Anda di halaman 1dari 38

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATA KULIAH HUKUM AGRARIA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
PROGRAM SARJANA

Penanggung Jawab:
Prof. Ny. Arie S. Hutagalung, SH, MLI

Pengajar:

Prof. Ny. Arie S. Hutagalung, SH, MLI


Dr. Suparjo Sujadi, SH, MH
Hendriani Parwitasari, SH, M.Kn
Marliesa Qadariani, SH, MH
PERSYARATAN PERKULIAHAN

 Wajib hadir tepat waktu, disetiap perkuliahan (tatap


muka)
 Toleransi : 25 % dari tatap muka (termasuk ijin, sakit,
dan lain-lainnya).
 Perserta yang kehadirannya dalam perkuliahan
kurang dari 75 % dari tatap muka, TIDAK BERHAK
MENDAPAT NILAI INCOMPLETE (NILAI I).
 Wajib menggunakan pakaian sopan dan rapih
(kemeja blouse, atau kaos berkerah) dan
menggunakan sepatu.
A. BUKU WAJIB

1. Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia,


Hukum Tanah Nasional, edisi 2013, Penerbit
Universitas Trisakti.

2. Prof. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia:


Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah,
(Edisi 2008), Penerbit Djambatan.

3. Reading Material (Diktat Azas-azas Hukum


Agraria) yang dibukukan Pengajar.
B. BAHAN BACAAN TAMBAHAN

1. Prof. Arie S. Hutagalung, SH, MLI, Condominium


dan Permasalahannya, Jakarta BPFH Universitas
Indonesia, edisi revisi 2007.

2. Prof. Arie S. Hutagalung, SH, MLI, Tebaran


Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, LPHI
Jakarta, 2005.

3. Prof. Arie S. Hutagalung, SH, MLI, Serba Aneka


Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi (Suatu
Kumpulan Karangan) Jakarta : BPFH Universitas
Indonesia, 1999.
Komponen Penilaian
1. Kehadiran
2. Tugas Terstruktur
3. UTS
4. UAS

Catatan:
Nilai I hanya akan diberikan kepada
mahasiswa yang tidak mengikuti UTS atau
UAS yang memenuhi persyaratan persentase
kehadiran minimal 75%.
SAP HUKUM AGRARIA
Prog. Sarjana
MINGGU TOPIK MATERI
KE
I Perkenalan Perkenalan dan Penjelasan Umum
Perkuliahan dan Materi Perkuliahan

A. Pengertian dan Ruang 1. Dalam arti luas


Lingkup Hukum Agraria 2. Dalam arti sempit

B. Garis-garis Besar 1. Hukum Tanah Lama (sebelum


Perkembangan Hukum UUPA)
Tanah di Indonesia a. Hukum Tanah Adat
b. Hukum Tanah Swaparaja
c. Hukum Tanah Administrasi
d. Hukum Tanah Antar Golongan
2. Macam Hak Penguasaan atas Tanah di
Indonesia dan Pengaturannya Dalam
Sistem Tanah Sebelum UUPA
a. Tanah Hak Indonesia
b. Tanah Hak Barat
MINGGU TOPIK MATERI
KE
II 3. Hukum Tanah Nasional (Hukum
Tanah Baru

C. Pembentukan UUPA dan 1. Fungsi UUPA


Perkembangan Hukum 2. Tujuan UUPA
Tanah di Indonesia 3. Hubungan Fungsionil UUPA sebagai
HTN
4. Konsepsi Hukum Tanah Nasional
III D. Hak Penguasaan atas 1. Pengertian
Tanah 2. Macam Hak Penguasaan atas Tanah
Menurut Hukum Tanah 3. Uraian Hak Atas Tanah
Nasional a. Hak Milik/Perwakafan
b. Hak Guna Usaha

IV c. Hak Guna Bangunan


d. Hak Pakai
e. Hak Pengelolaan
MINGGU TOPIK MATERI
KE
V f. Hak Sewa
g. Hak Gadai
h. Hak Usaha Bagi Hasil
i. Hak Menumpang
VI E. Landreform di Indonesia 1. Pengertian
2. Tujuan
3. Landasan Hukum Landreform
4. Program Landreform
VII Resume

VIII UJIAN TENGAH SEMESTER

IX F. Pengadaan Tanah Untuk 1. Fungsi Tanah


Pembangunan 2. Tata cara Memperoleh Tanah yang
Diperlukan
a. Permohonan Hak
b. Perjanjian dengan Pemilik Tanah
MINGGU TOPIK MATERI
KE
X c. Pemindahan Hak
d. Pelepasan Hak
e. Pencabutan Hak

XI G. Pendaftaran Tanah 1. Jaminan Kepastian Hukum


2. Pengertian
3. Peraturan/Dasar Hukum
4. Tujuan
5. Instansi Penyelenggara
6. Pelaksanaan Kegiatan
Pendaftaran Tanah
7. Kekuatan Pembuktian Sertipikat
Hak atas Tanah
MINGGU KE TOPIK MATERI
XII H. Tanah Sebagai Jaminan 1. Pengertian, Ciri-ciri, Sifat dan
Hutang Perkembangan Pengaturan Hak
Jaminan Atas Tanah
2. Subyek dan Obyek HT, HT untuk tanah
HGB diatas tanah HPL
3. Pembebanan HT
4. Peralihan dan Hapusnya HT
5. Eksekusi HT
XIII I. Rumah Susun di Indonesia 1. Tujuan
2. Pengertian
3. Hak atas Tanah yang dapat dibangun
Rumah Susun
4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
5. Pembebanan HT atas Rumah Susun
dan Satuan Rumah Susun
6. Perhimpunan Penghuni

XIV Resume

XV UJIAN AKHIR SEMESTER


PENGERTIAN AGRARIA DALAM UUPA

Pengertian agraria meliputi bumi, air


dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya.
 Pengertian bumi meliputi permukaan bumi
(yang disebut tanah), tubuh bumi di
bawahnya serta yang berada di bawah air
(Pasal 1 ayat 4 jo Pasal 4 ayat 1).

 Pengertian air meliputi baik perairan


pedalaman maupun laut wilayah Indonesia
(Pasal 1 ayat 5)
 Kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi
disebut bahan-bahan galian, yaitu unsur-unsur
kimia, mineral-mineral, dll. (Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan dan Undang-
undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi telah dirubah dengan Undang-undang
No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara).

 Kekayaan alam yang terkandung di dalam air


adalah ikan dan lain-lain kekayaan alam yang
berada di dalam perairan pedalaman dan laut
wilayah Indonesia (Undang-undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan).
Pengertian Agraria dalam UUPA hakikatnya
adalah sama dengan pengertian ruang dalam
Undang-undang No. 26 Tahun 2007

Dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan :

“Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang


laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya”.
Dalam Penetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001 tanggal 9
November 2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, dinyatakan bahwa
“Sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi,
air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan nasional
yang wajib disyukuri. Oleh karena itu harus dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal bagi generasi
sekarang dan generasi mendatang dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur”.
Bumi, air ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam UUPA dicakup dengan
pengertian “Agraria”, sebagaimana juga dinyatakan
dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001 diatas.
Hukum Agraria merupakan suatu kelompok
berbagai bidang hukum, yang masing-masing
mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-
sumber daya alam tertentu yang termasuk
pengertian Agraria.

Kelompok tersebut terdiri atas :


1. Hukum Tanah
2. Hukum Air
3. Hukum Pertambangan
4. Hukum Perikanan
5.Hukum Kehutanan
6. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-
unsur Dalam Ruang Angkasa (bukan “Space
Law”)
HUKUM AGRARIA

LUAS SEMPIT

PENGERTIAN Seperangkat hukum yang Seperangkat hukum yang


mengatur Hak Penguasaan mengatur Hak Penguasaan
atas Sumber Alam atas Tanah

OBYEK Hak Penguasaan atas Sumber- Hak Penguasaan Atas


sumber Alam Tanah

- Hukum Tanah
RUANG - Hukum Air Hukum Tanah
LINGKUP - Hukum Pertambangan
- Hukum Perikanan
- Hukum Kehutanan
- Hukum atas Tenaga dan
Unsur-unsur dalam Ruang
Angkasa (bukan Space Law)
Pengertian Tanah dan Hak Atas Tanah

1. Dalam pasal 4 dinyatakan, bahwa atas dasar hak


menguasai dari Negara....... ditentukan adanya
macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh orang-orang.......

Dengan demikian jelaslah, bahwa tanah dalam


pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat
1). Sedang hak atas tanah adalah hak atas
sebagian tertentu permukaan bumi, yang
berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang
dan lebar.
2. a. Yang dipunyai dengan hak atas tanah itu
adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu
dari permukaan bumi.

b. Wewenang menggunakan yang bersumber


pada hak tersebut diperluas hingga meliputi
juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang
ada di bawah tanah dan air serta ruang yang
ada diatasnya.

c. Batas yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2)


dengan kata-kata : sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-
batas menurut undang-undang ini (yaitu:
UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih
tinggi.
3. a. Pasal 8: pengambilan kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi, air dan ruang angkasa
perlu diatur.
b. Penjelasan Pasal 8 disebutkan: karena ... hak-hak
atas tanah itu hanya memberi hak atas permukaan
bumi, maka wewenang-wewenang yang bersumber
daripadanya tidaklah mengenai kekayaan-kekayaan
alam yang terkandung dalam tubuh bumi, air dan
ruang angkasa. Oleh karena itu maka pengambilan
kekayaan yang dimaksudkan itu memerlukan
pengaturan tersendiri. Ketentuan ini merupakan
pangkal bagi perundang-undangan pertambangan
dan lain-lainnya.
c. Pengambilan kekayaan alam yang berupa bahan-
bahan galian yang telah disinggung di atas,
memerlukan adanya hak tersendiri, yaitu Kuasa
Pertambangan yang diatur dalam UU Pokok
Pertambangan.
4. a. Dalam Hukum Tanah negara-negara yang
menggunakan apa yang disebut “Azas Accessie” atau
“Asas perlekatan”, bangunan dan tanaman yang ada
di atas dan merupakan satu kesatuan dengan tanah,
merupakan “bagian” dari tanah yang bersangkutan.

b. Perbuatan hukum mengenai tanah dengan


sendirinya, karena hukum meliputi juga tanaman
dan bangunan yang ada di atasnya.

c. Hukum Tanah kita menggunakan asas Hukum Adat


yang disebut asas pemisahan horizontal (dalam
bahasa Belanda disebut : “horizontale scheiding”).
Bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian
dari tanah. Maka hak atas tanah tidak dengan
sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan
tanaman yang ada di atasnya.
5. Perbuatan hukum yang dilakukan bisa meliputi
tanahnya saja. Atau hanya meliputi bangunan
dan/atau tanamannya saja, yang kemudian
dibongkar (“adol bedol”) atau tetap berada di
atas tanah yang bersangkutan (“adol ngebregi”).
Perbuatan hukumnya pun bisa juga meliputi
tanah berikut bangunan dan/atau tanaman keras
yang ada di atasnya, dalam hal mana apa yang
dimaksudkan itu wajib secara tegas dinyatakan.
6. Pengertian “land” dalam perundang-undangan negara
lain.
a. Dalam National Land Code Malaysia (1965) pasal 5
pengertian “tanah” yang disebut land meliputi
(“includes”) :
i. that surface of the earth and all substances
forming that surface;
ii. the earth below the surface and all substances
therein;
iii. all vegetation and other natural products,
whether or not requiring the periodical
application of labour to their production, and
whether on or below the surface;
iv. all things attached to the earth or permanently
fastened to anything attached to the earth,
whether on or below the surface; and
v. land covered by water.
b. Dalam Land Titles Act Singapura (1993) Pasal 4
pengertian land didefinisikan sebagai :

the surface of any defined parcel of the earth,


and all substances there under, and so much of
the column of air above the surface as is
reasonably necessary for the proprietor’s use
and enjoyment, and includes any estate or
interest in land all vegetation growing thereon
and structures affixed thereon or any parcel of
airspace or subterranean pace held apart form
the surface of the land as shown in an
approved plan Subject to any provisions to
the contrary the proprietorship of land includes
natural rights to air, light, water, and
support and the right of access to any
highway on which the land abuts.
Ada persamaan hakiki dengan pengertian “tanah”
dalam arti yuridis seperti dijelaskan dalam UUPA,
yaitu bahwa yang dimaksudkan dengan “land”
adalah juga “permukaan bumi”. Tetapi diperluas
hingga meliputi juga hak atas tubuh bumi di bawah
dan ruang udara di atasnya, dalam batas-batas
keperluannya yang wajar.

Perbedaan lain adalah mengenai pemilikan


bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah.
Malaysia dan Singapura, seperti negara-negara lain
pada umumnya, menggunakan asas accessie. Ada
perbedaan juga mengenai pemilikan kekayaan alam
dalam tubuh bumi di bawah yang dihaki. Ketentuan
hukumnya di berbagai negara tidak seragam.
7. Negara Bagian Amerika Serikat (Arkansas,
Kansas, Mississipi, Ohio, Pennsylvania, Texas
dan West Virginia), yang disebut ownership
states, minyak bumi dan gas, seperti halnya
batubara dan mineral lainnya yang ada dalam
tubuh bumi di bawah tanah adalah milik yang
empunya tanah.

8. Dalam Hukum Negara Bagian New South Wales,


Australia, semua minyak bumi dan helium
adalah milik Crown, yang penguasaanya ada
pada Negara Bagian. Emas dan perak juga milik
Crown.
GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH SEBELUM 24/9/1960

HUKUM TANAH YANG DUALISTIS

Perangkat Hukum Perangkat Hukum


Tanah Barat Tanah Adat

Kaedah-kaedahnya Kaedah-kaedahnya

Tertulis Tidak tertulis Tertulis Tidak tertulis

Diciptakan : Sebagai hukum


Buku II BW Hk. Kebiasaan
yang berlaku
(Belanda Kuno) -Pemr. HB
Buku III BW dikalangan orang
-Pemr. Swapraja Indonesia asli
Buku IV BW
(Bumiputra)
Pra BW (seb. 1848)
(Hk. Tanah
Swapraja)
Agr. Wet 1870
Hk. Tanah Adm
Agr. Besluit 1870
Hukum
Tanah Adat
Ketentuan DUALISTIS
Pokok
Hukum Tanah
Barat
PLURALISTIS

Hukum Tanah Antar Golongan

Ketentuan
Hukum Tanah Administrasi
Pelengkap

Hukum Tanah Swapraja


Tanah Hak Diatur oleh Hukum
Tanah Adat
Indonesia
Belum didaftar

STATUS TANAH
DI INDONESIA
SEBELUM UUPA

Sudah didaftar
Tanah Hak Diatur oleh Hukum
Barat Tanah Barat
Pada dasarnya tanah Hak Indonesia meliputi semua
tanah yang tidak diatur oleh Hukum Tanah Barat.

a. Kaedah tidak tertulis, yang berlaku di Indonesia


bagi penduduk asli sejak semula;

b. Kaedah tertulis, yang diciptakan oleh :


- Pemerintah Swapraja, misalnya peraturan
mengenai tanah di daerah Kesultanan
Yogyakarta, Surakarta atau Sumatera Timur
- Pemerintah Hindia Belanda, misalnya :
(1) Hak Agrarisch Eigendom, Stbl. 1872-117
(Koninklijk Besluit) dan Stbl. 1873-38;
(2) Grond Vervreemdings Verbod (larangan
pengasingan tanah), Stbl. 1875-179
Mis. Overschrijvings Ord.
Tertulis
Stbl. 1834-27

HUKUM
BELANDA
KUNO
Peraturan tentang sewa
menyewa tanah partikelir, mis.
Zaman VOC dulu sebagian tanah
di Jakarta adalah milik partikelir
Tidak yang disewakan untuk
tertulis mendirikan bangunan. Lembaga
ini diatur menurut hukum
kebiasaan dan dikenal sebagai
“Bataviasche Grondhuur”
BUKU II BW, antara lain mengatur lembaga-lembaga :
-Eigendom (Pasal 571)
-Opstal (Pasal 711)
-Erfpacht (Pasal 720)
-Gebruik (Pasal 818)

BUKU III BW, mengatur :


1. Masalah jual beli tanah yang terdiri dari 2 tahap (Pasal 1457
SESUDAH & 1458):
1848 - Tahap perjanjian, yang belum berarti hak atas tanah
berpindah;
- Tahap jurisdische levering, tahap terjadinya pemindahan
hak atas tanah yaitu balik nama di kantor kadaster
2. Masalah sewa menyewa tanah (Pasal 1588-1600).
Ketentuan sewa menyewa ini dengan adanya UUPA sekarang
tidak berlaku lagi.

BUKU IV BW, mengatur lembaga daluwarsa (acquisitive


verjaring) yang upaya hukum untuk dinyatakan sebagai
eigenaar (Pasal 610 – 1955 jo 1963). Acaranya disebut
“eigendom-uitwijzing” (Pasal 621, 622 dan 623).
Selain itu, hak eigendom dapat diperoleh melalui lembaga
daluwarsa (Pasal 584)
TANAH DOMAIN NEGARA

Tanah Tanah Tanah Hak Tanah Hak Tanah


Daerah Hak Barat Adat Kosong
Swapraja Eigendom lainnya
HUKUM TANAH BARAT

Sebagai Pemilik Sebagai Penguasa

Hak-hak Perorangan : Hak-hak Indonesia:


- Hak Eigendom Hak Milik Adat
- Hak Erfpacht
- Hak Opstal
- Hak Gebruik
- Hak Sewa
Hak Hak
Opstal Opstal

Hak Hak
Erfpacht
Perjanj Tanah Tanah Perjanj Erfpacht
Hak Hak
Eigendom Domein
Hak Hak
Sewa Sewa

Hak Hak
Gebruik Gebruik

Melalui Jual Beli

Hak Eigendom
HUKUM TANAH ADAT

Hak Ulayat

Unsur Kepunyaan Unsur Kekuasaan

Kepala Adat

Hak-hak Perorangan:
(Hak-hak atas Tanah)

Primer : Hak Milik Adat


Hak Pakai

Sekunder : Hak Gadai


Hak Usaha Bagi Hasil
Magersari, Sewa
HUKUM TANAH NASIONAL

Hak Bangsa (Ps. 1)

Unsur Kepunyaan Unsur Kekuasaan

Hak Menguasai Negara


(Ps. 2)

Hak-hak Perorangan:
(Hak-hak atas Tanah)
Primer : Hak Milik
Hak Pakai
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Sekunder : Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Hak Gadai
Hak Usaha Bagi Hasil
Magersari, Sewa
SEBELUM UUPA S/D SESUDAH UUPA
23 SEPTEMBER 1960 (Sesudah 24
SEPTEMBER 1960)
Terpencar dalam berbagai
KEDUDUKAN HUKUM hukum: Satu Obyek
- Hk. Tanah Barat Adm. Satu Sistimatika
Perdata
- Hk. Tanah Adat Adm.

Perdata
- Hk. Tanah Administrasi

- Hk. Tanah Swapraja

- Hk. Tanah Antar

Golongan
KEDUDUKAN NEGARA Pemilik /Badan Hukum Badan Penguasa
Perdata
KEDUDUKAN HAK Hak-hak Barat Unifikasi dalam Hak
Hak-hak Adat melalui Ketentuan
Hak-hak Swapraja Konversi

Anda mungkin juga menyukai