Disusun Oleh:
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
MAS
Hari :
Tanggal :
Disusun oleh:
Pembimbing Mahasiswa
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
A. Pengertian...........................................................................................1
B. Etiologi...............................................................................................2
C. Patofisiologi........................................................................................6
G. Komplikasi MAS
A. Pengkajian.........................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan......................................................................27
C. Intervensi keperawatan.....................................................................27
D. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
iii
BAB I
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
B. Etiologi
1. Asfiksiafetal
2. Prolonged labour
3. Peningkatan aktivitas usus janin.
4. Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi.
Mekonium dapat keluar (intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan
intrauterin.
1
C. Patofisiologi
2
paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi
pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
3
D. Faktor Resiko MAS/SAM
4
1. Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Postterm )
2. Berat badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM
jarang terjadi bila bayi lahir sebelum 34 minggu. Dengan demikian,
prematuritas bukan faktor risiko untuk terjadinya SAM
3. Kesulitan dalam melahirkan
4. Pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang
perokok berat/penderita penyakit paru kronik/penyakit
kardiovaskularBerat badan kurang dari 2500 gram.
5
dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan
untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation
(ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan
mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh bayi.
Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
G. Komplikasi MAS
1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Aspirasi pnemonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk
menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama
kehidupannya. Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa
meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis jangka
panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit
paru kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan
dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM dapat
menimbulkan kematian
6
7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas II.Identitas
Anak Orangtua
Alamat
:status rekam Medis :jawa
8
Sumber :jl yos
Informasi sudarso
malang
9
Ibu Bayi Y tidak memiliki riwayat penyakit berat yang pernah
diderita. Bayi tidak menangis spontan saat dilahirkan dan sianosis
2) Riwayat operasi
Ny R tidak pernah memiliki riwayat operasi dan ini merupakan
kelahiran putra keduanya dengan proses vacum ekstrasi.
3) Riwayat Alergi
Bayi Y tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, ASI, plester
dan sebagaianya selama dirawat di Rumah Sakit
4) Riwayat Imunisasi
Bayi Y belum melakukan imunisasi.
e. Riwayat perinatal
1) Antenatal
Ny.R mengatakan saat hamil pasien rutin melakukan
pemeriksaan selama 2 minggu sekali di bidan setempat. Saat
pasien mengeluhkan lemas dan muntah-muntah pada trimester
pertama. Ny R datang ke RS berdasarkan rujukan dari Puskesmas
dengan UK 36 minggu. Ny. R mengeluhkan sakit perut pada hari
Jumat tanggal 17 Juni 2021
2) Intranatal
Ny R melahirkan bayi R melalui proses vacum ekstraksi pada
tanggal 17 Juni 2021 pukul 12.20 WIB. Penyulit persalinan
berupa pemanjangan kala 2 dengan penyulit terlilit tali pusat.
Bayi Y lahir tanggal 17 Juni 2021 pukul 12.20 WIB di RS
dengan usia kehamilan 36 minggu. Bayi Y merupakan putri
kedua Ny R (32 tahun). Bayi lahir melalui vacum ekstraksi
dengan penyulit terlilit tali pusat dan ketuban keruh bercampur
mekonium. Bayi lahir dalam keadaan tidak menangis spontan,
BB lahir 2800 gram, anus (+), penis (+), tidak terdapat tanda
kecacatan. Keadaan umum Bayi R lemah, mengalami sesak
10
nafas, APGAR score 5-6-7, sianosis serta ujung kaki dan tangan
teraba dingin.
3) Post Natal (0-7 hari)
Bayi Y lahir melalui proses vacum ekstraksi dengan BBL 2800
gram dan tidak menangis spontan ketika dilahirkan. 3 hari setelah
melahirkan ibu pasien masih dirawat di ruang asparaga dan bayi
Y mendapatkan susu formula selama Ny.R berada di ruang rawat
inap. Saat bertemu dengan ibunya, By.Y tidak mau menyusu dan
hanya tertidur, refleks hisap lemah.
11
2. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Keluarga tidak pernah ada yang memiliki riwayat persalinan seperti
yang dialami Ny R pada pemanjangan kala 2 dan keluarganya tidak
pernah ada yang memiliki riwayat persalinan vacum ekstraksi maupun
sesar.
b. Genogram ( 3 generasi )
1) Adaptasi sosial
Bayi Y hanya berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang bertugas
dan ibunya.
2) Motorik kasar
Bayi Y sudah tidak dapat membuka mata, menggerakan esktremitas
atas dan bawah.
3) Motorik halus
Bayi Y mampu menggenggam ketika seseorang memberikan jari
kepadanya. Pandangan bayi Y belom dapat mengikuti arah
seseorang yang berinteraksi dengannya.
12
4) Bahasa
Bayi Y mulai dapat menangis melengking atau keras meskipun
pada saat lahir memiliki riwayat tidak dapat menangis spontan.
4. Pengetahuan keluarga
Dari wawancara yang telah di lakukan nampak keluarga dari pasien
memiliki kurang pengetahuan .
5. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Bayi Y masih rentan terhadap infeksi sehingga perlu menerapkan prinsip
aseptik karena mekonium yang ada pada saluran nafasnya. Suhu infant
warmer box juga perlu dimonitor karena saat ini bayi rentan mengalami
hipotermi dan hipertermi. Observasi suhu bayi di boxtiap 30 menit sekali,
saat suhu pasien mencapai > 37,5 ⁰C maka matikan infant sementara dan
tetap observasi suhu bayi.
13
Bayi Y hanya beraktifitas di dalam box bayi, padi hari pertama
pengkajian bayi rewel karena terdapat luka di bagian kepala akibat
vacum.
5. Pola Istirahat tidur
Pada hari pertama pengkajian bayi sedikit rewal karena terdapat
luka pada kepala.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Pola konitif dan sensori bayi Y belum terkaji.
Pola kognitif ibu masih terbatas.
7. Pola konsep diri
Segala keputusan yang diambil menurut hasil diskusi bersama
suami.
8. Pola Hubungan - Peran
Bayi Y telah dapat berinteraksi dengan ibunya 3 hari setelah
masuk perinatologi karena ibu pasien masih berada di ruang rawat
inap sebelumnya.
9. Pola Seksual - seksualitas
Bayi Y mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, hal ini terlihat
dari keluarga yang selalu siaga di luar ruang perinatologi. Ibu
pasien mengunjungi pasien pada saat tiba waktunya untuk
menyusui..
10. Pola Mekanisme Koping
Bayi selalu memberikan tanda ketidaknyamanan dengan
menangis seperti saat sesak, haus, BAB dan BAK.
11. Personal Nilai dan kepercayaan
Ny R percaya bahwa semua proses yang dilalui untuk kesembuhan
anaknya dapat dilalui dengan sabar. Keluarga percaya tindakan
yang diberikan pada by.Y di RS dapat meningkatkan kesehatan
pasien.
14
IV. Observasi dan pemeriksaan fisik
15
Auskultasi: terdapat suara nafas tambahan (ronki) dan terdengar bunyi
jantung S1 dan S2 tunggal
5. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen normal, tidak terdapat asites, warna kulit sama
dengan sekitar
Palpasi: tidak terdapat distensi dan tidak terdapat nyeri tekan
Auskulkasi: bising usus 5 x/menit
Perkusi: Timpani di daerah lambung
6. Keadaan punggung
Inspeksi: terdapat lanugo tipis di seluruh lapang punggung dan warna kulit
sama dengan sekitarnya
Palpasi: tidak terdapat benjolan, tulang puggung simtris, tidak terdapat
bentuk tulang abdormal, punggung bayi simetris kanan-kiri
7. Ekstremitas:
Inspeksi: ekstremitas lengkap kanan/kiri-atas/bawah tidak ada kelainan
CTEV, tidak terdapat polidaktil
Palpasi: tidak terdapat bejolan, turgor kulit normal, terdapat tahanan yang
lemah dari bayi
8. Genetalia & Anus: testis (+), anus (+), secara umum normal dan tidak ada
kelainan
Inspeksi: ukuran penis normal
Palpasi: testis teraba kanan dan kiri
9. Pemeriksaan Neurologis
Reflek rooting (-)
Palmar (+)
Moro (+)
Babinski (+)
16
2. Oksigen: 1 Lpm dengan nasal kanula
3. Pemerian cairan infus D5 ¼
4. Extra lampu untuk thermoregulasi
5. Injeksi cinam 2x150 mg
6. Salep gentamisin
2. Tanda Minor
DS:
a. Dispnea
b. Sulit bicara
Ortopnea
DO :
a. Gelisah
b. Sianosis
17
c. Bunyi napas
menurun
d. Frekuensi
napas berubah
e. Pola napas
berubah
1. Tanda mayor Gangguan integritas Faktor mekanis
DS :- kulit atau jaringan (SDKI, kode D.0129,
DO : (SDKI, kode D.0129, 2017:282)
a. Kerusakan 2017:282)
jaringan dan
atau lapisan
kulit
2. Tanda minor
DS :-
DO :
a. Nyeri
b. Perdarahan
c. Kemerahan
d. Hematoma
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
18
meningkat infeksi saluran tidak efektif
(skala 5) napas
2. Produksi Terapeutik
sputum Terapeutik 1. Agar pasien
menurun (skala 1. Atur posisi nyaman
5) semifowler atau 2. untuk menjaga
3. Wheezing fowler kenyaman dan
menurun (skala 2. Buang sekret kebersihan
5) pada tempat pasien (bayi)
4. Mekonium sputum
menurun (skala Edukasi :
5) Edukasi 1. untuk memenuhi
5. Sianosis 1. Jelaskan tujuan tujuan batuk
membaik (skala dan prosedur efektif
5) batuk efektif
6. Frekuensi napas Kolaborasi
membaik (skala Kolaborasi 1. Agar
5) 1. Kolaborasi pemenuhan obat
7. Pola napas pemberian pada pasien
membaik (skala mukolitik dan dapat tercapai
5) ekspektoran,
(SLKI kode jika perlu
L.01001:18 ) (SIKI kode
I.01006:142)
Observasi
1. Untuk
Observasi: mengetahui
1. Identifikasi penyebab
penyebab gangguan
Setelah dilakukan gangguan integritas kulit
intervensi integritas kulit Terapeutik
keperawatan selama Terapeutik: 1. Untuk memberi
1x 24 jam diharapkan 1. Ubah posisi tiap kenyamanan
kerusakan integritas 2 jam jika tirah pasien
kulit atau jaringan baring 2. Agar tidak terjadi
pada pasien 2. Bersihkan iritasi
menurun dengan perineal Edukasi
kriteria hasil: dengan air 1. Untuk
1. Elastisitas hangat menghindari
meningkat Edukasi atau tidak
(skala 5) 1. Anjurkan memperparah
2. Perfusi menghindari keadaan pasien
jaringan terpapar suhu
meningkat ekstrim
(skala 5) (SIKI kode I.11353
3. Nyeri menurun hal 316)
(skala 5)
4. Perdarahan
19
menurun
(skala 5)
5. Kemerahan
menurun
(skala 5)
6. Hematoma
menurun
(skala 5)
7. Suhu kulit
membaik
(skala 5)
(SLKI kode L.14125
hal 33)
Evaluasi
S: Tidak di kaji
O: -klien tetap hangat suhu 36,5 C
-akral hangat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Teruskan rencana intervensi
20
DAFTAR PUSTAKA
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning,
Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
21
22