Kolonial Belanda Pendudukan Jepang Orde Baru Era Reformasi Era Otonomi Daerah
Perkebunan berkembang th Bibit Konflik mulai ketika Konflik tanah Intensitas konflik meningkat Tjd konflik terselubung ant
1870 & Konflik yg tjd adanya kebijakan ekspansi perkebunan seakan tajam. Salah satu sebab pengusaha perkebunan dg
bersumber dr upaya penanaman pangan & menyu- sut meski pemicunya adalah Pemda. Scr umum konflik tjd
perluasan areal perkebunan konver-si tanaman terdapat konflik yg Statement Presiden Gus krn ada permintaan dr pemda
(investor/pengusaha dg perkebunan dg pembagian berskala besar Dur yg diterjemahkan lain. agar perkebunan lepaskan
penduduk setempat) tanah2 perkebunan kpd sebag areal HGU-nya utk
penduduk (sejalan dg poltik kepentingan umum maupun
militer Jepan). kepent sosial.
Dampak okupasi tsb muncul Bbrp pemda rekomendasikan
& timbulkan masalah stl spy HGU tdk diperpanjang.
kemerdekaan – muncul Secara khusus, era Otda
Konflik. berikan justifikasi kpd daerah
utk terbitkan Perda (TAP MPR
III/MPR/2000 dan UU No.10 4
Tahun 2000).
ANATOMI KONFLIK TANAH PERKEBUNAN DI INDONESIA
No Tipologi Sebelum Merdeka Setelah Merdeka Orde Reformasi
(Masyarakat+parpol+LSM+plasma+pemda+
Masyarakat VS Pengusaha (Masyarakat+parpol+LSM+plasma)
1 Subyek pengusaha tambang/kehutanan) VS
perkebunan VS pengusaha perkebunan
pengusaha perkebunan
•Tanah hak (HGU,dan tanah adat) •Tanah hak (HGU, dan tanah adat)
•Tanah hak (erfpacht)
2 Obyek •Tanah negara •Tanah negara
•Tanah konsesi
•Tumpang tindih hak •Tumpang tindih hak
•Protes
•Protes/pemberontakan •Protes
4 Upaya Tuntutan •Okupasi
•Okupasi/pengrusakan •Okupasi/pengrusakan
•Penjarahan/pengrusakan
•Represi
•Represi •Litigasi
5 Upaya Penyelesaian •Non Litigasi
•Kontrak •Non Litigasi
•Litigasi
5
6
Arahan Presiden dalam Rapat Terbatas Tentang Kebijakan Pemanfaatan Tanah
Di Kawasan Hutan, tanggal 26 Februari 2019 di Kantor Presiden.
1. Tuntutan masyarakat adat • Lahan masyarakat adat Semende diatas lahan Taman Nasional Bukit Barisan • Bengkulu Selatan, Bengkulu
atas lahan yang terletak di Selatan. • Muko-Muko, Bengkulu
kawasan hutan • Penggarapan tanah ulayat masyarakat di kawasan Hutan Produksi Tetap Manjuto. • Mandailing Natal, Sumut
IDENTIFIKASI (Taman Nasional, Hutan • Pengaduan/permintaan masyarakat tiga marga (Kelompok Tani Maranti Timur)
TIPOLOGI Produksi Tetap) atas Hutan Adat di sigapalang sebagai bukan Hutan Negara. • Merangi, Jambi
• Lahan masyarakat adat diatas Taman Nasional Kerinci Seblat.
“Dilaporkan 4. Tuntutan masyarakat • Konflik antara masyarakat Rajang Lebong dan PT Bengkulu Raya Timber • Muaro Jambi, Jambi
atas lahan di wilayah • Konflik antara masyarakat dengan pemerintah yang melakukan perambahan • Rejang Lebong, Bengkulu
telah terjadi lebih
konsesi terhadap eks areal HPH PT. Injapsin dan PT. Sarestra II
dari 100 kasus • Sengketa antara PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (PT. REKI) dengan beberapa • Batanghari, Jambi
konflik tanah.” Kelompok tani (Gelinding, Mitra Zone, Tanding, Simpang Macan, Trimakno, dsb)
5 Tuntutan masyarakat/ • Masyarakat Desa Andung Biru diatas kawasan Hutan Lindung Perum Perhutani. • Probolinggo, Jatim
• Sumenep, Jatim
Yayasan atas lahan di • Konflik antara Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Bhakti Keadilan dengan
wilayah Perhutani Perum Perhutani Regional Jawa Timur 38
PRINSIP-PRINSIP PENYELESAIAN KONFLIK TANAH
MASYARAKAT DI DALAM KAWASAN HUTAN
Untuk Provinsi dengan luas tutupan hutan < 30% (Pulau Jawa, Bali, dan Lampung)
termasuk kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani, diselesaikan melalui
Perhutanan Sosial atau Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH), apabila lahan
pengganti dapat disediakan Pemerintah Daerah/BUMN.
Untuk Provinsi dengan luasan tutupan hutan > 30%, diselesaikan dengan Pelepasan
Kawasan Hutan melalui PPTKH, kemitraan inti-plasma, atau Perhutanan Sosial.
9
TIPOLOGI KONFLIK PERTANAHAN MASYARAKAT DENGAN LAHAN HGU PERUSAHAAN
No. Tipologi Konflik Tanah Keterangan Mengenai Konflik Tanah Kab/Kota/Prov
1. Tuntutan masyarakat • Masyarakat menuntut tanah di dalam HGU yang masih aktif, tetapi HGU • Batanghari, Jatim
atas tanah terlantar tersebut tidak dikerjakan oleh perusahaan (terlantar) dan masyarakat
di HGU kemudian menanaminya.
2. Tuntutan • Masyarakat menuntut HGU-HGU yang sudah habis masa • Blitar, Jatim
masyarakat atas berlakunya, yang sebelum HGU tersebut diterbitkan diakui sebagai
lahan HGU yang tanah nenek moyang masyarakat. • Lumajang, Jatim
sudah berakhir • Masyarakat keberatan atas perpanjangan HGU dan menuntut hak atas HGU • Kediri, Jatim
IDENTIFIKASI masa berlakunya tersebut dengan argumen bahwa masyarakat mempunyai hak diberikan hak
TIPOLOGI milik oleh Negara.
3. Tuntutan masyarakat • Masyarakat menuntut lahan plasma atas diterbitkannya HGU-HGU yang • Sarolangun, Jambi
Diidentifikasi 6 (enam) atas lahan plasma sampai • Kediri, Jatim
tipologi permasalahan tanah saat ini perusahaan pemilik HGU tersebut belum mengalokasikan lahan • Musi Banyuasin, Sumsel
plasma. • Banyuasin, Sumsel
masyarakat dengan HGU
• Masyarakat menuntut dikembalikannya lahan plasma, pada kasus
perusahaan di lima Provinsi,
yakni: dimana perusahaan mengelola sendiri lahan plasma tersebut.
4. Tuntutan tata batas • Masyarakat menuntut penyelesaian batas lahan antar kelompok di dalam • Muaro Jambi, Jambi
Jambi kepemilikan lahan antar plasma, yang sudah disiapkan untuk dibagikan kepada beberapa kelompok
Bengkulu kelompok di dalam namun batas lahan antar kelompok belum jelas.
Sumatera Selatan plasma
Lampung 5. Tuntutan ganti rugi • Masyarakat meminta ganti rugi atas HGU yang ditetapkan di atas • Tj. Jabung Barat, Sarolangun,
Jawa Timur masyarakat atas lahan masyarakat Jambi
ditetapkannya HGU • Masyarakat adat menuntut ganti rugi atas dikuasainya tanah adat • Banyuasin, Sumsel
di atas lahan oleh • Bengkulu Tengah, Bengkulu
“Dilaporkan
masyarakat dan/atau perusahaan, baik swasta maupun BUMN • Tulang Bawang, Mesuji, Lampung
telah terjadi lebih dari tanah ulayat Tengah/Selatan, Lampung
30 kasus konflik tanah.” • Banyuwangi, Jatim
6. Tuntutan masyarakat • Masyarakat memohon pengembalian lahan ex- • Musi banyuasin, Sumsel
atas ditetapkannya HGU transmigrasi
diatas lahan transmigrasi 10
5
PRINSIP-PRINSIP PENYELESAIAN KONFLIK TANAH MASYARAKAT DENGAN HGU PERUSAHAAN
Apabila lahan digarap oleh masyarakat dengan cara melakukan penyerobotan terhadap
HGU yang sudah ditanami, maka diperlukan penegakan hukum; Atau
No Subyek Jumlah %
1 Perorangan 1.238 52,74
2 Badan Hukum 592 25,22
3 Instansi 115 4,8
Pemerintah
4 BUMN 191 8,13
5 Kelompok 58
Masyarakat 2,47
6 Blank 153 6,51
Jumlah 2.347 100,00
12
No Peruntukan Jumlah %
No Status Tanah Jumlah %
1 Perkebunan 199 8,47
1 Tanah Girik 753 32,08
2 Pertanian 253 10,77
2 Tanah Hak 863 36,77
3 Transmigrasi 6 0,25
3 Tanah Negara 165 7,03
4 Perumahan 965 41,11
4 Tanah Ulayat 181 7,71
5 Industri 38 1,61
5 Blanks 385 16,40
6 Hutan 5 0,21
Jumlah 2.347
Jumlah 2.347
%
1 Tanah Girik Tanah Hak
7. 6. 3
2. Tanah Tanah
7 4
0 Negara Ulayat
1 3
6. 8 Blanks
7.
0 7
3 7 13
14
Maraton Tiga Rapat Presiden:
Penyelesaian Konflik & Penguatan
Kebijakan Agraria
Arahan Presiden (dari Risalah Rapat Internal dipimpin Presiden):
Agar kita menemukan penyelesaian yang sistemik untuk konflik
agraria
Menyelesaika
Pemerinta lintas sektor sangat dominan,
- butuh koordinasi dan komunikasi
n Masalah h efektif
antar-K/L,
- pemahaman menyeluruh terhadap
kebutuhan masyarakat (partisipasi 16
adalah kunci!).
, tugas G T R A
Strategy Framework
Revitalisasi Reforma Agraria
ARAHAN PRESIDEN
Rapat Internal
Bapak Presiden dengan beberapa pimpinan Civil Society
Organization (CSO) di bidang Reforma Agraria &
Perhutanan Sosial (RAPS) guna percepatan RAPS dan
penanganan konflik agraria pada tanggal 23 November
dan 3 Desember 2020
a.Mempercepat penyelesaian konflik agraria
dan penguatan kebijakan RAPS;
b.Menyelesaikan 50% konflik agraria prioritas;
dan
c. Menugaskan KSP, Menteri ATR/BPN, dan
Menteri LHK
untuk percepatan
20
TINDAK LANJUT RAPAT TANGGAL 3 DESEMBER 2020
1 2 3 4 5
R apat 3 Des 2020 R apat Koordinasi R apat Koordinasi R apat Koordinasi R apat Koordinasi
Perlu menetapkan Lokasi Tindak lanjut Arahan Kementerian ATR/BPN Kementerian ATR/BPN
Antara Dirjen Penataan
Prioritas Reforma Agraria Presiden bersama dengan jajaran Kantor dengan jajaran Kantor
Agraria, Dirjen Penanganan
(LPRA) sejumlah 10 s.d 20 Kemenko Bidang Wilayah BPN seluruh Wilayah BPN seluruh
Sengketa dan Konflik, dan
Lokasi Perekonomian, Kemenko Indonesia pada tanggal 14 Indonesia pada tanggal 17
Daerah pada tanggal 15
Bidang Maves, KSP, KLHK Desember 2020 : Desember 2020 :
dan 18 Januari 2021 yang
dan Kementerian ATR/BPN Pembahasan LPRA
membahas tentang status
Pada tanggal 10 menyampaikan daftar berdasarkan kriteria dan
prioritas LPRA dan
Desember 2020, Usulan usulan LPRA syarat pelaksanaan RA
penanganan konflik pada
LPRA diterima (clean & clear)
LPRA
21
Melayani, Profesional,
Terpercaya
Usulan Lokasi Prioritas Reforma Agraria Prioritas 1
(19 Lokasi)
Penyelesaian konflik pada
Eks HGU tanah transmigrasi
12 lokasi eks HGU Swasta. G A 1 lokasi di Kab. Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara
22
Terima Kasih
23