Anda di halaman 1dari 28

KOLESISTITIS dan IKTERUS

Kadek Fabrian
03007130

Anatomi Fisiologi
Anatomi :
Kandung Empedu

Fisiologi:
Bilirubin
Ikterus
Kandung empedu

Hiperbilirubinemia

Peninggian kadar bilirubin darah yang melampaui 1 mg/dl.

Jika kadar mencapai lebih dari 2 mg/dl, maka bilirubin berdifusi ke dalam
jaringan.

Bilirubin dalam jaringan tsb akan berubah warna menjadi kuning, disebut
ikterus (jaundice).

Kandung Empedu
Komposisi utama empedu adalah kolesterol, lesitin, bilirubin dan garam

empedu.

Fungsi kandung empedu: tempat memekat kan empedu yang diproduksi

oleh hati yg disalurkan melalui kanalikuli bilier, duktus biliaris, duktus


hepatika dan duktus sistikus.

Peranan Empedu
Pada pencernaan dan absorpsi lemak, dan vitamin larut lemak.
Garam empedu berperan sebagai deterjen makanan sehingga memudahkan

kerja enzim lipase untuk menghidrolisis lemak membentuk misel.

Definisi Kolesistitis
Reaksi inflamasi pada dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri

perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam.

Epidemiologi
Insiden terjadinya penyakit ini di Indonesia lebih rendah dibandingkan

negara-negara barat.

Etiologi
Kalkulus
Batu empedu

Akalkulus
Kuman E.coli, Klabsiela

Patofisiologi
kalkulus
Sumbatan saluran empedu

Distensi kandung empedu

Aliran darah dan limfatik terganggu

Iskemia dan nekrosis mukosa kandung empedu

Patofisiologi
akalkulus
Stasis cairan empedu, invasi bakteri (limfa/darah)

Hipersaturasi progresif cairan empedu, perubahan susunan kimia

Infeksi kandung empedu

Gejala Klinis
Nyeri perut kanan atas
Menjalar ke pundak kanan tanpa mereda

Demam (+)
Mual muntah (+)
Ikterus (20%) dan kolik berulang
Riwayat keluarga : batu empedu
Riwayat kebiasaan : Nyeri perut bertambah apabila mengkonsumsi

makanan tinggi lemak

Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh : Meningkat
Mata
: Sklera ikterik
Abdomen
:
Palpasi :

Masa kandung empedu


Nyeri tekan +
Murphy sign +

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (anemia dan infeksi )
Alanin Amino Transferase (ALT) dan Aspartat Amino Transferase (AAT)

(Fungsi hati)
Serum transaminase
Fosfatase alkali
Urinalisa (Warna dan bilirubin )
Bilirubin (Indirect dan direct )
Serologi Hepar (HbsAg, IgM HaV)
USG Abdomen

Diagnosis
USG Abdomen
Besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran

empedu ekstra hepatik.


Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Visualisasi anatomi kandung empedu dan saluran empedu.

Diagnosa Banding
Apendiks yang retrosekal
Sumbatan usus
Perforasi ulkus peptikum
Pankreatitis akut

Komplikasi
Empiema (ind laparatomi)
Perforasi kandung empedu (10-15%)

Kriteria Rawat Jalan


Tidak demam
Tidak ada bukti obstruktif dari lab
Tidak ada masalah medis lain (lansia, kehamilan)
Pasien memiliki sarana dan akses yang mudah ke rumah sakit
Bersedia follow up
Antibiotik : levoflaxaxin 500mg PO 1x/hari dan metronidazole 500mg PO

2x/hari
Antiemetik :
Analgesic :

Terapi Rawat Inap


Non Medikamentosa
Istirahat total
Nutrisi parenteral
Diet rendah lemak

Medikamentosa
Analgesic (petidin)
Antispasmodik
Antibiotik (Ampisilin, sefalosporin, metronidazol)

Operatif
Kolesistektomi
50% kasus membaik tanpa operatif
Masuk Indonesia awal 1991
Laparotomi dan Laparoskopik
Konservatif dan operatif

Pro bedah dini :

Hasil USG : batu >0,8cm, batu multiple


timbul gangren dan komplikasi kegagalan terapi konservatif
Lama perawatan di rumah sakit
Biaya
Pro konservatif :
Op.dini dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke peritoneum
Teknik op. lebih sulit karena proses inflamasi akut

Teknik Operatif
Pro Laparotomi : sukar mengenali kandung empedu akibat perlengketan

(27%), perforasi kandung empedu, komplikasi : trauma saluran empedu


(7%).
Pro Laparoskopik : mengurangi rasa nyeri pasca operasi, kosmetik lebih
baik, mempersingkat perawatan rs, mempercepat aktivitas pasien.

Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

: bonam
: dubia
: malam

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai