TUBUH
OLEH :
SUSANTI, S.ST., M.Kes
URINALISIS
Urinalisis : analisis fisik, kimia, dan mikroskopik
terhadap urin.
PASCA ANALITIK
1. Format hasil
2. Pelaporan
3. Arsip
4. Dokumentasi hasil
PEDOMAN NCCLS
Identifikasi sampel: nama,alamat/ruang
rawat, penggunaan pengawet
Specimen acceptability
Urinalisis dilakukan dalam waktu < 2 jam
setelah dikemihkan. Jika
ditundarefrigerator
Sampel tanpa label/identitastolak
Hindari kontaminasi
c. Cara pengumpulan sampel
- pengambilan urine secara sendiri
- kateterisasi
- punksi suprapubik
- clean catch/clean voided midstream
• Urine sewaktu
Jenis sampel urine • Urine pagi
• Urine postprandial / 2 jam pp
• Urine 24 jam
•Toluena
Jenis pengawet urine : •Thymol
• Formaldehida
• Asam sulfat pekat
• Natrium karbonat
CARA PENGUMPULAN URINE 24 JAM
Pada hari pengumpulan, pasien harus
membuang urine pagi pertama. Catat tgl dan
waktunya. Semua urine yg dikeluarkan pd
periode selanjutnya ditampung.
Keesokan paginya tepat 24 jam setelah
waktu yg tercatat pd wada, pengumpulan
urine dihentikan.
CARA PENGAMBILAN SAMPEL URINE
CLEAN-CATCH PD PASIEN WANITA
Pasien harus mencuci tangan dgn memakai
sabun lalu mengeringkannya dgn handuk, kain yg
bersih atau tissue.
Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dgn
satu tangan.
Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa
steril dgn arah dari depan ke belakang
Bilas dgn air bersih dan keringkan dgn kasa
steril yg lain
Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap
terbuka dan jari tangan jgn menyentuh daerah
yg telah dibersihkan
Keluarkan urine, aliran urine yg pertama
dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung
dlm wadah steril yg telah disediakan.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
CARA PENGAMBILAN SAMPEL URINE
CLEAN-CATCH PD PASIEN PRIA
Pasien harus mencuci tangan dgn memakai
sabun lalu mengeringkannya dgn handuk,
kain yg bersih atau tissue.
Jika tdk disunat, tarik preputium ke
belakang. Keluarkan urine, aliran urine yg
pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dlm wadah steril yg telah
disediakan.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
Wadah urine yg memenuhi syarat
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Warna
Bau
Volume
Kejernihan
Berat jenis
pH
CONTOH WARNA URINE
Sebab urine keruh :
- Fosfat amorf dan karbonat dlm jml besar
Bakteri
Unsur-unsur sedimen dlm jml besar
Lemak
Benda-benda koloid
BERAT JENIS
- REFRACTOMETER
KEUNTUNGAN :
-BAHAN SEDIKIT
-MUDAH
KERUGIAN :
< AKURAT HARUS DIKALIBRASI :
- SUHU
- GLUKOSA
- PROTEIN
- URINOMETER
KEUNTUNGAN : 1,000
-> AKURAT 1,020 KOREKSI
KERUGIAN : 1,040
-BAHAN BANYAK
- CARIK CELUP
pH
Normal : 4,7-7,5
Rata –rata : 6
Meningkat dlm keadaan alkalosis dan
menurun pda keadaan asidosis
KERTAS LAKMUS
MERAH = NORMAL
SEL EPITEL
ANORGANIK KRISTAL
SEDIMEN
CARA MELAPORKAN HASIL
Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++
BENEDICT
BLUE - 14
(PEMERIKSAAN GLUKOSA) 0-0,1
TRACE GREEN + 28
WITH YELLOW
0,5-1
YELLOW ++ 56
DIPANASKAN 1-1,5
BENEDICT 5 ml
URINE 8 GTT
BROWN +++ 83
1,5-2,5
1000 C
WATER BATH ORANGE ++++ 111
TO BRICK RED
5‘
2,5-4
PEMERIKSAAN PROTEIN
Metode bang
Pemanasan dgn Asam asetat
Asam sulfosalysilat
3. Pemeriksaan Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat
beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, klitis ulserosa dan peradangan
diperoleh peningkatan jumlah keukosit.
Eosinofil dapat ditemukan pada bagian tinja
yang berlendir pada pederita dengan alergi
saluran pencernaan.
Untuk mempermudah hitung leukosit dapat
di tambah 1 tetes as.acetat 10% pada 1 tetes
emulsi feses pada obyek glass.
MIKROSKOPIK FESES
4. Pemeriksaan Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat
lesi dalam kolon, rektum atau anus.
Sedangkan bila lokalisasi lebih paroksimal
eritrosit telah hancur.
MIKROSKOPIK FESES
5. Pemeriksaan epitel
Dalam keadaan normal dapat
ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel
epitel yang berasal dari bagian paroksimal
jarang terlihat karena sel ini biasanya telah
rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak
kaalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal.
MIKROSKOPIK FESES
6. Pemeriksaan kristal
kristal dalam tinja tidak banyak artinya.
Dalam tinja normal mungkin trlihat kristak
triple fosfat, kalsium oksalat dan asam
lemak. Sebagian kelainan mungkin dijumpai
kristal charcoat leyden, tinja lugol, butir2
amilum dan kristal hematoidin. Cristal charot
leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin di dapat kristal
hematoidin.
MIKROSKOPIK FESES
8. Pemeriksaan Makrofag
Makrofag adalah sel berinti satu
dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya seringa dapat dilihat bakteri
selain eritrosit, laukosit. Bentuknya
menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
PEMERIKSAAN KIMIAWI FESES
Darah samar
- Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil
yg tidak dpt dinyatakan secara makroskopik
dan mikroskopik.
- Jika tes darah samar positif (+) tubuh
kehilangan darah > 2 ml/hari
- Metode pemeriksaan darah samar yg sering
dilakukan : guajac tes, orthotoluidine,
orthodinisidine, dan benzidine tes.
CAIRAN PLEURA
Berada pada rongga pleura, sbg pelicin
gesekan antara pleura visceralis dan pleura
parietalis.
Normal : cairan sedikit, 1-10 ml.
Pembentukan cairan 0,01 ml/kg/jam
Dihasilkan secara kontinu berdasarkan :
Tekanan hidrostatik kapiler
Tekanan onkotik plasma
Permeabilitas kapiler
Direabsorbsi melalui limfatik dan venule
Akumulasi cairan disebut efusi pleura
(Terbentuknya cairan dalam rongga pleura
lebih dari normal)
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura
biasanya diklasifikasikan atas transudat
dan eksudat.
ETIOLOGI CAIRAN PLEURA
INFEKSI
TUBERKULOSIS
NON TUBERKULOSIS
Pneumonia ( para pneumonia efusi )
Jamur
Parasit
Virus
NON INFEKSI
Hipoproteinemia
Neoplasma
Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
Emboli paru
Atelektasis
TRAUMATIK ( HEMOTORAX )
TRANSUDAT
Cairan dlm ruang interstitial yang terjadi hanya
sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang
meningkat (tdk disebabkan proses
peradangan/inflamasi).
Pada umumnya berat jenis <1.012 yg
mencerminkan kandungan protein yg rendah
Contoh transudat terdapat pada wanita hamil
dmn terjadi penekanan dlm cairan tubuh
Merupakan discharge patologis, serum darah yg
merembes keluar dari pembuluh2 kapiler kedlm
sela-sela jaringan atau rongga badan tanpa
radang.
EKSUDAT
Cairan radang ekstravaskular dgn berat jenis
tinggi (> 1.020) dan seringkali mengandung
protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yg
melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sbg
akibat permeabilitas vascular (yg
memungkinkan protein plasma dgn molekul
besar dpt terlepas), bertambahnya tekanan
hidrostatik intravascular sbg akibat aliran lokal
yg meningkat pula.
Merupakan substansi yg merembes melalui
dinding vasa kedlm jaringan sekitarnya pada
radang, berupa nanah.
Sifat cairan eksudat :
eksudat serous
eksudat fibrineus
eksudat purument
eksudat hemoragik
Stetoskop
ALidocain 2%
lkohol 70%
Sarung tangan steril
Plester
Spuit 5 cc dan 50 cc
Three way stopcock
Kateter vena No. 14 kasa steril
Blood set Betadin
PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
Pasien dipersiapkan dengan posisi duduk atau
setengah duduk, sisi yang sakit menghadap dokter
yang akan melakukan punksi.
Beri tanda (dengan spidol atau pulpen) daerah yang
akan di punksi Pada linea aksilaris anterior atau linea
midaksilaris.
Desinfeksi -> pasang duk steril
Anestesi lidokain 2% dimulai dari subkutis, lalu tegak
lurus ke arah pleura (lakukan tepat di daerah sela
iga), keluarkan lidokain perlahan hingga terasa
jarum menembus pleura.
Pastikan tidak ada perdarahan.
Jika jarum telah menembus ke rongga pleura,
kemudian dilakukan aspirasi beberapa cairan pleura.
Bila jumlah cairan yang dibutuhkan untuk
diagnostik telah cukup, tarik jarum dengan cepat
dengan arah tegak lurus pada saat ekspirasi dan
bekas luka tusukan segera ditutup dengan kasa
betadin, tetapi jika bertujuan terapeutik maka
pada lokasi yang sama dapat segera dilakukan
pengeluaran cairan / udara dengan teknik aspirasi
sebagai berikut:
Dengan menggunakan katetervena No.14
Tusukkan kateter vena No. 14 pada tempat yang
telah disiapkan dan apabila telah menembus
pleura, piston jarum di tarik lalu disambung
dengan bloodset. Dilakukan sampai dengan
jumlah cairan didapatkan 1000 cc, indikasi lain
untuk penghentian aspirasi adalah timbul batuk-
batuk.
Dengan bantuan tree way stopcock (jarum pipa
dengan stopkran)
Pasang jarum ukuran 18 pada sisi 1 dari stopkran, selang
infus set pada sisi 2 (untuk pembuangan) dan spuit 50 cc
pada sisi 3 (untuk aspirasi). Teknik:
Tusukkan jarum melalui ruang interkosta dengan posisi
Guna pemeriksaan :
Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan :
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi
desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang
pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan cytology.
ANALITIK
Analitik
Cara kerja :
Masukkan cairan kedalam beckerglass
Interpretasi hasil
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hijau : bilirubin
Merah : darah
Putih kekuningan : pus
Cara kerja
Masukkan cairan kedakm becker glass
amati kekeruhannya
interpretasi hasil
Transudat : jernih
Eksudat : agak keruh
4. Bau
Biasanya baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai
bau bermakna, kecuali kalau terjadi pembusukan protein.
Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E.coli mungkin
menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarah
ke eksudat.
Pra analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus
Analitik
Cara kerja :
Masukkan cairan kedalam becker glass
dekatkan kearah hidung dan kibakan tangan kearah
hidung
5. Berat Jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya
bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis
cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan
dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikt
sebaiknay memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk
apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau eksudat.
Cara kerja :
Masukkan cairan ke dalam becker glass
Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml
Masukkan urinometer dalam gelas ukur
Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi
miniskus bawah
Interpretasi hasil
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030
Bekuan
6. Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkan
sifatnya (renggang, berkeping,
berbutir, sangat halus, dll). Bekuan itu
tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada
eksudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi
barsifat eksudat, campurlah sebagian dari
cairan itu dengan anticoagulant supaya tetap
cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan
lain-lain.
Bekuan yang terjadi sangat lambat pada
transudat karena kadar fibrinogen yang
rendah disebut FIBRINOUS SWAB / PELICLE.
Pra analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
Prinsip tes: fibrinogen menyebabkan sampel membeku
Alat:
Tabung reaksi jernih
Analitik
Cara kerja :
Masukkan sampel kedalam becker glass
pipet caian dengan pipet tetes
keluarkan cairan dengan pipet tetes
jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-)
jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+)
adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping,
berbutir,sangat halus.
Interpretasi hasil
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan
PEMERIKSAAN KIMIA
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada
kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan
normal mempunyai susunan yang praktis serupa
dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan
globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar
glukosa sama sperti plasma, sedangkan eksudat
biasanya berisi kurang banyak glukosa
teristimewa jika eksudat itu mengandung banyak
leukosit.
Protein dalam transudat dan eksudat praktis
hanya fibrinogen saja. Dalam transudat kadar
fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl
dan dalam eksudat kadar protein 4-6 g/dl.
PEMERIKSAAN KIMIA
1. Percobaan Rivalta
Pra analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan
khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan
khusus
Prinsip :
clotting
Sediment : cat gram, BTA, Diff count, india ink untuk
Crytococcus, kultur
III : 2 ml, tidak disentrifus
Hitung lekosit
Nonne-pandy
PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan bakteriologik
Pemeriksaan serologik
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan dalam cairan otak
Jarum punksi sudah masuk ke can.
Cerebrospinalis, hub. Pangkal dengan
manometer, catat segera tekanan yang
terbaca.
Normal : 100-200 mm H2O (dewasa)
atau
7-15 mm Hg (dewasa)
50-100 mm H2O (anak)
Abnormal : <50 mm H2O atau >250 mm
H2O
Meningkat :
Keradangan meningeal
Tumor/abses/edem otak
Perdarahan intracranial
bawah punksi)
Hidrocephalus
Menurun:
Shock, dehidrasi
punksi)
Appearance
Normal : jernih seperti kristal
Jernih : meningismus, hydrocephalus, uremia,
meningitis Tb, poliomyelitis, cerebral syphilis
Warna/ keruh : darah, pus, bilirubin, bakteri
Tampung cairan di tiga tabung:
Perdarahan karena trauma waktu punksi :
jenuh
1 ml cairan otak
positif : cincin putih atau
abu-abu pada perbatasan
Pandy : 1 ml larutan fenol jenuh
trauma prematuritas
Penigkatan jumlah sel (leko, ery,
bakteri)
Peningkatan kadar protein plasma, mis
: MM
Sumbatan can. Spinalis karena tumo
Volume < 3,5 ml > 3,5 ml >3,5 ml > 3,5 ml > 3,5 ml