RESUME
- Perencanaan
- Pemanfaatan
- Pengendalian
- Pemeliharaan
- Pengawasan
- Penegakan Hukum
Konteks dan Urgensi dari KLHS adalah karena penururan dari Daya dukung dan Daya
tampung Lingkungan Hidup, karena dari waktu ke waktu dan tahun ke tahun penuruan ini
semakin nyata terjadi, itulah mengapa butuhnya jaminan kebijakan pemerintah sesuai dengan
prinsipnya Pembangunan Berkelanjutan. Visi konsepnya adalah dengan perbaikan strategi dan
perbaikan desain, perbaikan strategi adalah dengan menyiapkan kondisi agar pembangunan
dapat berkelanjutan, untuk perbaikan desainnya adalah dengan meminimalkan dampak negatif
pembanunan terhadap aspek lingkungan hidup. Skenario pembangunan daerah antara lain
adalah melampaui DDDTLH atau tidak, area kritis dimana, dampak kumulatif dimana dan
kapan puncaknya potensi kerugian SDA dan layanan ekosistem berapa. PP No. 46 tahun 2016
ditetapkan untuk melaksanakan pasal 18 Undang – undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Tujuan Nasional kesejahteraan umum melalui Lingkungan Hidup dan Sumber Daya
Alam, dengan cara Negara memiliki hak menguasai untuk melindungi rakyatnya, dan rakyat
itu berhak untuk dilindungi oleh negara melalui Hak Asasi Manusia. Kemudian apabila Fakta
ekologisnya masyarakat merusak dan mencemari Lingkungan hidup maka negara wajib
melindungi lingkungan ini, dan kemudian apabila kesejahteraan terganggu maka negara harus
memiliki cara untuk mengantisipasinya dengan aturannya, untuk melindungi Lingkungan
hidup dari perusakan dan pencemaran.
2.Mengapa hukum diperlukan dalam pengelolaan lingkungan, karena dahulu terdapat
anggapan bahwa pengertian dan perhatian manusia terhadap alam sebagai tempat hidupnya
hanya semata-mata dijadikan sebagai obyek saja. Manusia belum begitu sadar dan dapat
membayangkan bahwa antara alam tempatnya hidup dengan manusia adalah mempunyai
kedudukan yang sama. Dalam pengertian bahwa dalam alam, fungsi manusia dan fungsi
“tempat hidup” itu sama pentingnya karena saling isi-mengisi dan saling pengaruh dan
mempengaruhi. Atas dasar kenyataan alam tersebut, maka perlu manusia juga senantiasa
melindungi dan memelihara “tempat hidupnya” secara seksama, seperti halnya manusia
melindungi dan memelihara dirinya sendiri.
Manusia dalam hidupnya harus melindungi dan mengamankan “alam” agar dapat
terselenggara secara teratur dan pasti, pula agar dapat diikuti serta ditaati semua pihak, maka
perlu perlindungan dan pengamanan itu dituangkan dalam peraturan hukum. Maka akan lahir
hukum yang memperhatikan kepentingan alam atau hukum yang berorientasi kepada
kepentingan alam (natures interest oriented law). Kepentingan alam, yang perlu dilindungi dan
diamankan oleh hukum itu, berupa apa? Kepentingan itu berupa “keharusan untuk melindungi
dan mengamankan alam terhadap kemerosotan mutunya dan kerusakan dirinya”. Dengan lain
perkataan, kepentingan alam terletak dalam “keharusan untuk menjaga kelestariannya”.
Agar perlindungan dan pengamanan lingkungan dapat berlangsung secara teratur dan
pasti serta agar diikuti oleh semua pihak, maka perlu dituangkan dalam peraturan hukum. Dan
lahir jenis hukum yang secara khusus dituangkan dengan maksud dan tujuan terpokok untuk
memelihara dan melindungi lingkungan disebut Hukum Lingkungan.
Hukum Lingkungan yang ditetapkan oleh suatu negara disebut Hukum Lingkungan
Nasional. Adapun Hukum Lingkungan yang ditetapkan persekutuan hukum bangsa-bangsa,
disebut Hukum Lingkungan Internasional. Hukum Lingkungan yang mengatur suatu masalah
lingkungan yang melintasi batas negara (masalah lingkungan batas-batas masalah lingkungan
transnasional) disebut Hukum Lingkungan Transnasional. Masalah-masalah lingkungan
transnasional itu terdapat banyak sekali di daerah-daerah perbatasan beberapa negara
bersangkutan berdasarkan persetujuan atau mufakat. Demikianlah Hukum Lingkungan
Transnasional itu merupakan salah satu bagian belaka daripada Hukum Lingkungan
Internasional dengan segala ciri-ciri dan cacatnya, sekalipun biasanya cara-cara menetapkan
dan memperlakukannya tidak serumit dunia secara global.
3. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa KLHS berada pada tataran hulu yang fokus
pada upaya untuk mempertahankan atau memelihara tingkat kualitas lingkungan yang telah
ditetapkan, sedangkan AMDAL merupakan dokumen teknis, skala proyek yang fokus pada
upaya mitigasi. Tabel berikut ini akan memberikan gambaran mengenai perbedaan tersebut.
Proses multi-pihak,
tumpang tindih
Proses dideskripsikan dgn komponen, KRP
jelas, mempunyai awal dan merupakan proses iteratif
Deskripsi proses akhir & kontinyu
Fokus pada agenda
pembangunan
Fokus berkelanjutan, terutama
pengendalian Menangani simptom ditujukan utk menelaah
dampak kerusakan lingkungan agenda keberlanjutan,
4. Yang dimaksud adalah lembaga negara yang seharusnya melakukan perbaikan lingkungan
melalui pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup telah melepas tanggung jawab, dan
dampak dari hal itu adalah lemahnya lembaga negara dalam menanggulangi pengrusakan
lingkungan hidup dalam bentuk pembiaran, pelepasan tanggung jawab, bahkan dapat
menyentuh skala korupsi dimana pengusaha pengusaha setempat yang menjadi penyuap
pemerintah/lembaga negara dalam melakukan usahanya .
Contoh Kasus : Di Garut, Jawa Barat, terjadi banjir bandang yang di karenakan rusaknya
lingkungan hidup yang seharusnya menjadi urusan lembaga pemerintahan negara untuk
melakukan perbaikan lingkungan hidup, yang telah terjadi adalah kota Garut yang mengalami
bencana banjir bandang kali ini, berada di sebuah cekungan. Sungai Cimanuk berada tepat di
pusat cekungan itu, dengan puluhan sungai kecil yang memasok airnya. Sungai-sungai kecil
ini berhulu di gunung-gunung yang mengelilingi Garut, di mana hutan sudah rusak dan tanah
tidak mampu lagi menahan air, perubahan daerah tangkapan air menjadi Taman Wisata Alam
Dimana sebuah perusahaan bisa bekerja sama dengan pemerintah, membangun sarana wisata
di hutan konservasi, yang seharusnya berfungsi sebagai hutan. Hutan konservasi telah dijadikan
tempat wisata, Dimana sepuluh persen wilayahnya bisa dibangun, dibeton. Jadi pasti, semua
itu akan memberikan pengaruh pada bencana banjir bandang yang menelan 100 orang korban,
bencana di Garut tidak terlepas dari pelanggaran Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).