Oleh :
201610110311357
FAKULTAS HUKUM
2019
Assalamualaikum Bu Fathul…
Saya Ananda Fitriana, murid ibu di mata kuliah Hukum Peralihan Hak Atas Tanah
di kelas A. Foto diatas adalah foto saat pemberian materi Pengadaan Tanah untuk
kepentingan umum. Saya yang berjilbab abu-abu berada ditengah diantara para
teman laki-laki tersebut. Terimakasih banyak saya ucapkan kepada Bu Fathul yang
selama 1 semester ini telah memberikan dan berbagi ilmunya kepada saya dan
teman-teman yang lain. Makalah ini saya buat dan saya kerjakan sesuai kemampuan
saya dan insyallah akan saya maksimalkan. Mohon maaf bu, apabila ada salah dan
kekurangan pada tulisan saya.
Wassalamu’alaikum…
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Istilah “pengadaan tanah” secara yuridis pertama kali dikenal sejak keluarnya
Keputusan Presiden (Keppres) No.55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pengadaan Tanah adalah
setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian
kepada yang berhak atas tanah tersebut.1 Dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun
2005 sebagai penganti Keppres diatas, disebutkan bahwa pengadaan tanah adalah
setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi
kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-
benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.2
Kemudian Perpres No. 65 Tahun 2006 mengubah lagi pengertian pengadaan tanah
setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberi ganti rugi kepada
yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah.
1
Pasal 1 angka 1 Keppres No.55 Tahun 1993
2
Pasal 1 angka 3 Perpres No. 36 Tahun 2005
Pasal 18 UUPA menyebutkan bahwa “ Untuk kepentingan umum, termasuk
kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak
atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut
cara yang diatur dengan Undang-Undang”. Pelaksanaan Pasal 18 ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan
Benda-Benda Yang Ada Diatasnya dan operasionalnya berdasarkan pada Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1973 tentang Pelaksanaan Pencabutan
Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya. Pasal 1 Undang-
Undang no 20 Tahun 1961 menyebutkan bahwa : Untuk kepentingan umum
termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat,
demikian pula kepentingan pembangunan, maka Presiden dalam keadaan memaksa
setelah mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman dan Menteri yang
bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada
diatasnya.”.
3
Pasal 11 ayat (1) UU No.2 Tahun 2012
4
Pasal 10 UU No.2 Tahun 2012
Jenis Kegiatan Pembangunan pada saat ini yang berkaitan Pelaksanaan
Pangadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang telah
menerapkan UU No. 2 Tahun 2012, Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2012
dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 2012 di Jawa
Timur antara lain : pembangunan irigasi, jalan lingkar Tuban, pelebaran jalan
Trenggalek dan pembangunan lumbung Desa. Selain dari itu ada beberapa
kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum pada
tahun anggaran 2013 yang belum terealisasi salah satunya Kabupaten Sidoarjo
yaitu :
- Pengadaan tanah untuk bumi perkemahan di Kecamatan Krembung.
- Pengadaan tanah untuk perluasan akses jalan masuk BLKI di Desa
Kepadangan
- Pengadaan tanah untuk pembangunan SMKN di Kecamatan Prambon
- Pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kecamatan Sukodono
- Pengadaan tanah perluasan SDN Ganting Kecamatan Gedangan
- Pengadaan tanah Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Desa
Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin dan lain-lain.
5
www.bphn.go.id
Jika dilihat dari data di atas, sebenarnya masyarakat tidak menolak
pembangunan jalan tol tersebut. Namun, prosedur pembebasan dalam proses
pengadaan tanah dianggap telah merugikan mereka. Jika dilihat dari proses
tersebut, maka setidaknya terdapat beberapa titik krusial dalam proses
pengadaan tanah yang harus dipenuhi:
6
Ibid
yang tertera di dalam sertifikat/girik. Sehingga masyarakat menuduh
petugas telah mendapatkan selisih ukuran tanah tersebut.
5. Tanah fasilitas sosial dan fasilitas umum kerap diberi ganti kerugian
kepada daftar nama orang yang tidak dikenal.
6. Pada tanah-tanah masyarakat yang bergeming dengan proses ganti rugi
dan tanahnya belum bersertifikat beredar nama-nama palsu dimasukkan
kedalam tanah-tanah tersebut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
dilapangan berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 saat ini
dalam kenyataan belum efektif, karena memang masih dalam transisi,
sehingga belum mencapai rasa keadilan masyarakat yang tanahnya
dibebaskan terutama :
- Dari segi prosedur belum melibatkan semua pihak-pihak atau orang-
orang yang berkepentingan yang kehidupannya ada ketergantungan
dengan tanah itu.
- Kompensasi atau pengganti kerugian belum ada standar baku yang
diterima oleh rasa keadilan masyarakat atau warga masyarakat yang
berkepentingan karena fakta lapangan menunjukan adanya proses
ketidakadilan.
2. Hambatan yang sering ditemui dalam Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dikaji dari aspek
Budaya Hukum adalah berupa :
- Masih terdapat pro dan kontra terhadap pelaksanaan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum .
- Sulitnya menyatukan kesepakatan tentang penentuan besarnya ganti
rugi pelepasan tanah karena adanya perbedaan pendapat antara pihak
yang berkepentingan.
- Adanya antitesis sikap dan perilaku masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah.
- Berkembangnya nilai individualistis dan melemahnya nilai
kolektifvistik.
- Dominannya kebijakan pemerintah sebagai pelaksana pembangunan
daripada sebagai pelindung warga masyarakat pemilik tanah.
DAFTAR PUSTAKA