasikan dengan pihak-pihak BPN Penanganan sengketa dan konflik
Pusat/ Daerah, dan Menteri Keuangan tanah asset Departemen Pertahanan
dalam pengelolaan BMN bila aset TNI RI / TNI .
tersebut telah tercatat sebagai BMN guna b) Perjanj ian Kerja Sama (P K S )
penanganan/ penyelesaian terhadap antara Kementerian Pertahanan RI
aset TNI yang berpotensi menimbulkan Kepala Badan Sarana Pertahanan
konflik tersebut. dengan Badan Pertanahan Nasional
2. Forum Komunikasi R I D e p u t i B i d a n g H a k Ta n a h
Forum Komunikasi perlu dilakukan dan Pendaftaran Tanah Nomor:
antar instansi terkait yakni antar Mabes PKS/031/I/2011/Baranahan dan
Angkatan, Angkatan, Kemhan, BPN Nomor : 1 SKB.300/I/2011 tanggal 6
Pusat/Daerah dengan Menteri Keuangan Januari 2011 tentang Pensertipikatan
dalam suatu termpat yang terpusat, yakni tanah asset Kementerian Pertahanan
apakah di Biro Hukum Setjen Kemhan, RI / TNI.
di Baranahan Kemhan atau di Ditfasjas c) Perjanjian Kerja Sama antara
Ditjen Kuathan Kemhan. Banyak agenda Kementerian Pertahanan RI Direktur
kegiatan dalam forum tersebut, antara Jenderal Kekuatan Pertahanan
lain dapat membahas dan membuat dengan Deputi Bidang Pengkajian dan
program bersama dalam penanganan/ Penanganan Sengketa dan Konflik
penyelesaian aset TNI yang berpotensi Pertanahan Badan Pertanahan
konflik berdasarkan skala prioritas. Dalam Nasional RI Nomor: PKS/01/I/2011
forum tersebut diharapkan akan terjadi dan Nomor: 2/SKB-600/I/2011 tanggal
intraksi untuk melakukan koordinasi, 6 Januari 2011 tentang Penanganan
konsultasi, sinkronisasi, fasilitasi dan dan Penyelesaian Sengketa dan
pendanaan program kegiatan. Konflik tanah asset Kementerian
Dengan demikian apabila forum Pertahanan RI / TNI.
komunikasi tersebut telah terbentuk,
diharapkan dapat memetakan setiap Penyelesaian melalui jalur hukum
permasalahan aset TNI secara penyelesaian sengketa tanah, melalui tahapan
konprehensif, sehingga penanganan/ sebagai berikut :
penyelesaian diharapkan dapat a) Tahap Persiapan, dimulai pada waktu
meredam atau mengurangi gugatan menerima laporan pengaduan, klaim, dan
masyarakat atau pihak lain. Selain itu gugatan sengketa tanah, dengan cara :
dapat memudahkan bagi satuan dalam (1) Melakukan penelitian terhadap subyek
memberikan jawaban apabila pimpinan dan obyek sengketa, diharapkan dari
menanyakan permasalahan aset TNI penelitian ini diperoleh data (fisik, yuridis,

6 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Penguasaan Tanah Negara Oleh Kemhan/TNI
Oleh: Brigjen TNI Nurhajizah, S.H., M.H.

administratif yang akurat) tanah tersebut dapat diselesaikan melalui


(2) Mencegah meluasnya dampak sengketa pengadilan atau diluar pengadilan.
tanah. c) Tahap Berperkara di Pengadilan yaitu :
(3) Melakukan koordinasi dengan instansi (1) Pembuatan Surat Kuasa
terkait. (2) Jawaban
(4) Berusaha melakukan musyawarah (3) Replik/Duplik
antara para pihak yang bersengketa. (4) Pembuktian
(5) Jika tidak terjadi kesepakatan dalam (5) Kesimpulan; dan
musyawarah dapat menempuh jalur (6) Putusan.
hukum. Bahwa penyelesaian melalui jalur hukum
b) Tahap Penanganan dan penyelesaian adalah upaya terakhir setelah upaya melalui
sengketa : komunikasi dan perdamaian (mediasi) tidak
(1) Identifikasi jenis masalah/sengketa. dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Proses identifikasi ini sangat penting Upaya penyelesaian melalui jalur hukum
dan menentukan oleh karena itu hasil untuk mendapatkan putusan pengadilan
identifikasi ini kita akan mengenali yang berkekuatan hukum tetap. Biro Hukum
masalahnya, sekaligus mengetahui Setjen Kemhan antara lain mempunyai tugas
apakah pengaduan/sengketa ini penanganan pemberian bantuan hukum
merupakan kompetensi kita atau bukan. yang terkait dengan sengketa di pengadilan.
(2) Pengumpulan data yuridis, fisik dan Penanganan yang ditangani oleh Biro Hukum
administratif. Setjen Kemhan yang terkait dengan asset
Data yang dihimpun dan dikumpulkan Kementerian Pertahanan/TNI yang saat ini
adalah dari data yuridis (bukti-bukti yang sedang berjalan sampai tahun 2011 + ada 39
menunjukan adanya hubungan hukum (tiga puluh sembilan) perkara.
antara pelapor dengan obyek tanah), Untuk biaya bantuan hukum, sesuai
data fisik (yang menyangkut letak dan dengan Standar Biaya Khusus (SBK) dari
batas-batas tanah) dan data administratif Kementerian Keuangan berdasarkan perkara
(dasar apa penguasaan dan kepemilikan yang diajukan oleh Kemhan/ TNI dan Angkatan.
itu terjadi).
(3) Pengolahan data yuridis, fisik dan VII.Penutup.
administratif.
Data-data yang dikumpulkan penting Demikian makalah singkat yang dapat
untuk diolah, oleh karena didalam kami sampaikan semoga bermanfaat dalam
kegiatan ini cukup menentukan lengkap upaya penanganan/penyelesaian asset TNI yang
atau kurangnya data yang relevan untuk berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat.
dikumpulkan.
(4) Analisis Masalah.
Adalah suatu hal yang paling
penting dari seluruh proses kegiatan.
Analisa yang benar akan menentukan
bobot suatu pengambilan keputusan
yang berkwalitas, sebaliknya analisa
yang salah hanya akan menimbulkan
keputusan yang menyesatkan, bahkan
akan menimbulkan sengketa dan
masalah baru.
(5) Saran Pendapat Hukum
Usulan penyelesaian bahwa sengketa

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


7
ASPEK HUKUM PENGELOLAAN
TANAH ASET TNI
Oleh :
Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

1. Umum kepada rakyat miskin, merupakan strategi politik


pertanahan saat ini, sekaligus menunjukkan

T
anah selain memberikan banyak manfaat dimensi politik atas tanah.
namun juga melahirkan masalah lintas Tanah juga mempunyai aspek pertahanan
sektoral yang mempunyai aspek ekonomi, dan keamanan. Pembangunan pangkalan-
aspek sosial budaya, aspek politik, aspek pangkalan militer serta daerah-daerah latihannya
pertahanan dan keamanan, dan bahkan aspek memerlukan tanah baik didaerah perkotaan
hukum. maupun di daerah pedesaan. Sengketa pemilikan
Aspek ekonomi dari tanah menunjukkan dan penguasaan antara TNI dan masyarakat
bahwa tanah sebagai aset ekonomi memiliki nilai secara faktual ternyata tidak sedikit jumlahnya,
yang tinggi, karena luas tanah tetap sedangkan dengan latar belakang masalah bahwa secara
jumlah manusia yang membutuhkannya semakin historis masing-masing pihak merasa berhak
bertambah. Tidak hanya orang perorangan, atas tanah yang dipersengketakan.
bahkan badan hukum, Instansi Pemerintah, Aspek hukum pertanahan, terlihat bahwa
termasuk TNI juga memerlukan tanah. Hukum Agraria juga memberikan andil atas
Aspek Sosial Budaya dari tanah harus lahirnya masalah-masalah pertanahan. Dari
dilihat dari sudut pandang bahwa sumber hukum sudut formal, tumpang tindih beberapa peraturan
Agraria Indonesia adalah Hukum Adat. Sengketa perundangan telah melahirkan perebutan
perdata adat mengenai tanah seringkali tidak kewenangan oleh penguasa, sedangkan dari
mudah diselesaikan, apalagi jika tidak dipahami sudut material atau substansial, tumpang tindih
benar tradisi pada masyarakat setempat. peraturan perundangan itu telah melahirkan
Penggunaan tanah juga mempunyai perbedaan persepsi oleh beberapa kalangan,
aspek politik. Program pembaharuan Agraria yang kesemuanya membawa dampak kepada
Nasional yang dicanangkan Pemerintah dengan implementasi peraturan perundangan di
rencana membagi sekitar 25 juta hektar tanah lapangan.

8 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

Masalah pertanahan memang tidak dalam kondisi siap pakai.


mungkin ditiadakan, namun diharapkan dapat Berdasar konsepsi Peraturan Pemerintah
dikurangi bahkan dicegah, termasuk dalam Nomor 24 Tahun 2005 tentang Stantdar Akuntansi
hal ini mengenai masalah yang timbul dari Pemerintahan, Tanah Aset Departemen
penguasaan tanah oleh TNI, baik tanah-tanah Pertahanan/TNI adalah tanah-tanah dalam
yang benar-benar telah menjadi aset ataupun penguasaan TNI, dengan syarat-syarat:
tanah-tanah yang sesungguhnya belum menjadi a. Diperoleh dengan maksud untuk dipakai
aset TNI tetapi diklaim sebagai aset tanah TNI. dalam kegiatan operasional TNI dan dalam
Tersedianya perangkat lunak pengaturan kondisi siap pakai. Dalam hal ini misalnya,
dan kebijakan yang jelas dan tegas, seperti setelah tanah dimatangkan sampai tanah
batasan-batasan pengertian aset TNI, dasar tersebut siap dipakai.
hukum penguasaannya, hak-hak yang dapat b. Adanya bukti penguasaan secara hukum,
dipunyainya, tata cara pengelolaannya dan misalnya Sertifikat Hak Pakai atau Hak
sebagainya, kiranya akan dapat memberikan Pengelolaan atas nama TNI atau adanya
ketertiban dan kepastian hukum penguasaan Aset bukti pembayaran dan penguasaan Sertifikat
TNI, bahkan untuk memberikan perlindungan Tanah atas nama pemilik sebelumnya.
hukum bagi pihak lainnya yang pada akhirnya c. Dapat diukur dengan satauan uang.
dapat meminimalisir atau mencegah timbulnya
masalah-masalah pertanahan. 3. Asal-Usul Perolehan Tanah TNI

2. Istilah Tanah Aset TNI Sedangkan mengenai status tanahnya


dapat berasal dari:
Istilah Tanah Aset TNI harus dibedakan a. Tanah Negara:
dengan Tanah Negara, karena masih ada 1) Jika Instansi Pemerintah berdasarkan
persepsi yang merancukan keduanya. Staatblad Tahun 1911 Nomor 110 tentang
Istilah Aset dijumpai dalam Peraturan “Penguasaan Benda-Benda Tidak
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun Bergerak, Gedung dan lain-lain Bangunan
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Milik Negara” kemudian diatur kembali
Pada Lampiran II dari Peraturan Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
tersebut menyatakan bahwa: “Aset adalah 8 Tahun 1953 tentang “Penguasaan
sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau Tanah-Tanah Negara”, menguasai tanah
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari dimaksud sejak zaman Pemerintahan
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat Hindia Belanda sampai saat mulai
ekonomi dan/atau sosial di masa depan berlakunya Peraturan Pemerintah
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah Nomor 8 Tahun 1953, maka tanah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam tersebut berstatus “dalam penguasaan”
satuan uang”. (In beheer) Instansi Pemerintah yang
Selanjutnya menurut Lampiran II dari bersangkutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 2) Apabila setelah berlakunya Peraturan
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 Tanah
tersebut, “Tanah merupakan Aset Tetap”, Negara dikuasai oleh Instansi Pemerintah
disamping peralatan dan mesin, gedung dan berdasarkan Surat Keputusan Pemberian
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap Hak yang diterbitkan oleh Peraturan
lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Menteri Dalam Negeri (Sekarang
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset Kepala Badan Pertanahan Nasional),
tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud dalam hal ini Peraturan Menteri Dalam
untuk dipakai dalam kegiatan operasional Negeri/ Kepala Badan Pertanahan
pemerintah (termasuk didalamnya TNI) dan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


9
Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

Pemberian Hak atas Tanah Negara dan tidak dapat diterima lagi. Hal ini sejalan
Hak Pengelolaan Serta Pembatalan Hak dengan ketentuan I.C.W, hapusnya tuntutan
Atas Tanah. keuangan negara setelah jangka waktu 5
Berdasarkan rumusan Staatblad tahun.
1911 Nomor 10 angka III di atas, d. Tanah-tanah yang diperoleh dengan cara:
ternyata terdapat syarat bahwa Instansi (1) Pembelian Tanah untuk Pemerintah
Pemerintah (dalam hal ini dapat melalui Bijblad 11372 jo. 12746;
dimasukkan Departemen Pertahanan/ (2) Pembebasan tanah menurut Peraturan
TNI) baru dapat diakui menguasai benda Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
tetap, termasuk tanah, apabila dalam 1975;
anggaran pendapatan dan belanja (3) Pengadaan Tanah menurut Peraturan
Departemen disediakan anggaran untuk Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun
perawatan untuk benda-benda tetap 1985;
tersebut, dan termasuk tanah didalamnya. (4) Pengadaan tanah menurut Keputusan
Artinya Departemen (TNI) tersebut nyata- Presiden No.55 Tahun 1993 jo. Peraturan
nyata melakukan perawatan atas tanah- Menteri Dalam Negara Agraria/Kepala
tanah dimaksud, yang untuk perawatan Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun
itu tersedia dana dalam anggaran suatu 1994;
Departemen. Jika tidak ada anggaran (5) Pencabutan hak berdasarkan Undang-
pendapatan dan belanja Departemen Undang Nomor 20 Tahun 1961;
maka penguasaan tersebut tidak dapat (6) Pelepasan hak secara Cuma-Cuma oeh
diakui keberadaannya. pemiliknya kepada Pemerintah .
b. Tanah-tanah Penguasaan Tentara Belanda Tidak termasuk dalam pengertian Tanah
(KNIL), Perusahaan Milik Belanda yang Aset TNI yaitu tanah kepunyaan pihak
berdasarkan Undang-undang Nomor 86 lain yang dikuasai atau digunakan atau
tahun 1958 tentang Nasionalisasi, tanah- dimanfaatkan oleh TNI atau sering disebut
tanah tersebut penguasaannya diserahkan dengan “Tanah Dalam Penguasaan” atau
kepada salah satu diantara Instansi Tanah Okupasi.
Pemerintah. Dalam hal ini tanah bekas S e t e l a h b e r l a k u n y a U U PA , u n t u k
KNIL dengan memperhatikan penggunaan menyelenggarakan penertiban di dalam rangka
tanahnya, penguasaannya diserahkan melaksanakan konversi menurut ketentuan
kepada Departemen Pertahanan/ TNI UUPA , maka tanah-tanah Negara yang dikuasai
c. Penguasaan Historis Bala Tentara Jepang. dengan hak penguasaan sebagai dimaksud
Dalam kenyataan banyak tanah-tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953
TNI yang secara historis diterima dari telah ditegaskan statusnya sebagaimana diatur
penguasaan Bala Tentara Jepang, seperti berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9
lapangan-lapangan terbang, asrama-asrama Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak
dan lain-lain. Mengenai hal ini sudah ada Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-
kebijakan yang tertuang dalam Surat Edaran Ketentuan Tentang Pelaksanaan Selanjutnya.
Departeman Dalam Negeri No. H.20/5/7 Dalam Peraturan Menteri Agraria tersebut
tanggal 9 Mei 1950 dan No 40/25/13 tanggal antara lain dinyatakan bahwa Penguasaan
13 Mei 1953 dan kemudian ditegaskan Atas Tanah Negara sebagai dimaksud dalam
kembali dalam Surat Edaran Direktur Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953
Jenderal Agraria No 593/111/Agr tanggal yang telah diberikan kepada Departemen-
7 Januari 1983 yaitu kepada masyarakat Departemen, Direktorat-direktorat dan Daerah
telah diberikan batas waktu 5 tahun untuk Swatantra, sepanjang tanah-tanah Negara
menyelesaikan tuntutan atau klaim. Sesudah tersebut dipergunakan untuk kepentingan
jangka waktu tersebut, tuntutan atau klaim instansi-instansi itu sendiri dikonversi menjadi

10 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

Hak Pakai. Namun apabila penguasaan tanah bukti kepemilikan atau sertifikat tanah di
tersebut selain dipergunakan untuk kepentingan wilayah konflik tersebut. Wakil Menhan Letjen
instansi-instansi itu sendiri, dimaksudkan juga Sjafrie Sjamsuddin usai rapat kerja dengan
untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak Komisi I DPR, Senin tanggal 22 Februari 2010
kepada pihak ketiga, maka penguasaan atas mengatakan, dari sekitar 3,6 juta hektar tanah
Tanah Negara tersebut di atas dikonversi TNI, yang bersertifikat baru sepuluh persen.
menjadi Hak Pengelolaan. Artinya, hampir tiga juta hektar tanah yang
Seiring dengan lahirnya Undang-undang dimiliki TNI belum bersertifikat. Sisanya tanah
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan milik TNI yang belum bersertifikat itu, masih
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 diinventarisir guna percepatan hak miliknya.
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Terutama lahan yang berpotensi konflik dan
Negara dan peraturan-peraturan yang berkaitan sengketa dengan masyarakat. Panglima TNI
dengan itu, istilah Aset TNI pun lahir yang seakan Djoko Santoso mengatakan,TNI akan segera
identik dengan istilah Milik TNI, hal ini terlihat dari melakukan sertifikasi lahan untuk menertibkan
adanya perbuatan hukum TNI atas tanah berupa aset-aset yang banyak dikuasai pihak lain.
jual-beli, sewa menyewa dan lainnya yang telah Namun TNI tidak memiliki anggaran untuk
menjadi subyek hukum privat atas tanah. melakukan kegiatan sertifikasi itu.
Karena banyak aset TNI yang bermasalah
4. Permasalahan Pertanahan dengan bukti kepemilikan, akibatnya masyarakat
sering menggugat di pengadilan. Upaya
Dari sudut pandang tipologi permasalahan sertifikasi ini harus dilakukan untuk melindungi
pertanahan, Deputi Bidang Pengkajian dan aset milik negara itu dari gugatan. Kementerian
Penanganan Sengketa Konflik Pertanahan Pertahanan melalui Badan Sarana Pertahanan
BPN mencatat minimal 8 tipologi masalah mensosialisasikan Kesepakatan Bersama dan
pertanahan, yaitu: Perjanjian Kerjasama antara Kemhan dengan
a. Sengketa Penguasaan dan Pemilikan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) tentang
sebanyak 1.902 kasus (67,8 %) Pensertifikatan Tanah, Penanganan serta
b. Sengketa prosedur Penetapan Hak dan Penyelesaian Sengketa dan Konflik Tanah Aset
Pendaftaran tanah, sebanyak 343 kasus Kemhan/TNI.
(12,19 %) Kesepakatan bersama antara Kementerian
c. Sengketa batas/letak bidang tanah, sebanyak Pertahanan dengan Badan Pertanahan Nasional
90 kasus (3,23 %) tersebut tertuang dalam MoU Nomor: MoU/02/
d. Sengketa ganti rugi tanah ex partikelir, XII/2008 dan Nomor: 9-SKB-BPN RI-2008
sebanyak 85 kasus (3,04%) yang ditandatangani Menhan dan Kepala BPN
e. Sengketa tanah ulayat sebanyak 92 kasus pada tanggal 30 Desember 2008. Sedangkan
(3,33%) Perjanjian Kerjasama antara Kementerian
f. Sengketa obyek Landreform sebanyak 78 Pertahanan dan Badan Pertanahan Nasional
kasus (2,85%) tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Nomor:
g. Sengketa pengadaan tanah sebanyak 77 PKS/031/I/2011/BARANAHAN dan Nomor:
kasus (2,76 %) 1/SKB.300/I/2011 yang ditandatangani oleh
h. Sengketa pelaksanaan putusan pengadilan Kepala Badan Ranahan Kemhan dengan Deputi
sebanyak 134 kasus (4, 76%). Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN
Terhadap tanah aset TNI, konflik tanah tanggal 6 Januari 2011.
yang terjadi akhir-akhir ini, terutama dalam 12 Perjanjian Kerjasama antara Kementerian
tahun terakhir sejak reformasi bergulir, banyak Pertahanan dan Badan Pertanahan Nasional
yang melibatkan warga dan TNI. Menurut juga tertuang dalam Perjanjian Kerjasama
Wakil Menhan Letjen Sjafrie Sjamsuddin Nomor: PKS/01/I/2011 dan Nomor: 2/SKB-
bahwa penyebabnya adalah tidak adanya 600/I/2011 yang ditandatangani oleh Dirjen

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


11
Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

Kekuatan Pertahanan Kemhan dengan Deputi dalam kelompok atau huruf c, yaitu sebagai
Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jangka
dan Konflik Pertanahan BPN tanggal 6 Januari waktu hak pakai atas Departemen atau lembaga
2011. Pemerintah Non Departemen atau Pemerintah
Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 45
5. Hak Milik Menurut UUPA. ayat (1) adalah untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan
Menurut Pasal 21 ayat (1) UUPA, hanya tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
warga-negara Indonesia dapat mempunyai dipenuhinya keperluan tanah untuk keperluan
hak milik. Ayat (2) menegaskan bahwa oleh tertentu secara berkelanjutan, misalnya untuk
Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum keperluan kantor lembaga pemerintah, untuk
yang dapat mempunyai hak milik dan syarat- kantor perwakilan negara asing dan lain-lain.
syaratnya. Hak Pakai yang diberikan untuk waktu yang
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan
1963 mengatur tentang badan-badan hukum untuk keperluan tertentu tidak dapat dialihkan
yang boleh mempunyai hak milik atas tanah, kepada pihak lain, akan tetapi dapat dilepaskan
yaitu: bank-bank Negara, badan-badan oleh pemegang haknya sehingga menjadi tanah
keagamaan, dan badan-badan sosial. Di sini Negara untuk kemudian dimohon dengan hak
jelaslah bahwa TNI sebagai lembaga atau baru oleh pihak lain tersebut.
institusi tidak boleh mempunyai hak milik atas Dengan memperhatikan ketentuan di
tanah. Namun sebagai Warga Negara Indonesia, atas, maka TNI sebagai lembaga atau institusi,
anggta TNI boleh mempunyai hak milik atas hanya dapat diberikan hak pakai apabila tanah
tanah. itu digunakan untuk kepentingan TNI dan jangka
Sebagai lembaga atau institusi, TNI hanya waktunya adalah tidak terbatas, artinya selama
boleh mempunyai hak pakai atas tanah sebagai tanah masih dipergunakan untuk keperluan yang
mana diatur dalam Pasal 41 - 43 UUPA, jo telah ditentukan. Misalnya untuk kantor, asrama,
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996, sekolah, rumah dinas komandan, lapangan
khususnya Pasal 39 - 58. udara, lapangan tembak, dan sebagainya.
Mengenai yang dapat mempunyai hak Jadi TNI sebagai lembaga atau institusi
pakai diatur dalam Pasal 43 UUPA jo Pasal 39 tidak boleh mempunyai tanah dengan hak
PP Nomor 40 Tahun 1966, yaitu: milik, dan ini bertentangan dengan undang-
a. Warga Negara Indonesia; undang. Namun dalam prakteknya, ada tanah
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum yang diklaim sebagai milik TNI, misalnya di
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; Kota Padang, di Jalan Ahmad Yani, dibuatkan
c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non plang dengan kata-kata, “Tanah ini milik TNI”.
Departemen, dan Pemerintah Daerah; Demikian pula tanah di daerah Tunggul Hitam
d. Badan-badan keagamaan dan sosial; Padang, dimana menurut keterangan warga
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia; yang menyewa, tanah-tanah yang dikuasai oleh
f. Badan hukum asing yang mempunyai TNI tersebut disewakan kepada masyarakat oleh
perwakilan di Indonesia; Koperasi TNI Angkatan Udara.
g. Perwakilan negara asing dan perwakilan
badan Internasional. 7. Pengelolaan Tanah Aset TNI

6. Hanya Hak Pakai Untuk TNI Sebagai Seiring dengan lahirnya Undang-undang
Lembaga atau Institusi Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Apabila diperhatikan ketentuan di atas, Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
maka TNI sebagai lembaga atau institusi masuk Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor

12 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Pengguna) setelah mendapat persetujuan


Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dari Kasad (Pengguna).
serta Peraturan-peraturan yang berkaitan Penyewaan Tanah Aset TNI paling lama
dengan itu, terhadap Barang Milik Negara 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang (Pasal
(Tanah Aset Departemen Pertahanan/ TNI) 22 ayat 2 PP No 6 Th 2006). Persewaan
dimungkinkan adanya perbuatan hukum TNI dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian
atas tanah berupa Pengelolaan yang meliputi: sewa-menyewa yang sekurang-kurangnya
(a) perencanaan kebutuhan dan penganggaran; memuat:
(b) pengadaan; (1) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
(c) penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; (2) jenis, luas tanah, besaran sewa dan
(d) penggunaan; jangka waktu;
(e) penatausahaan; (3) t a n g g u n g j a w a b p e n y e w a a t a s
(f) pemanfaatan; biaya operasional dan pemeliharaan
(g) pengamanan dan pemeliharaan; selama jangka waktu penyewaan dan
(h) penilaian; persyaratan lain yang dianggap perlu.
(i) penghapusan; Hasil penerimaan sewa disetor ke Kas
(j) pemindahtanganan; Negara.
(k) pembinaan, pengawasan dan pengendalian; b. Pinjam pakai
(l) pembiayaan dan Pinjam pakai adalah penyerahan
(m)tuntutan ganti rugi. penggunaan Tanah Aset TNI antara Instansi
Dalam artikel ini hal-hal yang bersifat TNI dengan Instansi Pemerintah atau antara
teknis tidak diulas, namun hanya diulas kegiatan Instansi TNI dengan Instansi TNI dalam jangka
pengelolaan Aset Kementerian Pertahanan/ Aset waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan
TNI yang relevansi dengan aspek hukum, yaitu setelah jangka waktu tersebut berakhir
pemanfaatan. diserahkan kembali kepada pengelola.
Mengenai pemanfaatan Tanah Aset TNI Tanah Aset TNI yang dipinjampakaikan tidak
diatur dalam BAB VI pasal 19 sampai dengan mengubah status kepemilikan Tanah Aset
31 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006. TNI. Jangka waktu pinjam pakai Tanah Aset
Pemanfaatan adalah pendayagunaan tanah TNI paling lama 2 (dua) tahun dan dapat
Aset TNI yang tidak digunakan sesuai dengan diperpanjang. Pelaksanaan pinjam pakai
tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat dilakukan berdasarkan surat perjanjian
Daerah (Kotama) dalam bentuk sewa, pinjam sekurang-kurang memuat:
pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna (1) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
serah dan bangun serah guna dengan tidak (2) jenis, luas dan jumlah barang yang
mengubah status kepemilikan. dipinjamkanpakaikan;
Pemanfaatan tanah milik TNI dilaksanakan (3) jangka waktu peminjaman;
oleh Pengguna (dalam hal ini Panglima TNI/ (4) tanggung jawab peminjam atas biaya
Kasad) setelah mendapat persetujuan pengelola operasional dan pemeliharaan selama
(dalam hal ini Menteri Pertahanan). Pemanfaatan jangka waktu peminjaman dan
aset tanah TNI disamping digunakan sendiri juga (5) persyaratan lain yang dianggap perlu.
untuk diserahkan pemanfaatannya kepada fihak c. Kerjasama Pemanfaatan
lain, dapat berupa: Kerjasama pemanfaatan Tanah Aset
a. Sewa. TNI adalah pendayagunaan Tanah Aset TNI
Sewa adalah pemanfaatan tanah aset oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
TNI oleh pihak lain dalam jangka waktu dalam rangka peningkatan penerimaan
tertentu dengan menerima imbalan uang negara bukan pajak dan sumber pembiayaan
tunai. Penyewaan tanah aset TNI di Kotama lainnya. Kerjasama pemanfaatan atas Tanah
dilaksanakan oleh Pangkotama (Kuasa Aset TNI dilaksanakan dengan ketentuan:

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


13
Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

(1) tidak tersedia dan atau tidak cukup tersedia Pertahanan.


dana dalam APBN untuk memenuhi biaya Persyaratan pelaksanaan BGS dan BSG:
operasional/ pemeliharaan/ perbaikan (1) Gedung yang dibangun berikut fasilitasnya
yang diperlukan terhadap Tanah Aset TNI peruntukannya harus sesuai dengan
dimaksud; kebutuhan TNI sesuai dengan tugas
(2) m i t r a k e r j a s a m a p e m a n f a a t a n dan fungsinya, untuk kepentingan umum
ditetapkan melalui tender/lelang dengan dan atau kepentingan perekonomian/
mengikutsertakan sekurang-kurangnya perdagangan.
5 (lima) peserta/peminat, kecuali untuk (2) Dana untuk pembangunan berikut
kegiatan khusus dapat dilakukan penyelesaian fasilitasnya tidak
penunjukan langsung; membebani APBN;
(3) besaran pembayaran kontribusi tetap dan (3) BGS dan BSG harus dapat dimanfaatkan
pembagian keuntungan hasil kerjasama secara langsung oleh pihak ketiga,
pemanfaatan ditetapkan dari hasil (4) Mitra BGS dan BSG harus mempunyai
perhitungan Tim yang ditetapkan oleh kemampuan keuangan dan keahlian,
Menteri Pertahanan. (5) Obyek BGS dan BSG berupa sertifikat
Jangka waktu kerjasama pemanfaatan tanah Hak Pengelolaan atas nama
paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak Kemhan/TNI,
perjanjian ditandatangani dan dapat (6) Pihak ketiga akan memperolah Hak Guna
diperpanjang. Bangunan diatas tanah Hak Pengelolaan
d. Bangun Guna Serah dan Bangun serah tersebut
Guna (7) IMB atas nama Kemhan
Bangun Guna Serah (BGS) adalah (8) Mitra kerja BGS dan BSG membayar
pemanfaatan Tanah Aset TNI oleh pihak kontribusi ke Kas Negara setiap tahun
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/ selama jangka waktu pengoperasian.
atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian (9) Jangka waktu pengguna-usahaan selama
didayagunakan oleh pihak lain tersebut 30 (tiga puluh) tahun sejak mulai masa
dalam jangka waktu tertentu yang telah pengoperasian dan dapat diperpanjang.
disepakati, untuk selanjutnya diserahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau 8. Kesimpulan
sarana berikut fasilitasnya setelah berakhir
jangka waktu. a. Pengaturan tentang pengelolaan Tanah Aset
Bangun Serah Guna (BSG) adalah TNI termasuk di dalam istilah Barang Negara,
pemanfaatan Tanah Aset TNI oleh pihak yang sesungguhnya terdiri dari dua jenis
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/ barang, yaitu barang bergerak dan barang
atau sarana berikut fasilitasnya dan setelah tidak bergerak. Terhadap barang bergerak,
selesai pembangunannya diserahkan untuk TNI dapat menggunakan istilah “Milik TNI”,
didayagunakan oleh pihak lain tersebut namun untuk benda Tidak Bergerak yang
dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. berwujud Tanah, tidak tepat digunakan istilah
Dasar pertimbangan BGS dan BSG atas “Milik TNI” yang mengesankan sama dengan
Tanah Aset TNI yaitu: “Hak Milik” atas tanah. Lebih tepat apabila
(1) tanah Aset TNI belum dimanfaatkan; digunakan istilah “Penguasaan “ TNI (dalam
(2) mengopstimalkan Tanah Aset TNI; hal ini Kementerian Pertahanan, dan wujud
(3) dalam rangka efisiensi dan efektifitas; penguasaannya berupa Hak Pakai dan Hak
(4) menambah/meningkatkan pendapatan Pengelolaan.
negara; b. Aspek hukum penguasaan dan pengelolaan
(5) menunjang program pembangunan Tanah Aset TNI berasaskan publickrechtelik
dan kemasyarakatan Kementerian yang meliputi kewenangan untuk

14 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Aspek Hukum Pengelolaan Tanah Aset TNI
Oleh: Kolonel Chk Dwi Jaka Susanta, S.H, M.H

mengadakan kebijakan (beleidsdaad),


tindakan pengurusan (bestuursdaad),
pengaturan (regelensdaad), pengelolaan
(beheersdaad) dan pengawasan
(toezichthoudensdaad), sebagai
konsekuensi dari asas publickrechtelike dari
Hak Menguasai oleh Negara atas tanah di
Indonesia.
c. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (4)
UUPA, pelaksanaan Hak Menguasai dari
Negara atas tanah dapat dikuasakan
kepada Instansi Pemerintahan (termasuk
didalamnya Kementerian Pertahanan atau
TNI)
d. Tanah Aset TNI adalah tanah-tanah dalam
penguasaan TNI, dengan syarat-syarat:
(1) Diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional TNI dan
dalam kondisi siap pakai;
(2) Adanya bukti penguasaan secara
hukum, misalnya Sertifikat Hak Pakai
atau Hak Pengelolaan atas nama TNI
(Kementerian Pertahanan)
(3) Dapat diukur dengan satuan uang.
e. Terhadap Tanah Aset TNI dapat dilakukan
Pengelolaan dengan mendasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


15
PENGAMANAN ASET TANAH TNI
DARI PENGUASAAN LIAR
Oleh:
Letkol Chk Maryono, S.H., M.H.

A. PENDAHULUAN (peluru karet), Sengketa tanah Perkebunan di


Mesuji Lampung antara masyarakat dengan
1. Latar Belakang Perusahaan Kelapa Wasit tahun 2012 dan masih
banyak sengketa-sengketa lain yang terlalu

P
erang saudara Bharatayudha berkecamuk banyak untuk disebutkan.
di medan Kurusetra, kedua pihak yang Permasalahan pertanahan di Indonesia
berhadapan Pandawa dan Kurawa, tak secara mendasar telah diatur dalam Undang-
lain adalah saudara misan. Ribuan prajurit dari undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
kedua pihak berguguran, demikian pula para Dasar Pokok-pokok Agraria, dan telah ditindak
ksatria. Ironisnya, darah tertumpah hanya untuk lanjuti dengan berbagai peraturan pelaksana
satu alasan : memperebutkan tanah Astina. lainnya, namun demikian permasalahan
Dalam kisah lain “Rebutan Kikis (sengketa) tanah kian hari bertambah komplek
Tunggorono” (Rebutan batas wilayah kerajaan) permasalahannya, sehingga perlu adanya
terjadi peperangan sengit antara Gatot Kaca kebijakan pemerintahan dibidang pertanahan
melawan Sutedjo dalam menyelesaikan batas secara komprehensif.
wilayah kerajaan.
Dalam realita sosial, sengketa tanah 2. Permasalahan
juga sering diselesaikan dengan cara-cara
kekerasan, contoh Sengketa tanah antara Dari latar belakang tersebut diatas, kami
Marinir dengan Warga Alas Trogo Pasuruan merumuskan permasalahan dalam tulisan
Jatim yang menewaskan 4 warga masyarakat menjadi 2, yaitu :
dan 8 orang luka tembak, Sengketa tanah antara a. Bagaimana makna dan nilai tanah bagi
TNI AD (Kodiklat) dengan masyarakat di Desa masyarakat.
Setrojenar Kec. Bulus Pesantren Kab. Kebumen b. Bagaimana cara mengamankan tanah milik
dengan korban 10 orang warga sipil luka tembak TNI dari penguasaan liar.

16 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Pengamanan Aset Tanah TNI Dari Penguasaan Liar
Oleh: Letkol Chk Maryono, S.H., M.H.

B. PEMBAHASAN perkara yang menonjol dari segi kuantitas.


Dalam keterangan Ketua Mahkamah Agung RI
1. Makna dan Nilai Tanah bagi Masyarakat pada akhir tahun 2010 yang lalu jumlah perkara
Kasasi yang diperiksa di Mahkamah Agung,
Tanah merupakan kebutuhan manusia tujuh puluh lima persennya adalah perkara
yang sangat vital, permasalahan yang sangat gugatan tentang tanah 2. Hal tersebut dapat
mendasar adalah di satu sisi jumlah tanah pada dipahami bahwa semenjak reformasi bergulir
dasarnya tetap dan tidak mengalami perubahan, terjadi pemahaman yang keliru terhadap makna
namun disisi lain jumlah penduduk yang demokrasi, demokrasi dipahami secara salah
memerlukan tanah makin meningkat jumlahnya. yaitu kebebasan berbicara, berpendapat dan
Permasalahan tersebut sering menjadi faktor berbuat bebas apa saja untuk kepentingan
yang mendasar timbulnya sengketa (konflik rakyat. Dalam masyarakat sendiri terjadi
pertanahan). proses konsolidasi yang semakin menguat
Sengketa tanah dalam persfektif socio dengan adanya ruang politik yang lebih
cultural dapat dipahami karena bagi masyarakat terbuka, sementara kekuasaan dan kekuatan
banyak, tanah tidak hanya mempunyai nilai negara dan aparatur-aparaturnya melemah
ekonomis semata tetapi lebih dari itu mempunyai semenjak jatuhnya pemerintahan orde baru
nilai non ekonomis seperti soal eksistensi, harga sehingga terjadi pendudukan, penggarapan atau
diri dan strata sosial yang sulit dikalkulasikan pengambilan manfaat dan penjarahan tanah
dengan sejumlah uang. oleh rakyat secara masif terlepas ada tidaknya
Dorongan manusia mempertahankan alas hak yang mereka miliki, dan hal ini juga
tanah pada dasarnya dapat dilihat dari 2 terjadi pada tanah-tanah milik TNI.
aspek besar yaitu, Pertama, makna tanah
bagi manusia; Kedua, relasi atau hubungan 2. Cara Pengamanan Tanah Milik TNI dari
manusia dengan tanah 1 . Kedua aspek ini Penguasaan Liar
saling berhubungan, bahkan kadang-kadang
menyatu. Akibat hubungan keduanya, akan a. Gambaran Singkat Tanah Milik TNI
muncul perspektif makna dan nilai tersendiri 1) Data tanah milik Kemhan/TNI
terhadap tanah. Makin bermakna dan bernilai a) Tanah yang digunakan dan dikuasai
relasi yang ada, maka semakin kuat orang akan Kemhan dan TNI sebanyak 12.814
mempertahankan tanah tersebut. bidang dengan luas seluruhnya
Dalam masyarakat Indonesia (khususnya 3.200.898.298 m2.
Jawa), tanah mempunyai makna dan nilai sangat b) Dari Tanah tersebut yang telah
tinggi bahkan sakral, hal ini dapat kita ketahui bersertifikat baru sebanyak 2.946
dari filosofi Jawa dalam mempertahankan hak bidang (22,99%) dengan luas
atas tanah, yaitu “sedumuk bathok senyari bumi 371.075.405,50 m2.
sun belani nganti pecahing dodo lutahing ludiro” c) Tanah yang belum bersertifikat
(dalam hal mempertahankan wanita/harga sebanyak 9.954 bidang dengan luas
diri dan tanah kalau perlu sampai titik darah 2.289.822.892,50 m2.
penghabisan). d) Tanah Kemhan/TNI yang bermasalah
Di samping sengketa (konflik) tanah di luar sebanyak 389 bidang (3,03%) seluas
pengadilan, sengketa tanah yang diselesaikan 258.379.752 m2.
melalui gugatan di Pengadilan merupakan (data dari Biro Hukum Kemhan, 27 Juli
2012).

1. Wartaya Winangun. Tanah Sumber Nilai Hidup.


Kanisius. Yogyakarta. 2004. Hal 72. 2. Metro TV. Oktober 2010

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


17
Pengamanan Aset Tanah TNI Dari Penguasaan Liar
Oleh: Letkol Chk Maryono, S.H., M.H.

2) Asal-usul tanah Kemhan/TNI Tujuan daripada inventarisasi adalah


Tanah dan bangunan yang dipakai untuk penyusunan rencana pemerintah,
oleh Kemhan/TNI tersebut diperoleh dari: perencanaan kebutuhan pengadaan
a) Pembelian atau pengadaan atas dan pemeliharaan barang milik negara
beban APBN. setiap tahun untuk digunakan sebagai
b) Pembelian atau pengadaan satuan. bahan penyusunan rencana anggaran,
c) Bekas peninggalan pemerintahan pengamanan administratif terhadap
Hindia Belanda (KNIL atau barang milik negara dan selanjutnya
Departemen Lain). dapat digunakan sebagai bahan data
d) Bekas peninggalan pemerintahan yuridis jika tanah dan bangunan tersebut
Kolonial Jepang (DAI NIPPON). akan disertifikatkan (terhadap tanah dan
e) Okupasi Ex Milik Asing dan Organisasi bangunan yang belum bersertifikat).
terlarang (Sekolah China). 2) Penguasaan fisik.
f) Hibah dari masyarakat. Penguasaan fisik terhadap suatu
g) Tanah dan bangunan bekas yayasan tanah atau bangunan termasuk cara
milik TNI. yang tepat dan aman untuk melindungi
Bahwa tanah-tanah tersebut diatas hak milik tanah dari penguasaan ilegal
yang dikuasai TNI yang merupakan pihak lain. Penguasaan fisik untuk
barang milik negara (KEMHAN) adalah tanah milik TNI dapat dilakukan dengan
tanah-tanah yang sudah terdaftar pada membuat bangunan, memagar, membuat
Daftar Inventaris Kekayaan Negara pos penjagaan, menempatkan personel
Kementrian Keuangan, namun sebagian (pasukan) secara terus menerus,
belum terdaftar pada daftar IKMN memasang papan nama dan memasang
sehingga tidak mendapatkan alokasi papan pengumuman larangan masuk.
dana perawatan dari APBN3. Dari segi yuridis penguasaan fisik
secara terus menerus terhadap bidang
b. Langkah-langkah Pengamanan tanah lebih dari 20 tahun dapat dijadikan
Tanah atau bangunan yang kita miliki alat bukti untuk pendaftaran hak atas
(kuasai) agar tidak diserobot, dikuasai dan tanah ke BPN, jika alat-alat bukti lain
diperjualbelikan oleh pihak-pihak yang tidak (surat-surat dan keterangan saksi)
bertanggung jawab perlu dilakukan tindakan- tidak lengkap/tidak ada, sepanjang
tindakan pengamanan, yaitu antara lain : penguasaan tersebut dilakukan dengan
1) Inventarisasi. itikad baik dan secara terbuka oleh yang
Inventarisasi adalah kegiatan untuk bersangkutan sebagai yang berhak atas
melakukan pendataan, pencatatan, dan tanah, serta diperkuat oleh kesaksian
pelaporan hasil pendataan barang milik orang yang dapat dipercaya (PP No. 24
negara, termasuk di dalamnya adalah tahun 1997 tentang pendaftaran tanah).
tanah dan bangunan yang dipakai atau 3) Pengumpulan data-data Yuridis.
dikuasai oleh TNI. Inventarisasi tersebut Yang dimaksud data Yuridis adalah
wajib dilakukan dan dilaporkan oleh surat-surat tanah atau surat-surat yang
kuasa pengguna, pengguna barang berkaitan dengan tanah yang kita miliki
milik negara dan dilaporkan secara atau kuasai sebagai alas hak yang sah.
hierarkhi kepada Menteri Keuangan RI Surat-surat tersebut dapat berupa :
selaku pengelola barang milik negara. a) Sertifikat hak
b) Akta Jual Beli dari PPAT
c) Surat Keputusan pemberian hak dari
pejabat yang berwenang.
3. Biro Hukum Kemhan. 28 Juli 2011. d) Akta pemindahan hak yang dibuat

18 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


Pengamanan Aset Tanah TNI Dari Penguasaan Liar
Oleh: Letkol Chk Maryono, S.H., M.H.

Kepala Adat/Kepala Desa atau 1975.


kelurahan. d) Juklak Kasad Nomor Juklak/8/
e) Akta Pemindahan Hak dari PPAT. VIII/1990 tanggal 21 Agustus 1990.
f) Risalah lelang Seperti yang kita ketahui bersama
g) Petuk Pajak Bumi/ Landrente/ Girik/ banyak sekali SIP yang sudah mati
Pipil/ Ketitir dan Verponding Indonesia atau pemegang surat ijinnya sudah
h) Surat Keterangan riwayat tanah yang tidak berhak lagi karena suatu alasan
pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan tertentu (pensiun, pindah satuan,
PBB. dipecat, meninggal dunia, dll) namun
i) Kwitansi, Bukti Pembayaran, Berita yang bersangkutan atau keluarganya
Acara ganti rugi. tetap tinggal di rumah dinas tersebut
j) Akta Hibah namun pejabat yang berwenang masih
k) Lain-lain bentuk alat pembuktian memberikan toleransi. Bahkan banyak
tertulis dengan nama apapun juga terjadi SIP dioperkan pada pihak lain/
sepanjang berkaitan dengan tanah over VB (Over Vestigeng Besluit =
yang kita miliki atau kita kuasai. pemindahan surat ijin) tanpa seijin dari
Surat-surat tersebut dapat pejabat yang berwenang.
dipergunakan sebagai alat bukti 5) Mengelola Tanah/ Bangunan Sesuai
jika sewaktu-waktu ada pihak-pihak Ketentuan.
tertentu yang mempermasalahkan atau Pengelolaan tanah dan bangunan
menggugat tanah yang kita miliki atau yang meliputi perencanaan kebutuhan
kuasai dan juga sebagai persyaratan dan penganggaran, pengadaan,
yang harus dilampirkan jika sewaktu- penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
waktu kita akan mengsertifikatkan tanah- dan pemeliharaan, penilaian,
tanah tersebut atau melakukan perbuatan penghapusan, pemindahtanganan,
hukum lain. penatausahaan, pembinaan,
Jika tanah yang kita miliki atau pengawasan dan pengendaliaan
kuasai tidak ada suratnya atau suratnya harus perpedoman pada Peraturan
belum lengkap maka perlu diusahakan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
dengan cara mengurus dan berkoordinasi Pengelolaan Barang Milik Negara/
dengan pihak-pihak terkait, yaitu Kum, Daerah jo Peraturan Menteri Keuangan
Slog, satuan pengguna, kantor desa/ Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
kelurahan, kantor PBB, BPN, PPAT dan Cara Pelaksanaan Penggunaan,
lain-lain. Pemanfaatan, Penghapusan, dan
4) Memperketat SIP Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
Surat Ijin Penempatan (SIP) rumah Hal-hal yang sering terjadi di
dinas kepada prajurit, PNS dan Pejabat lingkungan TNI adalah banyaknya kasus
di lingkungan TNI hendaknya diterbitkan pemanfaatan tanah/ bangunan dalam
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bentuk sewa, pinjam pakai dan kerjasama
yaitu berdasarkan : pemanfaatan tidak sesuai dengan
a) Surat Keputusan Kasad Nomor ketentuan tersebut diatas sehingga
Skep.89/III/1973 tanggal 29 Maret berpotensi menjadi permasalahan hukum
1973. (sengketa).
b) Keputusan Menhankam/Pangab 6) Pendaftaran tanah (Pensertifikatan
Nomor Kep-28/VIII/1975 tanggal 21 Tanah).
Agustus 1975. Sebagaimana kita ketahui, sebagian
c) Instruksi Menhankam/Pangab Nomor besar tanah/bangunan TNI belum
Ins.23/VIII/1975 tanggal 21 Agustus bersertifikat sehingga perlu secara

Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013


19
Pengamanan Aset Tanah TNI Dari Penguasaan Liar
Oleh: Letkol Chk Maryono, S.H., M.H.

bertahap menurut skala prioritas untuk salah (palsu).


didaftarkan ke BPN guna mendapatkan
sertifikat hak atas tanah (Sertifikat Hak C. PENUTUP
Pakai). Penguasaan tanah oleh siapapun perlu
Tujuan pendaftaran tanah adalah: adanya alas hak atau bukti kepemilikan yang
a) Untuk memberikan kepastian hukum sah, bukti kepemilikan hak atas tanah yang
dan perlindungan hukum kepada sempurna sesuai ketentuan hukum agraria
pemegang hak atas suatu bidang adalah “Sertifikat Hak Atas Tanah”. Karena
tanah, satuan rumah susun dan Sertifikat hak tanah memuat data fisik dan data
hak-hak lain yang terdaftar agar yuridis yang berkaitan dengan tanah tersebut.
dengan mudah dapat membuktikan Cara memperoleh sertifikat hak atas tanah
dirinya sebagai pemegang hak yang adalah dengan cara mengajukan permohonan
bersangkutan. kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan
b) Untuk menyediakan informasi kepada dilengkapi data-data yuridis yang berupa Surat-
pihak-pihak yang berkepentingan surat yang kita miliki berkaitan dengan tanah
termasuk pemerintah agar dengan yang kita sertifikatkan.
mudah dapat memperoleh data
yang diperlukan dalam mengadakan DAFTAR PUSTAKA
perbuatan hukum mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan Winangun, Wartaya Y. 2004. Tanah Sumber Nilai
rumah susun yang sudah terdaftar. Hidup. Kanisius. Yogyakarta.
c) Untuk terselenggaranya tertib Metro TV. Oktober. 2010. Jakarta.
administrasi (Pasal 3 PP 24 Tahun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
1997 tentang Pendaftaran Tanah). Undang-Undang Pokok-pokok Agraria.
Sedangkan fungsi sertifikat adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
merupakan surat tanda bukti hak yang tentang Pendaftaran Tanah.
berlaku sebagai alat pembuktian yang Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
kuat mengenai data fisik data yuridis tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
yang termuat di dalamnya, sepanjang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai PMK.06/2007 tentang Tatacara pelaksanaan
dengan data yang ada dalam surat ukur penggunaan, pemanfaatan, penghapusan,
dan buku tanah hak yang bersangkutan dan pemindatanganan barang milik negara.
(Pasal 32 PP 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah).
Sertifikat merupakan tanda bukti hak
yang kuat dalam arti bahwa selama tidak
dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan
data yuridis yang tercantum didalamnya
harus diterima sebagai data yang benar.
Sebagai surat tanda bukti hak,
maka fungsi sertifikat terletak pada
bidang pembuktian. Karena itu, bila
kepada hakim ditunjukkan sertifikat
hak atas tanah, maka hakim harus
menerima keterangan dalam sertifikat
sebagai hal yang benar, bila tidak dapat
dibuktikan dengan alat-alat bukti lain
bahwa keterangan dalam sertifikat itu

20 Jurnal Hukum Militer/STHM/Vol. 1/No. 6/Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai