Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

INSTRUMEN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 14 UUPPLH menyebutkan instrumen-instrumen pencegahan pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai instrumen pengelolaan

lingkungan hidup karena pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan juga untuk mencegah

dan mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Instrumen-instrumen

yang disebut dalam pasal 14 UUPPLH adalah : (1) Kajian lingkungan hidup strategis

(KLHS), (2) tata ruang, (3) baku mutu lingkungan hidup 4) kriteria baku kernsakan

lingkungan hidup, (5) Amdal, (6) UKL-UPL, (7) perizinan, (8) instrumen ekonomi, (9)

peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, (10) anggaran berbasis

lingkungan hidup, (11) analisis risiko lingkungan hidup, (12) audit lingkungan hidup. Dari

ke-12 instrumen itu dapat dibedakan atas instrumen kebijakan yang bersifat makro seperti

KLHS, tata ruang, peraturan perundang-undangan dan anggaran berbasis lingkungan dan

instrumen-instrumen untuk individual kegiatan seperti perizinan, Amdal, UKL-UPL. Baku

mutu merupakan instrumen yang berfungsi makro dan mikro kegiatan, misalkan untuk baku

mutu ambien bersifat makro, sedangkan baku mutu limbah bersifat individu kegiatan.

Selain instrumen-instrumen yang disebut dalam pasal 14 UUPPLH, Rencana

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) yang diatur dalam pasal 9, Pasal

10 dan Pasal 11 UUPLH pada dasarnya juga instrumen pengelolaan lingkungan hidup dan

terkait erat dengan penataan ruang. RPPLH merupakan instrumen yang diintrodusir ke dalam

UUPLH sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan

menyeluruh tidak saja pada tingkat kegiatan usaha, tetapi pada tingkat kebijakan pemanfaatan

lingkunganhidup dan sumber daya alam atau pada tahapan huu. Jika konsep RPPLH ini dapat
ditindaklanjuti, dikembangkan dan dilaksanakan dengan knsisten, maka ide pengelolaan

lingkungan hidup terpadu dan menyeluruh dapat diwujudkan.

1. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 5 UUPLH mengamanatkan agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup

dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion dan

penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH).

RPPLH terdiri atas RPPLH nasional, RPPLH provinsi, RPPLH Kabupaten/Kota. RPPLH

nasional dibuat oleh menteri Lingkungan Hidup berdasarkan inventarisasi nasional,

RPPLH provinsi dibuat berdasarkan RPPLH nasional, inventarisasi tingkat

pulau/kepulauan dan inventarisasi tingkat ekoregion, RPPLH tingkat kabupaten/kota

dibuat berdasarkan RPPLH provinsi, inventarisasi tingkat pulau/kepualauan dan

inventarisasi tingkat ekoregion. Penyusunan RPPLH memperhatikan aspek-aspek berikut

: (a) keanekaragaman karakter dan fungsi ekologis, (b) sebaran penduduk, (c) sebaran

potensi sumber daya alam, (d) kearifan lokal (e) aspirasi masyarakat dan (f) perubahan

iklim. RPPLH memuat rencana tentang aspek-aspek berikut : (a) pemanfaatan dan / atau

pencadangan sumber daya alam, (b) pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan / atau

fungsi lingkungan hidup, (c) pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan

pelestarian sumber daya alam, (d) adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Menurut

ketentuan UUPPLH, RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana

pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah. Hal ini juga

membuktikan bahwa secara normatif, UUPPLH telah mengintegrasikan upaya

pembangunan dengan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana menjadi ciri dari

pembangunan berkelanjutan. Oleh sebab itu, hal yang selanjutnya perlu menjadi perhatian

para aktivis dan pemerhati lingkungan hidup adalah memantau apakah aturan kebijakan

ini sungguh dilaksanakan.


2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Pengertian Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagaimana dirumuskan dalam

Pasal 1 butir 10 UUPPLH adalah “rangkaian analisis sistematis, menyeluruh dan partisipatif

untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan

terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau

program. Diberlakukannya KLHS membuktikan bahwa instrumen-instrumen yang

sebelumnya ada tidak mampu mencegah dan mengatasi timbulnya masalah-masalah

lingkungan hidup. Instrumen-instrumen yang ada sebelum KLHS pada pokoknya berorientasi

kegiatan individual, misalkan Amdal dan izin, sedangkan masalah-masalah lingkungan dapat

timbul karena kebijakan makro pemerintah atau program-program pemerintah yang tidak

sejalan dengan konsep pembangunan

Anda mungkin juga menyukai