Dosen pengampu :
-Sofiana
-Robi Setiawan
Fakultas Syariah
2021/2011
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk
pangan, papan atau tempat tinggal dan kebutuhan lain yang bersifat
B. Rumusan Masalah
Dari tema dan judul makalah ini di dapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dibahasnya materi terkait "pengadaan tanah,pencabutan hak atas
kerugiannya.
Bab II
Pembahasan
A. Pengadaan Tanah
1. Pengertian
a. Boedi Harsono
b. Gunanegara
tanah Negara.
kesukarelaan.
2. Asas-asas
asas :
a. Kemanusiaan
proporsional.
b. Keadilan
c. Kemanfaatan
Hasil pengadaan tanah mampu memberikan manfaat secara
d. Kepastian
e. Keterbukaan
f. Kesepakatan
bersama.
g. Keikutsertaan
pembangunan.
h. Kesejahteraan
i. Keberlanjutan
Kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus
diharapkan.
j. Keselarasan
3. Dasar hukum
konflik dalam masyarakat. Untuk itu perlu dikaji ulang keberadaan dari
Pengadaan Tanah.
4. Bentuk-bentuk
atas tanah dengan pembebasan tanah ialah, jika dalam pencabutan hak
hak atas tanah dan dengan cara pencabutan hak atas tanah. Namun
Jika pada Perpres No. 36 Tahun 2005 terdapat kesan alternatif antara
tanah. Artinya ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia (HAM), Perpres No
peraturan sebelumnya.
18A. Pasal 18A menentukan apabila yang berhak atas tanah atau benda-
5. Prosedur
a. Perencanaan
Pada tahapan ini setiap instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah,
yang sedikitnya memuat:
1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan,
8) Rencana penganggaran.
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah tersebut disusun berdasarkan studi
kelayakan yang mencakup survei sosial ekonomi, kelayakan lokasi, analisis biaya
dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat, perkiraan harga tanah,
dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat pengadaan
tanah dan bangunan, serta studi lain yang diperlukan. Dokumen Perencanaan
tersebut selanjutnya diserahkan oleh instansi yang memerlukan tanah kepada
Gubernur yang melingkupi wilayah dimana letak tanah berada.
b. Persiapan
Dalam tahapan persiapan, Gubernur membentuk Tim Persiapan dalam waktu
paling lama 10 hari kerja, yang beranggotakan Bupati/Walikota, SKPD Provinsi
terkait, instansi yang memerlukan tanah, dan instansi terkait lainnya. Untuk
kelancaran pelaksanaan tugas Tim Persiapan, Gubernur membentuk sekretariat
persiapan Pengadaan Tanah yang berkedudukan di Sekretariat Daerah Provinsi.
Adapun tugas Tim Persiapan sebagai berikut:
1) Melaksanakan Pemberitahuan Rencana Pembangunan
Pemberitahuan rencana pembangunan ditandatangani Ketua Tim
Persiapan dan diberitahukan kepada masyarakat pada lokasi rencana
pembangunan, paling lama 20 hari kerja setelah Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah diterima resmi oleh Gubernur. Pemberitahuan dapat
dilakukan secara langsung melalui sosialisasi, tatap muka, dan/atau
surat pemberitahuan, atau melalui pemberitahuan secara tidak
langsung melalui media cetak maupun media elektronik
2) Melakukan Pendataan Awal Lokasi Rencana Pengadaan
Pendataan awal lokasi rencana pengadaan meliputi kegiatan
pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah
bersama aparat kelurahan/desa paling lama 30 hari kerja sejak
pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan dituangkan
dalam bentuk daftar sementara lokasi rencana pembangunan yang
ditandatangani Ketua Tim Persiapan sebagai bahan untuk pelaksanaan
Konsultasi Publik rencana pembangunan.
3) Melaksanakan Konsultasi Publik Rencana Pembangunan
Konsultasi Publik rencana pembangunan dilakukan untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak dan
masyarakat yang terkena dampak, dan dilaksanakan paling lama 60 hari
kerja sejak tanggal ditandatanganinya daftar sementara lokasi rencana
pembangunan. Hasil kesepakatan atas lokasi rencana pembangunan
dituangkan dalam berita acara kesepakatan.
4) Menyiapkan Penetapan Lokasi Pembangunan
Penetapan Lokasi Pembangunan dibuat berdasarkan kesepakatan yang
telah dilakukan Tim Persiapan dengan Pihak yang Berhak atau
berdasarkan karena ditolaknya keberatan dari Pihak yang Keberatan.
Penetapan Lokasi Pembangunan dilampiri peta lokasi pembangunan
yang disiapkan oleh instansi yang memerlukan tanah. Penetapan Lokasi
Pembangunan berlaku untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat dilakukan
permohonan perpanjangan waktu 1 kali untuk waktu paling lama 1
Tulisan Hukum – Seksi Informasi Hukum 10 tahun kepada gubernur yang
diajukan paling lambat 2 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
Penetapan Lokasi Pembangunan.
5) Mengumumkan Penetapan Lokasi Pembangunan
Pengumuman atas Penetapan Lokasi Pembangunan untuk kepentingan
umum paling lambat 3 hari sejak dikeluarkan Penetapan Lokasi
Pembangunan yang dilaksanakan dengan cara ditempelkan di kantor
Kelurahan/Desa, dan/atau kantor Kabupaten/Kota dan di lokasi
pembangunan maupun diumumkan melalui media cetak dan/atau
media elektronik. Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan
dilaksanakan selama paling kurang 14 hari kerja.
c. Pelaksanaan
Berdasarkan Penetapan Lokasi Pembangunan untuk kepentingan umum, instansi
yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan Pengadaan Tanah kepada
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dengan dilengkapi/dilampiri Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah dan Penetapan Lokasi Pembangunan. Ketentuan
mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah diserahkan kepada Kepala BPN,
yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN selaku Ketua
Pelaksana Pengadaan Tanah. Pelaksana Pengadaan Tanah kemudian melakukan
penyiapan pelaksanaan Pengadaan Tanah yang dituangkan dalam Rencana Kerja
yang memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Rencana pendanaan pelaksanaan
1. Pengertian
Pencabutan hak atas tanah (Onteigening) didasari oleh ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-
Benda Yang Ada diatasnya. Pencabutan hak atas tanah merupakan pengambilan
tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh perseorangan atau badan hukum secara paksa
oleh negara untuk kepentingan umum tanpa yang bersangkutan melakukan
pelanggaran atau lalai dalam memenuhi sesuatu kewajiban hukum, dengan
pemberian ganti kerugian yang layak yang mengakibatkan hak atas tanah menjadi
hapus dan tanahnya kembali menjadi tanah negara atau tanah yang dikuasai
langsung oleh negara.
Di Indonesia peraturan yang mengatur baik pemebasan tanah atau pencabutan hak
atas tanah yaitu dasar Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 maka peraturan yang ada
dan berlaku pada saat itu tetap dapat diberlakukan sepanjang belum dibuat yang
baru dan tidak bertentangan dengan ketntuan dalam UUD 1945. Dengan adanya
ketentuan tersebut maka ketentuan pembebasan tanah pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda yang diatur dalam Gouvernements Besluit 1927 sebagaimana telah
di rubah dengan Gouvernements Besluit 1932 dan peraturan pencabutan tanah
sebagaimana diatur dalam Stb. 1920 nomor 574 dinyatakan tetap berlaku.
pencabutan tanah secara tegas diatur dalam UUPA. Dalam Pasal 18 UUPA
disebutkan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan
negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut,
dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan
Undang-Undang. Dari ketentuan Pasal 18 UUPA tersebut maka dapat dikatakan
bahwa pencabutan hak atas tanah tersebut dapat dilakukan sepanjang tanah
tersebut diperuntukkan bagi kepentingan umum, sesuai dengan ketentuan pasal 16
UUPA bahwa tanah mempunyai pungsi sosial.
Kewenangan Negara dalam pengambil alihan hak atas tanah untuk kepentingan
umum di Indonesia di derivasikan dari Hak Menguasai Negara Hak menguasai negara
memberikan kewenangan pengaturan dan penyelenggaraan bagi Negara Dan dalam
perkecualian untuk kepentinga numum baru dapat mengambil alih hak atas tanah
rakyat. Negara tidak memiliki semua tanah maka Negara harus membayar
kompensasi jika Negara memerlukan tanah milik rakyat untuk penyelenggaraan
kepentingan umum tersebut.
Berbeda dengan Hak Menguasai Negara yang dalam UUPA menempatkan Negara
sebagai personifikasi seluruh rakyat untuk mengatur, menyelenggarakan
peruntukkan, mengatur dan menentukan hubungan rakyat dan tanah, tetapi hanya
bersifat hukum publik Menurut asas ini, Negara tidak dapat memiliki tanah
sebagaimana perseorangan, meskipun Negara dapat menguasai tanah Negara,
prinsip ini harus ditafsirkan sebagai peran Negara, yaitu sebagai wasit yang adil yang
menentukan aturan main yang ditaati oleh semua pihak dan bahwa Negara juga
tunduk pada peraturan yang dibuatnya sendiri ketika turut berperan sebagai aktor
Sebaliknya dengan konsep fungsi sosial hak atas tanah yang juga menjadi legitimasi
Negara dalam pengambilalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum.
Sebagai peraturan lebih lanjut maka dikeluarkan Undang-UndangNomor 20 Tahun
1961 Tentang Pencabutan HakAtas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya,
Lembaran Negara (LN) Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara (TLN)
Nomor 2324. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tersebut
maka ketentuan mengenai pencabutan tanah pada masa Pemerintahan Hindia
Belanda sebagaimana diatur dalam Onteigening sordonnantie (Stb. 1920 Nomor
574) dinyatakan tidak berlaku.
2. Syarat pencabutan hak atas tanah
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 18 UUPA tentang Ontiegening tersebut
dituntut persayaratan tegas dan ketat sebagai berikut:
a. Pencabutan hak hanya dapat dilaksanakan bilamana kepentingan umum
benar-benar menghendaki. Unsur kepentingan umum ini harus tegas
menjadi dasar dalam pencabutan hak ini.
b. Sesuai dengan ketentuan UU No. 20 tahun 1961 pencabutan hak atas
tanahnya dapat dilakukan atas izin presiden.
c. hak atas tanah tersebut harus di sertai ganti rugi yang layak.
Pencabutan hak yang dilakukan oleh pemerintah tanpa mengindahkan persyaratan
tersebut adalah merupakan perbuatan melanggar hukum atau menyalahgunakan
wewenang oleh pemerintah.
C. Tata cara penetapan ganti kerugian
Dalam peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 15 tahun 1975 adalah suatu panitia yang
bertugas melakukan dan menetapkan dalam rangka pembembebasan hak atas tanah
dengan atau tampa bangunan, tanaman, tumbuh-tumbuhan diatasnya yang
pembentukannya di tetapkan oleh oleh Gubenur Kepala Daerah untuk masing-masing
Kabupaten dan Kotamadya dalam suatu wilayan provinsi yang bersangkutan dengan
panitia ini sebenarnya terjawab berapa jauh harga patokan tanah akan di tetapkan di
satu wilayah :
1. Mengadakan investarisasi dari serta penelitian setempat terhadap keadaan
tanahnya, tanaman, tumbuh-tumbuhan dan bangunan-bagunan.
2. Mengandakan prundingan dengan para pemegang hak atas tanah dan bagunan,
serta tanaman.
3. Menaksir besarnya ganti rugi yang akan di bayarkan kepada yang berhak.
E. Penilaian
Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh
Lembaga Penilai Harga Tanah/Tim Penilai Harga Tanah. Lembaga Penilai Harga Tanah saat ini
dipercayakan kepada Lembaga Penilai Independen yaitu Lembaga Appraisal yang mendapat
lisensi dari Menteri Keuangan dan BPN. Sedangkan untuk harga bangunan dan/atau tanaman
dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala
Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau benda lain yang
berkaitan dengan tanah tersebut.
Tim Penilai Harga Tanah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan NJOP atau nilai
nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada
variable-variabel sebagai berikut :
F. Ganti Kerugian
Ganti rugi yang layak didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari tanah atau benda yang
bersangkutan.13 Pola penetapan ganti rugi atas tanah dinegara kita ditetapkan melalui
musyawarah dengan memperhatikan harga umum setempat disamping faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tanah. 14 Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa :
1. Uang.
2. Tanah pengganti.
3. Pemukiman kembali.
4. Gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian a, b, dan c.
5. Bentuk lain yang disetujui para pihak.
Guna mewujudkan hal tersebut di atas maka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum dengan cara pembebasan hak-hak atas tanah masyarakat haruslah diatur
dalam suatu undang-undang, yang mencerminkan pengakuan dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia khususnya hak-hak keperdataan dan hak-hak ekonomi yang dimilikinya.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan
Daftar Pustaka
Rof Wahanisa,"Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda yang Ada Diadanya:
Antara Ada dan Tiada", Jurnal Rechts Vinding/ media pembinaan hukum
2022.
pengadaan-tanah-bagi-pembangunan-untuk-kepentingan-umum-berdasarkan-