Anda di halaman 1dari 23

PENYELESAIAN KONFLIK AGRARIA dan

PENGUATAN KEBIJAKAN REFORMA


AGRARIA
Oleh

Brigjen Pol. Daniel Addityajaya, SH, Sik, Msi.


Dir Pencegahan dan Penanganan Konflik Kementerian ATR/BPN RI
LATAR BELAKANG & PERMASALAHAN
• Terdapat 2 sisi paradoksa : sumber ekonomi/pencetak devisa, di sisi lain
melahirkan ketimpangan ekonomi.

• Ketimpangan sosial akibat ekonomi : munculnya kantong perlawanan (resistence


enclave) & pusat political disobedience masyarakat dlm memberikan perlawanan
(meningkat sejak akhir abad 20).

• Konflik menunjukkan gejala yg sama : tuntutan pengembalian hak tanah karena


klaim tanah diperoleh dgn cara "merampas“ atau pembayaran nilai ganti rugi yg
dianggap kecil. Tuntutan diikuti okupasi tanah oleh masyarakat (sampai pd
penjarahan).
2
DEFINISI
KONFLIK SENGKETA
• Menurut KBBI : • Menurut KBBI :
Konflik adalah suatu percekcokan; Sengketa adalah sesuatu yg menyebabkan per-
perselisihan; pertentangan. bedaan pendapat, pertengkaran atau perban-
tahan.
• Menurut Peraturan Menteri ATR/BPN RI
No 20/Tahun 2021: • Menurut Peraturan Menteri ATR/BPN RI
perselisihan pertanahan antara orang No 20/Tahun 2021 :
perseorangan, kelompok, gol, organisasi, Perselisihan pertanahan antara orang perseora-
ngan, badan hukum, atau lembaga yg tidak ber-
badan hukum, atau lembaga yg mempu- dampak luas.
nyai kecenderungan atau sdh berdampak
luas. 3
HISTORIS
KONFLIK TANAH (PERKEBUNAN)

1870-1942 142-1945 1966-1998 1998-2001 1999-Sekarang

Kolonial Belanda Pendudukan Jepang Orde Baru Era Reformasi Era Otonomi Daerah

Perkebunan berkembang th Bibit Konflik mulai ketika Konflik tanah Intensitas konflik meningkat Tjd konflik terselubung ant
1870 & Konflik yg tjd adanya kebijakan ekspansi perkebunan seakan tajam. Salah satu sebab pengusaha perkebunan dg
bersumber dr upaya penanaman pangan & menyu- sut meski pemicunya adalah Pemda. Scr umum konflik tjd
perluasan areal perkebunan konver-si tanaman terdapat konflik yg Statement Presiden Gus krn ada permintaan dr pemda
(investor/pengusaha dg perkebunan dg pembagian berskala besar Dur yg diterjemahkan lain. agar perkebunan lepaskan
penduduk setempat) tanah2 perkebunan kpd sebag areal HGU-nya utk
penduduk (sejalan dg poltik kepentingan umum maupun
militer Jepan). kepent sosial.
Dampak okupasi tsb muncul Bbrp pemda rekomendasikan
& timbulkan masalah stl spy HGU tdk diperpanjang.
kemerdekaan – muncul Secara khusus, era Otda
Konflik. berikan justifikasi kpd daerah
utk terbitkan Perda (TAP MPR
III/MPR/2000 dan UU No.10 4
Tahun 2000).
ANATOMI KONFLIK TANAH PERKEBUNAN DI INDONESIA
No Tipologi Sebelum Merdeka Setelah Merdeka Orde Reformasi

(Masyarakat+parpol+LSM+plasma+pemda+
Masyarakat VS Pengusaha (Masyarakat+parpol+LSM+plasma)
1 Subyek pengusaha tambang/kehutanan) VS
perkebunan VS pengusaha perkebunan
pengusaha perkebunan

•Tanah hak (HGU,dan tanah adat) •Tanah hak (HGU, dan tanah adat)
•Tanah hak (erfpacht)
2 Obyek •Tanah negara •Tanah negara
•Tanah konsesi
•Tumpang tindih hak •Tumpang tindih hak

•Hak tanah jaluran


•Hak tanah jaluran
•Hak tanah jaluran •Ganti rugi tanah
3 Penyebab Konflik •Ganti rugi tanah
•Sistem Pengupahan •Pelepasan hak
•Perpanjang an HGU
•Faktor politik

•Protes
•Protes/pemberontakan •Protes
4 Upaya Tuntutan •Okupasi
•Okupasi/pengrusakan •Okupasi/pengrusakan
•Penjarahan/pengrusakan

•Represi
•Represi •Litigasi
5 Upaya Penyelesaian •Non Litigasi
•Kontrak •Non Litigasi
•Litigasi
5
6
Arahan Presiden dalam Rapat Terbatas Tentang Kebijakan Pemanfaatan Tanah
Di Kawasan Hutan, tanggal 26 Februari 2019 di Kantor Presiden.

Adanya sengketa/penguasaan lahan


masyarakat yang tidak kunjung selesai, baik
dengan pihak swasta maupun
dengan BUMN (PT Pelindo II dengan
nelayan di Provinsi Bengkulu).

Permasalahan pemanfaatan tanah


oleh perkampungan atau desa yang
berada di dalam lingkup kawasan
hutan Perum Perhutani.

Persoalan terkait perkampungan


masyarakat lainnya yang masuk
dalam lahan konsesi ataupun peta
HGU masih banyak terjadi.
7
TIPOLOGI KONFLIK PERTANAHAN MASYARAKAT DI DALAM KAWASAN HUTAN
No. Tipologi Konflik Tanah Keterangan Mengenai Konflik Tanah Kab/Kota/Prov

1. Tuntutan masyarakat adat • Lahan masyarakat adat Semende diatas lahan Taman Nasional Bukit Barisan • Bengkulu Selatan, Bengkulu
atas lahan yang terletak di Selatan. • Muko-Muko, Bengkulu
kawasan hutan • Penggarapan tanah ulayat masyarakat di kawasan Hutan Produksi Tetap Manjuto. • Mandailing Natal, Sumut
IDENTIFIKASI (Taman Nasional, Hutan • Pengaduan/permintaan masyarakat tiga marga (Kelompok Tani Maranti Timur)
TIPOLOGI Produksi Tetap) atas Hutan Adat di sigapalang sebagai bukan Hutan Negara. • Merangi, Jambi
• Lahan masyarakat adat diatas Taman Nasional Kerinci Seblat.

Diidentifikasi 5 (lima) 2. Tuntutan masyarakat adat • Bungo, Jambi


• Masyarakat adat panglimo duo sum pada tanah enclave seluas 7.980 Ha di areal HTI
tipologi permasalahan atas lahan di areal konsesi
tanah masyarakat di Hutan Tanaman Industri PT Wana Mukti Wases dan tanah di dusun pasir mayang (11.070 Ha) • Kerinci, Jambi
(HTI) dan Hak • Masyarakat Pemangku Adat Petalangan Bathin Hitam dengan PT. Arara Abadi • Muaro Jambi, Jambi
dalam kawasan hutan • Masyarakat Adat Orang Kubu Dusun Lampo Padang Salak, Kabupaten Muaro
di empat Pengusahaan Hutan
Jambi dengan PT. Asiatic Persada Ex PT. Bangun Desa Utama • Muaro Jambi, Jambi
(HPH)
Provinsi, yakni: • Masyarakat Hukum Adat Melayu Teluk Jambu dengan PT. Lestari Alam Jaya • Lubuk Jambi, Jambi
 Jambi • Konflik antara masyarakat hukum adat dengan PT. Runggu atas pengaduan
 Bengkulu pengerusakan kawasan hutan lindung Bukit Betubah
 Sumatera Selatan
 Lampung 3. Tuntutan masyarakat • Sengketa antara PT. Wana Perintis HTI, Transmigrasi Suku Anak Dalam (SAD) • Batanghari, Jambi
 Jawa Timur transmigrasi atas lahan di Ketemenggungan Maritua, Jambi.
wilayah konsesi HTI

“Dilaporkan 4. Tuntutan masyarakat • Konflik antara masyarakat Rajang Lebong dan PT Bengkulu Raya Timber • Muaro Jambi, Jambi
atas lahan di wilayah • Konflik antara masyarakat dengan pemerintah yang melakukan perambahan • Rejang Lebong, Bengkulu
telah terjadi lebih
konsesi terhadap eks areal HPH PT. Injapsin dan PT. Sarestra II
dari 100 kasus • Sengketa antara PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (PT. REKI) dengan beberapa • Batanghari, Jambi
konflik tanah.” Kelompok tani (Gelinding, Mitra Zone, Tanding, Simpang Macan, Trimakno, dsb)
5 Tuntutan masyarakat/ • Masyarakat Desa Andung Biru diatas kawasan Hutan Lindung Perum Perhutani. • Probolinggo, Jatim
• Sumenep, Jatim
Yayasan atas lahan di • Konflik antara Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Bhakti Keadilan dengan
wilayah Perhutani Perum Perhutani Regional Jawa Timur 38
PRINSIP-PRINSIP PENYELESAIAN KONFLIK TANAH
MASYARAKAT DI DALAM KAWASAN HUTAN

Untuk Provinsi dengan luas tutupan hutan < 30% (Pulau Jawa, Bali, dan Lampung)
termasuk kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani, diselesaikan melalui
Perhutanan Sosial atau Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH), apabila lahan
pengganti dapat disediakan Pemerintah Daerah/BUMN.

Untuk Provinsi dengan luasan tutupan hutan > 30%, diselesaikan dengan Pelepasan
Kawasan Hutan melalui PPTKH, kemitraan inti-plasma, atau Perhutanan Sosial.

Sepanjang keberadaan masyarakat ulayat (adat) dapat dibuktikan secara legal


(berdasarkan Peraturan Daerah), maka tanah ulayat dikeluarkan dari Hutan Negara
dan diberikan Hak Ulayat kepada masyarakat adat (Hak Hutan Adat).

9
TIPOLOGI KONFLIK PERTANAHAN MASYARAKAT DENGAN LAHAN HGU PERUSAHAAN
No. Tipologi Konflik Tanah Keterangan Mengenai Konflik Tanah Kab/Kota/Prov
1. Tuntutan masyarakat • Masyarakat menuntut tanah di dalam HGU yang masih aktif, tetapi HGU • Batanghari, Jatim
atas tanah terlantar tersebut tidak dikerjakan oleh perusahaan (terlantar) dan masyarakat
di HGU kemudian menanaminya.
2. Tuntutan • Masyarakat menuntut HGU-HGU yang sudah habis masa • Blitar, Jatim
masyarakat atas berlakunya, yang sebelum HGU tersebut diterbitkan diakui sebagai
lahan HGU yang tanah nenek moyang masyarakat. • Lumajang, Jatim
sudah berakhir • Masyarakat keberatan atas perpanjangan HGU dan menuntut hak atas HGU • Kediri, Jatim
IDENTIFIKASI masa berlakunya tersebut dengan argumen bahwa masyarakat mempunyai hak diberikan hak
TIPOLOGI milik oleh Negara.
3. Tuntutan masyarakat • Masyarakat menuntut lahan plasma atas diterbitkannya HGU-HGU yang • Sarolangun, Jambi
Diidentifikasi 6 (enam) atas lahan plasma sampai • Kediri, Jatim
tipologi permasalahan tanah saat ini perusahaan pemilik HGU tersebut belum mengalokasikan lahan • Musi Banyuasin, Sumsel
plasma. • Banyuasin, Sumsel
masyarakat dengan HGU
• Masyarakat menuntut dikembalikannya lahan plasma, pada kasus
perusahaan di lima Provinsi,
yakni: dimana perusahaan mengelola sendiri lahan plasma tersebut.
4. Tuntutan tata batas • Masyarakat menuntut penyelesaian batas lahan antar kelompok di dalam • Muaro Jambi, Jambi
 Jambi kepemilikan lahan antar plasma, yang sudah disiapkan untuk dibagikan kepada beberapa kelompok
 Bengkulu kelompok di dalam namun batas lahan antar kelompok belum jelas.
 Sumatera Selatan plasma
 Lampung 5. Tuntutan ganti rugi • Masyarakat meminta ganti rugi atas HGU yang ditetapkan di atas • Tj. Jabung Barat, Sarolangun,
 Jawa Timur masyarakat atas lahan masyarakat Jambi
ditetapkannya HGU • Masyarakat adat menuntut ganti rugi atas dikuasainya tanah adat • Banyuasin, Sumsel
di atas lahan oleh • Bengkulu Tengah, Bengkulu
“Dilaporkan
masyarakat dan/atau perusahaan, baik swasta maupun BUMN • Tulang Bawang, Mesuji, Lampung
telah terjadi lebih dari tanah ulayat Tengah/Selatan, Lampung
30 kasus konflik tanah.” • Banyuwangi, Jatim
6. Tuntutan masyarakat • Masyarakat memohon pengembalian lahan ex- • Musi banyuasin, Sumsel
atas ditetapkannya HGU transmigrasi
diatas lahan transmigrasi 10
5
PRINSIP-PRINSIP PENYELESAIAN KONFLIK TANAH MASYARAKAT DENGAN HGU PERUSAHAAN

Apabila lahan digarap oleh masyarakat akibat kelalaian perusahaan yang


menelantarkan tanah, maka Pemerintah dapat mengambil tanah tersebut untuk
diredistribusikan kepada masyarakat yang berkonflik dengan perusahaan.

Apabila lahan digarap oleh masyarakat dengan cara melakukan penyerobotan terhadap
HGU yang sudah ditanami, maka diperlukan penegakan hukum; Atau

Perusahaan mengajak masyarakat untuk melakukan kemitraan (inti plasma).

Sepanjang keberadaan masyarakat ulayat (adat) dapat dibuktikan secara


legal
(berdasarkan Peraturan Daerah), maka tanah ulayat dikeluarkan dari HGU dan
diberikan
Hak Ulayat kepada masyarakat adat.
11
5
Sebaran Sengketa /Konflik Berdasarkan Subyek Tahun 2019

No Subyek Jumlah %
1 Perorangan 1.238 52,74
2 Badan Hukum 592 25,22
3 Instansi 115 4,8
Pemerintah
4 BUMN 191 8,13
5 Kelompok 58
Masyarakat 2,47
6 Blank 153 6,51
Jumlah 2.347 100,00

12
No Peruntukan Jumlah %
No Status Tanah Jumlah %
1 Perkebunan 199 8,47
1 Tanah Girik 753 32,08
2 Pertanian 253 10,77
2 Tanah Hak 863 36,77
3 Transmigrasi 6 0,25
3 Tanah Negara 165 7,03
4 Perumahan 965 41,11
4 Tanah Ulayat 181 7,71
5 Industri 38 1,61
5 Blanks 385 16,40
6 Hutan 5 0,21
Jumlah 2.347
Jumlah 2.347

%
1 Tanah Girik Tanah Hak
7. 6. 3
2. Tanah Tanah
7 4
0 Negara Ulayat
1 3
6. 8 Blanks
7.
0 7
3 7 13
14
Maraton Tiga Rapat Presiden:
Penyelesaian Konflik & Penguatan
Kebijakan Agraria
Arahan Presiden (dari Risalah Rapat Internal dipimpin Presiden):
Agar kita menemukan penyelesaian yang sistemik untuk konflik
agraria

1. Membuat PP yang implementatif terhadap isu lapangan dan


melibatkan CSO/NGO dalam penyusunannya, c.q. PP Redistribusi, PP
Penyelesaian Konflik Lintas Sektor sebagai instrumen gerak GTRA.
2. Membuat timeline per kuartal untuk kasus konflik dan lokasi
redistribusi berdasarkan indikator prioritas kesulitan & executability
3. Rapat maraton dengan Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri
ATR/BPN dan Dirut BUMN terkait konflik.
4. Target 50% konflik untuk diselesaikan pada tahun 2021
5. Dengan dukungan Kejaksaan dan Kapolri agar menjaga masyarakat
agar jangan sampai dikalahkan.
6. Memperjelas mekanisme eksekusi redistribusi HGU Habis dan
tanah
telantar tanpa harus menunggu persetujuan eksplisit dari pusat
secara kasuistis (case by case basis). 15
7. Timeline eksekusi lapangan lokasi prioritas RA & perubahan
Revitalisasi Reforma Agraria
Tugas Birokrasi/Pemerintah
• Untuk menyelesaikan konflik agraria,
pendekatan legalistik normatif saja tidak
cukup, perlu masuk ke akar masalah di
Membuat lapangan  ketimpangan akses dan
Kebijakan &
Hukum
kepemilikan atas tanah.
• Reforma Agraria lahir sebagai suatu
Tugas Program Prioritas Nasional untuk
Birokrasi menyelesaikan masalah di atas.
• Tantangan terbesar:
/ - butuh leadership kuat karena aspek

Menyelesaika
Pemerinta lintas sektor sangat dominan,
- butuh koordinasi dan komunikasi
n Masalah h efektif
antar-K/L,
- pemahaman menyeluruh terhadap
kebutuhan masyarakat (partisipasi 16
adalah kunci!).
, tugas G T R A
Strategy Framework
Revitalisasi Reforma Agraria

Tujuan Kebijakan Revitalisasi Reforma Agraria:


Penyelesaian &
• Menyelesaikan konflik agraria dengan Konflik & Tindaklanjut
Eksekusi Lokasi arahan Presiden
mengurangi ketimpangan kepemilikan dan Prioritas RA
pemanfaatan sumber daya agraria 2021
• Memprioritaskan penyediaan tanah untuk ruang
hidup masyarakat melalui pelaksanaan
redistribusi sesuai mandat RPJMN Penyerahan
• Membuat perubahan pada kerangka kebijakan Output sertifikat hasil
redistribusi
dan peraturan yang menjadi bottleneck
penyelesaian konflik dan redistribusi untuk
masyaraka Identifikasi &
• Membangun ekosistem berkelanjutan (cq. perubahan
bottleneck
target, timeline, anggaran, SOP) untuk ASN kebijakan yang
Outcome
pelaksana lapangan agar memiliki validasi dan ditemukan dari
eksekusi lokasi
keberanian untuk melakukan redistribusi lahan prioritas RA
kepada masyarakat 17
Tugas G T R A untuk Revitalisasi Reforma Agraria
GTRA
Kemenko Perekonomian & Marinves
1. Sebagai wadah untuk mengkoordinasikan
dan memfasilitasi penanganan sengketa 1. Platform kompilasi dan overlay data lokasi di dalam & luar kawasan
dan konflik. hutan
2. Mengumpulkan data dan informasi 2. Memfasilitasi penentuan indikator prioritas berdasarkan tipologi
konflik agraria. umum konflik serta executability & difficulty
3. Memimpin proses penyelesaian sengketa 3. Katalis untuk rembukan kebijakan baru/revisi cq. PP Redistribusi,
dan konflik agraria serta memberikan PP/Perpres Penyelesaian Konflik Agraria Lintas Sektor
rekomendasi kebijakan percepatan
penyelesaian sengketa dan konflik agraria 4. Memfasilitasi penyusunan timeline dan kerangka kerja per kuartal
4. Debottlenecking tantangan daerah per
lokus
Kementerian ATR/BPN & KLHK
5. Menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Daerah 1. Melakukan overlay dan konfirmasi data dengan satker teknis di daerah
6. Menjadi wadah negosiasi dan mediasi
terkait data tekstual dan data spasial lokasi konflik dan redistribusi (di
penyelesaian konflik dengan masyarakat
luar maupun dalam kawasan hutan) berdasarkan indikator tipologi &
bersama dengan CSO/NGO pendamping
di daerah
prioritas yang telah ditentukan
7. MEMFASILITASI dan MENYERAP aspirasi 2. Melalukan review dan perampingan mekanisme eksekusi HGU Habis
guna menyusun TAWARAN dan Tanah Telantar dan pelepasan kawasan hutan untuk masyarakat
PENYELESAIAN SISTEMIK 18
5
19
Melayani, Profesional,
Terpercaya

ARAHAN PRESIDEN

Rapat Internal
Bapak Presiden dengan beberapa pimpinan Civil Society
Organization (CSO) di bidang Reforma Agraria &
Perhutanan Sosial (RAPS) guna percepatan RAPS dan
penanganan konflik agraria pada tanggal 23 November
dan 3 Desember 2020
a.Mempercepat penyelesaian konflik agraria
dan penguatan kebijakan RAPS;
b.Menyelesaikan 50% konflik agraria prioritas;
dan
c. Menugaskan KSP, Menteri ATR/BPN, dan
Menteri LHK
untuk percepatan
20
TINDAK LANJUT RAPAT TANGGAL 3 DESEMBER 2020

1 2 3 4 5

R apat 3 Des 2020 R apat Koordinasi R apat Koordinasi R apat Koordinasi R apat Koordinasi
Perlu menetapkan Lokasi Tindak lanjut Arahan Kementerian ATR/BPN Kementerian ATR/BPN
Antara Dirjen Penataan
Prioritas Reforma Agraria Presiden bersama dengan jajaran Kantor dengan jajaran Kantor
Agraria, Dirjen Penanganan
(LPRA) sejumlah 10 s.d 20 Kemenko Bidang Wilayah BPN seluruh Wilayah BPN seluruh
Sengketa dan Konflik, dan
Lokasi Perekonomian, Kemenko Indonesia pada tanggal 14 Indonesia pada tanggal 17
Daerah pada tanggal 15
Bidang Maves, KSP, KLHK Desember 2020 : Desember 2020 :
dan 18 Januari 2021 yang
dan Kementerian ATR/BPN Pembahasan LPRA
membahas tentang status
Pada tanggal 10 menyampaikan daftar berdasarkan kriteria dan
prioritas LPRA dan
Desember 2020, Usulan usulan LPRA syarat pelaksanaan RA
penanganan konflik pada
LPRA diterima (clean & clear)
LPRA

21
Melayani, Profesional,
Terpercaya
Usulan Lokasi Prioritas Reforma Agraria Prioritas 1
(19 Lokasi)
Penyelesaian konflik pada
Eks HGU tanah transmigrasi
12 lokasi eks HGU Swasta. G A 1 lokasi di Kab. Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara

Pelepasan Kawasan Hutan


1 lokasi Pelepasan KH : Sebagian melalui Tukar Menukar Kawasan Hutan
perubahan RTRW dan Sebagian lainnya 19 Lokasi
dari hasil inver PPTKH di Kab. Tanjung
F Prioritas 1 B 1 lokasi di Kab. Malang, Kec.
Jabung Barat, Jambi. RA Sumbermanjing Wetan,
1 lokasi di Kota Batu sudah konfirmasi Jawa Timur
menjadi APL oleh BPKH Wilayah XI (8 Konflik)

Program Sawit Rakyat


Tanah Obyek Landreform C 1 lokasi di Kab. Tapanuli
1 lokasi di Kab. Nganjuk Jawa Timur E Selatan, Sumatera Utara.

D Tanah Penganggonan 1 lokasi di Kab. Garut, Jawa Barat

22
Terima Kasih

23

Anda mungkin juga menyukai