Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara bebas didalam
rongga pleura ( Boedi Swidarmoko,2010).
Pneumothorax adalah suatu penumpukan udara diantara pleura viseralis
dan parietalis yang menyebabkan rongga pleura sebenarnya, bukan rongga
pleura potensial ( Jane Ward, 2007).
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial
antara pleural visceral dan parietal ( Arief Mansjoer, 2008).
Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang
terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi
paru ( Corwin, 2009 )
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Presipitasi dan Prodisposisi

2. Patofisiologi
3. Manifestasi Klinik
a. Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam
apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kembali
b. Distres pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan takipnea berat.
c. Takikardi dan peningkatan awal TD diikuti dengan hipotensi sesuai
dengan penurunan curah jantung.
d. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1) Hidung tampak kemerahan
2) Cemas, stres, tegang
3) Tekanan darah rendah (hipotensi)
4) Nyeri dada
4. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnose
pneumotoraks, diantaranya:
a. Foto rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada fotoröntgen kasus
pneumotoraks antara lain:
1) Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru
2) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu
berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan
3) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan
ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke
arah paru yang sehat, kemungkinan besar telahterjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yangtinggi.
4) Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut
a. Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam
pada tepi jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini
terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus,
sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di
mediastinum
b. Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di
mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah
yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher
terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh
udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup
banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut,
bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang

c. Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka


akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas
diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA)
b. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi
meskipun pada kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada
pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan
meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
c. Foto thoraks :
Pada foto tampak hitam yang merata dan bagian lain paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi dari paru.

5. Komplikasi
a. Pneumothoraks tension dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisisan jantung menururn sehingga tekanan darah
menurun.
b. Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks:
henti jantung paru dan kematian sangat sering terjadi.
c. pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispenia berat, yang
menyebabkan kematian .(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pneumothorax menurut (Padila, 2012) :
1) Bullow Drainage/ WSD
Dalam trauma thorax, WSD dapat berarti:
a) Diagnostik
Menentukan pendarahan dari pembulu darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau
tidak, sebelum penderita jatuh kedalam shock.
b) Terapi
Mengeluarkan darah atau udara yang yang terkumpul di
rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura
sehingga mechanis of breathing dapat kembali seperti yang
seharusnya
c) Preventive
Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga mechanis of breathing tetap baik.
2) Perawatan WSD dan Pedoman Latihannya :
a) Mencegah infeksi di bagian masuknya selang
Mendeteksi di bagian dimana masuknya selang, dan penggati
verbad 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa
yang menutupi bagian pemasangan selang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b) Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya selang. Untuk rasa
sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c) Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1) Penetapan selang
Selang diatur senyaman mungkin, sehingga selang yang
dimasukan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit dibagian masuknya sekang dapat
dikurangi.
2) Pergantian posisi selang
Usahakan agar pasien dapat merasakan enak dengan
memasukan bantal kecil dibelakang, atau memberi
tahanan pada selang, melakukan pernafasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau
menaruh bantal bawah lengan atas yang cidera.
d) Mendorong berkembangnya paru-paru

1) Dengan WSD diharapkan paru mengembang


2) Latihan nafas dalam
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan
posisi duduk, jangan batuk waktu selang
diklem
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction
Pendaharan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500-800
cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernafasan.
f) Suction harus berjalan efektif
1) Perhatikan setiap 15-20 menit selama 1-
2 jam setelah operasi dan setiap 1-2 jam
selama 24 jam setelah operasi.
Perhatikan banyaknya cairan, keadaan
cairan keluhan pasien, warna muka,
keadaan pernafasan, denyut nadi,
tekanan darah.
2) Perlu sering dicek, apakah tekanan
negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah
½
posisi pasien dari terlentang, le
½
telentang atau duduk ke posisi miring
bagian operasi dibawah atau dicari
penyebab, misal : selang tersumbat oleh
gangguan darah, selang bengkok atau
rusak, atau lubang selang tertutup oleh
karena perlekatanan didinding paru-
paru.
g) Perawatan selang dan botol WSD

1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap


hari, diukur berapa cairan yang keluar
kalau ada dicatat.

2) Setiap hendak mengganti botol dicatat


pertambahan cairan dan adanya gelembung
yang keluar dari bullow drainage.

3) Penggantian botol harus tertutup untuk


mencegah udara masuk yaitu meng-klem
selang pada dua tempat dengan kocher.

4) Setiap penggantian botol/selang harus


memperhatikan sterilitas botol dan selang
harus tetap steril.

5) Penggantian harus juga memperhatikan


keselamatan kerja sendiri, dengan
memakai sarung tangan Cegah bahaya
yang mengganggu tekanan negative dalam
rongga dada, misal : selang terlepas, botol
terjatuh karena keselahan.
h) Dinyatakan berhasil, Bila :

1) Paru sudah mengembang penuh pada


pemeriksaan fisik dan radiologi.
2) Darah cairan tidak keluar dari WSD
Tidak ada pus dari dalam selang.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
3. Hambatan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder
akibat pemasangan WSD
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan (3140) Manajemen jalan
keperawatan selama 3x24jam
napas berhubungan nafas
masalah ketidakefektidan pola
dengan posisi tubuh nafas berkurang, dengan kriteria 1. Monitor status 1. Mengetahui respirasi
hasil:
yang menghambat pernapasan dan pasien
(0403) Status Pernafasan
ekspansi paru 1. Frekuensi dan irama oksigenasi 2. agar dapat
pernafasan klien dalam batas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan pasien
normal
(0410) Status Kepatenan Jalan memaksimalkan ventilasi dalam bernafas
Nafas
3. Instruksikan agar bisa 3. agar sekret yang
1. Klien mampu mengeluarkan
sekret melakukan batuk efektif menghambat dapat
2. Melakukan batuk efektif
4. Kelola pemberian dikeluarkan
TTV dalam batas normal
nebulizer ultrasonik 4. agar dapat melancarkan
dahak dan dapat
mengurangi sesak
2. Resiko terjadi infeksi Setelah dilakukan tindakan (6540) kontrol infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24jam 1. Inspeksi kulit terhadap 1. Untuk mengetahui
insersi WSD Klien bebas dari infeksi pada kemerahan, dan panas adanya tanda dan gejala
lokasi insersi selama 2. Bersihkan lingkungan infeksi
pemasangan WSD dengan dengan baik setelah 2. Agar dapat terhindar
kriteria hasil digunakan untuk setiap dari penyakit
(1924) Kontrol Risiko : Proses pasien 3. Agar mengetahui cara
Infeksi 3. Ajarkan pasien dan cara dalam
1. Klien terhindar dari tanda dan anggota mengenai menghindari terjadinya
gejala infeksi bagaimana menghindari infeksi
2. Mempertahankan lingkugan infeksi 4. Pemberian obat secara
yang bersih 4. Berikan terapi teratur sesuai waktu
3. Menggunakan alat pelindung antibiotik yang sesuai paruh akan membuat
diri obat bekerja optimal

3. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan (2620) Monitor Neurologi


fisik berhubngan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor kekuatan 1. Agar dapat mengetahui
dengan ketidak diharapkan klien dapat pegangan kekuatan pasien
nyamanan sekunder melakukan gerakan dengan (0200) Peningkatan
akibat pemasangan kriteria hasil : latihan
WSD (0212) koordinasi pergerakan 1. Lakukan latihan 2. Dapat mengajarkan
1. Klien dapat melakukan dengan klien ROM klien dengan ROM dan
gerakan 2. Informasikan pasien dapat meningkatkan
2. Klien dapat melakukan dan orang tua mengenai pergerakan dengan baik
gerakan sesuai yang manfaat / efek latihan 3. Agar dapat dilakukan
diinginkan (0201) peningkatan latihan : demngan rutin
latihan kekuatan
1. Kolaborasikan dengan 4. Untuk mengetahui
keluarga (terapi fisik) tingkat kekuatan klien
dalam merencanakan
mengajarkan dan
memonitor pergerakan
latihan otot.
DAFTAR PUSTAKA
Boedi, Swidarmoko & Agus, Dwi, S . 2010 . Pulmologi Intervensi
Dan Gawat Darurat Nafas. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta :
EGC
Elizabeth J. Corwin.(2009).Buku Saku Patofisiologi Corwin.Jakarta:Aditya
Media
Jane, Ward . 2007 . At a Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua, jakarta:
Erlangga
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai