Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BBDM KELOMPOK

MODUL 4.3 SKENARIO 2

Kelompok 5A
William Ricardo 22010119130082
Ausi Syazana Manurung 22010119130083
Raissa Alifia Irsan 22010119130091
Salma Tyas Salsabila 22010119130092
Hasna Sajida Syarifah 22010119130093
Erlangga Putra Aidifia 22010119130101
Senli Meita Jayati 22010119130102
Aurelita Salsabila 22010119130103
John Felix Simeon Situmorang 22010119130111
Prudence Lucianus 22010119130112
Nabila Laras Saraswati 22010116130093

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
MODUL 4.3 MASALAH PADA SISTEM UROGENITALIS

SKENARIO 2

Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan nyeri
seperti diremas pada pinggang sebelah kanan. Nyeri dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Sudah
diberikan obat penghilang rasa nyeri namun tidak berkurang. 1 jam ini nyeri dirasakan semakin
memberat sehingga penderita kesulitan untuk berdiri. 1 minggu yang lalu penderita mengeluh
kencing terasa panas, kadang disertai dengan pasir saat berkemih. Konsumsi minuman
penambah energi disangkal. Konsumsi minum air putih ±3 – 4 gelas sehari. Keluar pus warna
kental dari saluran kemih disangkal.
Riwayat anggota keluarga : tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum: pasien tampak kesakitan, compos mentis.
Tanda vital: tekanan darah : 150/80 mmHg; nadi 110 kali/menit ; laju pernafasan : 20x/menit,
suhu 37,5oC. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri ketok pada sudut costovertebra
sebelah kanan.
Karena keterbatasan sarana dan prasarana di tempat praktek dokter swasta tersebut, pasien
dirujuk ke UGD sebuah Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

STEP 1 : TERMINOLOGI
1. Kencing disertai pasir : adanya sensasi pasir karena adanya batu ginjal yang terbentuk,
karena mineralnya tertumpuk dan juga bisa disebabkan karena kurangnya konsumsi air
2. Sudut costovertebrae : sudut yang dibentuk oleh batas bawah costae 12 dan proc.
Transversus dari vertebra lumbalis, ada di bagian punggung bawah, bentuknya seperti
segitiga
3. Nyeri ketok : nyeri yang dirasakan pasien ketika dilakukan pemeriksaan fisik ginjal,
saat dilakukan pengetokan di punggung di daerah T12-L3
4. Minuman penambah energi : minuman yang memiliki bahan stimulant (gula/kafein/dll)
untuk menambah kemampuan aktivitas dari orang yang mengonsumsi
5. Pus berwarna kental : cairan eksudat berwarna putih/kuning, terbentuk dari neutrophil,
bakteri, lemak, dan debris seluler hasil peradangan. Ciri khas terjadinya infeksi yang
cukup parah

STEP 2 : RUMUSAN MASALAH


1. Apakah ada hubungan antara gejala pasien dengan konsumsi air putih?
2. Mengapa nyerinya tidak berkurang walaupun sudah meminum obat penghilang rasa
sakit?
3. Apakah ada hubungan jenis kelamin dan usia terhadap keluhan pasien?
4. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit pasien?
5. Bagaimana hubungan interpretasi tanda vital dengan keluhan pasien?
6. Mengapa pasien mengalami nyeri ketok pada sudut vertebrae sebelah kanan?
STEP 3 : HIPOTESIS
1. Apakah ada hubungan antara gejala pasien dengan konsumsi air putih?
Pasien hanya minum 0.9-1.2 L, asupan air putihnya tidak cukup, sehingga bisa
dehidrasi, hal tsb memicu hipersaturasi yang menimbulkan batu ginjal. pH turun
sehingga berat jenis naik. Kristal pada ginjal tidak akan keluar dan malah mengendap
dan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
2. Mengapa nyerinya tidak berkurang walaupun sudah meminum obat penghilang rasa
sakit?
Termasuk nyeri kolik. Nyeri terhadap batu uretra sangat nyeri sehingga obat analgesic
seperti NSAID kadang tidak cukup untuk mengurangi nyeri.
3. Apakah ada hubungan jenis kelamin dan usia terhadap keluhan pasien?
Kebanyakan orang yang mengalami gejala tersebut pada umur 30-60 tahun (di
Indonesia). Sering ditemukan lebih banyak laki-laki:perempuan (3:1) karena saluran
kemih laki-laki lebih panjang dan kadar kalsiumnya labih tinggi, pada perempuan
memiliki inhibitor (sitrat). Kondisi ini pada anak-anak antara laki-laki dan perempuan
prevalensinya sama. Apabila etiologinya infeksi, wanita prevalensinya lebih besar,
karena wanita lebih sering mengalami ISK. Pada laki-laki ada kenaikan hormone
testosteron yang dapat memicu pembentukan endapan. Minuman berenergi dapat
berisikan zat-zat yang dapat mengendap. Minuman ini biasanya dikonsumsi laki-laki.
4. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit pasien?
● Analisis urin tamping 24 jam: pH rendah (asam urat), basa(bakteri urease)
● Dipstick (pancar tengah)
● Darah (fungsi ginjal, kalsium, asam urat)
● Radiologi foto polos abdomen, terlihat batu yang opaque; CT Scan bisa melihat
ukuran batu; USG pada pasien yang hamil atau kontraindikasi
5. Bagaimana hubungan interpretasi tanda vital dengan keluhan pasien?
TD termasuk hipertensi, salah satunya bisa disebabkan karena konsumsi air yang
kurang sehingga konsentrasinya bertambah. Nadi yang tinggi merupakan konsekuensi
dari hipertensinya. Hipertensi menjadi komorbid karena adanya metabolism kalsium,
sering terjadi chronic kidney disease.
6. Mengapa pasien mengalami nyeri ketok pada sudut vertebrae sebelah kanan?
Bisa jadi karena ada masalah pada ginjal. Contohnya karena infeksi pada ginjal, batu
ginjal, ISK, penyakit ginjal polikistik, atau masalah pada musculoskeletal misalnya
kostokondritis.
STEP 4 : SKEMA

STEP 5 : SASARAN BELAJAR


1. Etiologi, klasifikasi, dan fakor resiko batu saluran kemih
2. Patofisiologi batu saluran kemih
3. Tanda dan gejala batu saluran kemih
4. Diagnosis banding batu saluran kemih
5. Pemeriksaan penunjang batu saluran kemih
7. Tatalaksana farmakologis dan non-farmakologis batu saluran kemih
8. Edukasi dan pencegahan dari batu saluran kemih

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

1. Etiologi, klasifikasi, dan faktor resiko batu saluran kemih


Etiologi
Penyebab tersering terjadinya batu saluran kemih adalah asupan cairan yang rendah,
dengan volume produksi urin yang rendah, menghasilkan konsentrasi tinggi zat terlarut
pembentuk batu dalam urin. Faktor lain:
● Hypercalciuria
○ Peningkatan kalsium dalam urin
○ Wanita > 250 mg kalsium per hari
○ Pria > 275-300 mg kalsium per hari
○ Penyebab:
■ Peningkatan penyerapan kalsium usus
■ Penurunan absorpsi kalsium ginjal
■ Kecenderungan kehilangan kalsium dari tulang
● Hyperoxaluria
○ Peningkatan oksalat dalam ekskresi urin
○ Normal: +- 40 mg per hari
○ Penyebab:
■ Kelainan genetik
■ Penyakit usus
■ Konsumsi terlalu banyak makanan tinggi oksalat
● Hyperuricosuria
○ Peningkatan asam urat dalam ekskresi urin
○ Wanita > 750 mg per hari
○ Pria > 800 mg per hari
○ Penyebab:
■ Urin asam
■ Dehidrasi
■ Peningkatan konsumsi purin dalam makanan
■ Hereditary
● Hypocitraturia
○ Penurunan ekskresi sitrat pada urin (< 320 mg per hari)
○ Meningkatkan supersaturasi garam kalsium urin dan mengurangi
penghambatan kristalisasi kalsium
○ Alkalosis meningkatkan ekskresi sitrat
○ Asidosis menurunkan ekskresi sitrat
Selain hal-hal di atas, terdapat juga etiologi karena unknown metabolic abnormality,
infeksi renal (terutama pada pembentukan batu struvite), keadaan awal hipercalcemia dan
idopatik

Faktor Risiko
● Jenis kelamin laki-laki
● BMI tinggi
● Etnis Amerika, Afrika, Israel
● Riwayat keluarga (produksi mucoprotein berlebihan)
● Riwayat penyakit (ISK, DM tipe II, hiperparatiroidism, crohn’s disease)
● Diet (dehidrasi; peningkatan konsumsi sodium, oksalat, lemak, protein hewani, gula,
karbohidrat kasar dan vitamin C)
● Lingkungan
● Obat-obatan

Klasifikasi
● Calcium Stones
○ Paling umum
○ Kalsium mengikat zat lain (oksalat atau fosfat) dan membentuk batu
○ Berkaitan dengan hiperparatiroidisme, kebocoran kalsium ginjal,
hiperoksaluria, hypomagnesemia, hipositraturia
● Struvite Stones
○ Berkaitan dengan ISK dengan organisme gram-negatif, urease-positif yang
memisahkan urea menjadi amonia, yang kemudian bergabung dengan fosfat dan
magnesium untuk mengkristal menjadi kalkulus
○ pH urin biasanya > 7
○ Lebih sering pada wanita
● Uric Acid Stones
○ Berkaitan dengan pH urin < 5,5
○ Berkaitan dengan asupan makanan tinggi purin dan keganasan
○ Lebih sering pada pria
● Cystine Stones
○ Disebabkan oleh defek metabolik yang mengakibatkan kegagalan reabsorpsi
sistin, ornitin, lisin, dan arginin pada tubulus ginjal
○ Urin supersaturasi dengan lisin dan membentuk kristal

2. Patofisiologi batu saluran kemih


Pembentukan batu
Penyakit batu saluran kemih kemungkinan besar disebabkan oleh dua fenomena dasar.
Fenomena pertama adalah kejenuhan urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk
kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai nidi, di
mana ion dari urin jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Batu yang dihasilkan
menimbulkan gejala ketika mereka terbentur di dalam ureter saat mereka melewati
kandung kemih.
Mayoritas batu ginjal mengandung kalsium. Batu asam urat dan kristal asam urat, dengan
atau tanpa ion pencemar lainnya, merupakan sebagian besar minoritas yang tersisa. Jenis
batu lain yang lebih jarang ditemukan termasuk sistin, asam amonium urat, xantin,
dihidroksiadenin, dan berbagai batu langka yang terkait dengan pengendapan obat di
saluran kemih.
Fenomena kedua, yang kemungkinan besar bertanggung jawab atas batu kalsium oksalat,
adalah pengendapan bahan batu pada nidus kalsium fosfat papiler ginjal, biasanya plak
Randall (yang selalu terdiri dari kalsium fosfat).
Kalsium fosfat mengendap di membran basal dari loop tipis Henle, terkikis ke dalam
interstitium, dan kemudian terakumulasi di ruang subepitel papilla ginjal. Endapan
subepitel, yang telah lama dikenal sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui
urothelium papiler. Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap
mengendap di substrat untuk membuat kalkulus kemih.

Hypocitraturia
Hipositraturia atau ekskresi sitrat urin rendah (didefinisikan kurang dari 320 mg / hari)
dapat menyebabkan batu ginjal hingga 2/3 kasus. Peran protektif sitrat terkait dengan
beberapa mekanisme; sitrat mengurangi supersaturasi garam kalsium dalam urin dengan
membentuk kompleks larut dengan ion kalsium dan dengan menghambat pertumbuhan
kristal dan agregasi.

Perkembangan nyeri kolik ginjal dan kerusakan ginjal


Nyeri tipe kolik yang dikenal sebagai kolik ginjal biasanya dimulai di midback lateral atas
di atas sudut kostovertebralis dan kadang-kadang di subkostalis. Ini menyebar ke inferior
dan anterior menuju selangkangan. Nyeri yang ditimbulkan oleh kolik ginjal terutama
disebabkan oleh pelebaran, peregangan, dan kejang yang disebabkan oleh obstruksi ureter
akut.
Di ureter, peningkatan peristaltik proksimal melalui aktivasi alat pacu jantung ureter
intrinsik dapat berkontribusi pada persepsi nyeri. Kejang otot, peningkatan peristaltik
proksimal, peradangan lokal, iritasi, dan edema di tempat obstruksi dapat menyebabkan
nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung saraf bebas submukosa.
Tingkat keparahan nyeri tergantung pada derajat dan lokasi sumbatan, bukan pada ukuran
batu. Seorang pasien sering dapat menunjuk ke tempat nyeri tekan maksimum, yang
kemungkinan besar merupakan tempat obstruksi ureter
Batu yang bergerak menuruni ureter dan hanya menyebabkan obstruksi intermiten
sebenarnya mungkin lebih menyakitkan daripada batu yang tidak bergerak. Obstruksi
konstan, bahkan jika tingkat tinggi, memungkinkan untuk berbagai mekanisme dan refleks
autoregulasi, edema ginjal interstisial, dan aliran balik pyelolymphatic dan pyelovenous
untuk membantu mengurangi tekanan hidrostatik pelvis ginjal, yang secara bertahap
membantu mengurangi rasa sakit.
Edema ginjal interstisial yang dihasilkan meregangkan kapsul ginjal, memperbesar ginjal
(yaitu nefromegali), dan meningkatkan drainase limfatik ginjal. (Peningkatan
permeabilitas kapiler memfasilitasi edema ini.) Ini juga dapat mengurangi kepadatan
radiografi parenkim ginjal yang terkena bila dilihat pada CT scan non-kontras.
pada 24 jam setelah obstruksi ureter lengkap, tekanan hidrostatik pelvis ginjal telah turun
karena
1) penurunan peristaltik ureter;
2) penurunan aliran pembuluh darah arteri ginjal, yang menyebabkan penurunan produksi
urin di sisi yang terkena; dan
3) edema ginjal interstisial, yang menyebabkan peningkatan drainase limfatik ginjal.

Selain itu, saat ureter proksimal ke batu membesar, beberapa urin terkadang dapat
mengalir di sekitar obstruksi, mengurangi tekanan hidrostatik proksimal dan membangun
keseimbangan yang stabil dan relatif tanpa rasa sakit. Faktor-faktor ini menjelaskan
mengapa nyeri kolik ginjal yang parah biasanya berlangsung kurang dari 24 jam tanpa
adanya infeksi atau pergerakan batu.
Jika hanya terdapat obstruksi parsial, perubahan yang sama terjadi, tetapi pada tingkat
yang lebih rendah dan dalam periode yang lebih lama. Tekanan hidrostatik ureter
proksimal dan pelvis ginjal cenderung tetap tinggi lebih lama, dan peristaltik ureter tidak
berkurang dengan cepat. Jika peningkatan tekanan cukup untuk membentuk aliran yang
masuk akal di luar batu yang menghalangi, filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal
mendekati kisaran referensi level dasar, meskipun nyeri mungkin terus berlanjut.
3. Tanda dan gejala batu saluran kemih
Pemeriksaan pasien nefrolitiasis meliputi temuan berikut:
▪ Nyeri sudut costovertebral yang dramatis; nyeri bisa berpindah ke kuadran perut
bagian atas / bawah dengan migrasi batu ureter
▪ Evaluasi abdomen yang umumnya biasa-biasa saja: Mungkin bising usus hipoaktif;
biasanya, tidak adanya tanda peritoneal; mungkin, testis yang menyakitkan tapi
tampak normal
▪ Gerakan posisi tubuh yang konstan (mis., Menggeliat, mondar-mandir)
▪ Takikardia
▪ Hipertensi
▪ Hematuria mikroskopis
▪ Mual dan muntah

Lokasi dan karakteristik nyeri pada nefrolitiasis meliputi:


a. Batu yang menghalangi sambungan ureteropelvis: Nyeri panggul dalam yang ringan
sampai parah tanpa radiasi ke selangkangan; gejala berkemih yang iritasi (misalnya,
frekuensi, disuria); nyeri suprapubik, frekuensi / urgensi kencing, disuria, stranguria,
gejala usus
b. Batu di dalam ureter: Onset mendadak nyeri kolik yang parah di panggul dan perut
bagian bawah ipsilateral; radiasi ke testis atau area vulva; mual hebat dengan atau
tanpa muntah
c. Batu ureter bagian atas: Nyeri menjalar ke area panggul atau pinggang
d. Batu midureteral: Nyeri menjalar ke anterior dan kaudal
e. Batu ureter distal: Nyeri menjalar ke selangkangan atau testis (pria) atau labia majora
(wanita)
f. Batu masuk ke kandung kemih: Sebagian besar tanpa gejala; jarang, retensi urin
posisional
4. Diagnosis banding batu saluran kemih
a. Kolesisitis akut
Terjadi jika batu menyumbat pada ureteral-pelvic junction sebelah kanan. Pada
kolesisitis nyeri akan terlokalisasi pada kuadran kanan atas lalu menyebar ke seluruh
abdomen. Nyeri pada kolesistitis tibum 2-3 jam setelah makan makanan berlemak atau
gorengan, dapat disertai mual, munah, ikterik pada kulit dan sklera.
b. Appendiksitis akut
Terjadi jika batu menyumbat ureter yang melalui tepi kanan pelvis. Nyeri pada
appendiksitis berwal dari hipokondrium, ke abdomen sentral, lalu ke region inguinal
kanan. Perut membesar, mual, muntah, dan pasien biasanya tidur kea rah kanan
dengan posisi meringkuk, gerakan meningkatkan nyeri. Pada pemeriksaan
laboratorium appendiksitis akan terjadi leukositosis nyata, sedangkan pada
urolithiasis hanya terjadi sedikit kenaikan leukosit.
c. Divertikulisis akut
Nyeri batu saluran kemih menyerupai duvertikulisis akut bila batu menyumbat ureter
yang melalui tepi pelvis kiri
d. Bacterial cystitis
Jika batu menyumbat pada ueretovesical junction maka gejala akan menyerupai
bacterial cystitis. Urin kedua penyakit dapat mengandung eritrosit dan leukosit namun
pada batu saluran kemih kultur urin akan negative.
e. Pielonefritis
Sumbatan batu dengan infeksi pada bagian proksimal dapat dicurigai pielonefritis
f. Perforasi ulkus
Pada ulkus gaster atau duodenum yang mengalami perforasi biasanya ditandai nyeri
muncul tiba-iba setelah makan pada region epigastric, pasien pucat, kulit dingin dan
lembab, tekanan darah rendah, dan otot-otot perut menegang.
g. Pankreaitis akut
Pankreatitis mengalami ciri khas “girdlepain” meluas dari ulu hati kea rah kiri
belakang. Terdapat mual dan muntah, serta peningkatan enzim transaminase.
5. Pemeriksaan penunjang batu saluran kemih
a. Analisis urine: Eritrosit, leukosit, nitrit, pH urine, dan/atau kultur urine
b. Analisis darah: Kreatinin, asam urat, Na, K, Ca, hitung jumlah jenis darah, CRP
c. Pemeriksaan uji koagulasi (aPTT dan INR) dikerjakan jika pasien ingin dilakukan
intervensi
d. Pemeriksaan analisa batu pada pasien Batu Saluran Kemih dapat menggunakan sinar
X terdifraksi atau spektroskopi inframerah
e. Pencitraan:
1) Foto polos abdomen (kidney-ureter-bladder/KUB radiography)
Pemeriksaan foto polos dapat membedakan batu radiolusen dan radiopaque serta
berguna untuk membandingkan saat follow-up. Dapat ditemukan 90% batu
radiopaque dengan komposisi kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan
ditemukan batu radiolusen dengan komposisi asam urat. Persiapan yang perlu
dilakukan adalah dengan pemberian pencahar untuk membersihkan isi usus.

2) USG
Pencitraan awal yang dilakukan dengan alasan aman, mudah diulang, dan
terjangkau. USG juga dapat mengidentifikasi batu yang berada di kaliks, pelvis,
dan UPJ. USG memiliki sensitivitas 45% dan spesifisitas 94% untuk batu ureter
serta sensitivitas 45% dan spesifisitas 88% untuk batu ginjal.
3) Pemeriksaan CT- Scan non kontras
CT-Scan non kontras menjadi standar
diagnostik pada nyeri pinggang akut.CT-
Scan non kontras dapat menentukan
ukuran dan densitas batu. CT-Scan dapat
mendeteksi batu asam urat dan xantin.
Pada studi meta-analisis menunjukkan
bahwa dosis rendah CT-Scan dapat
mendiagnosis BSK dengan sensitivitas
96,6% dan spesifisitas 94,9%.
4) Pemeriksaan urografi intravena (IVP)
Intravenous Pyelography (IVP) gambaran dengan batas atas adalah vertebra
thoracalis 10 dan batas bawah adalah tuber ischiadicum. Dapat dipakai sebagai
pemeriksaan diagnostik apabila CT-Scan non kontras tidak memungkinkan.

6. Tatalaksana farmakologis dan non-farmakologis batu saluran kemih


Prinsip tatalaksana pada pasien urolithiasis
· mengurangi faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya batu saluran kemih
· mengurangi nyeri
· memperhatikan tanda-tanda akut abdomen
· terapi tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih

Farmakoterapi
▪ Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan.
▪ Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
non steroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas
nyeri.
▪ Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
▪ Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan
batu untuk mencegah infeksi sekunder.

Non farmako terapi:


▪ Tindakan operasi
Pembedahan dikerjakan jika cara nonbedah tidak berhasil dan tidak tersedia alat untuk
litotripsi.
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada
di ureter
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinearia
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra
5) Tidak jarang pasien harus menjalani menjalani tindakan tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis)
▪ Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) adalah tindakan non-invasif dan
tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut yang dialirkan
melalui air dan dipusatkan pada batu tanpa adanya perlukaan pada kulit.
Persyaratan BSK yang dapat ditangani dengan ESWL :
a. Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.
b. Batu ureter berukuran 5 mm Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.
hingga 10 mm.
c. Fungsi ginjal masih baik.
d. Tidak ada sumbatan distal dari batu
3) Ekstrasi Dormia bekerja dengan cara mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
4) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi yaitu memasukkan alat ureteroskopi
peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

7. Edukasi dan pencegahan dari batu saluran kemih


Primer
Konsumsi cairan minimal 2-3 liter per hari, diimbangi dengan konsumsi natrium, lemak
dan protein yang moderat

Sekunder
• Meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan serat agar meningkatkan pH urin
• Diet rendah oksalat agar mencegah terbentuknya batu oksalat. Contoh makanan yang
mengandung oksalat tinggi adalah rhubarb, bayam, teh, kakao, serta vitamin C
sebagai prekursor oksalat (maksimal dikonsumsi sebanyak 500-1000 mg per hari)
• Konsumsi protein hewani 0,8-1 gr/kg BB
• Konsumsi kalsium 1000 mg/hari
• Konsumsi natrium tidak lebih dari 3 gr/hari
• Konsumsi urate tidak lebih dari 500 mg/hari

Spesifik (edukasi untuk pasien dengan beberapa kondisi bawaan)


• Asam urat → konsumsi kalium sitrat, natrium bikarbonat
• Hiperurikosuria → konsumsi allopurinol, febuxostat
• Hiperkalsiurisa dan batu calsium → thiazide
• Hipositraturia → alkalinisasi pH urin
• Hiperoksaluria → konsumsi chelator oksalat (Ca, Mg, Kolestramin), Kalium sitrat,
pyridoxine
• Sistinuria → alkalinisasi urin, thiol binding agent
• Struvite → urease inhibitor

DAFTAR PUSTAKA

Baatiah, N. Y., Alhazmi, R. B., Albathi, F. A., Albogami, E. G., Mohammedkhalil, A. K., &
Alsaywid, B. S. (2020). Urolithiasis: Prevalence, risk factors, and public awareness
regarding dietary and lifestyle habits in Jeddah, Saudi Arabia in 2017. Urology
annals, 12(1), 57–62. https://doi.org/10.4103/UA.UA_13_19
Curhan G. C. (2007). Epidemiology of stone disease. The Urologic clinics of North
America, 34(3), 287–293. https://doi.org/10.1016/j.ucl.2007.04.003
Ikatan Ahli Urologi Indonesia. (2018). Buku Panduan Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih.
Jameson, J. L., & Loscalzo, J. (2015). Harrison's principles of internal medicine (19th edition.).
New York: McGraw Hill Education.
Kapita Selekta Kedokteran. (2014). Jakarta: Media Aesculapius
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., & Perkins, J. A. (2018). Robbins basic pathology (Tenth
edition.). Philadelphia: Elsevier.
Thakore P, Liang TH. Urolithiasis. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559101/

Anda mungkin juga menyukai