Anda di halaman 1dari 47

REFLEKSI KASUS

BAB 1

PENDAHULUAN

Ketuban Pecah Dini (KPD); Premature Rupture of the membrane = PROM;


Amniorrhexis ialah robeknya selaputketuban pada setiap saat sebelum persalinan
mulai atau sebelum inpartu1. Berkisar 85 % morbiditas dan mortalitas neonatal
disebabkan oleh karena kelahiran preterm. Sebab-sebab kelahiran preterm adalah
ketuban pecah dini (35%), persalinan preterm sebelumnya (30%), dan komplikasi
maternal-fetal lainnya (35%). Keadaan yang disebutkan terakhir mencakup
kehamilan multifetus, penyakit hipertensi, malformasi kongenital, solusio plasenta
dan plasenta previa. Jadi kurang lebih 2/3 dari semua kelahiran preterm
merupakan akibat ketuban pecah dini.

Menurut Arias 1982, ketuban pecah dini preterm merupakan komplikasi


kehamilan pada 1-2% dari seluruh wanita hamil dan menyebabkan 30-40%
persalinan preterm (kurang dari 37 minggu). Sampai sekarang belum terdapat
konsensus yang optimal untuk penatalaksanaan ketuban pecah dini preterm pada
wanita hamil dengan janin yang relatif matur, dengan usia kehamilan antara 34-37
minggu. Sebagai dokter harus dapat mempertimbangkan risiko yang akan
dihadapi dan keuntungan yang mungkin didapat apabila dilakukan terminasi
kehamilan ataukah harus dilakukan manajemen ekspektatif sampai kehamilan
aterm dengan mempertimbangkan komplikasi yang terjadi. Tujuan
penatalaksanaan pada ibu dengan ketuban pecah dini preterm adalah
memaksimalkan manfaat pematangan janin dengan menghindari semua hal yang
membahayakan keadaan janin dalam kandungan3.

Penggunaan istilah Premature Rupture of Membranes (PROM) bisa sedikit


membingungkan, jadi memahami perbedaan-perbedaan kecil yang ada menjadi
sangat penting. PROM merupakan pecahnya ketuban sebelum awal dari
persalinan. Istilah PROM cukup tepat jika digunakan pada pasien yang usia
kehamilannya diatas 37 minggu atau aterm, datang dengan ketuban yang pecah

1
spontan, dan tanpa tanda-tanda persalinan. Sedangkan Preterm Premature
Rupture of Membranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu2.

Ketuban pecah dini menimbulkan banyak komplikasi seperti misalnya


ascending infeksi, prolaps tali pusat, gawat janin intrapartum dan solusio plasenta.
Mungkin ketuban pecah dini preterm yang dikelola dengan manajemen
ekspektatif dengan menunggu sampai waktu persalinan spontan berlangsung
meningkatkan risiko untuk terjadinya komplikasi pada janin. Hal ini dikaitkan
dengan semakin lamanya paparan infeksi terhadap janin intrauterin. Namun
dengan terminasi kehamilan lebih awal juga memiliki risiko pada ketuban pecah
dini preterm dengan usia kehamilan antara 34-37 minggu. Bahkan, risiko
terjadinya prematuritas iatrogenik sangat signifikan berhubungan dengan
persalinan sebelum 34 minggu. Kendala utama yang dihadapi bayi preterm kurang
dari 34 minggu meliputi distres pernafasan , perawatan bayi yang lebih lama,
kesulitan dalam termoregulasi dan kesulitan menyusui. Hal lain yang tidak bisa
diabaikan adalah terjadinya perdarahan intraventrikular dan necrotizing
enterocolitis . Beberapa penelitian menyebutkan morbiditas neonatal berkurang
setelah usia kehamilan 34 minggu dibandingkan dengan usia kehamilan kurang
dari 34 minggu. Insiden distres pernafasan, lamanya perawatan bayi, dan
hiperbilirubinemia berkurang secara signifikan pada bayi yang lahir setelah usia
kehamilan 34 minggu4.

Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of Membranes (PROM)


merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan komplikasi kelahiran
berupa prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada
ibu dan bayi. Insidens ketuban pecah dini masih cukup tinggi; ± 10% persalinan
didahului oleh ketuban pecah dini. Hal ini dapat meningkatkan komplikasi
kehamilan pada ibu maupun bayi, terutama infeksi.Infeksi neonatus setelah pecah
ketuban dipengaruhi oleh kolonisasi kuman Streptokokus Grup Beta, lamanya

2
ketuban pecah, khorioamnionitis, jumlah pemeriksaan vagina, pemberian
antibiotika dan lain-lain3,4.

3
BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ns
Umur : 24 Tahun
Alamat : Sasak, Kendal
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SMP
Masuk RS : 05 Desember 2019
No RM : 590***
Biaya Pengobatan : BPJS NON PBI

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnes pada tanggal 5 Desember 2019


pukul 21.35 WIB di VK.

 Keluhan Utama : keluar air dari jalan lahir


 RiwayatPenyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejodengan keluhan keluarnya air
dari jalan lahir sejak siang pukul 13.00 WIB, berwarna bening cair dan
sangat banyak, dan keluar lendir darah, berwarna merah segar dan sedikit.
Pasien mengatakan kenceng-kenceng jarang. Pasien mengaku masih
merasakan gerak janinnya.
 Riwayat Haid
1. Menarche : 14 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lama Haid : 7 hari

4
4. HPHT : 29Maret 2019
5. HPL : 3 januari 2020
 Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama dan sudah menikah selama 9 bulan.
 Riwayat Obstetri
G1P0A0
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong BB Keadaan
Kehamila Persalina Lahir Anak
n n
1 Hamil
ini

 Riwayat KB
Menggunakan KB disangkal
 Riwayat ANC
Riwayat ANC kehamilan terakhir
- Periksa ke puskesmas 2 kali
- Sp.OG lebih dari 5kali
 Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
6. Riwayat Alergi : Disangkal
7. Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal.
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu: Disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : Disangkal
4. Riwayat Jantung : Disangkal

5
5. Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sebagai ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagaikaryawana
swasta.
Kesan ekonomi : Cukup.
 Riwayat Pribadi
1. Riwayat Merokok : Disangkal
2. Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
3. Riwayat Mengkonsumsi obat-obatan : Disangkal
III.PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi : 92 x / menit, reguler,isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 18 x / menit, teratur
Suhu : 36,80C
c. Status Gizi
Berat Badan : 68 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 29,26 kg/m2
Kesan gizi overweight
d. Status Generalis
1. Kepala : Mesosephal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Mata cekung -/-
3. Hidung : Septum deviasi (-), Nafas cuping hidung -/-,
Sekret -/-
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Telinga :Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-,
Sekret -/-

6
6. Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/-Retraksi otot bantu
nafas(-), Pembesaran kelenjartiroid (-).

7. Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis


sinistra

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan

Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

8. Abdomen : Sesuai status obstetri


9. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-

e. Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar:
Inspeksi :

Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (+), bekas SC (-)

Genitalia Eksterna :

Air ketuban (+), lendir darah (+)

7
Palpasi :

Pemeriksaan leopold

I Teraba bulat, keras, ballotement (+). Kesan kepala.TFU 27 cm


TBJ :2325 gram.
II Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan
ekstremitas).DJJ 132x/menit
III Teraba bagian janin bulat, lunak (kesan bokong)
His (+) jarang
Auskultasi :

Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri dengan


frekuensi 132 x/menit

2. PemeriksaanDalam
VT : ɸ1 cm, kulit ketuban (sulit dinilai), bagian bawah bokong,
effacement 25% lendir darah (+), lakmus tes (+) berwarna biru.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Hematologi (5 Desember 2019)
Darah Rutin (WB EDTA) Nilai Nilai normal
Hb L 11.80 g/dL 11.7-15.5g/dL
Hematokrit L 33,30 % 35-47%
Leukosit 15,41.103/uL 3.6-11
Trombosit 263.103/uL 150-440
Eritrosit L3,86.106/uL 3.8-5.2
MCV 86,30 fL 80-100
MCH 30,60 pg 26-24
MCHC 35,40 g/dL 32-36
RDW 12.90 % 11.5-14.5
Kimia Klinik (Serum)
Glukosa Sewaktu 82 mg/dL < 125 mg/dL
Sero-Imun (Serum)
HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif

2. USG
 Usia kehamilan : 35minggu
 Letak Janin : Letak Bokong
 Letak plasenta : Di fundus uteri

8
 TBJ : 2200 gram
 Biometri fetal : FM(+), FHM(+), FHR(+), AVG35W3D,
EFW 2200 gr
3. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejopada tanggal 5 Desember
2019 pukul 21.11 WIB pasien datang dengan keluhan air ngerembes dari
jalan lahir sejak siang hari pukul 13.00 WIB, berwarna bening, berbentuk
cair. Pasien mengatakan perut kencang-kencang tetapi jarang, keluar lendir
darah sejak 5 hari yang lalu dengan riwayat mondok 3 hari pada tanggal
31 November 2019. Pasien mengaku masih merasakan gerak janinnya.
Pasien mengeluh badan terasa lemes, pusing, BAB dan BAK lancar.
Riwayat bersenggama saat kehamilan disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, compos mentis.
TD:130/80 mmHg, Nadi: 92x/menit, Pernapasan: 18x/menit, teratur, Suhu:
36,80C. status internus dalam batas normal. Dari pemeriksaan obstetri
didapatkan: Inspeksi Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (+),
bekas SC (-), Genitalia Eksterna : air ketuban (+), lendir darah (+).
Palpasi:
Pemeriksaan leopold
I Teraba bulat, keras, ballotement (+). Kesan kepala.TFU 27 cm
TBJ :2325 gram.
II Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan ekstremitas).DJJ
132x/menit
III Teraba bagian janin bulat, lunak (kesan bokong)
His (+) jarang
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri dengan
frekuensi 132 x/menit

9
PemeriksaanDalam:
VT : ɸ1 cm, kulit ketuban (sulit dinilai), bagian bawah bokong, effacement
25% lendir darah (+), lakmus tes (+) berwarna biru.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan Hb L
11.80 g/dL, eritrosit L3,86.106/uL, leukosit 15,41.103/uL, hematokrit
L33.30. GDS: 82 mg/dl.
4. DIAGNOSA KERJA
G1P0A0 24 tahun, Hamil 35 minggu 4 hari
Janin I hidup intra uterin
Presentasi bokong U belum masuk PAP, punggung kiri
Partus Prematurus Iminen, KPD, dan Letak Sungsang
5. INITIAL PLAN
a. Ip Dx
G1P0A0 24 tahun, Hamil 35 minggu 4 hari
Janin I hidup intra uterin
Presentasi kepala U belum masuk PAP, punggung kiri
Partus Prematurus Iminen
Ketuban Pecah Dini
Letak Sungsang
b. Ip Tx
 Konservatif
 Infus RL 20 tpm
c. Ip Mx
 Keadaan Umum
 Monitoring tanda vital
 Monitoring HIS, DJJ, PPV, Bundle ring, tanda partus prematurus
d. Ip Ex
 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
 Monitoring pemberian terapi medikamentosa

10
 Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu
serta janin
 Menjelaskan pengobatandan komplikasi
VII.PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanam : dubia ad bonam
 Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
VII.LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif : G1P0A0 24 tahun Hamil 35 minggu 4 hari
Janin 1 Hidup Intrauterin dengan PPI, KPD, Letak Sungsang
Diagnosis Post operatif : P1A0, 24 tahunPost SCTP Cito a.i KPD
Letak Sungsang
Nama/Macam operasi : Sectio Caesarea
Tanggal Operasi : 05 Desember 2019
Lama Operasi : ± 60 menit
Langkah-langkah operasi :
- Penderita dibaringkan dimeja operasi dalam sedasi anestesi
- Prosedur asepsis dan antisepsis
- Tutup dengan duk steril area sekitar operasi
- Dilakukan insisi secara pfannenstiel pada dinding abdomen diperdalam
sampai peritoneum
- Tampak uterus ground, dilakukan insisi secara semilunar pada dinding
segmen bawah rahim
- Dengan meloksir, bokong lahir bayi perempuan, berat badan lahir 2385
gram, APGAR skor 8/9/10
- Dilahirkan plasenta, kotiledon lengkap
- Dibersihkan kavum uteri, kontraksi kuat
- Jahit uterus secara double layer
- Hitung alat dan kassa lengkap
- Jahit luka operasi lapis demi lapis

11
- Tindakan selesai

XI. LAPORAN KEMAJUAN PERSALINAN


Tgl Vital sign His DJJ Keterangan

05/12/19 KU : Baik (+) jarang 132 Keluhan : keluar air dari jalan lahir
T: 130/80 mmHg TFU : 27cm, TBJ : 2325 gram
21.11 N : 92 x/menit L I-IV : janin1 hidup intrauterine
R : 20 x/ menit Pres Bok. U puki
S : 36,8o C VT : VT : ɸ 1 cm, kulit ketuban (sulit
dinilai), bagian bawah bokong,
effacement 25% lendir darah (+), dan
lakmus test (+) berwarna biru

Diagnosis:

G1P0A0 24 tahun hamil 35 minggu


4 hari
Janin I hidup intra uterin
Presentasi bokong U belum masuk
PAP, punggung kiri
Partus Prematurus Imminens
Ketuban Pecah Dini 8 jam
Letak Sungsang
Sikap :
- Konservatif
- Infus RL 20 tpm
Pengawasan : KU, TTV, PPV, Bundle
Ring, HIS, DJJ, tanda inpartu dan tanda
prematurus
23.30 wib KU : Baik Pasca operasi
T: 110/70 mmHg
N : 82 x/menit Diagnosis: P1A0 24 tahun pasca SCTP
R : 20 x/ menit a.i KPD dan letak sungsang
S: 35o C
Sikap :

- Infus RL+10 IU Oxytosin 20 tpm


- Inj. Ceftriaxon 1gr/8jam IV
- Inj. Ketorolac 30mg/8jam IV
- Inj. Asam mefenamat 500mg/8jam
IV
- Vitamin B/BC/SF 1tablet/12jam
- Vitamin A 200.000 IU/24jam
Pengawasan : KU, TTV, PPV, TFU,
Status Internus, ASI, BAB, BAK,
Flatus

12
06/12/2019 KU : Baik Keluhan : nyeri luka operasi
T: 120/80 mmHg
06.45 WIB N : 82 x/menit Diagnosis: P1A0 24 tahun pasca SCTP
R : 20 x/ menit a.i KPD dan letak sungsang
S : 36o C
Sikap :

- Infus RL+10 IU Oxytosin 20 tpm


- Inj. Ceftriaxon 1gr/8jam IV
- Inj. Ketorolac 30mg/8jam IV
- Inj. Asam mefenamat 500mg/8jam
IV
- Vitamin B/BC/SF 1tablet/12jam
- Vitamin A 200.000 IU/24jam
Pengawasan : KU, TTV, PPV, TFU,
Status Internus, ASI, BAB, BAK,
Flatus

07/12/19 KU : Baik Keluhan : nyeri luka operasi


T: 108/67 mmHg
06.00 N : 73 x/menit Diagnosis: P1A0 24 tahun pasca SCTP
R : 20 x/ menit a.i KPD dan letak sungsang
S : 36,8o C
Sikap :

- Asam mefenamat 3x500mg


- Vitamin B/BC/SF 1tablet/12jam
- Vitamin A 200.000 IU/24jam
- Cefadroxil 2x500mg
Pengawasan : KU, TTV, PPV, TFU,
Status Internus, ASI, BAB, BAK,
Flatus

08/12/2019 KU : Baik Keluhan: tidak ada keluhan


T: /51 mmHg
05.00 N : 78 x/menit Diagnosis: P1A0 24 tahun pasca SCTP
R : 20 x/ menit a.i KPD dan letak sungsang
S : 36,5o C
Sikap:

- Asam mefenamat 3x500mg


- Vitamin B/BC/SF 1tablet/12jam
- Vitamin A 200.000 IU/24jam
- Cefadroxil 2x500mg
Pengawasan : KU, TTV, PPV, TFU,
Status Internus, ASI, BAB, BAK,
Flatus

Boleh pulang

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. PARTUS PREMATURUS IMMINENS


A. Definisi5
Partus Prematurus Imminens adalah persalinan yang berlangsung
pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama menstuasi
terakhir dengan berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
B. Epidemiologi6
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain:
1. Persalinan atas indikasi ibu ataupun janin, baik dengan pemberian
induksi ataupun seksio sesarea;
2. PPI spontan dengan selaput amnion utuh; dan
3. PPI dengan ketuban pecah dini, terlepas apakah akhirnya dilahirkan
pervaginam atau melalui seksio sesarea. Sekitar 30-35% dari PPI
berdasarkan indikasi, 40-45% PPI terjadi secara spontan dengan selaput
amnion utuh, dan 25-30% PPI yang didahului ketuban pecah dini..
Konstribusi penyebab PPI berbeda berdasarkan kelompok etnis.PPI
pada wanita kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput
amnion utuh, sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului
ketuban pecah dini sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia
kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi pada usia kehamilan kurang dari 28
minggu (extreme prematurity), sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-
31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada usia kehamilan 32-33
minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia kehamilan 34-36
minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan angka
kejadian PPI, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah
kelahiran preterm atas indikasi
C. Etiologi dan faktor risiko7,8
Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm
adalah

14
 Janin dan plasenta
1. Perdarahan trimester awal
2. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
3. Ketuban pecah dini (KPD)
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan njanin
6. Kehamilan ganda
7. Polihidramnion
 Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes Mellitus
3. Preeklamsia/ hipertensi
4. Infeksi saluran kemih/genital/gemeli
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress patologik
7. Kelainan bentuk uterus
8. Trauma
9. Perokok berat
10. Kelainan imunologik
11. Riwayat persalinan pretem/abortus berulang
12. Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
D. Diagnosis3,7
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back
pain),
4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,

15
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%,
atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan
TheAmerican Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk
mendiagnosis PPI ialah sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit
atau delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada
serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
E. Pemeriksaan penunjang3,4
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan kultur urine
b. Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu
d. Jumlah lekosit
e. C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita
infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk
mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman
Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit
sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3
cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi
serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
F. Penatalaksanaan3,8,9
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:

16
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik,
yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat
diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance
3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek
samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per
oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan
dosis per infus: 10-15 µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam
sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance).
Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia,
hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6
gr/iv, secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam
(maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek
samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin.
Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac,
nimesulide dapat menghambat produksi prostaglandin dengan
menghambat cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk
produksi prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat COX
yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular pada
janin.
Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil daripada
indometasin.Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam
konteks percobaan klinis.

17
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu
membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas
seksual. Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika
lingkungan intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan
pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-
mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome
(RDS), mencegah perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis,
dan duktus arteriosus, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu. Obat yang diberikan ialah deksametason atau
betametason.Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko
pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid
ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.

Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan


Thyrotropinreleasing hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan
kadar tri-iodothyronine yang kemudian dapat meningkatkan produksi
surfaktan. Ataupun pemberian suplemen inositol, karena inositol

18
merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.

3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.


Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian
korioamnionitis dan sepsis neonatorum.Antibiotika hanya diberikan
bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada
kasus KPD.Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3
x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500
mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti
klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.
G. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,9
1. Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
2. Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
H. Cara persalinan3,4,9
1. Janin presentasi kepala
Pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan forseps terutama
pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
a. Janin sungsang
b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih
kontroversial)
c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat
pervaginam tidak terpenuhi

19
e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta
previa, dan sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37C
(rawat intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter
bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa
cacat) maka perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama
perawatan di rumah sakit berkurang.
I. Komplikasi9
1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih
tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang
menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan
risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir.Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat
terisi oleh udara dan tetap terbuka.Alveoli bisa membuka lebar karena
adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-
paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.Bayi prematur
seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai,
sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis,
akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan.Sindroma ini bisa
menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat
fatal.Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin
mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat
surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang
dihubungkan dengan trakea bayi).

20
3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan
refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan
otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang,
seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal
ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di
otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi
serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran
darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan
terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau cedera .
4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi
pemberian makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil
mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan,
sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi
muntah. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian
susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia
retrolental)
6. Displasia bronkopulmoner.
7. Penyakit jantung.
8. Jaundice
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal
untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel
darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama
yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat
(yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning
(jaundice).
9. Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan
karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum
sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang
sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.

21
10. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya
melewati plasenta. Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada
bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap
enterokolitis nekrotisasi(peradangan pada usus).
11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
II. KETUBAN PECAH DINI
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
usia gestasi >37 minggu dan disebut KPD aterm dan usia gestasi <37
minggu atau KPD preterm. 10 Ketuban Pecah Dini disebut KPD preterm
bila membran selaput ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu,
sedangkan KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktu melahirkan.8,9
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Persalinan bisa terjadi secara spontan dalam beberapa jam, apa
bila persalinan tidak terjadi dalam 24 jam beresiko terjadinya infeksi
intrauterin.1
B. Epidemiologi
Kejadian KPD dalam keadaan normal 8-10% pada perempuan hamil aterm
akan mengalami Ketuban Pecah Dini.3 Pervalensi kejadian KPD di Dunia
mencapai 12,3% dari persalinan dan sebagian besar tersebar di negara
berkembang di Asia. Pervalensi kejadian KPD di Indonesia sebanyak 12%.
Faktor risiko yang berpengaruh adalah usia yang terlalu muda ternyata lebih
2 - 5 kali lebih tinggi dari pada usia 20 sampai 35 tahun, 37,59% pada
multipara dan 31,17% grandemultipara, 20 – 30% infeksi, 37,1% anemia, dan
3 – 4% kelainan letak janin hasil.2,3 Ketuban Pecah Dini banyak terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95%,
sedangkan pada kehamilan yang kurang bulan atau kehamilan preterm terjadi
sekitar 34% semua kelahirannya prematur. 11

22
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada
angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan.5
C. Klasifikasi11,12
1. KPD preterm
a. KPD preterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia<37
minggu sebelum onset persalinan.
b. KPD sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu
antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan
c. KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang
37 minggu.
2. KPD aterm
KPD pada Kehamilan Aterm Ketuban pecah dini/ premature
rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+),
IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu
D. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban saat persalinan disebabkan oleh melemahnya
selaput ketuban karena kontraksi uterus dan peregangan yang berulang. Daya
regang ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan degradasi
komponen matriks ekstraseluler pada selaput ketuban.5

23
Gambar 1.1 gambar skematik struktur selaput ketuban saat aterm.
Pada KPD terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan jumlah jaringan
kolagen dan terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan aktivitas
kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut terutama disebabkan oleh matriks
metaloproteinase (MMP)Matriks Metaloproteinasemerupakan suatu grub
enzim yang dapat memecah komponen-komponen matriks ekstraseluler.
Enzim tersebut diproduksi didalam selaput ketuban.MMP-1 dan MMP-8
berperan pada pembelahan triple helix dari kolagen fibril (tipe I dan III), dan
selanjutnya didegradasi oleh MMP-2 dan MMP-9 yang juga memecah
kolagen tipe IV.Pada selaput ketuban juga diproduksi penghambat
metaloproteinase/ Tissu Inhibitor Metalloproteinase (TIMP). Pada TIMP-1
juga menghambat aktivitas MMP-1, MMP-8, MMP-9 dan TIMPS-2
menghambat aktivitas MMP-2.9
Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa kehamilan oleh
karena aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih
tinggi. Saat mendekati persalinan keseimbangan tersebut akan bergeser, yaitu
didapatkan kadar MMP yang meningkat dan penurunan yang tajam dari
TIMP yang akan menyebabkan terjadinya degradasi matriks ekstraseluler
selaput ketuban. Ketidakseimbangan kedua enzim tersebut dapat
menyebabkan degradasi patologis pada selaput ketuban yang mengakibat

24
selaput ketuban menjadi rapuh dan pecah. Aktivitas kolagenase diketahui
meningkat pada kehamilan aterm sedangkan pada kehamilan preterm
didapatkan kadar protoase yang meningkat terutama MMP-9 serta kadar
TIMP-1 yang rendah.8
E. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran, tetapi bila ibu duduk atau berdiri kepala janin
yang sudah terletak di bawah bisanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
sementara. Keluarnya ketuban yang disertai dengan demam, juga nyeri pada
perut, keadaan seperti ini di curigai amnionitis.
Adapun tanda dan gejala yang tidak selalu ada timbul pada KPD
seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak diintroitus
dan tidak adanya his dalam satu jam.9
F. Etiologi dan faktor risiko
Ketuban pecah dini secara langsung belum diketahui penyebab pastinya.
Beberapa keadaan yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini,
antara lain infeksi maternal, serviks inkompeten, trauma, kehamilan ganda,
makrosomia, kelainan letak dan anemia.Adapun faktor resiko yang
didapatkan secara klinis:
 Penyakit infeksi
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorgaisme
yang menyebabkan pelepasan sitokinin inflamasi, seperti intraleukin dan
tumor necrosis factor (TNF), yang kemudian merangsang produksi
prostaglandin (PGD).Prostaglandin (PGD) merangsang kontraksi rahim
sehingga menyebabkan degradasi matrix ekstraseluler pada membran
janin dan mengakibatkan KPD.
Salah satu contoh infeksi adalah vaginosis bakterial dimana flora
normal, dominan memproduksi hidrogen peroksida yang di gantikan
dengan kuman anaerob. Kuman anaerob meliputi gardnerella vaginalis,

25
mobiluncus spesies dan spesies lainnya. Vaginosis bakterial sering
dikaitkan dengan abortus spontan, persalinan kurang bulan, KPD,
korioamnionitis, dan infeksi cairan amnion.13
 Inkompetensi Serviks (leher lahir)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebab kelainan pada otot–
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah - tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan yang semakin besar.14
 Trauma
Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor prediposisi atau
penyebab terjadinya KPD.Trauma yang didapat akibat hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis. Trauma menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.15
 Kehamilan ganda
Kehamilan ganda adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.Pada
kehamilan ganda terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahimnya yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban) relative kecil sedangkan di bagian bawah tidak ada
yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah.16
 Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000gram.Kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi yang mengakibatkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban. Selaput ketuban menjadi teregang,
tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, sehingga selaput
ketuban mudah pecah.17
 Kelainan letak janin
Pada kehamilan trimester III janin tumbuh lebih cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang.pada letak sungsang dapat memungkinkan

26
ketegangan pada rahim meningkat, sedangkan pada letak lintang bagian
terendah adalah bahu sehingga tidak dapat menutupi PAP yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah, maupun
pembukaan serviks dan mengakibatkan ketegangan pada selaput
ketuban.18
 Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah keadaan penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah sampai kadar Hb <11 gr%. Kondisi ini dimana
berkurangan eritrosit di dalam aliran darah atau massa hemoglobin,
sehingga eritrosit tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh tubuh. Berkurangnya oksigen di dalam jaringan
ketuban, menimbulkan kerapuhan pada selaput ketuban dan
mengakibatkan selaput ketuban menjadi pecah.19
G. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus
meliputi3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, danpenilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
pemeriksaan penunjangterbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan
dapat memperbaiki luaran. Olehkarena itu, akan dibahas mana pemeriksaan
yang perlu dilakukan dan mana yangtidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan spekulum)
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan
visualisasadanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
perludiketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi
dantaksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor
risikonya. Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering dan tanpa
indikasi sebaiknyadihindari karena hal ini akan meningkatkan risiko
infeksi neonatus. Spekulum yang digunakan dilubrikasi terlebih dahulu
dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan sebaiknya tidak
menyentuh serviks.Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai
adanyaservisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin

27
(padapresentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran
serviks,mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual.
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus
diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil
duaswab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai
denganpewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan di medium transport
untukdikultur.20
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi
diagnosis.Jikadiagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari
forniks posteriorvagina (pH cairan amnion biasanya~7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina~4.5-6) dan cari arborization of fluid dari forniksposterior
vagina.Jika tidakterlihat adanya aliran cairan amnion, pasien tersebut
dapat dipulangkan darirumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang
kuat ketuban pecah dini.Semua presentasi bukan kepala yang datang
dengan KPD atermharus dilakukan pemeriksaan digital vagina untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya prolaps tali pusat.21
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.Cairan berbau khas dan perlu
diperhatikn warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum
ada dan belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk
menilaiindeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau
indekscairan amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal
janin dantidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka
kecurigaan akanketuban pecah sangatlah besar, walaupun normalnya
volume cairan ketubantidak menyingkirkan diagnosis. Selain itu USG
dapat digunakan untuk menilaitaksiran berat janin, usia gestasi dan
presentasi janin, dan kelainan congenitaljanin.

28
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium
untukmenyingkirkankemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari
vagina/perineum. Jika diagnosisKPD aterm masih belum jelas setelah
menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazindan tes fern, dapat
dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growthfactor binding
protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm,kebocoran
cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki sensitivitasyang
rendah.22 Penanda tersebut juga dapatdipengaruhi dengan
konsumsialkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah
ibu dan CRPpada cairan vagina tidak memprediksi infeksi neonatus pada
KPD preterm.
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
bau dan pH nya, pH untuk air ketuban sekitar 7-7,5. Cairan yang keluar
dari vagina ini bisa urin atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH
4-5, dengan menggunakan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap
berwarna kuning. Untuk tes lakmus (nitrazin) apabila berwarna merah
pada kertas lakmus itu menunjukan adanya air ketuban (alkalis).23
H. Penatalaksanaan
Adapun beberapa hal untuk menangani pasien KPD:
a. Konservatif
Perawatan secara konservatif berupa rawat di rumah sakit. Berikan
antibiotik (ampisin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Apabila usia kehamilan <
32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum
inpartu tidak ada infeksi berikan deksametason, observasi tanda - tanda
infeksi. Jika uisa kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, berikan
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi belum
inpartu.Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, curigai
adanya kemungkinan solusio plasenta. Jika ada tanda - tanda infeksi

29
seperti demam dan cairan vagina berbau berikan antibiotika, berikan
ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan. 2 Tidak ada infeksi
berikan dexametason. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu,
tidak infeksi, berikan tokolitik atau salbutanol, deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam. Apabila pada usia 32 – 37 minggu, ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi, kemudian nilai tanda - tanda infeksi.
24,25

b. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 minggu diberikan induksi dengan oksitosin.Bila
gagal bisa dilakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25
µg - 50 µg intravaginal tiap 6  jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda
infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor
pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvic > 5,
induksi persalinan.26,27

Skema 2.2 Tatalaksana Ketuban Pecah Dini 9,16

30
I. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat KPD tergantung dari usia kehamilan
adapun sebagai berikut:
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.16
b. Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.Korioamnionitis
merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, dapat berlanjut
menjadi sepsis. Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang
terutama berasal dari traktur urogenital ibu.9
c. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurangdari
normal, yaitu kurang dari 300cc.Oligohidramnionmenyebabkan
terhentinyaperkembangan paru-paru, sehingga pada saat lahir paru-paru
tidak berfungsi sebagai mana mestinya.Dengan pecahnya ketuban, terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Semakin sedikit air ketuban janin semakin gawat.28,29
III. LETAK SUNGSANG
A. Definisi8
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
B. Etiologi dan faktor risiko8

31
Penyebab dari letak sungsang tidak diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa kondisi yang mendorong terjadinya presentasi bokong
diantaranya
a. Sudut Ibu
 Keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
 Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
 Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tulang panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
b. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang :
 Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
 Hedrosefalus atau anesefalus
 Kehamilan kembar
 Hidroamnion atau aligohidromion
 Prematuritas
C. Klasifikasi9
Klasifikasi letak sungsang dibagi menjadi :
1. Presentasi Bokong Frank

32
Presentasi bokong murni, dalam bahasa inggris “Frank breech".
Bokong saja yang menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai
lurus ke atas

Gambar 3.1 Presentasi bokong Frank


2. Presentasi Bokong Komplet
Presentasi bokong kaki di samping bokong teraba kaki, dalam bahasa
inggris "Complete breech".Disebut letak bokong kaki sempurna atau
tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau satu
kaki saja.

Gambar 3.2 Presentasi bokong komplit


3. Presentasi bokong inkomplet
Letak bokong "Incomplete breech presentation",yaitu letak sungsang
dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain
terangkat ke atas.14

33
Gambar 3.3 Presentasi bokong inkomplit

D. Cara pertolongan partus sungsang


Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina:
 Spontan Bracht
Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
disebut cara Bracht. Berikut persalinan secara Bracht :
a. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi
apapun) hingga  bokong tampak di vulva.
b. Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum
memperkenankan ibu mengejan.
c. Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
d. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis
dengan introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak
diperlukan). Gunakan anastesi lokal sebelumnya.
e. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan.
Perhatikan hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai
tampak di vulva. Awasjangan melakukan tarikan atau tindakan apa
pun pada tahap ini. Peganglah bokong dengan kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu  panggul, sedangkan jari-jari yang lain
memegang belakang pinggul janin.
f. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin
dengan kedua tangan  penolong disesuaikan dengan sumbu panggul

34
ibu sehingga berturut-turut lahir perut, dada,  bahu dan lengan,
dagu, mulut dan seluruh kepala9
Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan
pertama yaitu
 Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong
sampai pusat (skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena
tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-gesa mengingat
tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
 Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat
sampai lahirnya mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk
panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah tali pusat
antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi
uteroplasenta terganggu. Tahapan ini harus terselesaikan dalam
1 sampai 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
 Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Fase ini tidakdilakukan secara tergesa-
gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau
cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial.
 Partial Extraction/Manual Aid9
a. Melahirkan bahu dengan cara/teknik
 Cara Muller
Setelah bokong lahir bokong dipegang dengan kedua ibu jari
sejajar sacrum anak dari jari lain pada lipat paha. Tali pusat
dilahirkan dengan dikendurkan. Tubuh anak ditarik curam
kebawah (mendekati vertikal) supaya gelang bahu anak masuk
PAP, sampai bahu anak nampak divulva bawah symphisis.
Biasanya siku dan lengan lahir sendiri bersama bahu. Untuk
melahirkan tulang belakang maka kedua kaki dipegang dengan
jari telunjuk diantara kedua kaki, dinaikkan setinggi-tingginya
sehingga bahu dan lengan belakang lahir dengan mudah

35
Gambar 3.4 Pengeluaran lengan secara muller8
 Cara klasik
Setelah bokong, bokong dipegang dengan kedua ibu jari sejajar
sacrum anak dan jari lahir dilipat paha anak, kemudian
dilakukan interofleksi dan lordose. Kedua kaki dibawa sejauh
mungkin kearah kanan bawah dengan jari tengah dan jari
telunjuk kanan sebagai bidai lengan bayi dilakukan seperti

Gambar
3.5 Pengeluaran lengan secara klasik8
 Cara Lovset
Setelah bokong dan kaki bayi lahir dengan kedua tangan. Putar
bayi 180 derajat sambil ditarik kebawah dengan lengan bayi
yang terjungkit kearah petunjuk jari tangan yang menjungkir,
sehingga lengan posterior berada dibawah shympisis

36
Gambar 3.6 Pengeluaran secara lovser8
b. Melahirkan kepala dengan cara/teknik8
Mauriceu
Masukkan tangan kiri penolong kedalam vagina. Letakkan badan
bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang
kuda (untuk penolong kidal letakkan badan bayi diatas tangan kanan).
Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari
tengah didalam mulut bayi. Tangan kanan memegang tengkuk bahu
bayi dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala menjadi
flexi dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah
kepala dengan gerakkan memutar sesuai dengan jalan lahir
Bila kemacetan pada kelahiran kepala (after coming head) perlu
dilakukan tindakan atau manuver-manuver sebagai berikut :
 Forceps piper
 Noujok bila kepala masih tinggi
 Wigand Martin wingkel9
 Full Extraction9
Dilakukan bila ada indikasi mengakhiri persalinan atau memperingan
kala II :
a. Ekstraksi bokong
Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang
dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik dan dilakukan untuk
mempercepat persalinan dalam situasi gawat seperti gangguan
kondisi janin.

37
Ekstraksi total terdiri dari :
 Ekstraksi bokong Frank
Apabila traksi sedeng tidak berhasil, perlahiran pervaginam
hanya dapat dilakukan dengan dekomposisi bokong. Prosedur
ini berupa manipulasi dalam jalan lahir untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kaki. Hal ini mudah
dilakukan jika memberan telah ruptur, dan tetapi menjadi
lebih sulit jika jumlah cairan amnoin minimal.
 Ekstraksi bokong komplet dan inkomplet
Selama ekstraksi total pada presentasi bokong tangan
dimasukkan kedalam vagina dan menggenggam kedua kaki
janin. Pergelangan kaki dipegang dengan jari telunjuk dan
kaki ditarik melalui vulva dengan traksi perlahan. Bila sulit
menggenggam kedua kaki, pertama salah satu kaki harus
ditarik kedalam vagina tetapi tidak melewati introitus,
kemudian kaki yang lain ditarik dengan cara serupa.
Selanjutnya kedua kaki digenggam dan ditarik melalui vulva
secara bersamaan.
Syarat dilakukan ekstraksi bokong
 Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi  
 Pembukaan harus lengkap
 Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
 Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
 Diperlukan asisten yang terlatih
 Anak harus hidup
b. Ekstraksi kaki9
Ekstraksi kaki adalah persalinan pada letak sungsang dengan
tarikan pada satu atau dua kaki. Berikut cara ekstraksi kaki :
 Setelah bokong lahir, bokong dan paha dipegang dengan
kedua tangan hingga ibu jari sejajar pada pangkal paha dan 4

38
jari lainnya menggenggam bokong disertai ekspresi kristeller
oleh pembantu
 Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan keatas
perut untuk menambah lordose. Tidak boleh melakukan
tarikan pada janin karena lengan dapatb menjungkit keatas
 Bokong tetap dilahirkan ke perut ibu, hingga kedua lengan
lahir
 Ekspresi dari luar tetap hingga mulut dan hidung bayi tampak
dari vulva. Sisa kepala dilahirkan dengan mengarahkan
punggung ke perut ibu
Syarat ekstraksi kaki :

 Pembukaan lengkap
 Panggul baik
 Ketuban pecah dini
E. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang9
1) Pemeriksaan fisik
 Palpasi
Palpasi saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba bulat lunak
dan tidak melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian
bulat, keras, melenting (kepala) danpunggung teraba di kanan atau
kiri
Leopold 1
Untuk mengetahui bagian yang berada diatas fundus uteri didapatkan
presentasi bulat keras (kepala) atau bulat lunak (bokong). Sedangkan
letak sungsang didapatkan presentasi bokong
Leopold II
Untuk mengetahui letak janin bagian kanan atau kiri fundus yang
didapatkan teraba punggung dan bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III

39
Untuk mengetahui bagian bawah janin apakah bulat keras (kepala)
atau bulat lunak (bokong).Sedangkan letak sungsang teraba
presentasi bokong.
Leopold IV
Untuk mengetahui posisi bokong dibawah symphisis
 Auskultasi
Auskultasi Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas
umbilicus, punctum maximum denyut jantung janin terdengar di 13
kuadran atas perut ibu.
 Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura
yang terpalpasi,walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan
sebagai kepala yang keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput
succadeum. Anus dapat teraba dan mekonium segar pada  jari
pemeriksa biasanya merupakan diagnosis jika tungkai terekstensi,
genital ekternal sangat jelas, teraba tetapi, harus diingat  bahwa
genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang
mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum. Jika Jari-
jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek dari
pada jari jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan
jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan
tumit tidak memiliki kesaamaan dengan tangan.
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dapat dilakukan untukmemastikan perkiraan klinis
presentasi bokong dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya
anomali janin
F. Penatalaksanaan8,9
Pada saat persalinan berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka,
penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu:
 Persalinan pervaginam

40
Penatalaksanaan persalinan pada saat pasien datang penilaian cepat
harus dilakukan untuk menegakkan status kondisi membran,
persalinan dan janin.Pengukuran denyut jantung janin dan konstraksi
uterus mulai dilakukan saat masuk. Pengarahan segera staf yang
dibutuhkan hasurs meliputi :
1. Dokter ahli kebidanan yang terampil dalam melakukan ekstraksi
sungsang
2. Asisten dokter untuk membantu pelahiran
3. Personel anestesi yang dapat memastikan anestesia atau analgesia
yang adekuat
4. Seorang terlatih untuk melakukan resusiutasi bayi baru lahir
 Persalinan intraabdominal
Sectio Ceaesaria adalah suatu cara untuk melahirkan melalui insisi
dinding abdomen dan rahim. Persalinan perabdominal telah
menggantikan teknik persalinan pervaginam denganbantuan alat untuk
persalinan dengan komplikasi tertentu dan sering digunakan dalam
menangani janin beresikokhususnya pada janin yang lahir 21 minggu
secara prematur.Secara keseluruhan pelahiran sectio ceaesaria
terencana memiliki resiko mortilitas persalinan yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelahiran pervaginam. Sectio caesar
direkomendasikan pada:
1. Janin berukuran besar
2. Setiap derajat kontraksi atau atau bentuk pelvis tidak wajar yang
ditentukan secara klinik atau dengan pelvimetri CT
3. Kepala janin hiperekstensi
4. Ketika pelahiran diindikasikan pada keadaan tidak ada persalinan
spontan
5. Presentasi bokong inkomplit
6. Janin kurang bulan yang tampak sehat dan viabel dengan ibu yang
mengalami persalinan aktif atau diindikasikan untuk melahirkan
7. Disfungsi uterus

41
8. Restriksi pertumbuhan janin yang benar
9. Permintaan untuk sterilisasi
Untuk hasil akhir yang baik pada pelahiran sungsang, halan lahir
harus cukup besar supaya janin dapat lewat tanpa terkena trauma.
Serviks harus dilatasi lengkap, dan jika tidak maka pelahiran
caesar menjadi metode pelahiran yang klebih sesuai bila diduga
terjadi gangguan pada janin.
G. Komplikasi8,9
Pada presentasi bokong persisten, dapat terjadi peningkatan frekuensi
komplikasi
1. Prolapsus tali pusat
2. Plasenta previa
3. Anomali kongenital
4. Anomali dan tumor uterus
5. Pelahiran sulit
6. Morbiditas maternal dan perinatal yang meningkat
Komplikasi pada ibu

1. Perdarahan
2. Robekan jalan lahir Infeksi
Komplikasi pada bayi

1. Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh :


2. Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketubanlendir)
3. Perdarahan atau edema jaringan otak
4. Kerusakan medula oblongata
5. Kerusakan persendian tulang leher
6. Kematian bayi karena asfiksia berat
H. Prognosis9
1) Prognosis terhadap anak
 Prematuritas
 Penyebab sungsang sendiri (CPD, panggul sempit, placenta previa)

42
 Hypoxia (terjadi bil tali pusat tertekan badan dan kepala janin lebih
dari 8 menit)
 Gangguan dalam persalinan, misal tangan menjungkit after coming
head
 Akibat tindakan penolong, misalnya fraktur humerus, kerusakan saraf
leher, plexus brachialis, dll
2) Prognosis terhadap ibu
 Laserasi cervix karena pembukaan tak bisa sempurna (terutama letak
kaki, lutut)
 Infeksi karena manipulasi tangan penolong yang masuk kedalam
vagina
 Perdarahan post partum karena laserasi dari jalan lahir
 Penyebab letak sungsang, misalnya plasenta previa, hidroamnion.

43
BAB IV

PEMBAHASAN

G1P0A0 24 tahun35 minggu 4 hari Partus Prematurus Imminens, Ketuban


Pecah Dini, Letak Sungsang.
Partus prematurus imminens dapat disebut dengan persalinan preterm.
Persalinan preterm adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Pada pasien ini usia kehamilan
35 minggu 4 hari, pada tanggal 31 November 2019 mengalami perdarahan
pervaginam. Sedangkan faktor risiko dari partus prematurus imminens salah
satunya perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu. Selain itu
Perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa, ketuban pecah dini (KPD), pertumbuhan janin terhambat,
cacat bawaan njanin, kehamilan ganda, polihidramnion. Pada persalinan ini,
seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang organ-organ
vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Berdasarkan anamnesis pasien Ny. Ns mengeluhkan keluar air dari jalan
lahir ngrembes dan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan satu dengan kulit
ketuban sulit dinilai. Berdasarkan keluhan pasien kemungkinan terjadinya
ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi
pada atau usia gestasi >37 minggu dan disebut KPD aterm dan usia gestasi
<37 minggu atau KPD preterm.Penyabab terjadinya KPD yaitu penyakit
infeksi, inkompetensi serviks, trauma, kehamilan ganda, makrosomia, kelainan
letak janin, anemia. Berdasarkan dari kasus ini kemungkinan disebabkan karena
adanya kelainan letak janin pada trimester III janin tumbuh lebih cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang, pada letak sungsang dapat memungkinkan
terjadinya ketegangan pada rahim meningkat. Selain itu pada kehamilan preterm
pada kasus ini dengan kehamilan 35 minggu didapatkan kadar protoase yang
meningkat terutama MMP-9 serta kadar TIMP-1 yang rendah.

44
Selain itu pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan bertujuan untuk
mengetahui presentasi letak janin,dilakukan dengan pemeriksaan leopold.
Berdasarka pemeriksaan leopoldpada kasus ini didapatkan :
1. Leopold I teraba bulat, keras dengan ballotement positif difundus uteri
2. Leopold II teraba bagian tahanan memanjang disebelah kiri (punggung kiri)
dan bagian kecil-kecil disebelah kanan (ekstermitas)
3. Leopold IV teraba bagian janin bulat, lunak (kesan bokong), bagian bawah
belum masuk pintu atas panggul.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.Penyebab dari letak sungsang adalah prematuritas, kehamilan ganda,
hidramnion.Umumnya penyebabnya belum jelas, tetapi ada beberapa
kemungkinan faktor predisposisi seperti adanya oligohidramnion.Pada kasus
dikarenakan ketuban pecah dini dengan hasil USG ketuban yang sedikit, hal
tersebut memungkinkan gerakan janin terbatas sehingga terhalang versi spontan
dari janin. Pada kasus ini didapatkan jenis presentasi bokong frank breech
(Presentasi bokong murni). Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan
ekstensi pada lutut. Sehingga kaki terletak dekat dengan kepala. Pada
pemeriksaan dalam hanya bokong yang dijumpai sebagai bagian terbawah.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah persalinan per abdominal.
Selain dengan pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan
penunjang berupa USG. Pada pasien ini ilakukan pemeriksaan USG didapatkan
usia kehamilan 35 minggu, letak janin bokong di kavum uteri, letak plasenta di
fundus uteri, TBJ 2200 gram kesan dari pemeriksaan USG yaitu letak sungsang.

Penatalaksaan pada PPI, KPD, dan letak sungsang dengan pemberian


pematangan surfaktan paru janin terlebih dahulu selama 2 hari dengan
kortikosteroid menggunakan deksametason 4x6 mg i.m dengan jarak 12 jam
untuk mencegah perdarahan intraventrikuler yang akhirnya menurunkan
kematian neonatus. Kortikosteorid diberikan bila kehamilan kurang dari 35

45
minggu.Pasien dapat diberi antibiotik bila mengalami infeksi seperti kasus
KPD. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari.Penderita dengan KPD
dilakukan pengakhiran persalinan pada usia kehamilan 36 minggu. Untuk usia
32-35 minggu jika ada bukti hasil pemeriksaan maturitas paru, maka
pengakhiran persalinan dipercepat/induksi tanpa melihat usia kehamilan.

Operasi dilakukan karena adanya presentasi dan posisi abnormal. Pada


pasien ini janin denganletak sungsang. Letak sungsangdapat dilakukan secara
persalinan perabdominal atau pervaginam. Ada beberapa syarat untuk
persalinan perabdominaljika presentasi dan posisi abnormal, disporposi janin-
panggul, plasenta previa, bekas perlukaan dinding rahim, riwayat distoksia
serviks, kepala masih tinggi, gemelli, dan grande multipara.

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam jika penatalaksanaan


telah benar dan sesuai prosedur.

Edukasi pada pasien ini ialah menjelaskan tindakan yang akan


dilakukandan risiko dari persalinan letak sungsang baik dari faktor ibu maupun
faktor bayi.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. JosephHK. Catatan Kuliah Ginekologi dan


Obstetri.NuhaMedika:Yogjakarta. 2015
2. APN. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Institusi
DEPKES RI. 2012
3. Martaadisoebrata,Djamhoer. Obstetri Patologi.EGC;Jakarta. 2013
4. Nugroho,Taufan.2010. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa
Kebidanan.NuhaMedika;Yogjakarta.
5. Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
6. Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan (HumanLabor and Birth). Yogyakarta : YEM.
7. Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka,
Sarwono Prawirohardjo
8. Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Cunningham M.D, et all. 2014. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics.
23nd ed.McGraw- Hill.
10. Anthony R. Introduction to pPROM. Obstet Gyne Clinics of North America
1992; 19
11. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm
premature rupture of membranes assessment and management guideline. 2009
Oktober. Diunduh dari seslhd.health.nsw.gov.au pada 24 Agustus.
12. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm
premature rupture of membranes assessment and management guideline. 2009
Oktober. Diunduh dari seslhd.health.nsw.gov.au pada 24 Agustus.
13. Oepfert A.R. 2011. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology
Principle for Practise. McGraw-Hill
14. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. 2006. Standar Pelayanan
Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia.

47

Anda mungkin juga menyukai