Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

Ketuban Pecah Dini (KPD); Premature Rupture of the membrane = PROM; Amniorrhexis
ialah robeknya selaputketuban pada setiap saat sebelum persalinan mulai atau sebelum
inpartu1. Berkisar 85 % morbiditas dan mortalitas neonatal disebabkan oleh karena kelahiran
preterm. Sebab-sebab kelahiran preterm adalah ketuban pecah dini (35%), persalinan preterm
sebelumnya (30%), dan komplikasi maternal-fetal lainnya (35%). Keadaan yang disebutkan
terakhir mencakup kehamilan multifetus, penyakit hipertensi, malformasi kongenital, solusio
plasenta dan plasenta previa. Jadi kurang lebih 2/3 dari semua kelahiran preterm merupakan
akibat ketuban pecah dini.

Menurut Arias 1982, ketuban pecah dini preterm merupakan komplikasi kehamilan
pada 1-2% dari seluruh wanita hamil dan menyebabkan 30-40% persalinan preterm (kurang
dari 37 minggu). Sampai sekarang belum terdapat konsensus yang optimal untuk
penatalaksanaan ketuban pecah dini preterm pada wanita hamil dengan janin yang relatif
matur, dengan usia kehamilan antara 34-37 minggu. Sebagai dokter harus dapat
mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi dan keuntungan yang mungkin didapat apabila
dilakukan terminasi kehamilan ataukah harus dilakukan manajemen ekspektatif sampai
kehamilan aterm dengan mempertimbangkan komplikasi yang terjadi. Tujuan
penatalaksanaan pada ibu dengan ketuban pecah dini preterm adalah memaksimalkan
manfaat pematangan janin dengan menghindari semua hal yang membahayakan keadaan
janin dalam kandungan3.

Penggunaan istilah Premature Rupture of Membranes (PROM) bisa sedikit


membingungkan, jadi memahami perbedaan-perbedaan kecil yang ada menjadi sangat
penting. PROM merupakan pecahnya ketuban sebelum awal dari persalinan. Istilah PROM
cukup tepat jika digunakan pada pasien yang usia kehamilannya diatas 37 minggu atau aterm,
datang dengan ketuban yang pecah spontan, dan tanpa tanda-tanda persalinan. Sedangkan
Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban pada pasien
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu2.

Ketuban pecah dini menimbulkan banyak komplikasi seperti misalnya ascending


infeksi, prolaps tali pusat, gawat janin intrapartum dan solusio plasenta. Mungkin ketuban
pecah dini preterm yang dikelola dengan manajemen ekspektatif dengan menunggu sampai
waktu persalinan spontan berlangsung meningkatkan risiko untuk terjadinya komplikasi pada
janin. Hal ini dikaitkan dengan semakin lamanya paparan infeksi terhadap janin intrauterin.
Namun dengan terminasi kehamilan lebih awal juga memiliki risiko pada ketuban pecah dini
preterm dengan usia kehamilan antara 34-37 minggu. Bahkan, risiko terjadinya prematuritas
iatrogenik sangat signifikan berhubungan dengan persalinan sebelum 34 minggu. Kendala
utama yang dihadapi bayi preterm kurang dari 34 minggu meliputi distres pernafasan ,
perawatan bayi yang lebih lama, kesulitan dalam termoregulasi dan kesulitan menyusui. Hal
lain yang tidak bisa diabaikan adalah terjadinya perdarahan intraventrikular dan necrotizing
enterocolitis . Beberapa penelitian menyebutkan morbiditas neonatal berkurang setelah usia
kehamilan 34 minggu dibandingkan dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Insiden
distres pernafasan, lamanya perawatan bayi, dan hiperbilirubinemia berkurang secara
signifikan pada bayi yang lahir setelah usia kehamilan 34 minggu4.

Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of Membranes (PROM) merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan komplikasi kelahiran berupa prematuritas dan
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi. Insidens ketuban pecah dini
masih cukup tinggi; ± 10% persalinan didahului oleh ketuban pecah dini. Hal ini dapat
meningkatkan komplikasi kehamilan pada ibu maupun bayi, terutama infeksi.Infeksi
neonatus setelah pecah ketuban dipengaruhi oleh kolonisasi kuman Streptokokus Grup Beta,
lamanya ketuban pecah, khorioamnionitis, jumlah pemeriksaan vagina, pemberian antibiotika
dan lain-lain3,4.

Anda mungkin juga menyukai