Askep Perubahan Pola Urinasi
Askep Perubahan Pola Urinasi
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas, dengan judul “asuhan keperawatan perubahan pola urinasi”.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya
ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi manfaat
tersendiri bagi teman-teman sekalian.
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan.........................................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................
D. Manfaat...............................................................................................................
Bab II Tinjauan Teori......................................................................................................................
A. Defenisi perubahan pola urinasi............................................................................
B. Patofisiologi perubahan pola urinasi......................................................................
C. Etiologi perubahan pola urinasi............................................................................
D. Pemeriksaan penunjang prubahan bola urinasi......................................................
E Manifestasi perubahan pola urinasi………………………………………………...
F. Penatalaksanaan perubahan pola urinasi…………………………..……………….
G. Konsep asuhan perubahan pola urinasi…………..………………………………..
H. Pengkajian perubahan pola urinasi………………………………………………...
I. Diagnosa keperawatan…………………………..………………………………….
J. Rencana asuhan keperawatan………………………….……………………………
K.. Pelaksanaan keperawatan………………………………………………………….
L. Evaluasi keperawatan……………………………………………………………….
Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan dialami oleh
usia lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan keluarnya urin dalam
bentuk beberapa tetes pada saat sedang batuk, jogging atau berlari. Bahkan ada juga
yang mengalami kesulitan menahan urin sehingga keluar sesaat sebelum berkemih.
Semua gejala ini disebut dengan inkontinensia urin (Suparman dan Rospas, 2008).
Inkontinensia urin merupakan pengeluaran urine secara tak terkendali dan atau tidak pada
tempatnya (mengompol) (Tjokronegoro dan Utama, 2001). Sikap lansia dalam
menghadapi perubahan pola eliminasi urine merupakan suatu respon atau faktor
pendorong dari lansia untuk menghadapi perubahan pola eliminasi urine (inkontinensia
urine).
Salah satu komplikasi dari inkontinensia urine adalah infeksi saluran kemih (ISK).
Pasien yang didiagnosa dengan ISK sekitar 10,8 juta, khususnya infeksi kandung kemih,
infeksi ginjal, atau keduanya. Pasien yang dilarikan ke unit gawat darurat di tahun 2006
hingga 2009, hampir 17% pernah dirawat di rumah sakit (Jurnal World Journal of
Urology, dalam Kompas.com).
Perubahan yang terjadi pada lansia dengan sistem perkemihan yaitu penurunan
tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra) yang disebabkan oleh penurunan
hormone esterogen, sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine, otot–otot
menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
berkemih meningkat, perubahan letak uterus akan menarik otot–otot vagina dan bahkan
kandung kemih dan rectum seiring dengan proses penurunan ini, masalah tekanan dan
perkemihan (inkontinensia urine) akibat pergeseran kandung kemih. Fungsi sfingter yang
terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin, biasanya juga
disebabkan oleh kelainan disekeliling daerah saluran kencing, fungsi otak besar yang
terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih, terjadi hambatan pengeluaran
urine sehingga urine yang keluar sedikit (Brunner&Suddarth,2002).
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai
berikut :
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien perubahan pola urinasi”
1.3 Tujuan
B. Karakteristik Urine
- Volume (pd org dewasa urin yg dikeluarkan setiap berkemih sekitar 250-400
mltergantung intake & kehilangan cairan)
- Warna (normal : jernih kekuning-kuningan)
- Bau bervariasi tergantung komposisi
- pH 4,5 – 8
- Berat jenis 1,003 – 1,030
- Komposisi air 93-97%
- Osmolaritas 855-1.335
- Bakteri tidak ada
D. Etiologi
- Obstruksi
- Infeksi
- Calculi
- Pertumbuhan jaringan yg abnormal
- Masalah sistemik
E. Patofisiologi
F. Tanda & Gejala
1. Identitas Klien
- Nama : Tn. N
- Umur : 41 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tingkat Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Swasta
- Agama : Islam
- Suku : Madura
- Status Perkawinan : Menikah
- Tgl. MRS : 23 Januari 2009
- Tgl. Pengkajian : 26 Januari 2009
- Alamat : Pamekasan
- No. RM : 184395
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul. Nyeri muncul dari pinggal sebelah kiri,
menjalar ke depan sampai ke ujung penis.
Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum :
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas, tekanan darah
120/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oC, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/menit (regular), GCS
4 5 6.
Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit tidak kering, tekstur tidak kasar, rambut hitam dan
bersih, tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada, dekubitus tidak ada.
Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala (+), benjolan tidak ada.
Muka
Simetris, odema (+), otot muka dan rahang kekuatan lemah, sianosis tidak ada.
Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjungtiva anemis, pupil isokor sclera ikterus, reflek
cahaya positif, tajam penglihatan normal, mata tidak cowong.
Telinga
Sekret, serumen, benda asing, dan membran timpani normal.
Hidung
Deformitas, mukosa, sekret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.
Mulut dan faring
Bau mulut (+), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah muda, kelainan lidah
tidak ada.
Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis.
Thoraks
Gerakan simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,
rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi.
Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan
dan ics 5 mid axilla kanan, perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur
(-), capillary refill 2-3 detik.
Abdomen
Bising usus (+), tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada,
hepar tidak teraba, asites (-).
Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak ada, tidak
ada hemoroid.
Ekstrimitas
Akral hangat, edema -/- , kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary
refill 3 detik, abses tidak ada, ganggren (-), reflek patella N/N, achiles N/N.
Pembuluh darah perifer : radialis (+/+), femoralis (+/+), poplitea (+/+), tibialis posterior
(+/+), dorsalis pediss (+/+).
Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.
Analisa Data
Diagnosa 1
KEMUNGKINAN MASALAH
DATA
PENYEBAB KEPERAWATAN
DS
Ø Klien mengeluh sakit Penekanan/distorsi Nyeri
pinggang tembus jaringan setempat
belakang Pelepasan mediator kimia
Ø Klien menyatakan (bradikidin)
nyeri tekan pada Merangsang nosireseptor
pinggang kanan
Implus ke thalamus
Ø Klien menyatakan
sakit saat miksi Cortex serebri
DO : Nyeri
k/u lemah,
klien tampak
menyeringai
kesakitan
TTV :
– TD : 130\90
– S : 37
– N : 89x/menit
– RR : 19x/menit
Intervensi :
1. Nyeri (akut) b.d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral, trauma jaringan,
pembentukan edema, iskemia jaringan.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan rasa nyeri berkurang/hilang setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80-100 x/ menit
P : 12-20 x/ menit
S : 36- 37’5 o C
Ekspresi wajah tampak rileks
Skala nyeri 1-3
Klien dapat tidur dan istirahat
Rencana Tindakan :
Kaji dan catat lokasi, lamanya, intensitas nyeri (0-10) dan penyebarannya.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan bila terjadi perubahan
kejadian/karakteristik nyeri.
Berikan tindakan nyaman contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Bantu atau dorong penggunaan napas dalam, bimbingan imajinasi.
Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan
sekitar 3-4 liter/hari.
Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgesik.
Analisa Data
Diagnosa 2
KEMUNGKINAN MASALAH
DATA
PENYEBAB KEPERAWATAN
DS
Ø Klien menyatakan Obstruksi saluran
Perubahan Eliminasi
kurang minum
kemih Urine
Ø Klien menyatakan sakit
saat miksi Pengeluaran urine
DO
inkomplit
Ø Warna urine klien jernih
dan kekuning-kuningan Kapasitas vesika
TTV :
urinaria
– TD : 130\90
– S : 37 Perubahan eliminasi
– N : 89x/menit urine
– RR : 19x/menit
Intervensi :
2. Perubahan pola eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau
ureteral.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan pola eliminasi normal setelah dilakukan
asuhan keperawatan
Aliran urine lancar
Klien bebas dari tanda-tanda obstruksi (hematuria)
Klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
Rencana Tindakan :
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin.
Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
Periksa semua urin, catat adanya keluaran batu.
Palpasi untuk distensi suprapubik dan perhatikan penurunan keluaran urin, adanya edema
periorbital/tergantung.
Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Kolaborasi
Pemeriksaan laboratorium : elektrolit, BUN, kreatinin.
Analisa Data
Diagnosa 3
KEMUNGKINAN MASALAH
DATA
PENYEBAB KEPERAWATAN
DS
Ø Klien menyatakan Perubahan status Kurang pengetahuan
tidak tahu tentang
kesehatan
penyakitnya
DO Hospitalisasi
Klien terlihat cemas
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Intervensi :
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi.
Tujuan : Klien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
‐ Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.
‐ Klien mampu menghubungkan gejala dan faktor penyebab
‐ Klien mampu melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
BAB III
KESIMPULAN
Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan dialami oleh usia
lanjut, salah satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan keluarnya urin dalam bentuk
beberapa tetes pada saat sedang batuk, jogging atau berlari. Bahkan ada juga yang mengalami
kesulitan menahan urin sehingga keluar sesaat sebelum berkemih. Semua gejala ini disebut
dengan inkontinensia urin (Suparman dan Rospas, 2008). Inkontinensia urin merupakan
pengeluaran urine secara tak terkendali dan atau tidak pada tempatnya (mengompol)
(Tjokronegoro dan Utama, 2001). Sikap lansia dalam menghadapi perubahan pola eliminasi
urine merupakan suatu respon atau faktor pendorong dari lansia untuk menghadapi perubahan
pola eliminasi urine (inkontinensia urine).
Salah satu komplikasi dari inkontinensia urine adalah infeksi saluran kemih (ISK). Pasien
yang didiagnosa dengan ISK sekitar 10,8 juta, khususnya infeksi kandung kemih, infeksi ginjal,
atau keduanya. Pasien yang dilarikan ke unit gawat darurat di tahun 2006 hingga 2009, hampir
17% pernah dirawat di rumah sakit (Jurnal World Journal of Urology, dalam Kompas.com).
DAFTAR PUSTAKA