Anda di halaman 1dari 14

AKIBAT YANG TIMBUL APABILA VISUM ET REPERTUM MEMILIKI PERBEDAAN

DENGAN PENGAKUAN SEORANG TERDAKWA DALAM KASUS PEMBUNUHAN


DISERTAI PENCURIAN
Shilvirichiyanti
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Islam Kuantan Singingi
Jln. Gatot Subroto KM 7 Kebun Nenas Teluk Kuantan,Kabupaten Kuantan Singingi
Email. Shilvi_sh@yahoo.co.id

Abstract
The consequence arising if the Visum et Repertum differs from the recognition given by
the Defendant is that the admission can be withdrawn if the Defendant is proven to have given a
false confession, while regarding Visum et Repertum itself, a re-examination can be carried out
if there is an objection from the legal advisor or the confession given by the defendant. can be
proven clearly. However, the re-examination must be carried out by the same agency with a
different composition of personnel or by another agency having the authority to do this. These
things are done based on the experience and knowledge of the Judge himself.
Key words: effect, post mortem et repertum, different from recognition

Abstrak
Akibat yang timbul jika Visum et Repertum memiliki perbedaan dengan pengakuan
yang diberikan oleh Terdakwa adalah pengakuan tersebut dapat dicabut jika Terdakwa
memang terbukti memberikan pengakuan yang salah, sementara mengenai Visum et Repertum
sendiri dapat dilakukan pemeriksaan ulang jika timbul keberatan dari penasehat hukum atau
pengakuan yang diberikan terdakwa dapat dibuktikan dengan jelas. Namun penelitian ulang
tersebut harus dilakukan oleh instansi yang sama dengan komposisi personil yang berbeda
atau instansi lain yang mempunyai wewenang untuk hal tersebut. Hal-hal tersebut dilakukan
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dari Hakim sendiri.
Kata kunci : akibat, visum et repertum,berbeda dengan pengakuan

Pendahuluan yang dibutuhkan untuk mengungkap


Latarbelakang suatu perkara baik pada tahap

Pemeriksaan suatu perkara pidana pemeriksaan pendahuluan seperti

di dalam suatu proses peradilan pada penyidikan dan penuntutan maupun pada

hakekatnya adalah bertujuan untuk tahap persidangan tersebut.

mencari kebenaran materiil (materiile Dengan adanya ketentuan

waarheid) terhadap perkara tersebut. Hal perundang-undangan Nomor.4 Tahun

ini dapat dilihat dari adanya berbagai 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

usaha yang dilakukan oleh aparat penegak Pasal 6 ayat 2 yang menyatakan : “Tiada

hukum dalam memperoleh bukti-bukti seorang juapun dapat dijatuhi pidana,

27
kecuali apabila pengadilan karena alat kehakiman atas korban atau barang bukti
pembuktian yang sah menurut Undang- yang diserahkan oleh penyidik dan akan
Undang mendapat keyakinan bahwa membuat laporan dari hasil pemeriksaan
seseorang yang dianggap dapat yang telah dilakukannya2. Salah satu alat
bertanggung jawab, telah bersalah atas bukti yang dapat digunakan penyidik
perbuatan yang dituduhkan atas dirinya”, untuk mengungkapkan tindak pidana
maka dalam proses penyelesaian perkara penganiayaan yang menyebabkan orang
pidana penegak hukum wajib. meninggal dunia adalah alat bukti surat.
Di dalam usaha memperoleh bukti Alat bukti surat memang ada banyak
bukti yang diperlukan guna mengungkap jenisnya, salah satu diantaranya adalah
kebenaran dari suatu perkara pidana, laporan dalam bentuk tertulis yang dibuat
maka seringkali para penegak hukum oleh para ahli kedokteran kehakiman atau
meminta bantuan kepada seorang ahli biasa dikenal dengan istilah visum et
dalam rangka mencari kebenaran materiil repertum.
selengkap-lengkapnya bagi para penegak Visum et Repertum merupakan
hukum tersebut1 pemeriksaan tubuh manusia, baik yang
Pada proses penyidikan perkara masih hidup maupun yang mati, dibuat atas
pidana yang menyangkut dengan akibat dasar Pasal 133 Kitab Undang-undang
luka pada tubuh atau yang menimbulkan Hukum Acara Pidana yang dalam hal
gangguan kesehatan atau yang penyidik untuk kepentingan peradilan
menyebabkan meninggalnya seseorang, menangani seorang korban baik luka,
dimana terdapat akibat-akibat tersebut keracunan ataupun mati yang diduga karena
patut diduga telah terjadi tindak pidana. peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
Oleh sebab itu, dibutuhkan seorang dokter berwenang mengajukan permintaan
dengan ilmu kedokteran kehakiman yang keterangan ahli kepada ahli kedokteran
dimilikinya untuk membantu proses kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.3
penyidikan. Hasil pemeriksaan yang Tidak semua tindak pidana memerlukan
dilakukan oleh ahli kedokteran 2
R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokeran
Kehakiman Edisi Kedua,Tarsito, Bandung,
11 1983, hlm 21.
3
Said Sissahadi, Peranan Saksi Dan Saksi Ahli
1.DC Marbun, Handout Hukum Pidana. Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Menurut
Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur, KUHAP. Sumbangsih Offset. Yogyakarta. 1986.
10 Februari 2009 Hal. 35

28
Visum et Repertum ini, namun penting bagi pembunuhan tentunya dapat mengalami
kita untuk mengetahui tindak pidana apa perubahan dan dapat kehilangan sifat
saja yang membutuhkan Visum et Repertum pembuktiannya.Tidak hanya barang-barang
ini. Jika dirinci menurut Pasal-Pasal dalam bukti yang mengalami perubahan, keadaan
KUHPidana, maka tindak pidana atau kasus- korban juga dapat mengalami perubahan
kasus yang diperlukan adanya Visum et seperti telah hilangnya tanda-tanda pada
Repertum meliputi salah satunya ialah, fisik mayat korban. Mengungkap kasus
pembunuhan dengan rencana (moord) pembunuhan yang demikian, tentunya pihak
termasuk di dalamnya pembunuhan anak Kepolisian selaku penyidik akan melakukan
dengan rencana (kinder moord) dan bunuh upaya-upaya lain yang lebih cermat agar
diri (self-moord) terdapat pada Pasal 340, dapat ditemukan kebenaran materiil yang
342, dan 345 KUHPidana4. selengkap mungkin dalam perkara tersebut.
Peranan Visum et Repertum dalam Sehubungan dengan peran Visum et
pengungkapan suatu kasus pembunuhan Repertum yang semakin penting dalam
pengungkapan suatu kasus pembunuhan
disertai pencurian menunjukkan peran disertai pencurian. Berdasarkan kenyataan
yang cukup penting bagi tindakan pihak mengenai pentingnya penerapan hasil Visum
et Repertum dalam pengungkapan suatu
Kepolisian selaku aparat penyidik.
kasus pembunuhan dengan pencurian
Pembuktian terhadap unsur tindak pidana dengan ini penulis tertarik mengangkat judul
pembunuhan dari hasil pemeriksaan yang tentang Akibat Yang Timbul Apabila
Visum Et Repertum Memiliki Perbedaan
termuat dalam Visum et Repertum, Dengan Pengakuan Seorang Terdakwa
menentukan langkah yang diambil pihak Dalam Kasus Pembunuhan Disertai
Pencurian
Kepolisian dalam mengusut suatu kasus .
Dalam kenyataannya tidak jarang
pihak Kepolisian mendapat laporan dan Rumusan Masalah

pengaduan terjadinya tindak pidana 1. Bagaimana persyaratan suatu

pembunuhan yang telah berlangsung visum et repertum agar dapat

lama.Dalam kasus yang demikian barang menjadi alat bukti yang sah?

bukti yang terkait dengan tindak pidana 2. Apa akibat yang timbul jika apabila
Visum et Repertum memiliki
4
A. Gumilang. Kriminalistik, Pengetahuan Tentang
perbedaan dengan Pengakuan
Teknik Dan Taktik Penyidikan. Angkasa. Bandung. 1993.
Hal. 57

29
seorang Terdakwa dalam pembuktian tindak pidana
Pembunuhan disertai pencurian? pembunuhan
Tujuan Penelitian Tinjauan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana 1. Tinjauan Umum Tentang Tindak
persyaratan suatu Visum Et Pidana
Repertum agar dapat menjadi alat a. Pengertian Tindak Pidana
bukti yang sah Istilah tindak pidana dalam bahasa
2. Untuk Mengetahui Akibat yang Latin disebut dengan Delictum atau
timbul jika apabila visum et repertum Delicta. Dalam bahas Jerman disebut
memiliki perbedaan dengan delict, dalam bahasa Perancis disebut
pengakuan seorang terdakwa dalam delit.5 Namun, dalam pembentukan
pkasus pembunuhan disertai undang-undang kita telah menggunakan
pencurian perkataan “strafbaar feit” untuk
Manfaat Penelitian menyebutkan apa yang kita kenal sebagai
1. Bagi Program Studi Ilmu Hukum “tindak pidana” di dalam Kitab Undang-
Universitas Islam Kuantan Undang Hukun Pidana tanpa memberikan
Singingi, hasil penelitian ini dapat penjelasan mengenai apa yang sebenarnya
memperkaya khasanah penelitian dimaksud dengan perkataan “strafbaar
dibidang hukum pidana, feit” tersebut.
khususnya tentang peranan Visum Perkataan “feit” itu sendiri dalam
et Repertum dalam pembuktian bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu
tindak pidana pembunuhan, serta kenyataan” sedangkan “strafbaar” berarti
memberikan masukan kepada para “dapat dihukum”. Jadi, secara harfiah
penegak hukum berkenaan dengan perkataan” strafbaar feit” itu dapat
peranan Visum et Repertum pada diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu
pembuktian suatu perkara pidana. kenyataan yang dapat dihukum”, yang sudah
2. Bagi penulis, hasil penulisan dapat barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak
menambah wawasan keilmuan kita akan ketahui bahwa yang dapat
khsusnya mengenai peranan dihukum itu sebenarnya adalah manusia
Visum et Repertum dalam dalam
5
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 7

30
sebagai pribadi dan bukan kenyataan, untuk memperlihatkan kebenaran suatu
perbuatan, ataupun tindakan. Oleh karena itu, hal.9 Pada umumnya dalam hukum acara
bahwa pembentuk undang-undang kita itu pidana (formeel
tidak memberikan suatu penjelasan strafrecht/starfprocesrecht) pada
mengenai apa yang sebenarnya telah ia khususnya aspek pembuktian memegang
maksud dengan perkataan “strafbaar feit”, peranan menentukan untuk menyatakan
maka timbullah di dalam doktrin sebagai kesalahan seseorang sehingga dijatuhkan
pendapat tentang sebenarnya yang dimaksud pidana oleh hakim. Dalam kegiatan
dengan “strafbaar feit” tersebut.6 penyidikan mengumpulkan alat-alat
Simons , menyatakan bahwa:7 pembuktian merupakan target penting
“strafbaar feit (terjemahan harfiah: peristiwa untuk membuat terang tentang tindak
pidana) ialah perbuatan melawan hukum pidana yang terjadi. Demikian pula dalam
yang berkaitan dengan kesalahan (schuld) hal penyidik menentukan seseorang
seseorang yang mampu bertanggungjawab.” berstatus sebagai tersangka, setidak-
Moeljatno dalam memberikan definisi tidaknya penyidik harus sudah menguasai
tentang strafbaarfeit, menggunakan alat pembuktian yang disebut sebagai
istilah perbuatan pidana.Beliau “bukti permulaan”. Selanjutnya apabila
memberikan pengertian perbuatan penyidik sudah melakukan upaya paksa,
pidana sebagai berikut:8 “perbuatan yang misalnya penahanan terhadap orang yang
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan, dianggap sebagai pelaku tindak pidana,
dimana disertai dengan ancaman pidana maka tindakan penyidik tersebut paling
tertentu bagi yang melanggar aturan kurang harus di dasarkan pada ”bukti
tersebut.” yang cukup”.10
b. Pembuktian Tindak Pidana Upaya pengumpulan sarana
Dikaji secara umum pembuktian berasal pembuktia itu sudah berperan dan
dari kata “bukti” yang berarti suatu hal berfungsi pada saat penyidik mulai
(peristiwa dan sebagainya) yang cukup melakukan penyidikan. Sehingga, apabila

6
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana 9
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm Soedirjo, Jaksa dan Hakim Dalam Proses
181 Pembuktian, CV Akademika Pressindo, Jakarta,
7
Zainal Abidin, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, 1985, hlm 47
10
Jakarta, 2014, hlm 224. Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik
8 Hukum, Universitas Muhammadiyah
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 2015, hlm 61. Malang, Malang, 2004, hlm 13.

31
penyidik dalam melakukan penyidikan b. Apakah telah terbukti, bahwa
kurang memahami atau tidak terdakwa bersalah atas perbuatan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang yang didakwakan kepadanya;
berkaitan dengan sarana pembuktian, c. Delik apakah yang dilakukan
maka tindakan penyidikan yang dilakukan sehubungan dengan perbuatan-
gagal. Oleh sebab itu, sebelum penyidik perbuatan itu;
menggunakan kewenangannya untuk d. Pidana apakah yang harus dijatuhkan
melakukan penyelidikan, seyogyanya kepada terdakwa.12
sejak awal telah memahami dan Pada dasarnya perihal alat-alat bukti
mendalami segala sesuatu yang berkaitan diatur pada Pasal 184 ayat KUHAP. Alat
dengan pembuktian sebab keberhasilan bukti yang sah adalah sebagai berikut:13
jaksa dalam menyusun surat dakwaan a. Keterangan saksi
dipengaruhi oleh keberhasilan seorang b. Keterangan ahli
penyidik dalam melakukan penyelidikan c. Surat
dan mengumpulkan alat bukti.11 d. Petunjuk
Proses pembuktian pada saat sidang e. Keterangan
pengadilan berguna untuk menemukan terdakwa
kebenaran materiil akan peristiwa yang
terjadi dan memberi keyakinan pada Tinjauan Umum Tentang Visum Et
hakim tentang kejadian tersebut sehingga Repertum
hakim dapat memberika putusan yang Pengertian arti harafiah dari Visum
seadil-adilnya. Pada proses pembuktian et Repertum yakni berasal dari kata
ini ada korelasi dan interaksi mengenai “visual” yang berarti melihat dan
apa yang diterapkan hakim dalam “repertum” yaitu melaporkan.Sehingga
menemukan kebenaran materiil melalui jika digabungkan dari arti harafiah ini
tahap pembuktian, alat alat bukti dan adalah apa yang dilihat dan diketemukan
proses pembuktian terhadap aspek-aspek sehingga Visum et Repertum merupakan
sebagai berikut:
12
a. Perbuatan-perbuatan manakah yang Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan
Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi (UU No
dapat dianggap terbukti; 30Tahun 1999), CV Mandar Maju, Bandung,
2001, hlm 99.
13
Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang
11
ibid Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

32
suatu laporan tertulis dari dokter (ahli) mendukung proses penuntutan dan
yang dibuat berdasarkan sumpah, pengadilan.15
mengenai apa yang dilihat dan Bentuk-Bentuk Visum Et Repertum
diketemukan atas bukti hidup, mayat atau Bentuk Visum et Repertum
fisik ataupun barang bukti lain,kemudian berdasarkan objek :
dilakukan pemeriksaan menurut 1. Visum et Repertum Korban Hidup
pengetahuan yang sebaik-baiknya.14 a. Visum et Repertum
Dalam Surat Keputusan Menteri diberikan kepada korban setelah
Kehakiman No.M04/UM/01.06 tahun diperiksa didapatkan lukanya
1983 pada Pasal 10 menyatakan bahwa tidak menimbulkan penyakit atau
hasil pemeriksaan ilmu kedokteran halangan untuk menjalankan
kehakiman disebut sebagai Visum et pekerjaan atau aktivitasnya.
Repertum. Pendapat seorang dokter yang b. Visum et Repertum Sementara
dituangkan dalam sebuah Visum et Misalnya visum yang dibuat bagi si
Repertum sangat diperlukan oleh seorang korban yang sementara masih
hakim dalam membuat sebuah keputusan dirawat di rumah sakit akibat luka-
dalam sebuah persidangan.Hal ini lukanya akibat penganiayaan.
mengingat, seorang hakim sebagai c. Visum et Repertum Lanjutan
pemutus perkara pada sebuah Misalnya visum bagi si korban yang
persidangan,tidak dibekali dengan ilmu- lukanya tersebut (Visum et Repertum
ilmu yang berhubungan dengan Sementara) kemudian lalu
kedokteran forensik ini.Dalam hal ini, meninggalkan rumah sakit ataupun
hasil pemeriksaan dan laporan tertulis ini akibat luka-lukanya tersebut si
akan digunakan sebagai petunjuk korban kemudian di pindahkan ke
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal rumah sakit atau dokter lain ataupun
184 KUHAP tentang alat bukti. Artinya, meninggal dunia.
hasil Visum et Repertum ini bukan saja 2. Visum et Repertum pada mayat
sebagai petunjuk dalam hal membuat Visum pada mayat dibuat
terang suatu perkara pidana namun juga berdasarkan otopsi lengkap atau dengan

Soeparmono, 2002, Peranan Visum et


14

Repertum, Sinar Grafika, Hal-98 15


ibid, hal 102

33
kata lain berdasarkan pemeriksaan luar dan tepat. Disamping itu, kemungkinan yang
dan pemeriksaan dalam pada mayat. lain adalah apabila pada waktu dilakukan
3. Visum et Repertum Pemeriksaan pemeriksaan perkaranya tersebut di sidang
di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pengadilan maka suatu luka yang misalnya
4. Visum et Repertum Penggalian disebabkan karena adanya tindak pidana
Mayat penganiayaan telah sembuh atau korban
5. Visum et Repertum Mengenai Umur yang telah meninggal akibat tindak pidana
6. Visum et Repertum Psikiatrik pembunuhan sewaktu sidang dilakukan telah
7. Visum et Repertum Mengenai Barang membusuk atau dikubur, maka guna
Bukti Misalnya berupa jaringan mencegah perubahan keadaan tersebut
tubuh manusia, bercak darah, sperma dibuatlah suatu visum et repertum.17
dan sebagainya.16 Dasar Hukum Visum Et Repertum
Visum et Repertum adalah
PEMBAHASAN keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
1. Persyaratan Suatu Visum Et permintaan tertulis (resmi) penyidik
Repertum Agar Dapat Menjadi tentang pemeriksaan medis terhadap
Alat Bukti Yang Sah seseorang manusia baik hidup maupun
Maksud dibuatnya suatu visum et mati ataupun bagian dari tubuh manusia,
repertum adalah sebagai pengganti Corpus berupa temuan dan interpretasinya, di
Delicti karena apa yang telah dilihat dan bawah sumpah dan untuk kepentingan
diketemukan dokter (ahli) itu dilakukan peradilan.
seobjektif mungkin sebagai pengganti Menurut Budiyanto, dasar hukum
peristiwa/keadaan yang terjadi dan Visum et Repertum adalah Pasal 133
pengganti bukti yang telah diperiksa dan KUHAP menyebutkan:
menurut kenyataan atau fakta-faktanya,
sehingga berdasar atau pengaturan sebaik- (1) Dalam hal penyidik untuk
baiknya atas dasar keahliannya tersebut kepentingan peradilan menangani
dapat ditarik suatu kesimpulan yang akurat seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang
16
Prakoso Djoko dan Martika, 2008, Peranan
Dokter Dalam Pembuktian Tindak Pidana, Hal. 17
R. Soeparmono, Keterangan Ahli &
51 Visum et Repertum dalam Aspek
Hukum Acara Pidana, CV Mandar Maju,
Bandung, 2016, hlm 88.

34
diduga karena peristiwa yang Pihak Yang Berhak Meminta Visum et
merupakan tindak pidana, ia Repertum20
berwenang mengajukan a. Penyidik adalah Polri dengan
permintaan keterangan ahli pangkat serendah-rendahnnya Aipda
kepada ahli kedokteran (Ajudan Inspektur) sedangkan
kehakiman atau dokter dan atau pangkat terendah untuk penyidik
ahli lainnya. pembantu adalah Bripda (Brigadir
(2) Permintaan keterangan ahli Dua). Namun, di daerah terpencil
sebagaimana dimaksud dalam bisa saja seorang Bripda diberi
ayat dilakukan secara tertulis, wewenang sebaga penyidik. Untuk
yang dalam surat itu disebutkan kasus yang melibatkan anggota TNI
dengan tegas untuk pemeriksaan (sebagai pelaku) maka yang
luka atau pemeriksaan mayat dan bertindak sebagai penyidik adalah
atau pemeriksaan bedah mayat.18 Polisi Militer, sedangkan jika TNI
(sebagai korban) maka yang
Selanjutnya,keberadaan Visum et Repertum bertindak sebagai penyidik adalah
tidak hanya diperuntukkan kepada seorang Polisi Negara.
korban (baik korban hidup maupun tidak b. Hakim Pidana biasanya tidak
hidup) semata, akan tetapi untuk langsung meminta visum et repertum
kepentingan penyidikan juga dapat kepada dokter, akan tetapi hakim
dilakukan terhadap seorang tersangka dapat memerintahkan kepada jaksa
sekalipun seperti Visum et Repertum untuk melengkapi berita acara
Psikiatris. Hal ini sesuaiPasal 120 (1) pemerikaan (BAP) dengan visum et
KUHAP yaitu: repertum. Kemudian jaksa
”Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia melimpahkan permintaan hakim
dapat meminta pendapat orang ahli atau kepada penyidik.
orang yang memiliki keahlian khusus”.19 c. Hakim Perdata berwenang meminta
visum et repertum. Hal ini diatur
dalam HIR (Herziene Inlands
18
Budiyanto,1997, Ilmu Kedokteran Forensik Reglement) dikarenakan disidang
19
Sudikno Mertokusumo, Kitab Undang-Undang Hukum
20
Pidana, Pasal 120 R. Soeparmono,Op.Cit,Hal 37

35
pengadilan perdata tidak ada jaksa, Berdasarkan penjelasan di atas,
maka hakim dapat langsung meminta seorang dokter yang bukan spesialis
visum et repertum kepada dokter. forensik boleh membuat visum et
d. Hakim Agama boleh meminta visum repertum. Tetapi, di dalam penjelasan
et repertum sebab telah diatur dalam Pasal 133 KUHAP dikatakan bahwa
Undang-Undang Nomor 14 Tahun keterangan yang diberikan oleh dokter
1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan forensik merupakan keterangan ahli
Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal sedangkan yang dibuat oleh dokter selain
10. Hakim Agama hanya mengadili spesialis forensik disebut petunjuk. Hal
perkara yang menyangkut agama ini diperjelas pada Pedoman Pelaksanaan
Islam. KUHAP dalam Keputusan Menteri
Pihak Yang Berhak Membuat Visum et Kehakiman RI No.M.01.PW.07.03 Tahun
Repertum 1982 yang antara lain menjelaskan bahwa
keterangan yang dibuat oleh dokter bukan
1. Ahli Kedokteran Kehakiman yang ahli merupakan alat bukti petunjuk.
dimaksud disini adalah dokter Masa Pembuatan Visum et Repertum
umum yang telah mengambil Tujuan permintaan visum yang lebih dini
spesialis di bidang forensik dan biasanya adalah sebagai bahan laporan ke
kedokteran kehakiman atasan penyidik dalam rangka
(medikolegal). pengembangan kasus atau untuk dijadikan
2. Dokter atau ahli lainnya. Sesuai dasar penangkapan dan penahanan tersangka
standar pendidikan profesi dokter, atau untuk kepentingan lainnya. Pada
dokter umum yang selama keadaan ini, dokter sebaiknya mengabulkan
pendidikannya sudah mempelajari dan membuat visum sementara. Pada
forensik klinik dan patologi umumnya visum baru mulai dikonsep dan
forensik dan telah mengucapkan diketik jika penyidiknya meminta atau
sumpah jabatan setelah menagih visum yang pernah dimintanya.
menyelesaikan pendidikannya Tenggang waktu untuk meminta atau
maka dokter tersebut berwenang menagih tersebut sampai selesainya visum
untuk memberikan pelayanan biasanya berkisar antara beberapa hari
forensik. sampai sekitar satu atau dua minggu.

36
Meskipun demikian, sebaiknya pembuatan Hakim memerintahkan agar hal itu
visum didasarkan atas lamanya penahanan dilakukan penelitian ulang;
yang diatur dalam Pasal 24 KUHAP bahwa (3)Hakim karena jabatannya dapat
lamanya masa penahanan selama penyidikan memrintahkan untuk dilakukan penelitian
maksimum dalam 60 hari ulang sebgaimana tersebut pada ayat (2)
2. Akibat Yang Timbul Jika Apabila (4)Penelitian ulang sebagaimana tersebut
Visum Et Repertum Memiliki pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
Perbedaan Dengan Pengakuan instansi semula dengan komposisi personil
Seorang Terdakwa Dalam yang berbeda dan instansi lain yang
Pembunuhan Disertai Pencurian mempunyai wewenang untuk itu.21
Mengenai akibat yang timbul jika Visum
et Repertum itu ternyata memiliki perbedaan Hal ini dilakukan jika ada keberatan
dengan alat-alat bukti lain, Hakim dapat yang disampaikan oleh terdakwa dan
memerintahkan untuk melakukan keberatan tersebut dapat diterima oleh
pemeriksaan ulang serta merubah isi Visum Hakim. Hal ini berhubungan dengan
et Repertum tersebut. Di dalam HIR tidak pengakuan yang diberikan oleh terdakwa,
dijelaskan tentang adanya pemeriksaan jika pengakuan yang diberikan oleh
ulang atau penelitian ulanga, yang terdakwa dapat diterima oleh Hakim dan
dibebankan pada seorang saksi ahli di dalam dapat dibuktikan kebenarannya dengan
persidangan; akan tetapi dalam KUHAP hal alat-alat bukti lain, maka Visum et
pemeriksaan ulang atau penelitian ulang Repertum dapat dilakukan penelitian ulang
tersebut dapat diperlukan/diperintahkan oleh oleh Hakim; dan jika Hakim merasa
Hakim kepada saksi ahli apabila ia timbul pengakuan yang diberikan oleh terdakwa
keberatan yang beralasan dari terdakwa atau adalah salah, maka Hakim akan mencabut
penasehat hukum terhadap hasil keterangan pengakuan terdakwa tersebut.
ahli tersebut, hal ini diatur dalam Pasal 180 Penarikan kembali pengakuan salah di
(2),(3)dan (4) KUHAP yang berbunyi: muka pengadilan, tidak menghilangkan
(2)Dalam hal ini timbul keberatan yang pengakuan itu, kecuali penarikan itu
beralasan dari terdakwa atau penasehat bersarkan alasan sebab-sebab yang dapat
hukum terhadap hasil keterangan ahli
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) 21
Djoko Prakoso, I Ketut Murtika. Op. cit.. Hal. 66

37
diterima. Penarikan kembali suatu obyek dari pemeriksaan Hakim, dan atas
pengakuan, seterusnya janganlah dasar hal tersebut maka setiap keadaan
hendaknya dikacaukan dengan yang dikemukakan oleh terdakwa yang
pemungkiran oleh terdakwa. Terdakwa dapat dianggap sebagai bukti, bahwa ia
yang menarik kembali pengakuannya, sebelumnya berlawanan dengan kebenaran
mengakui bahwa ia sebelumnya telah telah mengakui kesalahanya,
memberikan pengakuan, tetapi menariknya seharusnyalah diperiksa. Hanya perlu
kembali dengan maksud pengakuan diperhatikan bahwa alasan-alasan
tersebut dianggap tidak ada. Untuk penarikan tersebut oleh terdakwa, tidaklah
penarikan demikian terdapat alasan, jika usah terbukti secara sah, oleh karena
pengakuan tersebut adalah sebagai pembuktian dari hal-hal tersebut dianggap
kekhilafan, kekerasan atau penipuan, atau sebagai bukti sangkalan, untuk
jika pengakuan tersebut dengan sengaja melemahkan pembuktian yang sebelumnya
diberikan bertentangan dengan kebenaran telah dikemukakan terdakwa; dan seperti
untuk mencapai suatu tujuan tambahan. diketahui maka bukti sangkalan dapat
Yang dimaksud dengan pengakuan salah merupakan setiap hal, asal saja Hakim
dimuka pengadilan yang diberikan pada dapat diyakinkan tentang itu. Malahan
Hakim, pengakuan yang diberikan di muka Hakim adalah yang berwenang untuk
Jaksa atau Polisi haruslah dipandang menerima alasan-alasan tentang penarikan
sebagai satu pengakuan diluar sidang. pengakuan tersebut tanpa bukti, asal saja
alasan-alasan tersebut dapat dianggapnya
Alasan-alasan dari penarikan sebagai benar. Tentang dapat diterimanya
keterangan haruslah dikemukakan oleh alasan yang dikemukakan terdakwa,
terdakwa, dalam hal ini berlaku hal telah wajiblah Hakim, menurut aturan, pikiran,
dijelaskan sebelumnya bahwa walaupun dan pengalaman memberikan
kesalahan harus dibuktikan, namun keputusannya.
terdakwa yang mengemukakan sesuatu. Kesimpulan
Hanya Hakim, dan juga Kejaksaan 1. Dasar hukum visum et repertum
seharusnya membantu terdakwa dalam agar dapat menjadi alat bukti yang
memberikan bukti-bukti tersebut. Haruslah sah sudah cukup jelas di dalam
selalu kebenaran materiil yang merupakan Pasal 133 KUHAP dan syarat

38
formil suatu visum adalah harus dengan pengakuan yang diberikan
diajukan secara tertulis dan tidak oleh Terdakwa adalah pengakuan
dibenarkan permintaan atas tersebut dapat dicabut jika
peristiwa yang telah lampau. Terdakwa memang terbukti
Untuk pemeriksaan mayat yang memberikan pengakuan yang
dilakukan dengan cara bedah, salah, sementara mengenai Visum
polisi wajib menjelaskan et Repertum sendiri dapat
pentingnya pemeriksaan apabila dilakukan pemeriksaan ulang jika
keluarga korban menolak serta timbul keberatan dari penasehat
polisi juga wajib mengikuti hukum atau pengakuan yang
jalannya bedah mayat dan diberikan terdakwa dapat
memberikan pengamanan di dibuktikan dengan jelas. Namun
tempat dilakukannya bedah mayat penelitian ulang tersebut harus
sedangkan syarat materilnya dilakukan oleh instansi yang sama
berkaitan dengan isi visum et dengan komposisi personil yang
repertum menyangkut apa yang berbeda atau instansi lain yang
telah ditemukan pada tubuh mempunyai wewenang untuk hal
korban serta tidak bertentangan tersebut. Hal-hal tersebut
dengan ilmu kedokteran dan telah dilakukan berdasarkan
teruji kebenarannya. pengalaman dan pengetahuan dari
2. Akibat yang timbul jika Visum et Hakim sendiri.
Repertum memiliki perbedaan
Daftar Pustaka
Gumilang. Kriminalistik, Pengetahuan Tentang Teknik Dan Taktik Penyidikan. Angkasa.
Bandung. 1993
Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang, 2004
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2015

39
Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi (UU No
30Tahun 1999), CV Mandar Maju, Bandung, 2001
DC Marbun, Handout Hukum Pidana. Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur, 10
Februari 2009
R. Atang Ranoemihardja, Ilmu Kedokeran Kehakiman Edisi Kedua,Tarsito, Bandung,
1983
R. Soeparmono, Keterangan Ahli & Visum et Repertum dalam Aspek Hukum Acara Pidana, CV
Mandar Maju, Bandung, 2016
Said Sissahadi, Peranan Saksi Dan Saksi Ahli Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Menurut
KUHAP. Sumbangsih Offset. Yogyakarta. 1986.
Soedirjo, Jaksa dan Hakim Dalam Proses Pembuktian, CV Akademika Pressindo, Jakarta, 1985
Zainal Abidin, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2014
Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

40

Anda mungkin juga menyukai