Anda di halaman 1dari 137

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima

tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik satu balita meninggal
karena diare 6.
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua
juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut KEMENKES (2011)
survey mobiditas yang dilakukan Subdit diare, Departmen Kesehatan dari tahun 2000
s/d 2010 terlihat cenderung meningkat. Pada tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan di Jakarta dengan jumlah penderita 4204, dengan kematian 73 orang (CFR
1,74%). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa bahwa diare merupakan
salah satu penyebab kematian utama terbesar pada balita di Indonesia yang biasanya
dikarenakan dehidrasi dengan penatalaksanaan yang kurang tepat, baik dirumah atau di
sarana kesehatan. Sehingga untuk menurunkan kematian karena diare perlu tatalaksana
yang cepat dan tepat.8
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs (goal 4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 2015. Namun ternyata ada
beberapa target yang masih belum dapat dicapai oleh MDGs, salah satunya adalah
penurunan angka kematian balita. Kemudian dibuat SDGs yang tidak lain merupakan
kelanjutan dari target-target MDGs, dan target yang belum dapat tercapai itu masuk
kedalam SDGs goal nomor 3 yaitu kesehatan untuk semua lapisan penduduk (usia).8
Di Indonesia, sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Tingginya kejadian diare disebabkan virus dan bakteri. Diare
infeksi di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap
tahun3.
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi

berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Secara klinis penyebab diare
dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan, immunodefisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di
lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan 1.
1.2.PERUMUSAN MASALAH
Menilai sejauh manakah pelaksanaan program penanggulangan penyakit diare
pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet pada bulan Januari Maret 2016.
1.3.TUJUAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS
1.3.1 Tujuan Umum
Dipahaminya program Penanggulangan Penyakit Diare pada balita mulai
perencanaan sampai evaluasi program, secara menyeluruh, sehingga dapat
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan pada pasien diare serta
tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
1.3.2

Tujuan Khusus
a. Menilai factor input (man, money, material, method) dari masalah program
penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.
b. Menilai proses perencanaan (P1), pelaksanaan (P2), serta pengawasan,
penilaian, dan evaluasi (P3) program penanggulangan penyakit diare pada
balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.
c. Menilai faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam pencapaian
penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pencapaian
penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.
e. Membuat dan mengaplikasikan plan of action untuk meningkatkan
pencapaian penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas
Kecamatan Tebet.

1.4.

MANFAAT EVALUASI PROGRAM


1.4.1. Manfaat untuk Mahasiswa
a. Mengetahui manajemen Puskesmas secara holistik.
b. Mengetahui upaya kesehatan wajib dan pengembangan di Puskesmas.
c. Melatih kemampuanan alisis dan pemecahan masalah penanggulangan
penyakit diare pada balita di Puskesmas.

d. Menambah pengetahuan mengenai program penanggulangan penyakit diare


pada balita sebagai bekal saat bertugas di Puskesmas pada masa yang akan
datang.
1.4.2. Manfaat untuk Puskesmas Kecamatan Tebet (institusi)
a. Mengetahui pencapaian upaya kesehatan wajib di Puskesmas.
b. Membantu Puskesmas untuk mengidentifikasi masalah

rendahnya

penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.


c. Membantu Puskesmas untuk mengidentifikasi penyebab masalah dari
penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tebet.
d. Membantu Puskesmas untuk memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah tersebut.
e. Menjadi salah satu acuan dalam mengevaluasi keberhasilan kegiatan
program penanggulangan penyakit diare pada balita di Puskesmas
Kecamatan Tebet.
1.4.3. Manfaat untuk Masyarakat Umum
a. Masyarakat dapat mengetahui cara penanggulangan diare
b. Masyarakat dapat mengetahui cara hidup bersih dan sehat
c. Masyarakat dapat mengetahui definisi, gejala, dan bahaya diare
d. Menurunkan angka kesakitan karena diare di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dari penderita 1.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab
lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan 1.
B. Epidemiologi Diare

Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5-7 episode setiap anak pertahun
dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan
angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat dibanding
survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab
kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian
bayi 9,4% dan kematian balita 13,2% 9.
C. Distribusi Penyakit Diare
Distribusi penyakit diare perdasarkan umur sekitar 80% kematian diare tersebut
terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa dari
sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal
di negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali
pertahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-11 bulan
sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun11.

D. Frekuensi Penyakit Diare


Angka kesakitan diare tahun 2000 (survei oleh Subdit Diare, Ditjen PPM-PL)
adalah 301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada
tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan
episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita Diare yang dilayani dan
dilaporkan selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Sementara itu jumlah
penderita diare yang dapat dihimpun melalui laporan Survei Subdit Diare, Ditjen
PPM-PL cakupan penderita Diare dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa
jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi yakni pada tahun 2000 sebesar
4.771.340 penderita, sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling rendah
yakni pada tahun 2004 sebesar 596.050 penderita.
Tabel 1 . Cakupan Penderita Diare Dalam Lima Tahun Terakhir
Tahun

Jumlah Penderita Yang Dilaporkan

2000
4.771.340 penderita
2001
2.873.414 penderita
2002
1.788.492 penderita
2003
1.950.745 penderita
2004
596.050 penderita
Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL
E. Etiologi Penyakit Diare
1. Infeksi Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter, Salmonella,
Shigella dan Escherichia coli.
2. Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, virus herpes simplex dan virus hepatitis.

3.
Intoleransi Makanan
Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti
laktosa ( gula dalam susu).
4.
Parasit
Parasit, yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap
dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan
Cryptosporidium.
5.
Penyakit Intestinal
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti
sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.
E. Patogenesis
Patogenesa Diare Karena Virus
Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya
patogenesisnya adalah sebagai berikut :
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian
berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus

dan menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus
bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang
berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk
menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus
halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan
mencerna makananpun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul,
setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid
dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan (1).
Patogenesa Diare Karena Bakteri
Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya.
Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas /
labil toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil /
ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim enzim ini akan terjadi peningkatan
cAMP

(cyclic

adenosine

monophospate)

atau

cGMP

(cyclic

guanosine

monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium


dan air dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air
dari lumen usus ke dalam sel.

Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan

osmotik di dalam lumen (hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus


untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat
dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan
penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan
colon, maka akan terjadi diare.(1)
G. Gejala Penyakit Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah
dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut

dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri
otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan

tinja

mengandung

darah

atau

demam

tinggi.

(Pedoman

Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL


tahun 2006)
Bila terjadi pada anak, mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena
intoleransi, anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
-

Dehidrasi ringan

Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :


-

Dehidrasi hipotonik

Dehidrasi isotonik

Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran
menurun (apatis, somnolen sampai soporokomatous). Akibat dehidrasi, diuresis
berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak
pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).

Asidosis metabolik terjadi karena :


1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja
2. Ketosis kelaparan
3. Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
oliguria atau anuria).
4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma <
130 mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma
130 150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na
dalam plasma > 150 mEq/l.
H. Jenis- Jenis Diare
1. Diare akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai
dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare
rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak. (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3
depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun 2007
2.

Diare bermasalah
Merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke
orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh
diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah. (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare
edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun 2006)

3. Diare persisten

Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten
adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal
PPM& PL tahun 2006)
I. Pemeriksaan Laboratorium (4,6)
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
2.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan


pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4.

Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
J. Komplikasi (2,6)
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
villi mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.


7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
K. Penyakit Penyerta pada Diare (1)
1. KKP (Kurang Kalori Protein).
KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat
pencernaan. Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan terganggu dan
berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah beratnya derajat KKP penderita.
2. Infeksi sistemik
Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan suhu
penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
3.

Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah dehidrasi
terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit (terutama
hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.

L. Proses Penularan Penyakit Diare


Agent infeksius yang menyababkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur
fekal-oral terutama karena :
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.Beberapa faktor yang dikaitkan
dengan bertambahnya penularan kuman entero patogen perut termasuk tidak
memadainya penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang tidak higienis, vektor ,
aspek sosial ekonomi.

M. Pencegahan Terjadinya Diare

1. Tujuan
Tujuan Pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan
2. Upaya Kegiatan Pencegahan daire
Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan adalah
- Memberikan ASI
- Memperbaiki makanan pendamping ASI
- Menggunakan air bersih yang cukup
- Mencuci Tangan
- Menggunakan Jamban
- Membuang tinja bayi yang benar
- Memberikan imunisasi campak
a) Pemberian ASI
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi . komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh bayi
Asi saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
Asi steril, berbeda dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian Asi saja , tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan
diare . Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh.
Bayi bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan.
Setelah 6 bulan dari kehidupnya ,pemberian Asi harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih).
Asi mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya. Asi turut memberikan perlindungan terhadap diare Pada
bayi yang baru lahir pemberian Asi secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih
besar terhadap diare daripada pemberian Asi yang disertai dengan susu botol. Flora usus
pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare.

Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan,
risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara
lain dari menyusui Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko
tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b) Makanan Pendamping Asi
Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping Asi dapat menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian
makanan pendamping Asi yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana
makanan pendaping Asi diberikan.
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan bara pemberian makanan
pendamping Asi yang lebih baik yaitu :
- Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian
Asi. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4x sehari) setelah anak berumur 1tahun, berikan semua makanan
yang dimasak dengan baik 4-6x sehari teruskan pemberian Asi bila mungkin.
- Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalamnasi/bubur dan biji-bijian untuk energi.
Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging. Kacangkacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau kedalam makanannya, Cuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih
- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan bener sebelum diberikan kepada anak.
c) Menggunakan air bersih yang cukup.
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekaloral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda
yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bener-bener bersih


mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan dirumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga
- Ambil air dari sumber air yang bersih
- Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dantertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air
- Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anakanak
- Gunakan air yang direbus
- Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup
3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare.
Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga harus buang air
besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
- Bersihkan jamban secara teratur

- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar
sendiri, buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter
dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
Membuang tinja bayi yang benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban
- Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya
- Bila tidak ada jamban plih tempat untuk membuang tinja anak seperti didalam lubang
atau di kebun kemudian ditimbun
- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan nya dengan sabun
Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga
dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan.
N. Pengobatan Terhadap Penyakit Diare
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara
mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan
rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh
encer, sup wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam (LGG). Pemakaian cairan ini
lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi
dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu
cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan
elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama cairan :
Tabel 2.Takaran Pemberian Oralit

Umur
Di bawah 1 thn

Jumlah Cairan
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali

mencret
Di bawah 5 thn (anak 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali
balita)
Anak diatas 5 thn

mencret
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali

mencret
Anak diatas 12 thn & 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali
dewasa
mencret (1 gelas : 200 cc)
Sumber: www.dinkesjakarta.com
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1.

Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).

2.

Dietetik (pemberian makanan).

3.

Obat obatan.

Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni


1.

Jenis cairan

a.

Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.

b.

Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan


Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain lain.

2.
a.

Jalan pemberian cairan


Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau

minum serta kesadaran baik.


b.

Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak

tidak mau minum atau kesadaran menurun.


c.

Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral. Sejumlah

pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara memadai dengan
oralit melalui mulut. Penderita ini harus diberikan terapi IV.
Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :

1.

Tingginya tingkat kehilangan cairan (seringnya buang air besar dalam tinja cair
dengan jumlah yang banyak).
Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi mungkin tidak
bisa minum cukup oralit untuk menggantikan kehilangan cairan yang
berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi makin buruk. Beberapa penderita
harus diobati selama beberapa jam dengan cairan IV sampai tingkat kehilangan
cairan berkurang.

2.

Muntah terus menerus


Kadang kadang muntah yang berulang ulang menghambat berhasilnya
rehidrasi oral.

Jika tanda tanda dehidrasi tidak membaik atau makin

memburuk, terapi IV diperlukan sampai muntahnya hilang. Muntah biasanya


hilang ketika air dan elektrolit terganti.
3.

Ketidak mampuan untuk minum


Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat karena
sakit atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan herpes), karena
kelelahan atau mengantuk karena obat (seperti antiemetik atau obat
antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan untuk penderita ini.

4.

Perut kembung atau ileus


Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika kembung
bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.

Ileus paralitik

(hambatan mobilitas isi perut) mungkin alasan kembung perut. Gejala ileus
paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung candu (kodein, loperamide),
hipokalemia atau keduanya.
5.

Malabsorpsi glukosa
Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak biasa
selama diare akut.

Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit dapat

menyebabkan bertambahnya diare dengan sejumlah besar glukosa yang tidak


diserap dengan tanda tanda dehidrasi yang memburuk atau tes menunjukkan
terdapat sejumlah besar glukosa pada tinja. Anak juga menjadi sangat haus.
Cairan IV harus diberikan sampai diare hilang.

3.

Jumlah cairan
Jumlah cairan
CWL

PWL

PWL + NWL +

= Previous Water Loss (ml/kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 15 % dari BB (ml / kgBB).


NWL

= Normal Water Loss (ml / kgBB)

(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan
pernafasan).
CWL

= Concomitant Water Loss (ml / kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira kira 25 ml / kgBB / 24
jam).
JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN
a.

Belum ada dehidrasi

Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air

besar.
b.

Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.


Dehidrasi ringan

1 jam pertama : 25 50 ml / kgBB per oral / intragastrik

Selanjutnya

c.

Dehidrasi sedang

: 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum

1 jam pertama : 50 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.

Selanjutnya

d.

: 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum

Dehidrasi berat

Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan BB 3 10 kg


-

1 jam pertama

: 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit


(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

7 jam berikutnya

: 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit


(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

16 jam berikutnya

: 3 tts/kgBB/menit

(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)


Cara lain adalah :
-

4 jam I diberikan 20-30% dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan

20 jam II diberikan sisanya

TABEL 3. PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO, 1980 (1,3)


TANDA
DEHIDRASI
1. Keadaan umum

RINGAN
Haus,

SEDANG
sadar, Haus,

gelisah

BERAT

gelisah Penurunan

atau letargi tapi sampai


iritabel

Anak lebih besar dan Haus,


dewasa

dingin,
sianosis
sadar, Gelisah,

sadar, Haus,

gelisah

merasa

kesadaran

koma,

akral

berkeringat,
ekstremitas

pusing dingin, berkeringat dan

pada perubahan

sianotik, kulit jari


jari tangan dan kaki
keriput
Tidak teraba
Dalam dan cepat
Sangat cekung

2. Nadi radialis
3. Pernafasan
4. UUB *

Normal
Normal
Normal
Pada

Cepat, lemah
Dalam
Cekung

5. Elastisitas kulit*

pencubitan

Lambat

7. Air mata
8. Selaput lender

kembali segera
Ada
Lembab

Kering
Kering

Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urin untuk

Normal

Berkurang

beberapa jam, kandung

Normal
45%

Normal, rendah
69%

kencing kosong
< 80 mmlHg
> 10 %

9. Pengeluaran
urin*
10. TD sistolik
11. Pasien kehilangan

Sangat lamban > 2


detik

BB
Prakiraan

kehilangan

cairan
Keterangan :

40 50 ml/kg

60 90 ml/kg

100 110 ml/kg

* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.
Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau ringan
adalah : bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut. Dengan catatan
selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5
gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukkan dalam golongan dehidrasi
berat. (1)
TABEL 4. PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA (2,3,4)
INDIKATOR

1. Lihat keadaan umum

Baik, sadar

* Gelisah, rewel

Normal

Cekung

Ada
Basah
A

Tidak ada
Kering
B

- Mata
- Air mata
- Mulut dan lidah
INDIKATOR
- Rasa haus

2. Periksa turgor kulit

Normal,

tidak *

Haus,

haus

dengan lahap

Kembali

Kembali dg lambat

dengan cepat

Tanpa dehidrasi

tidak sadar, lesu


Sangat cekung dan
kering
Tidak ada
Sangat kering
C
* Malas minum,
sedikit atau tidak
bisa minum
* Kembali
sangat lambat

Dehidrasi
3. Hasil pemeriksaan

minum

C
Lunglai/latergi,

ringan, Dehidrasi

berat,

jika memiliki 2 / jika memiliki 2 /


lebih

tanda lebih

termasuk tanda*

tanda

termasuk tanda *

Menentukan rencana pengobatan


Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan Rencana Pengobatan yang
sesuai :

Rencana terapi a untuk penderita diare tanpa dehidrasi

Rencana tetapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan sedang

Rencana tetapi c untuk penderita diare dengan dehidrasi berat

Pemberian makanan pada penderita diare (1)


Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi.

Dengan cara ini

penyembuhan pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik
walaupun frekwensi diare bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut
dengan dehidrasi perlu diperhatikan faktor faktor sebagai berikut :
a. Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI
b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa
tinggi.
Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah
laktosa dan asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan
untuk anak > 1 tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau
makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah. (2)
Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang
adalah 99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram.

Bila ada infeksi

terutama diare maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena meningkatnya
katabolisme protein tubuh.

Pertumbuhan kalori dan protein untuk mengejar laju

pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori sekitar 30 % dan protein


sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama diare,
sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi. (1)
Pengobatan Medikamentosa
1. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena
sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero
Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada
umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru
datang setelah diare berhenti. (1)

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti : (2)


-

Kolera diberikan Tetrasiklin 25 50 mg/kgBB/hari

Campylobakter diberikan Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari

Bila terdapat penyakit penyerta seperti :


Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000
u/kgBB/hari.
Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50
mg/kgBB/hari.
Infeksi

berat

(bronkopneumonia)

diberikan

Penisillin

Prokain

dengan

Kloramphenikol 74 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari


ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 50
mg/kgBB/hari.
2. Anti Diare
Obat obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein,
morfin, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, melipatgandakan pembiakan
bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya.

Obat ini hanya

berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat


berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya
terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita. (1)
3. Absorben
Obat obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
tabonal), Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
Obat obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya tidak akan dapat
memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan
cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling tepat ialah pemberian cairan
secepatnya. (1)
4. Anti Emetik

Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah
muntah dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian
dalam dosis kecil ( 0,5 1 mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai muntah
muntah hebat dapat diberikan. Obatanti piretik seperti preparat salisilat (Asetol,
Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna untuk
menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi
penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui tinja.(1)
Karena penyebab Diare akut / diare mendadak tersering adalah Virus, maka tidak
ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan
sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini ditujukan untuk mengobati
gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau kurang cairan. Diare akut dapat
disembuhkan hanya dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan
minuman / cairan yang cukup saja. Dalam hal ini yang perlu diingat pengobatan bukan
memberi obat untuk menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba
menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan
menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.
O. Program Penanggulangan Penyakit Diare
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare Pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan R I, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok
Oralit.
2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di Rumah Tangga secara tepat
dan benar.
3. Meningkatkan Upaya Pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat.
4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.

5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa


Diare
P. PERAN SERTA MASYARAKAT
1. Tujuan
Dilaksanakannya potensi masyarakat dalam membantu pelaksanaan program
pemberantasan penyakit diare baik dalam aspek pelayanan/tatalaksana penderita
pencatatan penyuluhan dan pencegahan
2. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
Aspek pelayanan dan tatalaksana penderita diare
Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain:
a) Memberikan oralit untuk dibawa pulang
b) Menunjukkan cara memcampur oralit dan meminumkannya
c) Tatalaksana penderita diare dirumah yaitu :
- Memberikan cairan lebih banyak dari biasanya
- Meneruskan pemberian makanan yang bergizi termasuk Asi
- Mengetahui tanda-tanda penderita diare ( balita ) yang harus dibawa kesarana
kesehatan ( bertambah parah, demam, darah dalam tinja, malas minum)
Aspek Pencatatan
- Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita/KK dan jenis
pertolongan yang diberikan
- Melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas
Aspek Penyuluhan
Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain:
- Menganjurkan penderita dan keluarganya budaya pola hidup bersih dan sehat
- Menganjurkan keluarga/pengasuh penderita menjaga lingkungan tempat
tinggal agar selalu bersih
- Menganjurkan keluarga/pengasuh yang mempunyai bayi yang belum
diimunisasi campak agar diimunisasi di Puskesmas.
Aspek pencegahan diare

Meningkatkan motivasi agar masyarakat melaksanakan :


- Pemberian Asi yang baik dan benar : bayi harus disusui secara penuh selama
46 bulan
- Memperbaiki makanan pendamping Asi : tambahkan minyaki, susu
ikan/daging
- Mengunakan air bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi
- Mencuci tangan : sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun
- Menggunakan jamban : memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih 10 meter
dari sumber air
- Membuang tinja bayi yang benar: buang ke jamban atau dikubur sebab tinja
bayi dapat menularkan penyakit.
- Anak diberi imunisasi campak : salah satu akibat penyakit campak adalah
diare.

BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS
PUSKESMAS KECAMATAN TEBET
3.1 DATA UMUM PUSKESMAS
3.1.1. Data Wilayah
A. Batas Wilayah
Batas-batas wilayah kecamatan Tebet adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kali Ciliwung dan kali Malang


Sebelah Timur : Kali Ciliwung dan Kali Cikini/Terusan
Sebelah Selatan : Jln. Gatot Soebroto dan Jln. MT.Haryono
Sebelah Barat : Kali Cideng, Jln Dr.Saharjo dari Jembatan Merah
sampai Jln. Minangkabau

PETA KECAMATAN TEBET

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tebet


B. Luas Wilayah
Kecamatan Tebet merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kecamatan
dalam lingkungan Kota Administratif Jakarta Selatan, dengan luas
wilayah 905,10 Ha.
C. Jumlah RW dan RT

Wilayah Kecamatan Tebet terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan, 80 RW dan 938


RT.
D. Kondisi Wilayah
0 0
Wilayah Kecamatan Tebet terletak pada 106 46 Bujur Timur dan
0 0
6 14 13 Lintang Selatan. Wilayah Kecamatan Tebet 75% merupakan
wilayah yang padat penduduk dan lingkungan pemukimannya banyak
yang belum teratur dan terencana dengan baik. Daerah- daerah yang
sering rawan banjir terletak di wilayah sebelah Utara dan sebelah Timur
yang terletak di daerah:
1. Kelurahan Kebon Baru, terdiri dari :
RW 01 : RT 03, 04, 05
RW 02 : RT 01, 02, 03, 04
RW 03 : RT 013, 014
RW 08 : RT 09, 010
RW 010 : RT 09, 010, 011
2. Kelurahan Bukit Duri, terdiri dari :
RW 010 : RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 010, 011, 012, 013,
014, 015
RW 011 : RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 010, 011, 012, 013
RW 012 : RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08
RW 01

: RT 010, 011, 012

RW 09

: RT 09

3. Kelurahan Manggarai Selatan, terdiri dari :


RW 06 : RT 01, 02, 03
RW 02 : RT 04
4. Kelurahan Manggarai, terdiri dari :
RW 01 : RT 02, 03, 09
RW 04 : RT 01, 02, 03, 07
RW 010 : RT 01, 02

Daerah aliran sungai di Kecamatan Tebet ada 3 (Tiga) Kelurahan:


1. Kelurahan Manggarai

: RW.01, 04, 010

2. Kelurahan Bukit Duri

: RW.010, 011, 012

3. Kelurahan Kebon Baru

: RW.01, 02, 04, 08, 010

Tabel 5. Data Luas Wilayah dan Jumlah RT/RW se-Kecamatan Tebet Tahun 2014
No.

Kelurahan

Luas

RW

RT

Menteng Dalam

210,60Ha

13

139

Tebet Barat

171,60Ha

103

Tebet Timur

138,92Ha

11

109

Kebon Baru

129,29Ha

14

153

Bukit Duri

107,40Ha

12

152

Manggarai Selatan

51,43Ha

10

128

Manggarai

95,30Ha

12

154

905,60Ha

80

938

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014


Berdasarkan indikator kriteria desa perkotaan tahun 2000, yang terdiri dari
kepadatan penduduk per Km2; persentase RT pertanian dan keadaan/akses untuk
mencapai fasilitas perkotaaan, maka semua kecamatan di DKI, termasuk Kecamatan
Tebet merupakan desa perkotaan.13

3.1.2. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Tebet


Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Se-Kecamatan Tebet Tahun 2014
No.

Kelurahan

Kecamatan Tebet
Laki Laki

Perempuan

Jumlah

Menteng Dalam

21.248

19.169

38.417

Tebet Barat

12.728

12.746

25.474

Tebet Timur

11.909

9.583

21.492

Kebon Baru

18.021

18.826

36.847

Bukit Duri

16.611

16.068

32.679

Manggarai Selatan

12.439

11.723

24.162

Manggarai

15.468

15.597

31.065

106.424

103.712

210.136

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014


Tabel 7. Perincian Menurut Jumlah KK dan Kepadatan Penduduk
KepadatanPend
2
/Km

33.417

Luas
Wilayah
( Km2 )
2,10

8.474

25.474

1,71

15.642

Tebet Timur

5.132

21.492

1,38

15.702

Kebon Baru

10.253

36.847

1,29

28.782

Bukit Duri

9.233

32.679

1,07

35.870

Manggarai Selatan

6.199

24.162

0,51

54.311

Manggarai

10.804

31.065

0,95

25.514

65.756

210.136

9,05

23.098

No.

Kelurahan

Jumlah
KK

Jumlah
Penduduk

Menteng Dalam

15.661

Tebet Barat

Jumlah

15.797

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014

28

Tabel 8. Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Tebet


No

Kelurahan

Lahir

Mati

Datang

Pindah

Menteng Dalam

378

185

673

735

Tebet Barat

112

67

294

231

Tebet Timur

105

86

652

584

Kebon Baru

288

129

577

521

Bukit Duri

274

217

342

448

Manggarai Selatan

225

144

287

497

Manggarai

213

174

403

275

1595

1002

3228

3291

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014


Berdasarkan data pertumbuhan penduduk Kecamtan Tebet tahun 2014, didapatkan
angka pertumbuhan populasi total (total population growth, TPG) ialah sebesar 0,25%.
Dari data tersebut pula didapatkan angka kelahiran kasar (crude birth rate, CBR) ialah
sebesar 7,59; angka kematian kasar (crude death rate, CDR) ialah sebesar 4,768. Dari
angka angka tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kecamatan Tebet
termasuk rendah (TPG <1%), meskipun angka CBR lebih besar bila dibandingkan
dengan CDR.

29

Tabel 9 . Perincian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Gol. Umur/Thn
04
59
1014
1519
2024
2529
3034
3539
4044
4549
5054
5559
6064
6569
7074
75+

LakiLaki
8.935
8.403
7.527
7.138
8.387
10.455
10.739
9.556
8.583
8.386
5.766
5.481
3.040
2.152
1.557
1.103

Perempuan
8.523
7.692
6.962
6.894
9.027
10.353
10.245
9.480
8.413
7.479
5.144
4.727
3.441
2.729
1.819
1.587

Jumlah
17.458
16.095
14.489
14.032
17.414
20.808
20.984
19.036
16.996
15.865
10.910
10.208
6.481
4.881
3.376
2.690

Jumlah
107.208
104.515
211.723
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014
Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) lakilaki dan perempuan adalah 1,02:1 dengan proporsi laki-laki lebih banyak, yaitu sebesar
0,506. Dari tabel tersebut juga didapatkan dependency ratio dari populasi di Kecamatan
Tebet sebesar 38,6%, atau dengan kata lain seorang non-produktif dapat ditanggung
oleh 2,590 usia produktif.

30

Tabel 10. Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Pendidikan

No.

Kelurahan

Tidak
Tamat
SD

Tamat
SD

Tamat
SLTP

Tamat
SLTA

Menteng Dalam

570

1.417

3.867

16.498

5.112

Tebet Barat

1.249

3.469

3.440

16.254

4.685

Tebet Timur

512

4.251

4.127

12.236

1.265

Kebon Baru

635

4.585

3.883

15.287

2.584

Bukit Duri
Manggarai
Selatan
Manggarai

643

7.403

6.032

18.431

1.862

317

11.354

6.837

15.361

1.773

513

5.128

6.078

9.432

1.478

4439

37607

34264

103499

18759

6
7
Jumlah

Akademi
Perguruan
Tinggi

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014


Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan
Tebet memiliki pendidikan terakhir SMA (103499 jiwa), dan sebanyak 4439 jiwa tidak
tamat SD.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Agama
No

Kelurahan

Islam

Katholik

Protestan

Hindu

Budha

Menteng Dalam

27.033

877

1.434

187

159

Tebet Barat

21.706

589

793

231

289

Tebet Timur

19.805

848

893

101

112

Kebon Baru

30.035

1.145

1.084

121

231

Bukit Duri

33.566

1.146

1.252

99

314

Manggarai Selatan

22.635

384

563

47

54

Manggarai

26.711

986

1.688

223

286

181.491

5.975

7.707

1.009

1.445

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014


31

Dari tabel diatas didapatkan bahwa Islam merupakan agama yang mayoritas
dianut oleh penduduk Kecamatan Tebet, sebagaimana mayoritas agama yang dianut
oleh penduduk Indonesia.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Sosial Ekonomi
No

Kelurahan

PNS

Swasta

ABRI

Pedagang

Buruh

Jasa

Menteng Dalam

1168

3022

534

4207

2640

297

Tebet Barat

3288

23087

39

7358

6858

480

Tebet Timur

4327

7041

481

3215

643

771

Kebon Baru

736

3205

42

2605

2756

889

Bukit Duri

1360

3963

367

13616

2018

317

Manggarai Selatan 870

2676

78

3689

261

75

Manggarai

4700

1939

129

3650

2578

721

16449

44933

1670

38340

17754

3350

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2014

32

3.1.3. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun


2016
Berdasarkan pendataan tahun 2016, infeksi akut lain pada saluran pernafasan
atas mempunyai frekuensi tertinggi sebesar 5.579 penderita (23,43%) dari total 23.804
Penderita, diikuti oleh hipertensi sebanyak 4.989 penderita (20,95%), penyakit
lain 3.697 penderita (15,53%), penyakit lain pada saluran pernafasan atas sebanyak
3.034 penderita (12,74%), penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat sebanyak
1.765 penderita (7,41%), penyakit kulit alergi sebanyak 1.393 penderita (5,85%),
penyakit pulpa dan jaringan periapikal sebanyak 1.138 penderita (4,78%), diare
sebanyak 1.080 penderita (4,53%), tonsilitis sebanyak 690 penderita (2,89%), dan
ginggivitis dan penyakit periodontal sebanyak 439 penderita (1,84%).
Tabel 13. Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Tebet Bulan JanuariMaret 2016

No. Diagnosis Penyakit

Jumlah Kunjungan

Persentase (%)

1.

Infeksi akut lain pernafasan atas

5579

23.43

2.

Hipertensi

4989

20.95

3.

Penyakit lain

3697

15.53

4.

Peny. Lain pd sal. Pernafasan atas

3034

12.74

5.

Peny. Pd sist. Otot & jar. Pengikat

1765

7.41

6.

Penyakit kulit alergi

1393

5.85

7.

Peny. Pulpa & jaringan periapikal

1138

4.78

33

8.

Diare

1080

4.53

9.

Tonsilitis

690

2.89

10.

Ginggivitisa
periodontal

439

1.84

23804

100

Total

dan

penyakit

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Bulan Januari-Maret 2016

34

3.2. DATA KHUSUS PUSKESMAS


3.2.1
Visi Dan Misi Puskesmas Kecamatan Tebet
Visi Puskesmas Kecamatan Tebet
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan Kesehatan terpadu, bermutu dan
Profesional serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Misi Puskesmas Kecamatan Tebet
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai standar mutu
3. Meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan serta kesejahteraan karyawan.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk seluruh lapisan
masyarakat tanpa membedakan ras, agama dan sosial ekonomi.
5. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara
komputerisasi
3.2.2

Tugas Pokok Dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang

mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan dan pengendalian Puskesmas


Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
di wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, Puskesmas Kecamatan
mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan kesehatan klinis yang meliputi:

Kesehatan Dasar (BP Umum, BP Gigi, KIA, KB, MTBS, Imunisasi)

Semi Spesialis dan Spesialis (Poli Mata, Anak, Kandungan, Neurologi,


Paru, Konsultasi Jiwa, Remaja, DM, Gizi)

Penunjang (Lab, EKG, USG, Apotek)

Pelayanan

Kesehatan

Lainnya

(Medical

Check

Up

Karyawan,

Pemeriksaan Haji, dsb);


b. Melakukan penyeliaan pengelolaan dan pelayanan Puskesmas Kelurahan;

35

c. Mengkoordinasikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan


Puskesmas Kelurahan, yang meliputi : program KIA, KB, perbaikan gizi,
perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular termasuk imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM, UKS,
pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi
dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan jiwa, mata, khusus
lainnya dan pencatatan serta pelaporan;
d. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi pembinaan

kader kesehatan, Upaya

Kesehatan

Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Karang Wreda, serta peningkatan


kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat , dan lain-lain untuk mandiri
dalam bidang kesehatan;
e. Mengkoordinasikan temu lintas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan;
f. Menilai dan melaporkan kinerja Puskesmas Kecamatan.
Organisasi Puskesmas Kecamatan Tebet terdiri dari :
a. Kepala Puskesmas Kecamatan
b. Subbag Tata Usaha
c. Urusan Pelayanan Kesehatan
d. Urusan Kesehatan Masyarakat
Setiap Urusan dipimpin oleh seorang Kepala Urusan dan bertanggung jawab
kepada Kepala Puskesmas Kecamatan. Subbag Tata Usaha mempunyai tugas membuat
perencanaan Puskesmas mengelola administrasi keuangan, mengurus administrasi
kepegawaian, administrasi umum, pengadaan sarana prasarana dan pemeliharaan sarana
prasarana

Puskesmas dan jaringannya. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas,

Subbag Tata Usaha mempunyai fungsi, sebagai berikut:


a. Membuat perencanaan Puskesmas;
b. Mengatur alur proses penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan
Puskesmas;
36

c. Mengatur administrasi pemungutan dan penyetoran pendapatan Puskesmas


sesuai dengan peraturan;
d. Menyelesaikan masalah pertanggung jawaban, verifikasi dan tindak lanjut
hasil pemeriksaan;
e. Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan, perlengkapan, kepegawaian;
f. Menyiapkan, melaksanakan dan menilai pelaksanaan pengadaan

sarana

prasarana serta pemeliharaan sarana prasarana Puskesmas dan jaringannya;


g. Melaksanakan pengelolaan pendidikan dan pelatihan;
h. Menilai dan melaporkan kinerja Subbag Tata Usaha.
Urusan Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas mengelola kegiatan operasional
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan.Untuk melaksanakan tugas tersebut
Urusan pelayanan kesehatan mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Mengatur alur proses setiap jenis pelayanan kesehatan Puskesmas Kelurahan
dan Kecamatan;
b. Mengatur tugas bagi tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
c. Menyelia kesiapan penyediaan obat, alat kesehatan dan logistik lainnya di
Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
d. Menyelia kesiapan ruang tempat pelayanan di Puskesmas Kelurahan dan
Kecamatan;
e. Menyelesaikan keluhan pelanggan Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
f. Memantau dan menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan yang terjadi
setiap hari di Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
g. Memantau pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, pasien rujukan dan
peserta Askes / Jamsostek;
h. Mengatur pelaksanaan operasional pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan yang menggunakan Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan serta
lapangan;
i. Menyiapkan dan mengendalikan biaya operasional pelayanan;
37

j. Menganalisa pasar pelayanan kesehatan Puskesmas dan melaksanakan


pemasaran sosial pelayanan kesehatan;
k. Menyelia pelaksanaan pencatatan dan pelaporan data pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kelurahan dan kecamatan;
l. Memimpin pertemuan bulanan pelayanan kesehatan untuk mengkaji ulang
pelaksanaan pelayanan kesehatan dan menyiapkan kegiatan operasional
bulan berikutnya di Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
m. Menyelia pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan;
n. Menilai dan melaporkan kinerja Seksi Pelayanan.
Urusan Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan program
kesehatan masyarakat yang meliputi surveilans, pencegahan dan penanggulangan
penyakit, penyehatan lingkungan, gizi komunitas, farmasi komunitas, pemberdayaan
masyarakat dan pemasaran sosial kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas
tersebut diatas, Urusan Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Mengatur pengumpulan data dasar sasaran kesehatan masyarakat dan status
vital menurut Kelurahan;
b. Menganalisa dan menentukan masalah prioritas kesehatan masyarakat di
Kecamatan;
c. Menyusun program dan anggaran kesehatan masyarakat di Kecamatan;
d. Mengatur tugas bagi tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Kecamatan
dan Kelurahan;
e. Menyelia pelaksanaan tugas tenaga kesehatan masyarakat;
f. Menyelia

kesiapan

logistik

program,

tenaga,

masyarakat

sasaran,

transportasi, lokasi dan jadwal kegiatan pelaksanaan;


g. Mensosialisasikan program kesehatan masyarakat;
h. Menyelia pelaksanaan program kesehatan masyarakat di Puskesmas
Kelurahan;
i. Menyelesaikan masalah pelaksanaan program di lapangan;
j. Menyelesaikan keluhan masyarakat terhadap pelaksanaan program;
k. Mengatur alur proses setiap jenis kegiatan program kesehatan masyarakat;

38

l. Mengusulkan tenaga kesehatan yang membutuhkan pendidikan formal dan


atau pelatihan teknis tentang kesehatan masyarakat setiap bulan;
m. Mengendalikan biaya operasional program kesehatan masyarakat;
n. Menyelia pelaksanaan pencatatan dan pelaporan data kesehatan masyarakat
di Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan;
o. Memimpin pertemuan bulanan untuk mengkaji ulang pelaksanaan program
kesehatan masyarakat dan menyiapkan kegiatan operasional bulan
berikutnya;
p. Menilai dan melaporkan kinerja Urusan Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas Kelurahan merupakan bagian dari Puskesmas Kecamatan yang
berada di Kelurahan, mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan klinis dan melaksanakan pembinaan pemberdayaan masyarakat di
wilayah Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas Kelurahan
mempunyai fungsi:
a. Melaksanakan administrasi yang meliputi registrasi kematian, pencatatan
dan pelaporan Puskesmas;
b. Melaksanakan pembinaan kesehatan untuk kelompok bayi, balita, anak
prasekolah, anak usia sekolah, remaja, ibu, usia lanjut;
c. Melaksanakan pembinaan kader kesehatan yang meliputi dokter kecil, kader
kesehatan remaja, kader Posyandu, kader Pengawas Minum Obat (PMO) dan
kader kesehatan lainnya;
d. Melaksanakan Pengamatan dan Penanggulangan Penyakit Menular yang
meliputi : Surveilans penyakit, Penyelidikan Epidemiologi untuk Demam
Berdarah, keracunan makanan, pengasapan focus, Pemantauan Jentik
Berkala untuk penyakit Demam Berdarah dan penyakit yang berpotensi
menjadi wabah, melakukan survei cepat penyakit berpotensi menjadi wabah;
e. Mengadakan kunjungan rumah untuk menemukan kasus, kasus drop-out
pada kasus TBC, kusta, imunisasi, ibu hamil, KB dan lainnya;
f. Memberikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang meliputi program KIA,
KB, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, imunisasi;

39

g. Melaksanakan pemasaran sosial untuk seluruh kegiatan pelayanan kesehatan


masyarakat di Puskesmas Kelurahan;
h. Melaksanakan pertemuan lintas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan;
i. Memberikan pelayanan kesehatan klinis yang meliputi : Loket, Poli Umum,
Poli gigi, Poli Kesehatan Ibu/Anak, Poli KB dan Poli lainnya sesuai
kebutuhan, Laboratorium sederhana, Ruang tindakan, Ruang obat,
pemeriksaan jenazah;
j. Menilai dan melaporkan kinerja Puskesmas Kelurahan.
3.2.3.

Program Pokok Puskesmas Kecamatan / Kelurahan

Program pokok di Puskesmas Kecamatan Tebet dilakukan berdasarkan prosedur


tetap, sesuai dengan bidang masing-masing. Puskesmas Kecamatan Tebet mengadakan
pelayanan kesehatan 5 hari dalam seminggu, sedangkan hari Sabtu hanya melayani
pasien yang mengalami gangguan darurat saja. Pelayanan terhadap individu yang
bersifat pelayanan kuratif umumnya dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas
Kecamatan Tebet, sedangkan pelayanan terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan
preventif kebanyakan dilaksanakan di luar gedung namun ada juga yang dilaksanakan di
dalam gedung.
Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada loket dengan
pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis pembayaran, nama,
umur, alamat dan jenis kunjungan seperti Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai
Pengobatan Gigi (BPG), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan lain-lain. Kemudian pasien dianamnesis,
diperiksa, diagnosis secara organoleptik, bila perlu dengan memakai peralatan
sederhana seperti senter, stetoskop, sphygmomanometer, Doppler, dan segenap
peralatan yang tersedia. Pemberian terapi yang tepat dilakukan setelahnya dan ada
kalanya pasien dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah mendapat
terapi, pasien langsung ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan penyakit
yang diderita.
3.2.4.

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

40

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan
wajib tersebut meliputi :
a.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
b.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c.
Upaya Kesehatan Lingkungan
d.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
e.
Promosi Kesehatan
f.
Upaya Pengobatan Dasar
3.2.5.

Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan


berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada. Pada Puskesmas
Kecamatan Tebet, upaya kesehatan pengembangan meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
3.3.

Upaya Kesehatan Sekolah


Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Kesehatan Jiwa
PKPR

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS


3.3.1.
Data Ketenagakerjaan Puskesmas Kecamatan Tebet
Sebagaimana tercantum pada Tabel, Puskesmas Kecamatan

Tebet

memperkerjakan 57 orang, dengan 39 orang tenaga kesehatan didalamnya, diantaranya


ialah 7 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 7 orang bidan, 13 orang perawat, 1
orang perawat gigi, 1 orang apoteker, 3 orang asisten apoteker, 3 orang analis, 3 orang
ahli gizi, dan 1 orang bagian kesehatan lingkungan.
Tabel 14. Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kecamatan Tebet
No.

Tenaga Kerja

1.

Dokter umum

Gol/Status Kepegawaian
PNS
Non-PNS
4 orang
3 orang

Jumlah
7 orang

41

2 orang

2 orang

4 orang

3 orang

7 orang

7 orang

4 orang

11 orang

1 orang

1 orang

2.

Dokter gigi

3.

Bidan

4.

Perawat

5.

Perawat Gigi

6.

Apoteker

1 orang

7.

Asisten Apoteker

1 orang

8.

Analis

9.

Ahli Gizi

10.

Kesling

11.

Manajemen

2 orang

6 orang

1 orang
2 orang

3 orang

3 orang

3 orang

1 orang

3 orang

1 orang

1 orang

12 orang

18 orang

25 orang
32 orang
57 orang
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet Tahun 2015
3.3.2

Sarana dan Prasarana


Puskesmas Kecamatan Tebet beralamat di Jalan Tebet Timur II RT 006 / 005 J,
Tebet, Jakarta Selatan, dengan spesifikasi, sebagai berikut:
Luas tanah

: 416 M2

Luas bangunan

: 615 M2

Sumber air

: PAM

Telephone

: 1 Buah

Daya listrik

: 1300 watt

Bangunan terdiri dari 3 lantai


a. Lantai I
-

Loket

Poli PTM dan Tindakan

BPG

Poli Paru

Laboratorium

Apotek

Gudang Obat

42

Musholah

IGD

Dapur

Toilet

b. Lantai II

c.

Poli Umum

Poli Sahabat (Jiwa, IMS, dan kulit)

Poli KIA

Poli KB

Poli Konsultasi Gizi dan Ibu Menyusui

Poli MTBS

Poli Imunisasi

Kantin

Toilet

Lantai III :
-

Ruang Kapuskes

Ruang Tata Usaha

Ruang Binkes

Ruang Perencanaan dan Pengadaan

Aula 1

Aula 2

43

3.3.2.

Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN


dr. Hilda

SATUAN PENGAWAS INTERNAL

KASUBAG TATA USAHA


Dra. Min Yuniar, M.Kes

PELAKSANA TATA USAHA KEUANGAN


Teguh Sutrisno
Sri Mihayu, S. Sos

MEDICAL REPRESENTATIVE PERLENGKAPAN


dr. Dwi Rahayu U
Elvan Syaputri
Taufik Hidayat

SATUAN PELAKSANA UKP


dr. Dwi Rahayu Utami
KEPEGAWAIAN
Ade Firmansyah, S. Kom
YANKESDAS
dr. Dwi Rahayu U

APOTEK
Lina Nadhilah, Apt

DIKLAT
Siti Raisa

PENGADAAN
Lina Nadhilah, Apt

SATUAN PELAKSANA UKM


dr. M Fahrizal

GADAR & BENCANA


dr. Fahrizal
P2PL

P. PSM & KESLING

PROG KESGA

PROG KIA (Siti Raisa)


IMUNISASI (Ngenalith B S) PROG KESLING/HSP (Firly Feliren)
PROG PROMKES (Antarobesti S, A. mg)
PROG KB ( Wiwin Sundawiani)
TB/ISPA/DIARE (dr. Elizabeth)
PROG GIZI (Antarobesti S, A. mg)
KUSTA/IMS (dr. Sri Sudewi H)
PROG UKS/ KES RMJ (Nurmalawati)
SURVEILANS (Sukamto)
PROG USILA (Sri H/ Azmanidar)
PTM (dr. Kartika Putri P)

PKL MENTENG DALAM PKL KEBON BARU


drg. Yuniar Hartati
dr. Susi S, MPH

PKL TEBET BARAT


dr. Enok Pertama

PKL BUKIT DURI


dr. Agriathy Ritha

PKL MANGGARAI PKL MANGGARAI SELATAN


drg. Sondang M
drg. Liliana

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Tebet

44

3.4. PROGRAM POKOK PUSKESMAS KECAMATAN TEBET


3.4.1.
Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
3.4.1.1.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita, serta anak pra sekolah.
Selama bulan Januari- Maret, terdapat 9 program yang cakupan kegiatannya masih
belum mencapai target. Program yang belum mencapai target meliputi kunjungan bumil K1
(54,87%), kunjungan bumil k4 (17,96%), ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
(73,52%), Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (0%), kunjungan nifas (10,36%),
penanganan komplikasi neonatus (0%), kunjungan neonatus (19,25), kunjungan balita
(68,49 %), balita sakit yang ditangani dengan MTBS (83,56%)
Sedangkan program yang cakupan kegiatannya sudah mencapai target adalah
kunjungan bayi dan imunisasi dasar lengkap.

Tabel 15. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA di Puskesmas Kecamatan Tebet periode Januari Maret
2016

Indikator

Target
(%)

Sasaran 3 Cakupan
Sasaran
Bulan
Kegiata Persen
1 Tahun
Berjalan n
(%)

Pencapaia
n (%)

Kunjungan bumil K1

100

329

54.87

82

45

54.87

45

Kunjungan bumil K4
Ibu
hamil
dengan
komplikasi
yang
ditangani
Pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
Kunjungan nifas

95

329

82

14

17.07

17.96

80

66

17

10

58.82

73.52

90

315

79

90

299

75

9.33

10.36

Kunjungan neonatus
90
Penanganan komplikasi
80
neonatus
Kunjungan bayi
90

299

75

13

17.33

19.25

299

75

299

75

103

137.33 152.59

Kunjungan balita
90
Balita
sakit
yang
100
ditangani dengan MTBS
Imunisasi dasar lengkap 100

1168

292

180

61.64

68.49

1168

292

244

83.56

83.56

299

75

76

101

101

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret 2016
b. Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan, jarak antara
kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah
mencapai yang dikehendaki. Indikator dari pelayanan KB di Puskesmas Kecamatan Tebet,
wilayah kerja Kelurahan Tebet Timur yaitu jumlah peserta KB yang aktif. Selama bulan
Januari Maret 2016, program peserta KB aktif (19,22%) belum mencapai target.

Tabel 16. Hasil Kegiatan Pelayanan KB di Puskesmas Kecamatan Tebet Wilayah Kerja
Kelurahan Tebet Timur periode Januari Maret 2016

Indikator

Target
(%)

Sasaran 3 Cakupan
Sasaran 1
bulan
tahun
berjalan
Kegiatan

Persen
(%)

Pencapaian
(%)

Peserta KB aktif 77
3243
480
14.80
19.22
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret 2016

46

3.4.1.2. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Pelayanan gizi dikelola nutritionis di bagian gizi. Tujuan dari program perbaikan
gizi adalah untuk menurunkan angka penyakit akibat kurang gizi yang umumnya diderita
oleh masyarakat berpenghasilan rendah, terutama balita dan wanita. Peningkatan gizi
keluarga dilakukan dengan penyuluhan gizi masyarakat untuk mengubah pengetahuan,
sikap, dan perilaku dari setiap anggota keluarga; serta pelayanan gizi di Posyandu yang
menitikberatkan pada pemantauan tumbuh kembang anak, konseling, suplementasi gizi,
dan pemberian makanan tambahan. Indikator kegiatan pelayanan gizi adalah cakupan balita
yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi sebesar 67,15% dan cakupan ibu hamil yang
diberi 90 tablet Fe sebesar 72,64%.
Tabel 17. Hasil kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas Kecamatan Tebet Wilayah Kerja
Kelurahan Tebet Timur periode Januari-Maret 2016

Indikator

Targe Sasaran
t (%)

Sasaran Cakupan
3 Bulan
Berjala Kegiata Persen
n
n
(%)

Pencapaia
n (%)

Balita (6-59 bulan) yang


diberi kapsul vitamin A
100 956
642
67.15
67.15
dosis
tinggi
2x/tahun
(Februari)
Bumil yang diberi 90 tablet
90
426
106
77
72,64
80,71
Fe
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari-Maret 2016
3.4.1.3.

Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau


hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat
memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan. Program kesehatan lingkungan yang
dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Tebet masih sebatas monitoring dan belum
menjangkau intervensi. Program tersebut meliputi monitoring kepadatan vektor (populasi

47

nyamuk Aedes aegypti). Monitoring kepadatan vektor dengan Gerakan PSN 30 menit
dilakukan bersama tim penggerak Kecamatan Tebet pada setiap Jumat Bersih. Berdasarkan
data pada bulan Januari Maret 2016, terdapat 99,10%. Sudah mencapai target.
Tabel 18. Hasil kegiatan Upaya Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Tebet
Periode Oktober-Desember 2015

Indikator

Cakupan
Sasaran 3
Target Sasaran
Bulan
(%)
1 Tahun
Berjalan Kegiatan

Angka bebas jentik

95

6668

1667

1652

Persen
(%)

Pencapaia
n (%)

99,10

104,3

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan TebetPeriode Oktober-Desember 2015


Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau
hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat
memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit serta mengkonsolir penyakit yang telah
dapat dikendalikan. Jenis kegiatan dalam P2PM meliputi:
a. P2 TB Paru
Indikator : penemuan kasus TB BTA (+) adalah sebesar 16,67%
b. P2 Pneumonia Pada Balita
Indikator : cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani
sesuai dengan standar adalah 113,8% pada periode Januari - Maret 2016.
c. P2 Diare Pada Balita
Indikator : cakupan balita dengan diare yang ditemukan dan ditangani sesuai
dengan standar adalah sebesar 89,39%.
Tabel 19. Hasil kegiatan P2PM di Puskesmas Kecamatan Tebet periode Januari Maret 2016

48

Cakupan
Indikator

Target
(%)

Sasaran
1 tahun

Sasaran
3 Bulan
Berjalan Kegiata
n

Perse
n (%)

Pencapaian (%)

Penemuan kasus
90
BTA(+)

816

204

34

16,67

18,52

Cakupan
balita
dengan
100
pneumonia

840

210

239

113,8

113,8

Cakupan
balita
100
dengan diare

794

198

177

89,39

89,39

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret 2016
d. Imunisasi
Indikator :
HB0 cakupannya sebesar 108%
BCG cakupannya sebesar 119%
DPT/HB-Hib (1) cakupannya sebesar 115%
DPT/HB-Hib (2) cakupannya sebesar 137%
DPT/HB-Hib (3) cakupannya sebesar 121%
Polio(1) cakupannya sebesar 113%
Polio(2) cakupannya sebesar 111%
Polio(3) cakupannya sebesar 144%
Polio(4) cakupannya sebesar 117%
Campak cakupannya sebesar 101%
Tabel 20. Hasil kegiatan Imunisasi di Puskesmas Kecamatan Tebet periode Januari Maret
2016

49

Cakupan
Target
(%)

Sasaran
1 tahun

Sasaran
Bulan
Berjalan

HB0

100

299

75

81

108

108

BCG

100

299

75

89

119

119

DPT/HB-Hib
(1)

100

299

75

86

115

115

DPT/HB-Hib
(2)

100

299

75

103

137

137

DPT/HB-Hib
(3)

100

299

75

91

121

121

Polio(1)

100

299

75

85

113

113

Polio(2)

100

299

75

83

111

111

Polio(3)

100

299

75

108

144

144

Polio(4)

100

299

75

88

117

117

Campak

100

299

75

76

101

101

Indikator

3
Kegiatan Persen
(%)

Pencapaian
(%)

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret 2016

50

3.4.1.4.
Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan yang
menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat melalui upaya-upaya
pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat melalui media penyuluhan. Tujuan
dari program promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan.

Tabel 21. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Tebet periode JanuariMaret 2016
Program
Kesehatan Ibu dan Anak
Keluarga Berencana
Gizi
Imunisasi
Diare
Demam Berdarah Dengue
AIDS
Hepatitis
ISPA
Rokok,
Narkoba/
obat
berbahaya
Keganasan, kanker
Penyakit Degeneratif
Air dan kesehatan lingkungan
TBC
Kusta/ Frambusia
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Mata
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Kerja
Kecacingan
Lain-lain

Dalam Gedung
20
1
36
17
4
0
1
1

Luar Gedung
12
12
24
31
8
-

3
0
23
4
1
30

14
6
-

51

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret 2016
3.4.1.5.
Upaya Pengobatan Dasar
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya,
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk
keperluan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Tujuan umum, yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
b. Tujuan khusus, yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
Mencegah dan mengurangi kecacatan.
Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Pelayanan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tebet terdiri dari pelayanan rawat
jalan di poliklinik umum dan poliklinik gigi. Pelayanan pengobatan dibuka setiap hari
Senin-Jumat pukul 07.30-16.00 WIB dan dikelola oleh 2 orang dokter umum dan 1 orang
dokter gigi.
Tabel 22. Jumlah kunjungan pelayanan pengobatan di Puskesmas Kecamatan Tebet
periode Januari Maret 2016
Poli
Jumlah Pasien
Umum
9826
Gigi dan Mulut
1518
TOTAL
11.344
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari
Maret 2016
3.4.2.
3.4.2.1.

Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya Kesehatan Sekolah

Menurut Depkes RI, UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di
sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.
UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya
membentuk perilaku hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan
yang optimal. Tujuan diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta

52

menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan


anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik yang mencakup:
a. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
b. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika,
rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya lainnya.
Sedangkan sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada tingkat
sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama,
pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Sementara pada
tingkat Sekolah Dasar program UKS lebih diprioritaskan pada kelas 1, 3, 6, antara lain
dengan pertimbangan, pada kelas 1, merupakan fase penyesuaian pada lingkungan sekolah
baru, juga terkait imunisasi ulangan. dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan
kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar, saat yang baik untuk diimunisasi
ulangan. Pada kelas 3, dengan tujuan

evaluasi hasil pelaksanaan UKS pada kelas,

sementara pada kelas 6 sebagai persiapan kesehatan pada peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya.
Kegiatan UKS meliputi antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi dan mulut, mata telinga dan tenggerokan,
kulit dan rambut)
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
Tabel 23. Data dasar UKS tahun 2015 (jumlah sekolah dan murid Kecamatan Tebet)
No

Sekolah

Jumlah Sekolah

Jumlah Murid/Siswa

53

1.
TK/RA
7
423
2.
SD
10
1847
3.
MI
1
424
4.
SMP/MTS
6
2848
5.
SMU/MA
4
487
6
SLB
1
9
Total
6087
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet tahun 2015
Adapun Tabel 24. menjelaskan tentang hasil skrining penyakit-penyakit yang
diderita murid-murid sekolah di Kecamatan Tebet pada tahun 2015
Tabel 24. Data skrining/penjaringan kesehatan UKS di SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA
tahun 2015
No.
Jenis Penyakit
Jumlah Murid
1.
Mata
63
THT
147
2.
Saluran Pernafasan
110
3.
Saluran Pencernaan
21
4.
Kelainan visus
118
5.
Gigi-mulut
195
6.
Kulit
2
7
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet tahun 2015
Tabel 25. Data sekolah cakupan imunisasi (BIAS) Kecamatan Tebet Tahun 2015
No.

Tingkatan Sekolah

Jumlah Sekolah

1.

SD

10

2.

MI

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tebet tahun 2015


3.4.2.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

54

Kesehatan gigi dan mulut merupakan indikator yang menjadi tolak ukur
keberhasilan. Indikator status gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan manusia
seutuhnya, mengacu pada Oral Health Global Goal 2010 dari WHO.
Indikator tersebut di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan tolok ukur status
kesehatan gigi masyarakat yang optimal pada kelompok usia muda adalah status penyakit
karies (gigi lubang); pada usia remaja adalah kelengkapan gigi permanen; pada kelompok
usia dewasa dan lansia adalah jumlah gigi yang masih berfungsi untuk mengunyah dan
tersenyum. Maka strategi paradigma sehat yang mengutamakan promotif dan preventif,
Puskesmas kecamatan Tebet melaksanakan kegiatannya baik dalam gedung (BPG) maupun
di luar gedung (UKGS).
Tabel 26. Tiga Kasus Terbanyak di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Kecamatan Tebet Bulan
Januari Maret 2016

No.

Diagnosis Penyakit

Jumlah
Kunjungan

Persentas
e (%)

1.

Penyakit pulpa dan jaringan periapikal

1138

57

2.

Ginggivitis dan penyakit periodontal

493

25

3.

Gangguan gigi dan jaringan penyangga


366
lain

18

Total

1997

100

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tebet Periode Januari Maret


2016
3.4.2.2. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

55

Upaya kesehtan usia lanjut di Puskesmas Kecamatan Tebet berupa penyluhan


kesehatan rutin, pengukuran BMI, pemeriksaan tekanan darah, serta apabila terpenuhinya
Swadaya dapat pula dilakukan pemeriksaan GDS, asam urat, dan kolesterol.

3.4.2.3.

Upaya Kesehatan Jiwa

Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas Tebet dilakukan pada Poli Sahabat, yang
dilaksanakan pada hari Senin-Jumat. Berdasarkan keterangan penanggung jawab poli
tersebut, ditemukan bahwa pasien poli yang terbanyak ialah pada golongan umur 20-24
tahun dengan gangguan penggunaan NAPZA dan SIDA, khususnya dialami pada laki-laki.
3.4.2.4.

Program Layanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Program Layanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah program layanan


kesehatan yang diberikan pada kelompok khusus yaitu remaja dengan dengan rentang usia
10-19 tahun dengan penekanan pada upaya konseling untuk mencegah timbulnya perilaku
beresiko yang berdampak pada kesehatan remaja terutama berkaitan dengan penularan
penyakit menular dan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi serta penyalahgunaan narkoba
dan perilaku merokok pada usia remaja.
Penanganan permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja, tentunya
memerlukan upaya yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua usur dari
lintas program dan sektor terkait. Dengan melibatkan 4 unsur kementerian yaitu
kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Agama yang telah di tuangkan dalam Surat keputusan Menteri
terkait dalam SKB 4 menteri tahun 2014.

56

BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.1 RANCANGAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana penelitian dilakukan secara
dengan mendeskripsikan data dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai
suatu keadaan secara objektif. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam
(indepth interview) terhadap sampel.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa survei dengan tujuan membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut sehingga diharapkan
tujuan dari program tersebut tercapai kepada masyarakat.
4.2 METODE DIAGNOSTIK
4.2.1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
didapatkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap penanggung jawab
program Penanggulangan Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Tebet dan kepada ibuibu yang memiliki anak balita yang diare dan tidak diare (pernah diare), serta pengamatan
langsung tentang manajemen pelaksanaan pelayanan program Penanggulangan Penyakit
Diare di Puskesmas Kecamatan Tebet. Data kuantitatif didapatkan melalui telaah dokumen.
4.2.2. Sumber Data
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana Program
Penanggulangan Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Tebet, serta pengamatan
langsung tentang pelaksanaan manajemen Puskesmas Kecamatan Tebet. Data sekunder

57

diperoleh dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kecamatan Tebet serta
laporan bulanan hasil kegiatan dari masing-masing program di Puskesmas Kecamatan
Tebet.
4.2.3. Indikator Penilaian Keberhasilan Program Penanggulangan Penyakit Diare pada
Balita di Puskesmas Kecamatan Tebet
Indikator penilaian keberhasilan program penanggulangan penyakit diare pada
balita di Puskesmas Kecamatan Tebet adalah menurut Standar Pedoman Pemberantasan
Penyakit Diare, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral PP dan PL tahun 2006 dan
RISKESDAS 2016, serta berdasarkan dokumen perencanaan tahunan Puskemas Kecamatan
Tebet tahun 2015.
4.3 LOKASI DAN WAKTU
Lokasi penelitian meliputi Kelurahan Tebet Timur di wilayah Puskesmas
Kecamatan Tebet. Waktu penelitian mulai dari bulan Mei 2016.
4.4 SAMPEL DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.4.1. Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang sedang
terjangkit diare dan tidak sedang terjangkit diare (pernah diare) yang bertempat tinggal di
Kecamatan Tebet wilayah kerja Kelurahan Tebet Timur.
4.4.2. Kriteria Eksklusi dan Inklusi
Subjek yang dapat dijadikan sampel pada penelitian ini ialah subjek yang memenuhi
kriteria inklusi.
4.4.2.1. Kriteria Inklusi
Ibu yang memiliki balita yang sedang terjangkit diare dan tidak sedang
terjangkit diare (pernah diare).
Terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Tebet Timur.
Bersedia diwawancara.
4.4.2.2. Kriteria Ekslusi
Tidak terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Tebet Timur.

58

Tidak bersedia diwawancara.

4.4.3. Besar dan Cara Pengambilan Sampel


Perhitungan jumlah sampel tunggal yang dibutuhkan dengan

prevalensi

menggunakan rumus sampel data kualitatif :


n1 = p x N x r
n2 = q x N x r
Keterangan
n1 : jumlah sampel kualitatif ibu yang mempunyai sikap kurang baik terhadap

penanganan diare pada anaknya


n2 : jumlah sampel kualitatif ibu yang mempunyai sikap baik terhadap penanganan

diare pada anaknya


p : persentase ibu yang sudah mempunyai sikap kurang baik terhadap penanganan

diare 89,39% = 0,8939


q : (1-p) , jumlah ibu yang mempunyai sikap baik terhadap penanganan diare
N : jumlah keseluruhan ibu yang mempunyai balita, 198 ibu

r : persentase minimal sampel yang diambil 10% = 0,01

Maka perhitungan jumlah sampel data tersebut adalah :


n1 = 0,8939 x 198 x 0,01 = 17,6992 ~ 18 ibu
n2 = (1-0,8939) x 198 x 0,01 = 2,1078 ~3 ibu
Maka jumlah total minimal sampel dengan ditambah nilai drop out 15% adalah
Ntotal = (n1+n2) + 0,15 x (n1+n2) = 21 + 3,15 = 24,15 ~ 25 ibu
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel secara bertujuan berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui setempat.
Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap sampel yang

59

memenuhi kriteria inklusi diatas sampai data yang didapatkan bersifat jenuh.
4.5. ANALISIS KOMUNITAS
Data hasil kegiatan yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Tebet wilayah kerja
Kelurahan Tebet Timur, kemudian dianalisis berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Masalah pada evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian
yang kurang dari 100% berdasarkan SPM.Dari beberapa masalah tersebut dilakukan upaya
pemecahan dengan menerapkan metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah
dilakukan identifikasi masalah maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Dari beberapa masalah tersebut, kemudian
diambil salah satu program bermasalah dengan prioritas utama yang akan dipecahkan.
Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan pendekatan sistem
yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material, machine,
kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan
manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone Analysis, sehingga didapatkan
output. Input dan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Data kemudian diolah untuk
mengidentifikasi dan mencari penyebab masalah, lalu ditentukan alternatif pemecahan
masalah. Metode kriteria matriks (MIV/C) digunakan untuk membantu menentukan
prioritas pemecahan masalah. Setelah pemecahan masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan
dalam bentuk POA (Plan Of Action) dan diaplikasikan pada subjek penelitian.

BAB V
ANALISIS MASALAH

5.1 ALUR PEMECAHAN MASALAH

60

Gambar 3. Alur Pemecahan Masalah


Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti gambar di atas,
dimulai dari identifikasi masalah. Dari masalah-masalah yang ditemukan dipilih salah satu
yang menjadi prioritas utama melalu teknik Hanlon Kuantitatif. Kemudian penyebab
masalah diidentifikasi melalui metode pendekatan sistem. Konfirmasi penyebab masalah
yang paling mungkin dilakukan dengan wawancara dan observasi. Setelah itu setiap
masalah dikaji untuk dicari alternatif pemecahannya yang kemudian diurutkan sesuai
prioritas menggunakan kriteria Matrix. Rencana penerapan pemecahan masalah dituangkan

61

dalam tabel plan of action. Setelah itu dilakukan intervensi terhadap masalah tersebut dan
hasil kegiatan, monitoring dan evaluasi diserahkan kepada pihak puskesmas.
5.2

KERANGKA PIKIR MASALAH


Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-program
Puskesmas Kecamatan Tebet. Dasar untuk memutuskan adanya masalah, yaitu:
1. Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut,
dikarenakan program penanggulangan diare penting untuk mengurangi jumlah
angka kematian balita
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi atau inventarisasi masalah dari Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas Kecamatan Tebet
2. Penentuan prioritas masalah yang ada
3. Penentuan penyebab masalah
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
6. Penetapan pemecahan masalah
7. Penyusunan rencana penerapan program
8. Pelaksanaan program dan evaluasi

5.3

IDENTIFIKASI CAKUPAN PROGRAM


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai target dengan
keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Kecamatan Tebet. Masalah-masalah yang
ditemukan pada program Puskesmas Kecamatan Tebet tercantum dalam Tabel 27. di bawah
ini, yakni dilihat dari cakupan indikator program yang belum mencapai target.
Tabel 27. Masalah program Puskesmas Kecamatan Tebet periode Januari Maret 2016

62

Sasara

Sasaran 3 Cakupan

n
1

Bulan

Kegiata

Persen

Berjalan

(%)

329

82

45

54.87

54.87

Kunjungan bumil K4
95
Ibu
hamil
dengan

329

82

14

17.07

17.96

komplikasi

66

17

10

58.82

73.52

90

315

79

90

299

75

9.33

10.36

299

75

13

17.33

19.25

299

75

1168

292

180

61.64

68.49

1168

292

244

83.56

83.56

3243

480

14.80

19.22

956

642

67.15

67.15

Target

Indikator

(%)

Tahun
Kunjungan bumil K1

ditangani
Pertolongan

100

yang 80
persalinan

oleh tenaga kesehatan


Kunjungan nifas

Kunjungan neonatus
90
Penanganan komplikasi
80
neonatus
Kunjungan balita
90
Balita
sakit
yang
100
ditangani dengan MTBS
Peserta KB aktif
77
Balita (6-59 bulan) yang

Pencapaia
n (%)

diberi kapsul vitamin A


dosis

tinggi

2x/tahun 100

(Februari)
Sasara
Indikator

Target
(%)

n
1
Tahun

Cakupan balita dengan


diare

100

Bumil yang diberi 90 90

Sasaran 3
Bulan

Penca
Cakupan paian

Berjalan

18,52

(%)

794

198

177

89.39

89.39

426

106

77

72,64

80,71

63

tablet Fe
5.4

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH (Berdasarkan Hanlon Kuantitatif)


Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kuantitatif. Kriteria
dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

5.4.1. Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase pencapaian hasil
kegiatan dengan pencapaian 100%.

Tabel 28. Program yang belum mencapai target di Puskesmas Kecamatan Tebet
periode Januari-Maret 2016
No.

Program

1.
2.

Kunjungan bumil K1
54.87
Kunjungan bumil K4
17.96
Ibu hamil dengan komplikasi yang
73.52
ditangani

3.

4.
5.
6.
7.
8.

Pencapaian (%)

Pertolongan persalinan oleh tenaga 0


kesehatan
Kunjungan nifas
10.36
Kunjungan neonatus
19.25
Penanganan komplikasi neonatus
0
Kunjungan balita
68.49

Besarnya

masalah

(%)
45.13
82.04
26.48

100
89.64
80.75
100
31.51

64

Balita sakit yang ditangani dengan

9.

16.44

10.

83.56
MTBS
Peserta KB aktif
19.22
Balita (6-59 bulan) yang diberi

11.

kapsul vitamin A dosis tinggi 67.15

32.85

12.
13.
14.

2x/tahun (Februari)
Penemuan kasus BTA(+)
Cakupan balita dengan diare
Bumil yang diberi 90 tablet Fe

81.48
10.61
19.29

15.2
89.39
80.71

80.78

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 14
= 1+ 3,3 (1,146)
= 4.78 dibulatkan menjadi 5
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar
100%
terkecil
10,6%
Interval
: nilai terbesar nilai terkecil
k
: 100 10,6
5
: 17.88 dibulatkan menjadi 18

65

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 29. Pembagian interval Kelas
Kolom/Kelas
Skala Interval
Skala 1
10,6-28,6
Skala 2
28,7-46,7
Skala 3
46,8-64,8
Skala 4
64,9-82,9
Skala 5
83-100
Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 30. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas
No

Masalah

Kunjungan Bumil

K1
Kunjungan Bumil

K4
Ibu hamil dengan X

komplikasi
Pertolongan
persalinan

Nilai
1
2
3
4
5

Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian


10.6-28.6 28.7-46.7 46.8-64.8 64.9-82.9 83-100
(1)
(2)
(3)
(5)
(4)
X

Nilai

2
X

4
1
X

5
4

oleh

5
6

tenaga kesehatan
Kunjungan Nifas
Kunjungan

Neonatus
Penanganan

komplikasi
No

neonatus
Masalah

8
9

Kunjungan balita
Balita sakit yang X

Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian


10.6-28.6 28.7-46.7 46.8-64.8 64.9-82.9 83-100
(1)
(2)
(3)
(5)
(4)
X

Nilai

2
1

66

ditangani

dengan

MTBS
Balita (6-59 bulan)

11

yang diberi kapsul


vitamin
tinggi

dosis

2x/tahun

(Februari)
Penemuankasus

12

BTA(+)
13

Cakupan

balita X

Bumil yang diberi X

dengan diare
14

90 tablet Fe

5.4.2. Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang dimiliki untuk
mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
-

Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :


Sangat mendesak

:5

Mendesak

:4

Cukup mendesak

:3

Kurang mendesak

:2

Tidak mendesak

:1

Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :


Sangat gawat
:5
Gawat
:4
Cukup gawat
:3
Kurang gawat
:2
Tidak gawat
:1
Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:

67

Sangat mudah menyebar/meluas

:5

Mudah menyebar/meluas

:4

Cukup menyebar/meluas

:3

Sulit menyebar/meluas

:2

Tidak menyebar/meluas

:1

Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency) dinilai sebagai
berikut :
Sangat banyak

:5

Banyak

:4

Cukup banyak

:3

Kurang banyak

:2

Tidak banyak

:1

Tabel 31. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan


No.
1.

MASALAH
Kunjungan Bumil K1

JUMLAH

2.

Kunjungan Bumil K4

13

3.

Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani

13

4.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

13

5.

Kunjungan Nifas

6.

Kunjungan Neonatus

68

7.

Penanganan komplikasi neonatus

13

8.

Kunjungan balita

9.

Balita sakit yang ditangani dengan MTBS

12

10.

Peserta KB aktif

10

11.

Balita (6-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin

12

12.

A dosis tinggi 2x/tahun (Februari)


Penemuan kasus BTA(+)

16

13.

Cakupan balita dengan diare

14

14.

Bumil yang diberi 90 tablet Fe

10

5.4.3. Kriteria C: Kemudahan Dalam Penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1 5
dimana:
Sangat mudah
Mudah
Cukup mudah
Sulit
Sangat sulit

:5
:4
:3
:2
:1

Tabel 32. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan


No.
1.

MASALAH
KunjunganBumil K1

Nilai

2.

KunjunganBumil K4

3.

Ibuhamildengankomplikasi yang ditangani

4.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

5.

KunjunganNifas

6.

KunjunganNeonatus

7.

Penanganan komplikasi neonatus

8.

Kunjungan balita

69

9.

Balita sakit yang ditangani dengan MTBS

10.

Peserta KB aktif

11.

Balita (6-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 2x/tahun

12.

(Februari)
Penemuankasus BTA(+)

13.

Cakupanbalitadengandiare

14.

Bumil yang diberi 90 tablet Fe

3
3

5.4.4. Kriteria D: Faktor PEARL


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidak
nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
- Kesesuaian (Propriety)
- Secara Ekonomis murah (Economic)
- Dapat diterima (Acceptability)
- Tersedianya sumber (Resources availability)
- Legalitas terjamin (Legality)
Tabel 33. Kriteria D (PEARL FAKTOR)
N

MASALAH

P E A R L

Kunjungan Bumil K1

1 1 1 1 1

2.

Kunjungan Bumil K4

1 1 1 1 1

3.

Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani

1 1 1 1 1

4.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

1 1 1 1 1

5.

Kunjungan Nifas

1 1 1 1 1

6.

Kunjungan Neonatus

1 1 1 1 1

7.

Penanganan komplikasi neonatus

1 1 1 1 1

8.

Kunjungan balita

1 1 1 1 1

o.
1.

70

9.

Balita sakit yang ditangani dengan MTBS

1 1 1 1 1

Peserta KB aktif

1 1 1 1 1

11

Balita (6-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi

2x/tahun (Februari)

10

12
.
13
.
14

1 1 1 1 1

Penemuan kasus BTA(+)

1 1 1 1 1

Cakupan balita dengan diare

1 1 1 1 1

Bumil yang diberi 90 tablet Fe

1 1 1 1 1

5.4.5. Penilaian prioritas masalah


Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D

Tabel 34. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif


Uruta
NP

PT Priori

Masalah

C D

KunjunganBumil K1
KunjunganBumil K4

8
1

3 1 30

30

tas
IX

3 1 51

51

III

2 1 28

28

Ibu hamil dengankomplikasi yang ditangani

4
1

3
1

71

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


KunjunganNifas
KunjunganNeonatus
Penanganan komplikasi neonatus

5
5
4
5

Kunjungan balita

Balita sakit yang ditangani dengan MTBS

Peserta KB aktif

Balita (6-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A


dosis tinggi 2x/tahun (Februari)
Penemuankasus BTA(+)
Cakupanbalitadengandiare
Bumil yang diberi 90 tablet Fe

2
4
1
1

3
1
3
9
8
1
3
9
1
2
1
0
1
2
1
6
1
4
1
0

3 1 54

54

II

2 1 28
2 1 24

28
24

XI
XIV

2 1 36

36

VII

2 1 22

22

XIII

2 1 26

26

XII

3 1 42

42

VI

3 1 42

42

3 1 60

60

3 1 45

45

IV

3 1 33

33

VIII

URUTAN PRIORITAS MASALAH


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon Kuantitiatif,
didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Tebet adalah :
1.
2.
3.
4.

Penemuan kasus BTA(+)


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Kunjungan bumil K4
Cakupan balita dengan diare

72

5. Balita (6-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 2x/tahun
(Februari)
6. Peserta KB aktif
7. Penanganan komplikasi neonatus
8. Bumil yang diberi 90 tablet Fe
9. Kunjungan Bumil K1
10. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
11. Kunjungan Nifas
12. Balita sakit yang ditangani dengan MTBS
13. Kunjungan balita
14. Kunjungan Neonatus

BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. ANALISIS PENYEBAB MASALAH


Terdapat banyak faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target yang
telah ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan penyebab masalah adalah dengan membuat diagram fish bone yang
menggunakan data yang telah diolah selama 3 bulan terakhir. Cara menganalisis penyebab
masalah digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta
faktor lingkungan, sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan
munculnya permasalahan. Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang ada antara lain :

73

Tabel 35. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Angka Penanggulangan


Diare pada Balita dari Faktor Input

INPUT

KELEBIHAN

MAN
(Tenaga Kerja)

MONEY
(Pembiayaan)

Biaya
pengobatan
sepenuhnya ditanggung
pemerintah

MATERIAL
(Perlengkapan)

KEKURANGAN

Terdapat tenaga kesehatan


(dokter, perawat, dan bidan
yang saling bekerja sama)

Pencatatan diare di luar Puskesmas masih


belum terkoordinasi
Kader hanya sedikit
Tidak ada penerus kader

diare Kurangnya pemanfaatan anggaran untuk


oleh mengadakan promosi kesehatan.

Tersedianya obat-obatan diare


dan oralit di puskesmas
Tersedianya
alat-alat
pemeriksaan lengkap dan
ruangan pemeriksaan
Tersedianya pojok oralit

Media promosi tidak ada (video, flip


chart, poster, brosur, leaflet)

74

METHOD
(Metoda)

Tersedianya laboratorium

Kerjasama antar dokter di


Puskesmas terjalin baik
Pengobatan penderita diare
baik kausal, simtomatik dan
rehidrasi secara oral (oralit
sebanyak 1500 ml atau 6
bungkus)
atau
intravena
sesuai
standar
penanggulangan
penyakit
diare

Tidak ada
tentang diare

penyuluhan

khusus

Kurang
orangtua

pendekatan

kepada

Tidak dilakukan pemilihan kader


secara selektif

Beban kerja kader terlalu berat


karena kader memegang lebih dari 1
program.

ada

Tabel 36. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Angka Keberhasilan


Penanggulan Diare pada Balita dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES

KELEBIHAN

PLANNING
(Perencanaan)

KEKURANGAN

Adanya perencanaan operasional


(plan of action) yang jelas: jenis
kegiatan, target kegiatan, waktu
kegiatan.
Jadwal pelayanan di puskesmas
teratur

Tidak ada jadwal


penyuluhan diare

rutin

75

untuk

ORGANIZING
(Pengorganisasian)

Pendataan jumlah balita yang


menderita diare dilakukan rutin
setiap tahun

Seluruh
komponen
tenaga
pelaksana sudah ada (dokter,
perawat, dan bidan)

Koordinator dan kader memegang


lebih dari 1 program
Panduan SOP tidak diikuti secara
sistematis

Pelayanan dilakukan setiap


hari di Puskesmas

Pengobatan
diare
baik
kausal, simtomatik dan
rehidrasi secara oral (oralit
sebanyak 1500 ml atau 6
bungkus) atau intravena
sesuai
standar
penanggulangan
penyakit
diare.
Perujukan untuk kasus-kasus
berat

Pelaksanaan tugas penyuluhan diare


tidak sesuai (banyak rapat, kurang ke
lapangan)
Tidak dilakukan penyuluhan kelompok
di dalam puskesmas (yang khusus
tentang diare), maupun penyuluhan
khusus tentang diare di luar puskesmas
Masyarakat kurang kesadaran untuk
menghadiri penyuluhan, baik untuk
kader maupun untuk masyarakat pada
umumnya.

ACTUATING
(Pelaksanaan)

CONTROLLING
(Pengawasan)

Pojok oralit sebagai tempat


konsultasi tentang diare

Koordinasi
puskesmas
kecamatan dengan kelurahan

Dilakukan
penyuluhan
kepada
penderita
dan
keluarga
yang
datang
berobat

Terdapat aturan
yang baku

pencatatan

Pencatatan
dan
pelaporan
dilaksanakan rutin setiap bulan

Kurangnya pengawasan dan evaluasi


terhadap kinerja tenaga kesehatan

76

LINGKUNGAN

Dilakukan evaluasi setiap tahun

Daerah Puskesmas terjangkau


masyarakat

Banyak masyarakat yang masih belum


mengerti kebiasaan hidup bersih dan
sehat seperti mencuci tangan dan
peralatan makan/minum.
Masyarakat masih sering membuang
sampah sembarangan.
Banyak jajanan di pinggir jalan.
Buah yang dikonsumsi tidak dicuci
dahulu
Tingkat pendidikan masyarakat dan
tingkat sosial ekonomi masyarakat
umumnya tingkat rendah-menengah

77

INPUT

Media promosi tidak ada (video, flip chart, poster, brosu

Pencatatan diare di luar Puskesmas masih belum terkoordinasi


Kader hanya sedikit, sehingga memegang lebih dari 1 program, serta tidak ada penerus kaderMATERIAL
MAN

Tidak ada penyuluhan khusus tentang diare


Kurang ada pendekatan kepada orangtua
Tidak dilakukan pemilihan kader secara selektif
METHOD
Beban kerja kader
terlalu berat karena kader memegang lebih dari 1 p
Kurangnya pemanfaatan anggaran untuk mengadakan promosi kesehatan.
MONEY

Cakupan peserta diare pada balita aktif bulan Janu

LINGKUNGAN

Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan diare

P1belum mengerti kebiasaan hidup bersih dan sehat seperti mencuci ta


Banyak masyarakat yang masih
Masyarakat masih sering membuang sampah sembarangan.
Banyak jajanan di pinggir jalan.
Buah yang dikonsumsi tidak dicuci dahulu

Koordinator
memegang
lebih dari
1 program
Tingkat
pendidikan
masyarakat
dan tingkat sosial ekonomi masyarakat umumnya tingkat rendah-menengah

SOP diare tidak diikuti secara sistematis.


P2

Kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja tenaga kesehatan

P3
P3
Pelaksanaan tugas penyuluhan diare tidak sesuai (banyak rapat, kurang ke lapangan)
Tidak dilakukan penyuluhan kelompok di dalam puskesmas (yang khusus tentang diare), maupun penyuluhan khus
Masyarakat kurang kesadaran untuk menghadiri penyuluhan, baik untuk kader maupun untuk masyarakat pada um

PROSES
78
Gambar 4. Fish Bone

79

6.2. PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif pemecahan
penyebab masalah. Berikut ini adalah alternative pemecahan penyebab masalah yang ada:
Tabel 37. Alternatif Pemecahan Masalah
No

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

1.

Mengajak masyarakat agar lebih aktif bertanya kepada


Kurangnya keaktifan dan peran serta orangtua tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan
masyarakat
mengenai
penyakit,
dalam mencari pertolongan kepada tenaga pengetahuan
kesehatan dan sikap baik orangtua terhadap pencegahannya dan PHBS
PHBS

2.

Memberikan apresiasi tambahan terhadap kader, misalnya


Jumlah kader hanya sedikit dan tidak ada kader
berupa para anggota kader didahulukan saat mengantri
penerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
di Puskesmas, sembako, atau parsel, dsb.
keterampilan penanggulangan diare berupa Menambah jumlah kader dengan cara memanfaatkan ibupenyuluhan kepada masyarakat.
ibu PKK dan ibu-ibu arisan yang ada di lingkungan
sekitar.

3.

Melakukan kerjasama dengan lintas sektoral dan lintas


Pencatatan diare di luar Puskesmas masih belum program dari klinik-klinik atau praktek bidan swasta di
luar puskesmas.
terkoordinasi.

4.

Kurangnya pemanfaatan anggaran


mengadakan promosi kesehatan.

untuk Memanfaatkan sebaik mungkin anggaran yang sudah ada


dengan membuat perincian pemasukan dan pengeluaran

80

anggaran.
Mengadakan media promosi

5.
Media promosi tidak ada (video, poster, flip
chart, brosur, leaflet)
No

6.

Penyebab Masalah

Menjadwalkan kegiatan penyuluhan khusus tentang


Tidak ada penyuluhan khusus tentang diare
pencegahan dan penanganan dini diare pada balita
Melakukan pendekatan kepada orangtua dengan
Kurang ada pendekatan kepada orangtua
mengikutsertakan ibu-ibu masyarakat sekitar untuk
menjadi kader dan mengikutsertakan kader-kader
tersebut dalam penyuluhan agar jumlah kader
Tidak dilakukan pemilihan kader secara
bertambah.
selektif
Beban kerja kader terlalu berat karena kader
memegang lebih dari 1 program.

7.

Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan diare

8.

9.

Alternatif Pemecahan Masalah

Buat penjadwalan rutin untuk penyuluhan diare

Koordinator memegang lebih dari 1 program Membuat jadwal sistematis untuk program yang dipegang
oleh koordinator
Panduan SOP untuk penanggulangan diare Memberi pengarahan kepada tenaga medis untuk
mengikuti SOP secara sistematis
tidak diikuti secara sistematis
Pelaksanaan tugas penyuluhan diare tidak Membuat penyuluhan kelompok di luar dan di dalam
sesuai (banyak rapat, kurang ke lapangan)
puskesmas
Tidak dilakukan penyuluhan kelompok di Mengikutsertakan ibu-ibu arisan, PKK, karang taruna,
dalam puskesmas, maupun penyuluhan di
dan para kader untuk penyuluhan agar lebih banyak
luar puskesmas
mengikutsertaan warga untuk penyuluhan.

81

Masyarakat
kurang
kesadaran
untuk Menambah frekuensi penyuluhan PHBS menjadi 2 bulan
menghadiri penyuluhan, baik untuk kader
sekali untuk masyarakat dan Kader dengan cara
maupun untuk masyarakat pada umumnya.
memanfaatkan karantaruna dan PKK

8.

Kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap Lakukan pengawasan dan evaluasi yang lebih sering
terhadap kinerja tenaga kesehatan
kinerja tenaga kesehatan

No

Penyebab Masalah

9.

Alternatif Pemecahan Masalah

Kurangnya kebiasaan hidup bersih dan Memberikan pelatihan cara hidup bersih dan sehat kepada
sehat seperti mencuci tangan dan
masyarakat
peralatan makan/minum.
Kurangnya keaktifan orangtua dalam
mencari pertolongan kepada tenaga
kesehatan dan PHBS
Masyarakat masih sering membuang
sampah sembarangan.
Banyak jajanan di pinggir jalan.

Tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi

umumnya tingkat rendah-menengah

82

6.3 PENENTUAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH DENGAN KRITERIA MATRIKS


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
matrix dengan rumus M x I x V / C. Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :
1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
a. Magnitude ( M ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
b. Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Vulnerability ( V ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria M, I, dan V kita beri nilai 1-5
Bila magnitudemakin maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada
kriteria I dan V.
2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah ( cost )

83

Kriteria cost ( C ) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks :
Tabel 38. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Penyelesaian
Masalah
Mengajak masyarakat agar lebih aktif bertanya
kepada tenaga kesehatan sehingga dapat
meningkatkanpengetahuan masyarakat mengenai
penyakit, pencegahannya dan PHBS
Memberikan apresiasi tambahan terhadap kader,
misalnya berupa para anggota kader didahulukan saat
mengantri di Puskesmas, sembako, atau parsel, dsb.
Menambah jumlah kader dengan cara memanfaatkan
ibu-ibu PKK dan ibu-ibu arisan yang ada di
lingkungan sekitar.
Melakukan kerjasama dengan lintas sektoral dan
lintas program dari klinik-klinik atau praktek bidan
swasta di luar puskesmas.
Memanfaatkan sebaik mungkin anggaran yang sudah

M
5

Nilai
Kriteria
I
V
5
5

Hasil akhir

Urutan

C
4

(M x I x V) / C
31,25

XI

33

80

III

60

50

VI

84

ada dengan membuat perincian pemasukan dan


pengeluaran anggaran.
Mengadakan media promosi
Menjadwalkan kegiatan penyuluhan khusus tentang
pencegahan dan penanganan dini diare pada balita
Melakukan pendekatan kepada orangtua dengan
mengikutsertakan ibu-ibu masyarakat sekitar untuk
menjadi kader dan mengikutsertakan kader-kader
tersebut dalam penyuluhan agar jumlah kader
bertambah.
Buat penjadwalan rutin untuk penyuluhan diare
Membuat jadwal sistematis untuk program yang
dipegang oleh koordinator
Memberi pengarahan kepada tenaga medis untuk
mengikuti SOP secara sistematis
Membuat penyuluhan kelompok di luar dan di dalam
puskesmas
Mengikutsertakan ibu-ibu arisan, PKK, karang
taruna, dan para kader untuk penyuluhan agar lebih
banyak mengikutsertaan warga untuk penyuluhan
Menambah frekuensi penyuluhan PHBS menjadi 2
bulan sekali untuk masyarakat dan Kader dengan cara
memanfaatkan karantaruna dan PKK
Lakukan pengawasan dan evaluasi yang lebih sering
terhadap kinerja tenaga kesehatan
Memberikan pelatihan cara hidup bersih dan sehat
kepada masyarakat

5
5

5
5

4
5

1
2

100
62,5

16

41,6

VII

36

IX

12

XV

125

15

XIV

20

XIII

40

VIII

26,6

XII

II
IV
X

85

Setelah penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matrix maka
didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah adalah sebagai berikut :
1. Membuat penyuluhan kelompok di luar dan di dalam puskesmas
2. Mengadakan media promosi
3. Menambah jumlah kader dengan cara memanfaatkan ibu-ibu PKK dan ibu-ibu arisan yang ada di lingkungan
sekitar.
4. Menjadwalkan kegiatan penyuluhan khusus tentang pencegahan dan penanganan dini diare pada balita
5. Melakukan kerjasama dengan lintas sektoral dan lintas program dari klinik-klinik atau praktek bidan swasta di luar
puskesmas.
6. Memanfaatkan sebaik mungkin anggaran yang sudah ada dengan membuat perincian pemasukan dan pengeluaran
anggaran.
7. Buat penjadwalan rutin untuk penyuluhan diare
8. Lakukan pengawasan dan evaluasi yang lebih sering terhadap kinerja tenaga kesehatan
9. Membuat jadwal sistematis untuk program yang dipegang oleh coordinator
10. Melakukan pendekatan kepada orangtua dengan mengikutsertakan ibu-ibu masyarakat sekitar untuk menjadi kader
dan mengikutsertakan kader-kader tersebut dalam penyuluhan agar jumlah kader bertambah.
11. Mengajak masyarakat agar lebih aktif bertanya kepada tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkanpengetahuan
masyarakat mengenai penyakit, pencegahannya dan PHBS
12. Memberikan pelatihan cara hidup bersih dan sehat kepada masyarakat
13. Menambah frekuensi penyuluhan PHBS menjadi 2 bulan sekali untuk masyarakat dan Kader dengan cara
memanfaatkan karantaruna dan PKK
14. Mengikutsertakan ibu-ibu arisan, PKK, karang taruna, dan para kader untuk penyuluhan agar lebih banyak
mengikutsertaan warga untuk penyuluhan
15. Memberi pengarahan kepada tenaga medis untuk mengikuti SOP secara sistematis
Setelah dilakukan diskusi dengan kepala puskesmas dan kepala program, maka alternatif pemecahan masalah yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Membuat penyuluhan kelompok di luar dan di dalam puskesmas
86

2.

Mengadakan media promosi


Tabel 39. Plan of Action Penanggulangan Diare pada Balita
di Puskesmas Kecamatan Tebet Wilayah Kerja Kelurahan Tebet Timur

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Pelaksana

Waktu

Biaya

Metode

Penyuluhan segala
tentang diare dan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Meningkatkan
pengetahuan
tentang diare pada
balita dan PHBS

Orangtua
balita

Puskesmas
Posyandu

Bidan
Dokter
Umum
Dokter
Muda

Senin-Sabtu
Setiap kali
Posyandu

Tidak ada

Penyuluhan

Menin
cakup
balita
mend

Memperbanyak
kader-kader yang
berasal dari ibu-ibu
sekitar lingkungan

Meningkatkan
penyebaran
informasi tentang
diare dan perilaku
hidup bersih dan
sehat

Warga
sekitar

Puskesmas
Posyandu

Bidan
Dokter
Dokter
muda

Setiap kali
posyandu

Tidak ada

Penyuluhan

Menin
cakup
balita
mend

Menyelenggarakan
penyuluhan hidup
bersih dan sehat 2
bulan sekali oleh
tenaga kesehatan

Meningkatkan
pengetahuan hidup
bersih dan sehat
guna mencegah
kejadian diare

Orangtua
balita

Puskesmas
PAUD
Sekolah
Balai
pertemuan
warga

Bidan
Dokter
Dokter
muda

Setiap bulan

Tidak ada

Penyuluhan

Menin
cakup
balita
mend

87

Tolak

Petugas saling
bekerja sama dalam
pendataan balita
yang menderita
diare, membuat
rencana kerja yang
dievaluasi secara
berkala, dan
penentuan target
yang harus dicapai

Mendapatkan data
yang valid

Mengikutsertakan
anggota keluarga
yang lain dalam
pencegahan dan
pengobatan diare
serta penyuluhan
diare

Meningkatkan
pengetahuan
anggota keluarga
tentang pencegahan
dan pengobatan
diare

Melaksanakan
kegiatan yang lebih
terarah

Dokter,
perawat,
bidan

Puskesmas

Dokter,
Perawat,
Bidan

Rencana
kerja dibuat
setiap tahun

Tidak ada

Rapat kerja

Lapor
kerja

Evaluasi
berkala
secara teratur
setiap bulan

Meningkatkan
efisiensi kinerja
petugas
Anggota
keluarga
selain orang
tua

Puskesmas

Bidan

Posyandu

Dokter
Umum

Tempat
penyuluhan

Saat
penyuluhan

Renca
kerja

Tidak ada

Konseling
Penyuluhan

Dokter
Muda

88

Menin
cakup
balita
mend

Pengadaan poster
dan alat peraga
mengenai
pencegahan dan
pengobatan diare
dan PHBS

Memudahkan
petugas memberi
informasi kepada
orangtua tentang
PHBS

Puskesmas
Orangtua
balita,
keluarga

Posyandu
Tempat
penyuluhan

Bagian
Setiap
promosi
konseling
kesehatan di
Setiap
Puskesmas
penyuluhan

Pemda

Kepala
puskesmas

Pemda

Pengajuan
pengadaan
media
promosi

Sekolah
Pemberian reward
untuk petugas yang
memiliki kinerja
optimal

Mengapresiasi
kinerja petugas
yang berprestasi.

Dokter,
perawat,
bidan

Puskesmas

Pada evaluasi
program
tahunan

Pemberian
reward
untuk
petugas

BAB VII
HASIL INTERVENSI KEGIATAN
7.1. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara (indepth interview) dengan 25 ibu yang mempunyai balita. Dari
kegiatan tersebut didapatkan data karateristik subjek penelitian, yaitu usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pernah
mendapatkan informasi atau tidak.

Tabel 40. Karakteristik Responden

89

Orang
kelua
menc
kemb
yang
dalam

Menga
mema
kinerja
yang b

Variabel

n (%)

Umur
< 20 tahun

3 (12)

20-35 tahun

15 (60)

>35 tahun

7 (28)

Pendidikan Terakhir
SD

2 (8)

SMP

8 (32)

SMA/Sederajat

14 (56)

Akademi/PT

1 (4)

90

Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga

21 (84)

Pegawai Swasta

4 (16)

Mendapatkan Penyuluhan
Pernah

8 (32)

Tidak Pernah

17 (68)

Tingkat Pengetahuan
Baik

7 (28)
18 (72)

Buruk
Sikap
Baik
Buruk
Total

5 (20)
20 (80)
25 (100)

91

Berdasarkan data usia subjek penelitian, maka penelitian ini didominasi oleh kelompok usia 20-35 tahun sebanyak
15 orang (60%), diikuti kelompok usia > 35 tahun sebanyak 7 orang (28%), dan sebanyak 3 orang dari kelompok usia > 20
tahun (12%).
Berdasarkan data pendidikan responden, sebanyak 14 orang (56%) menempuh pendidikan hingga tamat
SMA/sederajat, 8 orang (32%) hingga tamat SMP, 2 orang (8%) hingga tamat SD, dan sebanyak 1 orang (4%) menempuh
pendidikan hingga sarjana.
Berdasarkan data pekerjaan responden, sebanyak 21 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga (84%), dan 4 orang
sisanya bekerja sebagai pegawai swasta (16%).
Berdasarkan apakah responden pernah mendapat penyuluhan atau tidak sebelumnya tentang diare, maka sebanyak
8 orang (32%) mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan sebelumnya, sedangkan sebanyak 17 orang (68%) mengaku
tidak pernah mendapat penyuluhan yang berkaitan dengan diare.

7.2. HASIL WAWANCARA DENGAN PEMEGANG PROGRAM DAN RESPONDEN


Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program diare pada balita, didapatkan bahwa penanganan diare
tidak mencapai target karena beberapa sebab, yang pertama karena tidak adanya pencatatan secara menyeluruh pada pasien
92

balita dengan diare yang tidak memeriksakan diri ke Puskesmas namun memeriksakan diri ke tempat lain, misalnya ke
klinik atau praktek swasta dsb. Penyebab lainnya ibu dengan balita yang menderita diare sudah dapat menangani sendiri
diare pada anaknya.
Menurut pemegang program, progam-program yang ada untuk menanggulangi diare pada balita berupa pencatatan
dan pelaporan, penyuluhan pada kader, dan penyuluhan yang rutin diadakan diposyandu. Namun, penyuluhan rutin yang
diadakan diposyandu tidak terpusat hanya pada diare saja melainkan telah digabung bersamaan dengan materi PHBS, yang
didalamnya mencakup diare secara singkat sehingga para ibu kebanyakan hanya mengetahui tentang definisi, penyebab
dan gejala diare, tanpa mengetahui bagaimana cara penanggulangan dan bahayanya.
Selain itu penyuluhan yang dilakukan di posyandu juga jarang dilakukan padahal seharusnya penyuluhan khusus
tentang diare dan PHBS dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Penyebab lain dari tidak tercapainya target adalah masalah kader, jumlah kader yang terbentuk hanya sedikit ( lima
kader ) dimana kader dibentuk secara social berdasarkan sukarela masyarakat sekitar sehingga kualitas sumber daya dari
kader tersebut belum semuanya baik. Contohnya banyak kader yang pendidikannya kurang sehingga tidak bisa membaca
dan menulis, dan banyak juga kader yang hanya ikut serta kegiatan penyuluhan kader untuk sekedar mendapatkan uang
transport sehingga tidak benar-benar memperhatikan isi penyuluhan tersebut yang hanya diadakan tiap tiga bulan atau
enam bulan sekali, atau banyak yang tidak datang. Selain itu banyak juga kader yang memegang program lebih dari satu
dan banyaknya kegiatan yang mengikutsertakan kader sehingga tidak bisa terfokus untuk ke satu program. Karena kader
dibentuk secara sukarela dari masyarakat menyebabkan kesulitan mencari penerus kader-kader sebelumnya yang
kebanyakan sudah lanjut usia dan kader yang baru juga belum tentu mengerti tentang program-program yang

93

diselenggarakan. Alasan lainya yang menyebabkan tidak adanya penerus kader adalah karena tidak ada apresiasi terhadap
kader. Masyarakat, baik yang tergabung sebagai kader yang seharusnya mengikuti penyuluhan atau masyarakat sekitar
yang seharusnya mengikuti program puskesmas banyak yang tidak datang secara sukarela melainkan banyak yang
meminta imbalan berupa uang transport, sembako dll yang apabila tidak diberikan tidak akan mengikuti kegiatan tersebut.
Disamping itu banyak juga golongan masyarakat menengah keatas yang tidak mengikuti program puskesmas seperti
posyandu, penyuluhan dan lainya karena tidak ingin bersosialisasi dengan masyarakat menengah ke bawah atau terlalu
sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Pemegang program menyatakan bahwa oralit yang tersedia dipuskesmas yang diberikan sebanyak 6 sachet tiap
anak, zink untuk 10 hari tiap anak, dan hal ini menandakan bahwa standart pojok oralit sudah terpenuhi.
Belum ada penyuluhan khusus tentang diare. Berdasarkan perhitungan sampel kualitatif, dari 25 orang ibu yang
memiliki balita didapatkan 20 responden belum bersikap baik terhadap penanganan diare, sedangkan 5 responden sudah
bersikap baik terhadap penanganan diare.
Dari hasil wawancara didapatkan 7 responden sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang diare, yang meliputi
definisi, penyebab, gejala, dan bahaya diare. Hal ini dikutip dari pernyataan salah satu responden sabagai berikut:
Diare itu mencret-mencretnya banyak dok, yaaa lebih dari dua atau tiga kali lah. Sama kadang demam juga dok, kadang
muntah juga. Gara-gara makan sembarangan sih banyak kuman kan ya, gak bersih. Bahaya sih dok, nanti anaknya bisa
lemes, kan airnya keluar semua, (Responden 8)

94

Sebanyak 18 orang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang diare. Hal ini seperti dikutip dari pernyataan
salah satu responden sebagai berikut:
Diare itu mencret air gitu dok, biasanya lebih dari 5 kali. Udah cuma mencret aja dok. Sebabnya sih ngga tau ya dok
mau pinter aja kali. Nggak bahaya dok, biasanya sih berenti sendiri. Soalnya saya juga sering, (Responden 13)
Mengenai penanggulangan diare, 20 ibu langsung membawa anaknya ke Puskesmas bila anaknya diare tanpa
membuat oralit terlebih dahulu, dengan alasan 12 ibu menjawab tidak mengetahui bila harus diberi oralit, 6 ibu menjawab
tidak mempunyai oralit di rumah dan tidak mengerti cara membuat oralit, 2 ibu tidak memberikan oralit karena malas
membuatnya. Hal ini dikutip dari jawaban beberapa responden sebagai berikut:
Saya sih langsung ke Puskes aja dok, saya nggak tahu kalo harus dikasih oralit dulu. Emang perlu ya dok? (Responden
4).
Kalo anak diare, saya langsung bawa ke Puskes aja dok. Saya gak kasih oralit dulu soalnya saya gak punya oralit di
rumah, nggak ngerti juga gimana caranya bikin oralit, (Responden 7).
Saya langsung membawa anak saya ke Puskesmas kalau diare... Gak saya kasih apa-apa dulu di rumah, malas bikin
oralit, repot, (Responden 10).
Ya saya langsung bawa anak ke puskes sih dok, abis ga tega lemes kan kalo diare. Saya ga bikin oralit, ga punya juga
dirumah paling saya kasih susu. Soalnya susu kan bergizi. Tapi biasanya abis dikasih susu juga tetep mencret dok
(Responden 15).

95

Sebanyak 5 responden membuat oralit terlebih dahulu ketika anaknya terkena diare, dengan 2 responden tidak ke
pelayanan kesehatan (puskesmas/dokter/bidan) setelah diberikan oralit karena anaknya sudah tidak diare lagi, dan 3
responden lainnya menuju ke bidan atau dokter praktik swasta di dekat rumahnya setelah diberikan oralit, dengan alasan
diarenya tidak kunjung berhenti, sehingga dapat diberikan pertolongan secepatnya. Sebab menurut ibu, di puskesmas
antrinya terlalu lama. Hal ini dikutip dari jawaban responden sebagai berikut :
Biasanya kalau anak saya diare saya kasih oralit dulu dok, ato waktu bayi mah saya kasih ASI aja biar gak lemes. kan
sebelumnya sudah pernah diare juga saya udah ngerti juga. Biasanya abis dikasi oralit ato ASI beberapa kali udah gak
mencret-mencret lagi dok, jadi ya saya nggak ke Puskesmas. Kalo misalnya abis dikasi oralit masih mencret-mencret juga,
baru deh ke Puskesmas, (Responden 4)
Ya oralit dok terus saya kasih juga obat diare anak-anak, kayak obat diare anak-anak gitu dok kalau tidak berenti
biasanya saya ke bidan ato klinik deket rumah. Abisnya saya males ke Puskesmas dok, antrenya panjang, (Responden 21)
Terkait dengan penyuluhan tentang diare yang pernah diterima oleh para responden, hanya 8 responden yang
mengatakan sebelumnya sudah pernah mendapatkan penyuluhan diare, sedangkan 17 orang sisanya belum. Dikutip
pengakuan beberapa ibu yang mengaku sudah pernah mendapat penyuluhan diare.
Ada waktu itu pembahasan diare di sekolahan anak saya sih(Responden 24)
Dari responden yang pernah mengikuti penyuluhan tentang diare, dikatakan bahwa mereka masih belum mengerti
sepenuhnya tentang penyebab, pencegahan, dan penanggulangan awal pada diare. Hal ini dapat dikutip dari beberapa
pernyataan responden :

96

Saya tau sih diare itu gimana, anak saya yang pertama juga dulu suka diare. Tapi ya kalau untuk mencegahnya susah ya
saya juga bingung kayaknya saya kalau masak sudah bersih tapi masih diare anaknya. Dikasih oralit juga masih ga
sembuh(Responden 3)
Untuk 17 responden yang belum pernah mengikuti penyuluhan tentang diare mengaku mendapat informasi tentang
diare melalui dokter, kerabat dan televisi. Hal ini dikutip berdasarkan pernyataan berikut :
Ya tau dok, dari keluarga saya sama tetangga. Belum pernah sih ikut penyuluhan (Responden 17)
Sebanyak 18 responden masih belum mengerti tentang PHBS yang berkaitan dengan pencegahan diare. Hal ini
dikutip dari beberapa pernyataan berikut :
Hidup sehat yang gimana ya? Paling saya kalau masak yang bersih aja dirumah trus rumah dibersihin tiap hari
(Responden 18)
Selain itu juga 10 responden yang masih belum tahu pentingnya cuci tangan, kebersihan alat-alat makan dan
sterilisasi botol susu/dot untuk pencegahan diare. Hal ini diketahui dari beberapa kuotasi berikut.
Cuci tangan sih kalau kotor, kalau ga kotor ya saya ga cuci tangan. Piring sendok juga saya cuci terus, kalau botol susu
sama empeng saya cuci pakai sabun cuci dok ga saya rendam air panas. Emang rendam air panas buat apa dok?
(Responden 10)

97

Saya cuci tangan dok kalo abis dari luar aja. Ya kalo masak saya ga cuci tangan kan nanti masak tangannya kotor juga.
Kalau nyuapin anak makan kalau ga kotor saya ga cuci tangan. Botol susu sama empengnya saya cuci biasa aja pakai
sabun cuci khusus botol susu jadi ga pakai air panas soalnya saya males masak airnya lagi. Lagian pake sabun cuci aja
juga udah bersih kok Dok, (Responden 8)
Terdapat 17 responden yang mengaku menggunakan sumber air PDAM, dan sisanya sebanyak 4 responden
menggunakan sumber air sumur. Diketahui semua responden merebus airnya untuk digunakan sehari-hari. Hal ini dikutip
dari beberapa kuotasi responden berikut ini :
Kalau air dirumah pakai air PAM dok buat keperluan sehari-hari kayak mandi, masak, kadang minum juga pakai air
pam. Ya kalau masak sama minum direbus dulu dok (Responden 16)
Saya pakai air bor dok buat masak makanan dan minum, buat bikin susu juga pakai air bor yang pasti direbus dulu
airnya (Responden 17)
Sebanyak 23 responden mengaku sudah mengikut sertakan anaknya dalam program imunisasi campak. Dan sisanya
sebanyak 2 responden mengaku belum mengikutsertakan anaknya dalam imunisasi campak. Hal ini dikutip dari kuotasi
reesponden sebagai berikut :

98

Kalau imunisasi mah lengkap dok dari yang dasar sampe booster juga saya imunisasiin. Iya campak juga udah dok
(Responden 20)
Anak saya baru beberapa aja imunisasinya, kalau campak kayaknya belum sih ya dok. Soalnya takut demam
(Responden 21)

BAB VIII
PENUTUP
8.1.

KESIMPULAN
Cakupan balita dengan diare Puskesmas Kecamatan Tebet selama bulan Januari - Maret 2016 adalah 89,39%.
Angka ini masih di bawah target dari pemegang program (100%) maupun target nasional (100%). Setelah dilakukan
pemilihan prioritas masalah didapatkan balita dengan diare adalah salah satu prioritas utama masalah yang harus
diselesaikan di Puskesmas Kecamatan Tebet.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program diare pada balita, didapatkan bahwa penanganan diare
tidak mencapai target karena tidak adanya pencatatan secara menyeluruh pada pasien balita dengan diare yang tidak

99

memeriksakan diri ke Puskesmas namun memeriksakan diri ke tempat lain, atau ibu dengan balita yang menderita diare
sudah dapat menangani sendiri diare pada anaknya.
Menurut pemegang program, penyuluhan rutin yang diadakan di posyandu tidak terpusat hanya pada diare saja
melainkan telah digabung bersamaan dengan materi PHBS, yang didalamnya mencakup diare secara singkat. Selain itu
penyuluhan yang dilakukan diposyandu juga jarang dilakukan. Penyebab lain dari adalah jumlah kader yang terbentuk
hanya sedikit (lima kader) dimana kader dibentuk secara sosial berdasarkan sukarela masyarakat sekitar sehingga kualitas
sumber daya dari kader tersebut belum semuanya baik. Selain itu banyak juga kader yang memegang program lebih dari
satu serta terdapatnya kesulitan mencari penerus kader-kader sebelumnya yang kebanyakan sudah lanjut usia. Belum ada
penyuluhan khusus tentang diare yang selama ini dijalankan oleh pihak Puskesmas Kecamatan Tebet.
Dari hasil wawancara terhadap 25 responden yang merupakan ibu yang mempunyai balita. Sebagian besar
responden berusia antara 20 hingga 35 tahun, dengan pendidikan terakhir SMA/sedrajat, sebagian besar responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian besar responden juga mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan. Sebagian
besar responden belum memiliki pengetahuan yang baik tentang diare dan penanganannya pada balita. Hal ini didapatkan
berdasarkan hasil wawancara dengan 25 ibu yang memiliki balita, sebanyak 7 ibu sudah mengerti tentang definisi,
penyebab, penanggulangan, pencegahan, dan bahaya diare; sedangkan 18 ibu belum sepenuhnya mengerti.
Berdasarkan perhitungan sampel kualitatif, dari 25 orang ibu yang memiliki balita didapatkan 20 responden belum
bersikap baik terhadap penanganan diare, sedangkan 5 responden sudah bersikap baik terhadap penanganan diare.
Dari hasil wawancara didapatkan 7 responden sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang diare, yang meliputi
definisi, penyebab, gejala, dan bahaya diare. Sebanyak 18 orang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang diare.

100

Mengenai penanggulangan diare, 20 ibu langsung membawa anaknya ke Puskesmas bila anaknya diare tanpa
membuat oralit terlebih dahulu, dengan alasan 12 ibu menjawab tidak mengetahui bila harus diberi oralit, 6 ibu menjawab
tidak mempunyai oralit di rumah dan tidak mengerti cara membuat oralit, 2 ibu tidak memberikan oralit karena malas
membuatnya.
Sebanyak 5 responden membuat oralit terlebih dahulu ketika anaknya terkena diare, dengan 2 responden tidak ke
pelayanan kesehatan (puskesmas/dokter/bidan) setelah diberikan oralit karena anaknya sudah tidak diare lagi, dan 3
responden lainnya menuju ke bidan atau dokter praktik swasta di dekat rumahnya setelah diberikan oralit, dengan alasan
diarenya tidak kunjung berhenti, sehingga dapat diberikan pertolongan secepatnya. Sebab menurut ibu, di puskesmas
antrinya terlalu lama.
Terkait dengan penyuluhan tentang diare yang pernah diterima oleh para responden, hanya 8 responden yang
mengatakan sebelumnya sudah pernah mendapatkan penyuluhan diare, walaupun mereka masih belum mengerti
sepenuhnya tentang penyebab, pencegahan, dan penanggulangan awal pada diare. Sedangkan 17 orang sisanya belum
pernah mengikuti penyuluhan tentang diare, namun mereka mengaku mendapat informasi tentang diare melalui dokter,
kerabat dan televisi.
Sebanyak 18 responden masih belum mengerti tentang PHBS yang berkaitan dengan pencegahan diare. Selain itu
juga 10 responden yang masih belum tahu pentingnya cuci tangan, kebersihan alat-alat makan dan sterilisasi botol susu/dot
untuk pencegahan diare. Terdapat 17 responden yang mengaku menggunakan sumber air PDAM, dan sisanya sebanyak 4
responden menggunakan sumber air sumur. Diketahui semua responden merebus airnya untuk digunakan sehari-hari.

101

Sebanyak 23 responden mengaku sudah mengikut sertakan anaknya dalam program imunisasi campak. Dan sisanya
sebanyak 2 responden mengaku belum mengikutsertakan anaknya dalam imunisasi campak.

8.2.

SARAN
Bagi Puskesmas

Mempromosikan program penanggulangan diare pada balita baik dengan penyuluhan terjadwal atau saat tatap
muka dengan pasien, pembagian brosur, flip chart, atau leaflet yang menarik dan mudah dimengerti.

Membuat jadwal penyuluhan rutin tentang diare pada balita yang dilakukan tidak hanya di posyandu tetapi di
puskesmas, dan sekolah-sekolah (PAUD).

Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap balita dengan diare yang datang ke Puskesmas dan yang tidak
secara menyeluruh.

Memberikan apresiasi terhadap kader, misalnya berupa para anggota kader didahulukan saat mengantri di
Puskesmas.

Meningkatkan kualitas kader dengan sering melakukan penyuluhan pada kader

Bagi Pasien

102

Mengikuti kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan petugas kesehatan

Memahami benar-benar setiap pengetahuan tentang diare yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan

Menyampaikan pengetahuan yang diketahui tentang diare kepada keluarga, tetangga, dan orang-orang terdekat

103

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002


2. Diare Akut Disebabkan Bakteri Available from : www.library.usu.ac.id)
3. Diare, Available from : www.dinkesjakarta.com
4. Jangan Anggap Remeh Diare

Available from : www.medicastore.com

5. Menangani Diare Pada Anak Dengan Tepat

Available from : www.medicastore.com

6. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM & PL Tahun 2007 Setia Budi S,
Journal Medica Nusantara vol.27 no.2 April- Juni 2006,
7. Diare Akut Pada Anak; Departemen ilmu kesehatan anak FK UH/ RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo- Makassar Tinjauan
Pustaka Diare Akut Pada Anak oleh Setia Budi S, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUH/RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo-Makassar Telur

Anti

Diare,

A.

Zaenal

mustopa,

Msi

Available

from

http://www.agrotek.agritechno.com/opini.html
104

8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI.
Jakarta, 1996 : 448 446.
9. Buku Ajar Diare, Ed Sunoto, Dr. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta. 1990
10. Buku Ajar Diare, Ed Sunoto, Dr. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta. 1999
11. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM. Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51
69.
12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan
Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 : 312.

LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA DENGAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA

Responden 1
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
- diare itu mencret, banyak >3x, karena kuman
2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?

105

3.
4.
5.

mencret-mencret isi air, bahaya bisa lemas


Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
langsung bawa kedokter, ngga pake dikasi obat atau oralit dulu. Karena malas bikin oralit dan tidak punya obat.
kapan dibawa ke dokter setelah diberikan oralit?
kalau sampe besoknya masih mencret
apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum pernah
6. Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah dari tetangga saya
7. apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- iya mengerti
8. Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol susu/empeng
ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- kalau tangan saya kotor. Iya kalau alat makan pasti dicuci bersih, botol susu juga, tapi tidak saya rebus soalnya ribet
9. Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus dahulu?
- saya menggunakan air PAM. Iya direbus
10. Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah
Respoden 2

1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret nya banyak,isi air, >5, karena kuman kali jajan ga bersih

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret-mencret isi air, bahaya ya bisa meninggal

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung kedokter aja abis ga punya oralit, ga ngerti juga bikinnya

106

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau ga sembuh-sembuh

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah banyak di TV, dari sodara juga
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- yang seperti apa ya? Saya selalu membersihkan rumah setiap hari
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- kalau tangan kotor. Sehabis keluar rumah. Iya peralatan dapur dicuci bersih termasuk botol susu tapi tidak direbus, saya
tidak tahu
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu kalau buat minum
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah
Responden 3
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang airnya banyak, karena virus atau kuman

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret gitu, ya bahaya bisa masuk rumah sakit karena lemas

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung kedokter, tidak punya oralit

107

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah disekolahan anak-anak
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- harus mencuci tangan kan
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- Ya sebelum makan, habis dari toilet juga atau saat tangan kotor. Iya peralatan dapur dicuci bersih termasuk botol susu
juga direbus biar bersih
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM sih . Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 4
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang airnya cair, kalau penyebab nya paling makanan kurang bersih

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret banyak, ya bahaya ga mau makan dan minum

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Dikasih oralit dulu

108

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau sampai malam masih menccret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Pernah, belum terlalu mengerti
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah di TV atau majalah gitu-gitu
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- ya palling harus bersih-bersih aja biar ga gampang sakit seperti mencuci tangan
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau merasa tangann kotor. Kalau kasih makan anak saya cci anga kok. Iya peralatan dapur dicuci bersih, botol susu
juga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 5
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret kan, kalau penyebab kurang tahu

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret aja gitu, mungkin bahaya mungkin ngga

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter aja biar dikasih obat. Ngga kalau oralit, saya kurang tau

109

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Kalau masih diare aja

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- tetangga
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- yang seperti apa ya dok
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau tangan kotor. Kalau alat makan ya dicuci bersih pakai sabun, botol susu ngga direbus dicuci biasa aja
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasi lengkap
Responden 6
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret, karena kuman

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret banyak, muntah, demam. bahaya soalnya banyak yang keluar

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Dikasih oralit dulu trus kedokter

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?

110

Kalau masih mencret nya banyak

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Pernah, belum terlalu mengerti
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah dari sodara-sodara
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- saya kurag ngerti
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau tangan kotor. Kalau masih bersih seperti ini tidak. Iya peralatan dapur dicuci bersih, botol tidak direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 7
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang buang air, kalau itu tidak tau

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Buang air aja dok, kayaknya ga bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung dokter. Ga kasih oralit, ga tau

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau udah kebidan tapi ga sembuh. Soalnya kalau kedoter malas antri

111

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- belum
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- kurang tahu saya
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau merasa tangan kotor. Iya dicuci bersih botolnya tapi ga saya rebus, ribet soalnya
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- belum, soalnya takut demam
Responden 8
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret dok, paling anaknya mau pinter aja

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Buang air, kurang tau deh berapa banyaknya. Kayaknya ga bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Dikasih obat diare ga kedokter. Kalau ga sembuh ya baru dibwa kedokter

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau masih menccret

112

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah di TV
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- tidak sepertinya
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau kotor aja. Kalau mencuci peralatan dapur setiap hari, botol susu ngga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air sumur. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 9
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang airnya cair, kalau penyebab nya susunya ganti

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret banyak, >2x, ya bahaya ga mau makan dan minum

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter dulu. Ga kasih oralit saya ga tau

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau ga berkurang ya


113

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- pernah tapi saya lupa
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- iya, seperti membersihkan rumah
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- tangan kotor saya langsung cuci, anak saya juga saya ajarkan cuci tangan. Iya cuci bersih, kalau botol susu saya pakai
sabun cuci khusus botol susu biar ga ribet tapi kadang juga direbus.
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 10
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Ngga tau deh tiba-tiba diare

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


3. Mencret banyak, demam, ngga tau sih bahaya nya
4. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Obat aja. Ngga oralit, ngga ngerti buatnya

5. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


114

kalau besoknya masih mencret

6. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah di TV atau koran
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- ngga ngerti
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- saya sering cuci tangan, tiap mau makan, masak, nyuapin anak. Iya dicuci bersih. Kalau botol dicuci bersih kalau mau
dipakai direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 11
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang-buanng air lebih dari 3x, gara-gara kuman virus gitu

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret mencret aja sih,bahaya apa ya ga tau

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Ke dokter. Kalau oralit ngga, ngga punya sih


115

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Saya kebidan dulu sih yang dekat, kalau ga berenti kedokter

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Pernah, belum terlalu mengerti
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah dari keluarga
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- ya harus menjaga diri tetap bersih, seperti mandi 3x, makan tidak sembarangan
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau tangan kotor. Kalau kasih makan anak saya cuci tangan, setelah buang air juga. Iya peralatan dapur dicuci bersih,
botol susu juga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 12
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang airnya cair, kalau penyebab saya tidak tau

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret >2x, ga bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
116

Kedokter langsung, malas kalauu buat oralit

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau ga sembuh

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah di sekolahan
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- tidak dok
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau merasa tangan kotor. Kalau kasih makan anak saya cuci tangan kok. Iya peralatan dapur dicuci bersih, botol susu
juga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air sumur. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 13
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

BAB banyak, isi air karena kurang bersih makannya

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Kurang tahu
117

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung kedokter. Saya ga punya oralit

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Pernah, belum terlalu mengerti
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Pernah di TV,internet, sodara
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- belum terlalu mengerti, paling cuci tangan aja biar ga gampang tertular penyakit
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya kalau merasa tangan kotor. Kalau kasih makan anak saya cuci tanga kok. Iya peralatan dapur dicuci bersih, botol susu
juga direbus kadang-kadang
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 14
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret ya ga tau berapa kalinya, penyebabnya ga tau

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


118

Mencret banyak tapi ga tau seberapa banyak. Bisa bahaya bisa ngga

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Dikasih obat sih oralit juga sama kasih asi

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

kalau masih menccret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- sepertinya belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- pernah dari sodara, tetangga, media juga
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- kurang mengerti ya paling bersih-bersih aja setiap hari
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- kalau habis pegang yang kotor-kotor, kalau ngga ya ngga. Cuci dok bersih, kalau direbus botolnya ngga
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 15
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret aja biasanya ga tau kenapa sih

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


119

Mencret aja dok, ga tau berapa kali mungkin bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter aja. Ga punya oralit dok

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- sepertinya belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- belum
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- hidup bersih mungkin harus bersih dari kuman ya dok
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya cuci aja dok kalau kotor jarang juga sih suka lupa. Iya cuci bersih. Botol susu ngga direbus deh
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 16
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang-buang air banyak, cair gitu, banyak banget. Mungkin makannya kurang bersih

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret nya banyak dok, lebih >3x. bahaya lah namanya sakit bisa meninggal kali

120

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter. Ga punya oralit dok

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Langsung dok saat itu juga

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- Belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- Sudah, banyak sih dari kerabat dan tv juga
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- yang gimana sih. Harus bersih gitu ya
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- langsung cuci tangan kalau kotor, sehabis dari luar atau pegang yang kotor-kotor. Iya cuci bersih. Empeng sih dicuci aja
ya paling 3 hari sekali saya rebus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 17
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret banyak, mungkin karena lagi ga sehat aja

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?

121

Mencret aja kayaknya sama lemas, berapa kali ya?mungkin bahaya ya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kasih obat dulu sih sambil nunggu mencretnya kurang. Kalo oralit ngga

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- ya dari suami saya
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- seperti mencuci tangan sebelum makan ya dok. Yang lain kurang tau
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya cuci kadang-kadang kalo kotor. Kalo bersih gini ya ngga dok. Alat makan saya cuci sih, tapi botol sama empeng ga
direbus cuci aja biasa
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air sumur. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 18
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Yang pasti mencret ya banyak isi air aja. Mungkin karena cuaca yah ganti
122

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret gitu sih, banyak, adalah 2x ya. Bahaya ga sih dok?

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung kedokter, saya ga punya oralit

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- sepertinya belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- sudah sih, lupa dari mana
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- ya kurang ngerti ya
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- tangan kotor pasti dicuci dok kapan aja ga nentu. Iya cuci bersih kok, ngga direbus.
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 19
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Tau dok, kalau BAB nya cair gitu. Mungkin karena keseringan jajan banyak bakteri kan
123

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret ya >4x lah, demam, muntah-muntah. Bahaya sih karena lemes

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter aja. Malas bikin oralit

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- sudah, banyak info ya dari tv radio dll
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- sehat da bersih jiwa dan raga ya dok?
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- mencuci tangan kalau tangan kotor dan bau, kapan aja. Iya pasti nya cuci bersih . kalau direbus ngga soalnya malas juga
kan
9.

Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus

dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 20
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
124

Mencretnya ga berhenti-berhenti. Kalau penyebab saya ga tau

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret sih berapa kali ya? Yang lain saya kurang tau. Mungkin bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter aja. Ga punya oralit

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- sepertinya belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- belum
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- hidup bersih mungkin harus bersih dari kuman ya dok
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- dicuci kalau merasa kotor misalnya habis dari luar. Iya alat makan dicuci bersih, botol susu juga tapi tidak direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 21
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
125

Mencret dok 2-3x isi air, mungkin karena makan sembarangan

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret nya banyak, 2-3x, demam, dulu anaknya sempat kejang, bahaya juga ya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Langsung kedokter, males bikin oralit, biar cepet aja takut kejang lagi

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- belum
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- ya bersih-bersih aja, cuci tangan gitu
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- cuci tangan terus kalau saya, apalagi kalau mau pegang anak. Iya dicuci bersih, botol susu juga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air sumur. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Belum sih, takut kejang lagi soalnya imunisasi bikin demam trus kejang
Responden 22
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret biasanya, isi air mungkin karena susu ya anak saya ada alergi susu sapi

126

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret-mencret aja biasanya. Ga terlalu bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kasih oralit aja

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum pernah
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- sudah dari sodara sodara
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- cuci tangan kan ya
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- kalau kotor pasti cuci tangan, kalau bersih ngga sih. Iya dicuci, botol susu direbus kok sebelum dipake
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air sumur. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap
Responden 23
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Diare itu kaya menret ya, ga tau deh sebabnya apa

127

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mungkin buang-buang air, banyak ga tau berapa banyak, bahaya kali ya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Kedokter aja. Ga punya oralit dok

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- belum
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- belum
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- hidup yang bebas dari kotoran dan kuman
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- ya cuci aja dok kalau kotor. Iya cuci bersih. Botol susu ngga direbus deh
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 24
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Buang-buang air, penyebabnya banyak bisa karena susu ya sama makanan


128

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Buang air banyak 5x lah, bahaya sih

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Buat oralit dulu aja baru kedokter

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- sudah, belum terlalu mengerti
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- sudah dari sekolahan anak-anak
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- harus cuci tangan sebelum dan sesudah makan kan
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- cuci tangan kalau kotor, kalau alat rumah tangga saya cuci pakai sabun, botol susu kadang-kadang aja sih direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

Responden 25
1. Apakah ibu tau apa yang disebut dengan diare dan penyebabnya?
-

Mencret aja biasanya ga tau kenapa sih


129

2. Apakah ibu tahu bagaimana gejala diare dan bahayanya ?


-

Mencret nya banyak bisa 3x sehari, bahaya

3. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu diare ? langsung ke dokter/puskesmas atau dikasih obat/oralit dulu?
-

Iya oralit biar ga lemas

4. Jika ibu memberi oralit terlebih dahulu,kapan dibawa ke dokter?


-

Mungkin kalau masih mencret

5. Apakah ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang diare sebelumnya? Kalau pernah apakah sudah mengerti?
- pernah, ngerti sedikit ya
6.
Apakah ibu pernah mendengar informasi tentang diare? kalau iya dari mana?
- sudah sih banyak informasinya dari mana-mana
7.
Apakah ibu mengerti tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat?
- hidup bersih mungkin harus bersih dari kuman ya dok
8.
Kapan saja saat ibu merasa harus cuci tangan? Apakah peralatan makan ibu cuci bersih? Dan apakah botol
susu/empeng ibu rebus dulu sebelum digunakan?
- kalau abis pegang yang kotor cuci tangan. Piring gelas juga dicuci bersih pakai sabun, botol susu juga direbus
9.
Ibu menggunakan sumber air PDAM atau air sumur untuk keperluan sehari-hari? Apakah untuk minum direbus
dahulu?
- air PAM. Iya direbus dulu
10.
Apakah anak ibu sudah diimunisasi campak? Kalau belum kenapa?
- Sudah, imunisasinya lengkap

130

FOTO KEGIATAN

131

132

Wawancara dengan ibu yang mempunyai balita diposyandu

133

134

Wawancara dengan ibu yang mempunyai


balita di Puskesmas

135

Penyuluhan PHBS

Poster PHBS

136

137

Anda mungkin juga menyukai