Nama Peserta
: dr. Nurul Qomariyah
Nama Wahana
: RSUD Banjarbaru Kalimantan Selatan
Topik
: Pra Eklamsi Berat
Tanggal (kasus)
: 11 September 2015
Nama Pasien
: Ny. Dewi Marliyana No RM : 216941
Tanggal presentasi :
Nama Pembimbing : dr. Atjo Adhmart, Sp.OG
Tempat presentasi :
Ruang Komite Medik RSUD Banjarbaru
Objek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
TinjauanPustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Seorang pasien perempuan, 29 tahun datang ke ruang VK RSUD Banjarbaru dengan
keluhan tekanan darah tinggi
Tujuan : Mengoptimalkan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan PEB.
Bahan bahasan :
TinjauanPustaka Riset
Kasus
Cara membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Data Pasien :
Nama : Ny. Dewi
Nomor Registrasi : 216941
Nama Rumah Sakit:
Marliyana/29 tahun
Telp :
Audit
Pos
Terdaftar sejak :
RSUD Banjarbaru
Data utama untuk bahan diskusi :
Anamnesis
Keluhan Utama : Tekanan darah tinggi sejak bulan ke-8 kehamilan
Riwayat Penyakit Sekarang : Wanita GIP0A0 merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan
tekanan darah tinggi sejak bulan ke-8 kehamilan. Biasanya tekanan darah pasien hanya 120/80
namun sejak bulan ke-8 tekanan darahnya selalu diatas 160. Keluhan berupa nyeri ulu hati, sakit
kepala hebat, dan pandangan kabur disangkal. Pasien sebelumnya kontrol ke dr Atjo, SpOG, dan
dilakukan USG, dokter mengatakan air ketubannya sedikit dan pasien disarankan untuk terminasi
kehamilan.
Keluar cairan dari jalan lahir yang tidak berbau dan tidak berwarna disangkal. Keluar lendir
bercampur darah juga disangkal pasien. Mulas-mulas yang semakin sering dan bertambah kuat
disangkal pasien. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Pasien juga mengaku pernah diperisa
HbSAg dan hasilnya positif sekitar setahun yang lalu.
Prenatal Care:
Pasien biasa memeriksakan kehamilannya ke dr Atjo, SpOG sesuai dengan jadwal antenatal care.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat HbSAg positif.
1
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Kompos Mentis
GCS
: E4V5M6
Vital sign
Tekanan Darah
: 180/110 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, Reguler
Suhu
: 36oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Kulit
Kepala
Mata
Leher
Toraks
: Paru : Inspeksi : Simetris kanan - kiri, ketinggalan gerak (-), retraksi interkosta (-)
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/2
Genitalia
: 90 cm
Letak Anak
HIS
: tidak ada
BJA
: (+)
Pemeriksaan Penunjang
DTL + Urin Lengkap
Assesment
G1P0A0 gravida 37-38 minggu presentasi kepala dengan TBBJ 2790 gr + PEB + pro Induksi
+ HbSAg (+)
Tatalaksana
-
Daftar Pustaka:
1. Bratakusuma DS. Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan Kandungan, ed 2. EGC.
Bandung. 2004. Halaman 36
2. Effendi Jusuf , Dr.SpOG, et.al. Pedoman diagnosis dan terapi obstetric dan
ginekologi Rumah sakit Dr. Hasan Sadikin, bagian pertama, ed 2. Rumah sakit Dr.
Hasan Sadikin. Bandung. Halaman 107-109
3. Norman F Gant, et al. Abnormal labor. Williams Obstetrics- 21st edition.(2001)
chapter 18. Electronic book
4. Polo A, Chang L, Herrera E, Pernoll ML. Complications of labor and delivery. In:
DeCherney AH, Nathan L, editors. Current obstetric & gynecologic, diagnosis &
treatment, 9th edition. Boston: McGraw Hill; 2003. p 467-8
5. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, editors. Dystocia Abnormal Labor.
In: Williams Obstetric, 22nd edition. New York: Mc Graw Hill; 2005. p 495-524
6. FK Unpad. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
7. FK.Unpad. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP
dr. Hasan Sadikin. Bagian pertama (obstetri).
8. Chamberlein, Geoffrey. 2002. Turnbull Obstetric. Churchill Livingstone.
sakit kepala hebat, dan pandangan kabur disangkal. Pasien sebelumnya kontrol ke dr
Atjo, SpOG, dan dilakukan USG, dokter mengatakan air ketubannya sedikit dan
pasien disarankan untuk terminasi kehamilan.
2.
Obyektif:
Vital sign
: 80 x/menit, Reguler
Suhu
: 36oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Genitalia
: 90 cm
Letak Anak
HIS
: tidak ada
BJA
3.
Assesment:
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis dengan G1P0A0
gravida 37-38 minggu presentasi kepala dengan TBBJ 2790 gr + PEB + pro Induksi +
HbSAg (+)
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Trias gejala dari
preeklamsia adalah edema, hipertensi, dan proteinuria.
menyebabkan
terjadinya
kerusakan/jejas
endotel
yang
kemudian
akan
Volume darah
Hemokonsentrasi adalah pertanda penting bagi terjadinya preeklampsia dan
eklampsia yang berat. Pitchard dkk (1984) melaporkan bahwa pada ibu hamil dengan
eklampsia tidak terjadi hipervolemia seperti yang diharapkan. Pada seorang wanita
dengan usia rata-rata, biasanya terjadi peningkatan volume darah dari 3500 mL saat
tidak hamil menjadi 5000 mL beberapa minggu terakhir kehamilan. Dalam kasus
eklampsia, peningkatan volume 1500 mL ini tidak ditemukan. Keadaan ini
kemungkinan berhubungan dengan vasokonstriksi luas yang diperburuk oleh peningkatan
permeabilitas vaskular.
Hematologi
Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam
kehamilan. Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu
waktu bisa menjadi sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab
terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang
diiringi oleh peningkatan aktivasi dan pemggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu
sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus
preeklampsia dengan trombositopenia (Frolich dkk, 1998). Namun, aggregasi platelet
pada kasus preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal (Baker
dan Cunningham, 1999). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelelahan platelet
akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga ditemukan penurunan dari faktor-faktor
pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga berbentuk bizzare dan mudah
mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.
Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk
bila juga ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan
HELLP syndrome, yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low
platelet (LP).
Endokrin Dan Metabolisme
Kadar renin, angiotensin, dan aldosteron plasma meningkat pada kehamilan
normal. Namun pada kasus hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan dari kadar ini
dibandingkan dengan kehamilan normal (Weir dkk, 1983).
Renal
7
Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal
juga terjadi perubahan anatomis berupa pembesaran glomerolus sebesar 20% (Sheehan,
1950).
Otak
Secara patologi anatomi, pada kasus preeklampsia maupun eklampsia, manifestasi
sistem saraf pusat yang terjadi disebabkan oleh lesi pada otak berupa edema, hiperemia,
dan perdarahan. Sheehan (1950) meneliti otak postmortem 48 orang ibu hamil yang
meninggal dengan eklampsia dan ditemukan perdarahan mulai dari perdarahan ptekie
sampai masif pada 56% kasus. Keadaan yang selalu ditemukan pada kasus preeklampsia
maupun eklampsia dengan manifestasi neurologis adalah perubahan fibrinoid pada
dinding pembuluh darah otak.
Perfusi Uteroplasenta
Gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme hampir dapat dipastikan
merupakan penyebab tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada kasus preeklampsia.
Brosens dkk (1972) melaporkan bahwa diameter rata-rata arteriol spiral miometrium dari
50 ibu dengan kehamilan normal adalah 500 m. Dengan pemeriksaan yang sama pada
36 ibu dengan preeklampsia ditemukan diameter rata-ratanya adalah 200 m.
Maternal Vascluar
Disease
Faulty
Excessive
Placentation
Trophoblast
Genetic, Immunologic,
Inflammatory Factors
Reduced Uteroplacental
Vasoactive
Perfusion
Noxius Agent
Agents
ENDOTHELIAL
ACTIVATION
Cytokins, Lip
PerOx
Vasospasme
Cappilary
Activation of
Leaks
Coagulation
Hyper-
Edema
Hemocon
-
Proteinu
ri
Thrombocytopenia
tension
Seizure
centratio
n
Oliguria
Abruption
Liver
Ischemia
Preeklampsia
Eklampsia
Hipertensi kronis
Hal yang penting dari klasifikasi ini adalah membedakan preeklampsia dengan gangguan
hipertensi dalam kehamilan lainnya karena dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk.
yang
superimposed
terhadap
hipertensi
kronis
adalah
Trombosit <100.000/m3
10
4. Plan
Diagnosis Kerja: G1P0A0 gravida 37-38 minggu presentasi kepala dengan TBBJ
2790 gr + PEB + pro Induksi + HbSAg (+)
-
Terapi :
Gastrul tab per fornix
IVFD D5% drip MgSO4 40% 10cc 60 tpm
Teruskan IVFD RL drip MgSO4 40% 15 cc 20 tpm
Nifedipin 3x10mg sublingual
Cefotaxime 2x1gr (IV)
Dasar Pengelolaan preeklamsi :
Prenatal Care
Pada tingkat permulaan, preeklampsia tidak menunjukkan gejala-gejala sehingga
dibutuhkan deteksi dini melalui prenatal care yang baik. Penentuan pemeriksaan prenatal
hendaknya dilakukan setiap 4 minggu sampai minggu ke-28, kemudian dilanjutkan setiap
2 minggu sampai minggu ke-36, dan selanjutnya setiap minggu pada bulan-bulan akhir
kehamilan. Pada pemeriksaan kehamilan hendaknya ditentukan tekanan darah,
penambahan berat badan, adanya edema, dan proteinuria. Perhatian harus ditujukan pada
ibu hamil yang memiliki faktor predisposisi terhadap preeklampsia, diantranya;
Nuliparitas
Kehamilan ganda
Diabetes mellitus
Hipertensi kronis
Mola hidatidosa
Hidrops fetalis
Ibu hamil juga harus mengetahui tanda-tanda bahaya, yaitu sakit kepala,
gangguan penglihatan, dan bengkak pada kaki dan tangan. Jika tanda-tanda ini muncul
hendaknya segera datang untuk memeriksakan diri tanpa harus menunggu jadwal rutin.
Beberapa cara pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan nutrisi dan intervensi
farmakologis seperti obat anti hipertensi, asam salisilat, heparin, diuretikum, dan lainlain.
11
Banyak istirahat
Sedatif ringan; fenobarbital (3x30 mg p.o) atau diazepam (3x2 mg p.o) selama 7 hari
Roboransia
Rawat inap
12
- ada tanda-tanda gawat janin dan adanya tanda-tanda PJT yang disertai hipoksia
- usia kehamilan 35 minggu atau lebih pasien diberi oksigen dengan nasal canule, 4-6
L/menit.
Pengobatan medisinal :
A. Infus larutan ringer laktat
B. Pemberian MgSO4
Syarat pemberian MgSO4 :
- frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit
- tidak ada tanda-tanda gawat napas
- diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/kgbb/jam )
- refleks patella positif kuat.
- harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10 % ( 1 gram dalam 10
cc) diberikan i.v dalam waktu3-5 menit
MgSO4 ditunda atau tidak diberikan jika :
- Frekuensi nafas kurang dari 16 x/ menit
- Reflek patella negative
- Diuresis kurang dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
MgSO4 dihentikan bila :
- ada tanda-tanda intoksikasi
- atau setelah 24 jam pasca persalinan
- atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.
13
14
2.
3.
Labetalol 10 mg i.v apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, dapat diulangi
pemberian 20mg setelah 10 menit, 40 mg pada 10 menit berikutnya, diulangi 40
mg setelah 10 menit kemudian, dan sampai 80 mg pada 10 menit berikutnya.
4.
Bila tidak tersedia maka dapat diberikan : klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10
cc larutan garam fisiologis atau air untuk disuntikan. Disuntikan mula-mula 5 cc
i.v perlahan-lahan selama 5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur. Bila
belum ada penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v selama 5 menit.
Kemudian diikuti pemberian secara tetes sebanyak 7 ampul dalam 500cc dextrose
5 % atau Martos 10. Jumlah tetesan dititrasi untuk mencapai target tekanan darah
yang diinginkan, yaitu mean arterial pressure ( MAP ) sebanyak 20 % dari awal.
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 10 menit sampai tercapai tekanan
darah yang diinginkan, kemudian setiap jam sampai tekanan darah stabil.
E. Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada : tanda-tanda payah jantung, jenis
kardiotonika yang diberikan : Cedilanid-D. Perawatan dilakukan bersama dengan
bagian penyakit jantung
15
F.Lain-lain
1. Pemberian diazepam sebagai anticonvulsi hanya jika tidak tersedia magnesium
sulfate.
Pemberian iv
Dosis awal : diazepam 10 mg IV secara perlahan selama 2 menit, kalo timbul
kejang ulangi dosis.
Dosis pemeliharaan : Diazepam 40 mg dalam 500 ml iv fluids ( normal saline
atau Ringer laktat ) titrasi untuk menjaga ibu dalam keadaan sedasi. Depresi
pernafasan maternal dapat timbul ketika dosis melebihi 30 mg dalam 1 jam,
beri ventilasi ( masker, intubasi ) jika perlu dan jangan berikan lebih dari 100
mg dalam 24 jam.
Pemberian secara rectal
Pemberian secara rectal apabila secara iv tidak memungkinkan, dosis awal 20
mg dal 10 ml syringe. Kalau dalam 10 menit kejang tidak terkonrol,
tambahkan 10 mg atau lebih tergantung ukuran ibu dan respon klinik, siapkan
ventilasi.
2. obat-obat antipiretik
apabila suhu rectal lebih dari 38,5 derajat celcius, dapat dibantu dengan
kompres dingin atau alcohol
3. Antibiotika dapat diberikan atas indikasi
4. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin Hcl 50-75
mg sekali saja.
16
Pengelolaan obstetric
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan
dengan amniotomi, oksitosin drip dengan syarat skor bishop lebih dari 6, kateter
Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam, delapan jam sejak dimulainya
tetes oksitosin belum masuk fase aktiv. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu
dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
Sudah impartu :
a. Kala I
Fase laten : Amniotomi+ tetes oksitosin dengan syarat skor bishop lebih dari 6
Fase Aktif :
- Amniotomi
- Bila his tidak adekuat, diberi tetes oksitosin.
- Bila 6 jam setelah omniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangkan
seksio sesarea.
Catatan amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit
setelah pemberian pengobatan mediastinal
b. Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 37minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Medisinal : sama dengan pada
penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia
17
ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka
keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.
Berikan oksigen dengan nasal kanul 4-6 liter/menit.
Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung terminasi.
Perawatan Post Partum
1. Antikonvulsi harus dipertahankan selama 24 jam setelah melahirkan atau setelah
konvulsi terakhir
2. Teruskan obat antihipertensi selama tekanan diastole 110 mmHg atau lebih
3. Monitor urin output
Rujuk ke pelayanan tersier jika
1. Dalam 48 jam setelah melahirkan terdapat oligouri
2. Kegagalan koagulasi, hemolisis, peningkatan enzim hati dan rendah hitung platelet
3. Koma menetap lebih dari 24 jam setelah konvulsi terakhir.
Pengelolaan Pasien
Pasien dikelola dengan :
1. Rencana rawat konservatif
2. Infus, Crossmatch, sedia darah lab lengkap
3. MgSO4 20% 10 gram dalam KaEN 1B 500cc, 20gtt/mnt
4. Infus dan Faley Kateter sudah terpasang
5. Dexamethason 2x1 Amp untuk 1 hari lagi
6. Konsul IPD dan Neurologi
7. Observasi: KU, His, BJA, TNRS
Tujuan dasar dari penatalaksanaan dari preeklampsia adalah:
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progesivitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solutio placenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin )
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur atau immature jika diketahui risiko ibu atau janin akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama
18
Eklampsia
IUGR,
Partus imaturus,
Solutio plasenta,
DIC,
Perdarahan antepartum,
19
Follow up pasien
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Assesment
08-09mual
(-), Kesadaran:Komposmentis G1P0A0 gravida
2015
pusing
pandangan
R : 20x, T : 36,5
37-38
minggu
presentasi
kabur
kepala
mulas
TBBJ 2790 gr +
PEB
(-)
Induksi
Wh -/Abdomen :
dengan
+
pro
+
HbSAg (+)
TFU : 29 cm
DJJ : 137 x
His : 1-2 x dalam 10
menit masing-masing 20
detik
VT : Pembukaan (-)
Eks : Akral hangat
Lab:
Hb: 12.9
Leukosit : 12.400
20
Plan
IVFD RL drip MgSO4 40% 15 cc 20 tpm
Nifedipin 3x10mg per oral
Cefotaxime 2x1gr (IV)
Trombosit : 267.000
Hematokrit : 34%
Golongan darah: O (+)
Urin
Warna : Kuning
Kejernihan : Agak keruh
Berat Jenis : 1.015
pH : 6.0
Protein : ++
09-09-
mual
2015
pusing
pandangan
R : 20x, T : 36
37-38
minggu
presentasi
kabur
kepala
mulas
TBBJ 2790 gr +
PEB
(-)
Induksi
Wh -/Abdomen :
dengan
+
pro
+
HbSAg (+)
TFU : 29 cm
DJJ : 137 x
His : 1-2 x dalam 10
21
menit masing-masing 20
detik
VT : Pembukaan (-)
Eks : Akral hangat
Lab:
HbSAg (+)
09-09-2015
22.00
Pasien diputuskan untuk SC atas indikasi PEB + Gagal Induksi + HbSAg (+)
Laporan Operasi:
- Informed consent, iv line, folley catheter, antibiotik profilaksis
- Pasien tidur terlentang dalam narkose
- Desinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine dipersempit dengan duk steril
- Insisi kulit abdomen kurang lebih 10 cm, diperdalam lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka
- Dibuat bladder flap, vesika urinaria disisihkan
- Insisi SBR kurang lebih 2cm, diperlebar sampai ke lateral dengan jari
- Selaput ketuban dipecahkan, bayi dikeluarkan, dengan menarik kepala.
- Lahir bayi, BB: 2900 gr, PB: 49 cm, kelainan kongenital (-), anus (+)
- Plasenta lahir
- SBR dijahit, cavum abdomen dicuci dengan NaCl 500cc
- Lapangan operasi dijahit lapis demi lapis
- Operasi selesai
22
10-09-
Nyeri luka
2015
operasi (+),
TD : 120/80, N : 84x,
maturus dengan
BAB (-).
R : 24x, T : 37,1
SC atas indikasi
Flatus (+),
PEB + HbSAg
mual (+),
(+) + gagal
muntah (-)
induksi
POD I
Nyeri luka
2015
operasi (+),
TD : 140/90, N : 92x,
maturus dengan
BAB (-).
R : 20x, T : 36,1
SC atas indikasi
Flatus (+),
PEB + HbSAg
mual (+),
(+) + gagal
muntah (-)
induksi
POD II
12-09-
Nyeri luka
2015
operasi (+),
TD : 120/90, N : 86x,
maturus dengan
BAB (+).
R : 20x, T : 36,3
SC atas indikasi
Flatus (+),
PEB + HbSAg
mual (+),
(+) + gagal
muntah (-)
induksi
POD III
24
25