Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ASKEP KONSTIPASI ”
Dosen Pembimbng : Muhtar, S.Kep.Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. JUMIATI SEPTIASI
2. ALIFIA DIAH SUKMA
3. LAILUL HUSNATUL
4. NABILA AYURI
5. FATHUR RAHMAN
6.WULANDARI
TINGKAT : IIA
MATA KULIAH : KMB 1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah
tentang “Askep Konstipasi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berktibusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepasnya dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segalanya saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapata memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca. Sehingga menambah wawasan para
pembaca.

Kota Bima, 2022

Mahasiswa

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….................…....… 1
B. Tujuan……………………………....................…………………….……...…... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian...............................................................………...……...………...… 3
B. gejala dan tanda................................................................................................... 6
C. Etiologi.............................................................................................................. 10
D. Pola hidup.......................................................................................................... 11
E. Penanganan........................................................................................................ 12
F. Pengobatan......................................................................................................... 13
G. pengobayalan lain.............................................................................................. 15
H. obat-obat pencahar............................................................................................. 17
I. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………........…… 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………….......………......……..….....…. 23
B. Saran……………………………………………...…………......……..……… 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A .Latar belakang

Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar)


dari kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
(kotoran) kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami
konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan
semacam memompa pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain.
Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum, dan kurang
olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-
turut.

Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen


pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh
konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi
meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu
penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas, terdapat penderita konstipasi
sekitar 34 persen wanita dan pria 26 persen.

Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya
karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu
naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena
faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf
perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik
atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan
dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik.

Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Lagi-lagi,


kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah
diperoleh adalah pada buah dan sayur. Jika penderita konstipasi ini mengalami
kesulitan mengunyah, misalnya karena ompong, haluskan sayur atau buah
tersebut dengan blender.

1
Irritable bowel syndrome merupakan suatu gangguan fungsional dari
gatrointestinal yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan
perubahan kebiasaan defekasi tanpa penyebab organik.Walaupun setelah
dilakukan test darah, X- ray dan colonoscopy tidak akan ditemukan kelainan yang
dapat menjelaskan timbulnya gejala-gejala tersebut diatas.

Irritable Bowel Syndrome merupakan penyakit yang umum diderita oleh 9-


12% daripopulasi di dunia 6 Sekitar 15% populasi orang dewasa di Amerika
mengeluhkan gejala-gejala yang sesuai dengan IBS dimana 12% mencari
pertolongan dokter serta sekitar 25-50% dikonsulkan ke Gastroenterologik,
merupakan jumlah yang menonjol dalam kunjungan puskesmas dan merupakan ke
dua tertinggi penyebab tidak masuk kerja setelah influensa.

Sementara kekerapannya di Asia Tenggara lebih jarang yaitu sekitar kurang


dari 5%.Budaya yang berbeda, orang kulit putih lebih sering melaporkan
timbulnya gejala IBS dibandingkan Hispanik namun setelah dilakukan
pengontrolan perbedaan social ekonomi dan polamakan, perbedaan etnik ini tidak
lagi menujukkan perbedaan yang berarti..

Irritable Bowel Syndrom adalah suatu kondis ikronik dari saluran cerna
bagian bawah.Gejala IBS meliputinyeri abdomen, perut terasa meregang,
kembung dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perubahan kebiasaan
defekasi.Terdapat 3 sub kategoridari IBS bila dilihat dari 3 gejala utama yaitu
nyeri yang berhubungan diare, nyeri yang berhubungan dengan konstipasi dan
nyeri yang disertai diare dan konstipasi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Nutrisionis mengetahui gambaran umum penyakit konstipasi.
2. Tujuan khusus :
- Mengetahui pengertian konstipasi. - Mengetahui gejala dan tanda konstipasi. -
Mengetahui patofisiologi konstipasi - Mengetahui etiologi konstipasi. -
Mengetahui pola hidup konstipasi. - Mengetahui penanganan konstipasi. -
Mengetahui pengobatan konstipasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Sembelit (Konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar Konstipasi akut dimulai
secara tiba-tiba dan tampak dengan jelas.

Konstipasi menahun (kronik), kapan mulainya tidak jelas dan menetap


selama beberapa bulan atau tahun. Konstipasi adalah kondisi di mana feses
memiliki konsistensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada
anak-anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang
dari biasa. Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-
beda. Bayi yang disusui ASI mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau
hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula dan anak yang lebih
besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari. Dengan demikian frekuensi BAB
yang lebih jarang atau konsistensi feses yang sedikit lebih padat dari biasa tidak
selalu harus ditangani sebagai konstipasi..

Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja,


frekuensi buang air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang
hanya berak setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut
konstipasi. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air besar,
terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.

Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum


mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi .Disebut
konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan
gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.

Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan,


meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita
minimal 25 % selama minimal 3 bulan :

3
(1) tinja yang keras,
(2) mengejan pada saat defekasi,
(3) perasaan kurang puas setelah defekasi.
(4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa
penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi,
gangguan usus, gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang
berkenaan dengan usus besar.
sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun berdasarkan
beberapa kasus IBS yang terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon,
baik pada orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat
rujukan memiliki gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan
pasien dengan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau
tidaknya riwayat abuse padamasa anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya)
dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Ini telah
diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang
berlebihan.
 Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll
 Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada
tahun 2007 dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet
ketat. Banyak modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki
gejala IBS. Ada yang efektif dalam beberapa sub-populasi. Sebagai intoleransi
laktosa dan IBS memiliki gejala yang sama seperti percobaan diet bebas
laktosa sering dianjurkan. Sebuah fruktosa membatasi diet dan asupan fructan
telah terbukti berhasil mengobati gejala secara dosis-tergantung pada pasien
dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara banyak IBS pasien percaya
bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi makanan, tes mencoba
untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah mengecewakan. Satu

4
studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam menentukan sensitivitas
makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet eliminasi mengalami
gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet semu. [64] Lebih
data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat direkomendasikan. Tidak
ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan nutrisi yang bermasalah
bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari mereka yang tidak
IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat menimbulkan
reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien dengan
IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat
mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.
2. Abnormalitas aktifitas usus
Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus
halus telah diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan makanan
dapat merubah kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus halus selama
puasa,seperti kehilangan dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi
yang mengelompok dan memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan
pada pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon kontraksi yang berlebihan
pada makanan tinggi lemak. Nyeri lebih sering dihubungkan dengan aktivitas
motor yang ireguler dari usus halus.
3. Infeksi atau inflamasi
Sitokin inflamasi mukosa dapat mengaktivasi sensitisasi perifer atau
hipermotilitas. Gwee dkk.11 melaporkan pasien dengan enteritis infeksi,
adanya hipokondriasis dan kehidupan penuh stress pada saat infeksi akut
memprediksi berkembangnya IBS kemudian. Ditemukan adanya bukti yang
menunjukkan bahwa beberapa pasien IBS memiliki peningkatan jumlah sel
inflamasi pada mukosa kolon dan ileum. Adanya episode enteritis infeksi
sebelumnya, faktor genetik, alergi makanan yang tidak terdiagnosis, dan
perubahan pada mikroflora bakteri dapat berperanan pada terjadinya proses
inflamasi derajat rendah. Inflamasi dikatakan dapat mengganggu reflex
gastrointestinal dan mengaktivasi sistem sensori visceral meskipun jika respon
inflamasi yang minimal. Kelainan pada interaksi neuroimun dapat berperanan

5
pada perubahan fisiologi dan hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari
IBS.
B. GEJALA DAN TANDA

Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut: Sakit perut, BAB mungkin disertai
rasa sakit.Turun atau hilangnya napsu makan.
 Rewel.
 Mual atau muntah.
 Turunnya berat badan.
 Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang
tertahan di rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak
mengalami konstipasi yang cukup berat, ia dapat kehilangan kemampuan
merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB
di celananya.
Hal ini disebut encopresis atau fecal incontinence.
 Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan
kecil pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan.
 Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Konstipasi dapat
disebabkan oleh:
 Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak
dengan riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal
setelah lahir.
 Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci
mulut,makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan,
whole grains).
 Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital
(obat kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
 Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk
BAB dengan tuntas.
 Kurangnya asupan cairan.
 Kurangnya aktivitas fisik.

6
 Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan
mukosa anus (anal fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan
untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure,
dan nyeri yang disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan
BAB yang memperparah konstipasi.
 Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap
secara emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan
keinginan BAB.Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu
beberapa bulan sebelum memulainya kembali.
 Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya
saraf normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang
belakang, kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa
kelainan metabolik. Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya
disertai gejala lain.
Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai irritable bowel
syndrome, diantaranya adalah :
 Ketidak normalan frekuensi defeksi
 Kelainan bentuk feses
 Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)
 Adanya mucus atau lender
 Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi
 Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen bawah.
 Sembelit
 Sering buang angin
 Sendawa
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3
hari sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3
kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air
besar harus mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima
bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan

7
memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja.
Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat
kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam
secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke
daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat gelombang khusus yang
mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama. Gerakan ini
diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak
anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu
kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul
kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan
oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk
gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme
(parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas,
pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca
kolesistektomi). Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat
kembali bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam
kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk bahan buangan sisa makanan,
atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu
mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah
diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon
menyerap terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu
perlahan-lahan dan malas, menyebabkan tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada
fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-
obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang
mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan
rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak
efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada
obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit
hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang

8
berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan
memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada
reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum,
serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-
otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa
menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya.
Tinja yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila
dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi dan terbentuklah suatu lingkaran
setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan
efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis
disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang
tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan diare. Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan
elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai
di kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat
dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat
dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya
defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid. Sisa-sisa protein di dalam
makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol,
kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada
tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol
dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal
toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada
kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat
timbulnya “ hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.
Stres,diet,bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal
dapat menyebabkan IBS.Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang
mendapatkan masalah yang menyita pikirannya, maka hal ini dapat
mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan kekejangan pada usus. Kekejangan
usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit irritable bowel syndrome. Apalagi
stress ini berkepanjangan.

9
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan
seseorang itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya
bermasalah maka dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat
seseorang itu terkena IBS.Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus.
Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai banyak hal
diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres.
Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan
sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini.
Jika seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan
gangguan usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome Selain itu bakteri juga
dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat menyebabkan IBS.
C.ETIOLOGI

Penyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder


(diit, kelainan anatomi, kelainan endokrin dan metabolik, kelainan syaraf,
penyakit jaringan ikat, obat, dan gangguan psikologi), konstipasi fungsional
(konstipasi biasa, “Irritabel bowel syndrome”, konstipasi dengan dilatasi kolon,
konstipasi tanpa dilatasi kolon , obstruksi intestinal kronik, “rectal outlet
obstruction”, daerah pelvis yang lemah, dan “ineffective straining”), dan lain-lain
(diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah, neuropati,
Parkinson, dan skleroderma).
A. Konstipasi sekunder
1. Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar
yang buruk, kurang olahraga.
2. Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor,
abses perineum, megakolon.
3. Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid,
DM, dan kehamilan.
4. Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis
multiple, lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia
familier.

10
5. Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue
disease”. 6. Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam
(besi, bismuth), anti

kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa


kalsium), “calcium channel blockers”(verapamil),OAINS (ibuprofen,
diclofenac),simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan
stimulans jangka panjang.

B. Konstipasi fungsional = kontipasi simple atau temporer 


1.Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi.
2.“Irritabel bowel syndrome”
3.Konstipasi dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarectum.
4.Konstipasi tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation”
5.Obstruksi intestinal kronik.
6.“Rectal outlet obstruction” : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi.
7. Daerah pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele.
8. Mengejan yang kurang efektif (“ineffective straining”)
 C. Penyebab lain
1. Diabetes mellitus.
2. Hiperparatiroid.
3. Hipotiroid.
4. Keracunan timah (“lead poisoning”).
5. Neuropati.
6. Penyakit Parkinson.
7. Skleroderma.
8. Idiopatik.
D. POLA HIDUP

Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan
penyebab tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit
yang rendah serat, seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi
lemak seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan
makanan yang kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit

11
rendah serat juga memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada
usia lanjut. Mereka biasanya kurang berminat untuk makan, dan lebih senang
memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu, berkurangnya
jumlah gigi, memaksa mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah
diproses dengan kadar serat yang rendah.

Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces
sehingga feces mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air
yang cukup, kira-kira 8 liter per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti
kopi dan kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan
konstipasi. urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun
belum diketahui dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering
terjadi pada orang sakit yang melakukan istirahat yang panjang.

E. PENANGANAN

Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang
mungkin menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat, terutama
apabila konstipasi disertai gejala lain seperti:

1. Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang
kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau
terabanya benjolan di perut.
2. Perut yang kembung.
3. Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung
bagian bawah.
4. Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat. 5.
Banyak BAK, banyak minum.
6. Diare, pneumonia berulang.
7. Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya Lebih dari 95%
konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi fungsional (tidak ada
kelainan organik yang mendasarinya).5 Umumnya masalah inKebiasaan BAB
yang baik.
8. Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan
BAB yang baik.2 Salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di

12
toilet secara teratur sekitar lima menit setelah sarapan, bahkan jika anak tidak
merasa ingin BAB. Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak
telah menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis..
9. Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak
mengalami kekhawatiran jika harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang
tua mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan
masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah. Makanan tinggi serat.
10. Serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan lebih
mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat dalam makanan anak
dapat mencegah konstipasi.
11. Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta
kulitnya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kandungan serat.
12. Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
13. Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal.
Hindari sereal seperti corn flakes.
14. Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih. Banyak minum dapat
mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di
antara waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa
terlalu banyak susu sapi atau produk susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat
mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.
F. PENGOBATAN

A. Laksans

Sebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak


membutuhkan pemberian laksans. Namun bagi mereka yang telah melakukan
perubahan gaya hidup, tetapi masih tetap mengalami konstipasi, pemberian
laksans dan atau klisma untuk jangka waktu tertentu dapat dipertimbangkan.
Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi konstipasi yang
telah berlangsung lama akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan
laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya usus mau bergerak secara
teratur, juga dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat diberikan
per oral, dalam bentuk cairan, tablet, bubuk.

13
B.Bulk forming agents/hydrophilic

Digunakan untuk meningkatkan masa tinja, hingga akan merangsang


terjadinya perilstatik. Bahan ini biasanya cukup aman, tetapi dapat
mengganggu penyerapan obat lain. Laksans ini juga dikenal dengan nama
“fiber supplements”, dan harus diminum dengan air. Dalam usus bahan ini
akan menyerap air, dan membuat tinja menjadi lebih lunak. Beberapa contoh :

 Psyllium (Metamucil,Fiberall)
 Methylcellulose (Citrucel)
 Ispaghula (Mucofalk)
 Dietary brand
C.Emollients / softeners / surfactant / wetting agents

Menurunkan tekanan permukaan tinja, membantu penyampuran bahan


cairan dan lemak, sehingga dapat melunakkan tinja. Pelunak tinja (“stool
softeners”) dapat melembabkan tinja, dan menghambat terjadinya dehidrasi.
Laksans ini banyak dianjurkan pada penderita setelah melahirkan atau pasca
bedah Beberapa contoh:

 Docusate (Colace, Surfak)


 Mineral oil
 Polaxalko
D.Emollient stool softeners in combination with stimulants / irritant

“Emollient stool softeners” menyebabkan tinja menjadi lunak. Stimulan


meningkatkan aktivitas perilstatik saluran cerna, menimbulkan kontraksi otot
yang teratur (“rhythmic”). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
fenolftalen, yang dikandung dalam beberapa laksans stimulans, ternyata dapat
meningkatkan resiko kanker. FDA telah melakukan pelarangan penjualan
bebas produk yang mengandung bahan fenolftalen ini. Sebagian besar
produsen laksans saat ini telah mulai mengganti fenolftalen dengan bahan yang
lebih aman. Beberapa contoh :

14
 Docusate sodium and casanthranol combination (Peri-Colace, Diocto C,
SilaceC)
 Bisacodyl (Dulcolax)
 Brand names include Correctol®, Senna®, Purge®, Feen-A-Mint®, and
Senokot®.
E.Osmotic laxatives

Mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau


mempengaruhi pola distribusi air dalam tinja. Laksans jenis ini mempunyai
kemampuan seperi “spons”, menarik air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah
melewati usus.

Hyperosmolar laxatives : Polyethylene glycol solution (Miralax) Lactulose


(Cephulac, Cholac, Constilac, Duphalac, Lactulax).
 Sorbitol
 Glycerine Saline laxatives :
 Magnesium sulfate.
 Magnesium hydroxide (Phillips’ Milk of Magnesia)
 Sodium phosphate (Fleet enema)
 Sodium phosphate (Fleet enema)
 Magnesium phosphate
Penderita yang sudah tergantung pada pemakaian laksans ini, sebaiknya
dianjurkan untuk menghentikan obat ini secara perlahan-lahan. Pada sebagian
besar penderita, biasanya kemampuan untuk kontraksi kolon dapat dipulihkan
kembali secara alamiah, dengan memperbaiki penyebab konstipasi tersebut.

G. PENGOBATAN LAIN

Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat


dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai
contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah
untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti.

15
A. Prokinetik

Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi


belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik
(seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan
antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan
penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan
yang ditulis.

Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit


orosekal (tanpa mempengaruhi pengosongan lambung) dan mempunyai
tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase III, tegaserod
12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok “Irritabel bowel syndrome”
tipe konstipasi yang mencapai tujuan utama “hilangnya keluhan “penderita.
Efek sekunder yang ditemukan termasuk antara lain perbaikan dalam
konstipasi, nyeri sepanjang hari, dan rasa kembung.

B. Analog prostaglandin

Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2


dan merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah.

C. Klisma dan supositoria

Bahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang


kontraksi dengan cara menimbulkan distensi atau lewat pengaruh efek kimia,
untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat dapat terjadi
akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara
yang dapat dipakai :

o Klisma dengan PZ atau air biasa. o Na-fosfat hipertonik.


o Gliserin supositori o Bisacodyl supositori.
D. Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat
dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang
mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk
memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar

16
komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli
kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong
penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. Dalam
penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat
mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat
ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
modulasi faal saluran cerna.

Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis)


hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon
yang tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus
dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya cukup banyak
seperti : nyeri perut dan diare.

H. OBAT-OBAT PENCAHAR

Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan


konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, obat lainnya
hanya boleh digunakan sesekali. Beberapa obat digunakan untuk mencegah
konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:
 Bulking Agents
 Pelunak Tinja
 Minyak Mineral
 Bahan-bahan Osmotik
 Pencahar Perangsang.
 1. Bulking Agents.

Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan


metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja.Penambahan serat ini
akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak
dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan
merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang
teratur.Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil.

17
Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan
dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus
selalu minum banyak cairan.

2. Pelunak Tinja.

Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan
permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan
mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan
merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan
tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.

3. Minyak Mineral.

Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar


dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang
larut dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah
menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang
serius pada jaringan paru-paru.Selain itu, minyak mineral juga bisa
merembes dari rektum.

4. Bahan Osmotik.

Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus


besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang
berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi.
Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau
gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium,
menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau
gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar.

Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian


diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal
ginjal.Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik
digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan.Bahan ini juga

18
digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada
saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.

5. Pencahar Perangsang.

Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar


untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya.Obat ini mengandung substansi
yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau
minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja
setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut.

Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang


dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit.Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi
tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy
Bowel Syndromes).Laksatif.
Laksatif mungkin dibutuhkan untuk menangani konstipasi. Jika
laksatif tidak bekerja atau harus diberikan berulang kali, anak harus
dievaluasi oleh dokter.
Beberapa laksatif yang dapat diberikan adalah:
 Jus prune: Jus prune adalah laksatif ringan yang efektif pada sebagian anak.
Jus ini mungkin akan terasa lebih enak jika dicampur dengan jus buah lain.
 Psyllium husk (salah satu merknya adalah metamucil). Laksatif ini bekerja
dengan melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
 Senokot (senna). Laksatif ini bekerja dengan menstimulasi usus untuk
mengosongkan isinya. Laksatif ini berbentuk butiran yang dapat dicampur
dengan makanan seperti es krim.
 Durolax (bisacodyl). Bentuk laksatif ini adalah tablet dan bekerja dengan
cara yang sama seperti senokot.
 Coloxyl (docusate). Laksatif ini berupa tablet atau tetes, bekerja dengan
melunakkan feses.
 Agarol (parafin cair dan fenoftalein). Laksatif ini berbentuk cairan, bekerja
dengan melunakkan dan melicinkan feses, serta menstimulasi usus untuk
mengosongkan isinya.

19
 Parachoc (parafin cair dengan rasa coklat-vanila). Laksatif ini berbentuk
cairan dan bekerja dengan cara yang sama seperti agarol.
 Laksatif lain yang digunakan misalnya lactulose, sorbitol, barley malt extract,
magnesium hydroxyde, atau magnesium citrate.4 Namun bayi di bawah usia
satu tahun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami keracunan
magnesium.Perlu diingat bahwa penggunaan laksatif jangka panjang dapat
berbahaya bagi anak. Karena itu, laksatif hanya boleh digunakan dengan
pengawasan dokter dan sesuai dosis yang diberikan.
- Supositoria
Jika setelah 2-3 hari penggunaan laksatif konstipasi anak tidak membaik,
supositoria seperti glycerin atau durolax suppositories dapat
digunakan.1,2 Supositoria harus dilapisi dengan pelicin yang larut dalam
air seperti KY jelly sebelum dimasukkan ke rektum (bagian usus besar
terdekat dengan anus). Jangan gunakan vaselin karena vaselin tidak larut
dalam air. BAB biasanya akan terjadi 30 menit setelah pemberian
supositoria.
- Enema
Enema tidak boleh diberikan pada anak kecuali jika dokter
memerintahkannya
- Irigasi usus
 Hal ini hanya diperlukan pada sebagian kecil anak yang mengalami konstipasi
yang sangat berat.

Berikut ini adalah algoritma penanganan konstipasi pada dua kelompok usia: di
bawah satu tahun dan di atas satu tahun;

1.Aktifitas dan olahraga teratur.

2. Hal ini dilakukan di RS dengan memberikan cairan bernama Golytely baik


dengan cara diminum atau melalui selang lambung.

3. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur


tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini
adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks
gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan

20
penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan
tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KONSTIPASI

PENGKAJIAN

a. Biodata pasien :
Nama : Sri Endang
Umur : 20 Tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Karumbu
Status : Belum Kawin
Tanggal : 06/09/2022
Jam RS : 07 pagi
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian); seperti
nyeridefekasi.
2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saatmasuk rumah sakit): sejak kapan sulit BAB, nyeri pada bagian
abdomen, nyerisaat defekasi.
3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak).

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: klien dalam kondisi baik namun teraba adanya distensi
abdomen
2. Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya masa pd perut,
tenderness(lembut)

21
3. Rectum dan anus : tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi, fistula
(benjolan),hemorroid, adanya masa, tenderness
4. Pemeriksaan B1- B6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi berhubungan dengan :
1. Kelemahan otot abdomen
2. Kebiasaan yang menyangkal dan mengabaikan desakan untuk defekasi
3. Eliminasi atau defekasi yang tidak adekuat ( misalnya, tepat waktu, posisi
saatdefekasi, dan privasi )
4. Aktivitas fisik yang tidak memadai
5. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
6. Perubahan lingkungan baru baru ini

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan : setelah dilakukan pemeriksaan selama 1 x 24 jam, pasien mampu


melakukan defekasi secara teratur 1-2 kali sehari.

INTERVENSI RASIONAL
1. Catat dan kaji warna, konsistensi, R/. pengkajian awal utk mengetahui
jumlah, dan waktu BAB adanyamasalah bowel
2. Kaji dan catat pergerakan usus R/. deteksi dini penyabab konstipasi
3. Jika terjadi impaction : lakukan R/. membantu mengeluarkan feses
pengeluaran manual, lakukan
giserinklisma
4. Berikan cairan adekuat R/. Membantu feses lebih lunak
5. Berikan makanan tinggi serat R/. Menurunkan konstipasi
danhindari makanan yg
banyakmengandung gas dg
konsultasi bagiangizi

22
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang,
atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada
lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus,
red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang
berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah
lebih dari tiga hari berturut-turut.Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum
sekitar 4-30 persen pada kelompok usia 60 tahun ke atas.

Irritable Bowel Syndrom (IBS) didefinisikan sebagai salah satu penyakit gastrointestinal


fungsional, dengan gejalanya berupa ketidak normalan frekuensi defeksi, kelainan
bentuk feses, ketidak normalan proses defekasi, adanya mucus atau lender, nyeri
abdomen dan kembung. pada pemeriksaan rongent menunjukkan infeksi TB pulmo
duplex lama aktif yang dapat merupakan penyebab dari IBS. Penatalaksanaan
farmakologis, diet dan psikologi dibutuhkan dalam kasus IBS.

B. Saran

Penatalaksanaan farmakologis, diet dan psikologi dibutuhkan dalam kasus IBS.


Makanlah makanan yang berserat, banyak minum, dan olah raga secara teratur biar
tidak terserang konstipasi dan Irritable Bowel Syndrom (IBS).

23
DAFTAR PUSTAKA

http://kamuskesehatan.com/arti/konstipasi/

http://ahriku.wordpress.com/2010/02/08/konstipasi/.

http://medicastore.com/penyakit/473/Sembelit_Konstipasi.html.

http://ibs-irritable-bowel-syndrome-gangguan-pencernaan-.html.5.
http://www.totalkesehatananda.com/index.html.

http://KONSTIPASI « Ahriku's Blog.html.

24

Anda mungkin juga menyukai