Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

“APPENDICITIS”

Disusun untuk memenuhi tugas praktik gawat darurat RSUD Sidoarjo

HALAMA N JUDUL

Disusun Oleh:

1. Ferum Ike P. (201914401017)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang disusun oleh

Nama : Ferum Ike Pratiwi (201914401017)

Judul : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP APPENDICITIS

Telah disahkan dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh:

CI RSUD SIDOARJO
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini yang

berjudul “Laporan Pendahuluan Appendicitis”.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas

Praktik Keperawatan RSUD Sidoarjo. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberi

dukungan moriil maupun materiil. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih kepada CI pembimbing kami dan tim dosen.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak sangat diharapkan. Demikian, semoga makalah ini dapat digunakan

sebagaimana mestinya, dan dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Nganjuk, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

D. Manfaat......................................................................................................3

BAB II KONSEP APPENDICITIS.........................................................................4

A. Pengertian atau Definisi............................................................................4

B. Etiologi......................................................................................................4

C. Klasifikasi..................................................................................................5

D. Patofisiologi...............................................................................................5

E. WOC..........................................................................................................6

F. Manifestasi Klinis......................................................................................7

G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7

H. Penatalaksanaan.........................................................................................8

I. Komplikasi................................................................................................9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................12


A. Pengkajian...............................................................................................12

1. Identitas...............................................................................................12

2. Riwayat Penyakit.................................................................................12

3. Pola Gordon.........................................................................................13

4. Pemeriksaan Fisik................................................................................16

5. Analisa Data........................................................................................17

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................21

C. Perencanaan Keperawatan.............................................................................22

BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitisakutadalahperadangandariapendiksvermiformisdanmerupakan

kasus pembedahan darurat nyeri perut akut terbanyak sekitar 10%,terjadi pada

semua golongan usia terutama usia 20-30 tahun dengan angka insidenpaling

banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan 1,4 :

1(Froggattdan Harmston, 2011).

Amerika Serikat angka insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000

orang.Risiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah sekitar

6-9%. Data di Di Inggris menyatakan jumlah penderita apendisitis akut di

RumahSakit didapatkan sebanyak 40.000 setiap tahunnya. Mortalitasnya cukup

tinggiterutama jika mengenai orang usia tua yaitu antara 28-60% (Humes dan

Simpson,2011).

DiIndonesiaangkainsidenapendisitiscukuptinggi,danterjadipeningkatan

jumlah pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperolehdari

Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, kasus apendisitis di

Indonesiaberjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut

Dinkes ProvinsiBali pada tahun 2009, apendisitis menduduki peringkat 5 penyakit

rawat inapRSUDse-Bali, tercatat 2162 kasus(Anonim, 2009).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan pendahuluan ini, yaitu:

1. Apa definisi dari appendicitis?


2. Apa etiologi dari appendicitis?

3. Apa saja klasifikasi dari appendicitis?

4. Bagaimana patofisiologi dari appendicitis?

5. Bagaimana WOC dari appendicitis?

6. Apa manifestasi klinis dari appendicitis?

7. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada appendicitis?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari appendicitis?

C. Tujuan

Tujuan umum dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah menambah

pengetahuan mahasiswa tentang appendicitis.

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi appendicitis.

2. Untuk mengetahui etiologi appendicitis.

3. Untuk mengetahui klasifikasi appendicitis.

4. Untuk mengetahui patofisiologi appendicitis.

5. Untuk mengetahui WOC appendicitis.

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis appendicitis.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada

appendicitis.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan appendicitis.


BAB II

KONSEP APPENDICITIS
A. Pengertian atau Definisi

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94

inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi

makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena

pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi

tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, dan Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).

B. Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor prediposisi yaitu:

1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya


obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

C. Klasifikasi

Klasifikasi Apendisitis ada 2 :

1. Apendisitis akut, dibagi atas:

a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan

timbul striktur lokal.

b. Apendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

2. Apendisitis kronis, dibagi atas:

a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul

striktur lokal.

b. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya

ditemukan pada usia tua.

D. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau

tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri

abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam

terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang

terinflamasi berisi pus.

Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak

adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur

karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya. Sebab lain misalnya :

keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).

Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan

dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.

Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka

rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,

sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan

appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,

dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat

mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena

omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding

apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga

pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi

lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya

hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.


E. WOC
F. Manifestasi Klinis

Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,

mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.

1. Nyeri tekan lokal pada titik Mc.burney bila dilakukan tekanan.

2. Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai.

3. Derajat nyeri tekan spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare

tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.

4. Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat

terasa didaerah lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini

dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan pada pemeriksaan rektal.

5. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum;

nyeri pada saat berkemih mununjukkan bahwa ujung apendiks dekat

dengan kandung kemih atau ureter.

6. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot-otot testis kanan dapat terjadi.

7. Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah

kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran

kanan bawah. Apabila ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk.


8. Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi.

Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan destruksi

usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami

gejala sampai ia mengalami ruptur appendiks. Insiden perforasi pada

appendiks lebih tinggi pada lansia, karena banyak dari pasien-pasien ini

mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang

lebih muda.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara

10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan

pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah

satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah

terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis

serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan

90%.

2. Radiologi

Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed

Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan

bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,

sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang


dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi

serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan

angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-

Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.

3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan

infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa

peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa

adanya kemungkinan kehamilan.

6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan

awal untuk kemungkinan karsinoma colon.

7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti

Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan

Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis

meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.


a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang

tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian

antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi.

Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan

penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik

b. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka

tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks

(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian

antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses

appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).

c. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya

komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.

Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila

diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam

fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan

intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan

dengan besar infeksi intra-abdomen.

2. Penatalaksanaan keperawatan

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah dialami dalam hal

appendiktomi tidak ada tata laksana keperawatan khusus yang diberikan


pada pasien apendisitis.adapun tindakan non medis yang diberikan adalah

persiapan pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat memastikan 

kepada dokter bahwa tes darah,cek urin, rontgen, dan puasa sudah

dilaksanakan.

Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah

perawatan luka jahitan dan mobilisasi pasien secara teratur untuk

mencegah dekubitus
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan secara individual dan sesuai

dengan masalah dan kebutuhan klien saat ini.

1. Identitas

Appendicitis bisa terjadi siapa saja, termasuk anak-anak. Namun,

penyakit ini lebih sering dialami oleh perempuan yang berusia 10-25

tahun.

2. Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit Saat Ini

1) Keluhan Utama Pasien : Keluhan saat dilakukan pengkajian klien

mengatakan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas. Klien

mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk

beraktifitas, terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan

nyeri hilang timbul.

2) Keluhan lain : nafsu makan menurun

b. Kronologis Keluhan

1) Faktor Penyebab : Infeksi pada daerah rongga usus buntu.

2) Waktu Timbul Keluhan : Tergantung dari tingkat keparahan,

biasanya dalam 5 menit sekali atau bahkan 1 jam sekali.

c. Riwayat Penyakit Masa Lalu


1) Riwayat Alergi : Pasien dengan kasus appendicitis apakah

memiliki alergi terhadap makanan, minuman maupun obat yang

dikonsumsi

2) Riwayat Kecelakaan : Pasien dengan kasus appendicitis apakah

Telah terjadi kecelakaan atau tidak.

3) Riwayat Perawatan RS : Pasien dengan kasus appendicitis apakah

pernah menjalankan perawatan dalam RS.

4) Riwayat Pemakaian Obat: Pasien dengan kasus appendicitis apakah

pernah mengonsumsi obat – obatan.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan

seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular

seperti Hepatitis dan TBC.

3. Pola aktifitas sehari-hari

a. Nutrisi

Pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4 porsi karena

pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien

sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas (1000-1200cc)

setiap hari.

b. Eliminasi

Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan

frekuensi 1x sehari, konsistensi agak keras (berbentuk bulat-bulat


kecil), bau khas. Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6x

sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.

c. Istirahat dan Tidur

Pasien mengatakan tidur selama 9 jam mulai pukul 21.00 WIB, kalau

malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien

bangun pukul 06.00 WIB.

d. Aktifitas Fisik

Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

kemampuan, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien

tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien

mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa

sakit saat bergerak.

e. Personal Hygiene

Selama di rumah sakit, pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu

pagi dan sore dengan tidak memakai sabun.

4. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada klien, diperoleh:

a. KU : Kesadaran composmentis dengan GCS normal.

b. TTV :

a. Nadi normal (60-80x/menit)

b. Tekanan darah menurun (100/60 mmHg)

c. Suhu tubuh meningkat (37,5-39°C)


d. Frekuensi pernapasan normal (16-22x/menit)

c. Kepala dan Leher

Inspeksi : Rambut dan kulit kepala tampak bersih, ukuran normal.

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri

tekan.

d. Mata
Inspeksi : Mata normal.

Palpasi : tidak tampak kemerahan

e. Hidung

Inspeksi : Bentuk simetris, tampak bersih, tidak ada sekret.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

f. Mulut

Inspeksi : Tampak bersih, bentuk simetris, mukosa bibir kering.

g. Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris dan sejajar, bersih tidak ada sekret.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

h. Thorax

Inspeksi : Bentuk normal dan simetris, tidak ada pembesaran.

Palpasi : Fremitus paru kiri dan kanan sama

Perkusi : Terdengar bunyi sonor

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

i. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba


Perkusi : terdengar bunyi sonor

Auskultasi : irama jantung teratur

j. Abdomen

Palpasi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy

dengan jahitan rapi, luka kurang bersih, ada pus, kemerahan berkurang,

tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka. Perban

terlihat kotor, karena belum diganti.

Perkusi : Ada nyeri tekan pada area kandung kemih.

Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit

k. Genetalia

Inspeksi : normal tidak ada infeksi

l. Ekstremitas Atas dan Bawah

Ekstremitas atas. : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada

tangan kiri, tidak terdapat oedem.

Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan

tidak oedem.

5. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. Gejala dan Tanda Mayor Nyeri karena gejala Gangguan rasa
DS: penyakit. nyaman
1. Mengeluh tidak nyaman (SDKI D.0074, (SDKI D.0074,
DO: 2017:166) 2017:166)
1. Gelisah
Gejala dan Tanda Minor
DS:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh mual.
DO:
1. Menunjukkan gejala
distress
2. Tampak merintih
3. Pola eliminasi berubah
(SDKI D.0074, 2017:166)
2. Gejala dan Tanda Mayor Ketidakmampuan Defisit nutrisi
DS: - mencerna makanan. (SDKI D.0019,
DO: (SDKI D.0019, 2017:56)
1) Berat badan menurun 2017:56)
minimal 10% di bawah
rentang.
Gejala dan Tanda Minor
DS:
1. Kram/ nyeri abdomen
2. Nafsu makan menurun.
DO:
1. Bising usus hiperaktif.
2. Serum albumin
menurun.
3. Rambut rontok
berlebihan.
4. Diare.
(SDKI D.0019, 2017:56)
3. Gejala dan Tanda Mayor Ketidakadekuatan Resiko Infeksi
DS: - pertahanan tubuh (SDKI, D.0142
DO: - primer. Hal 304)
Gejala dan Tanda Minor (SDKI, D.0142 Hal
DS: - 304)
DO: -

(SDKI D.0142, 2017:304)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri karena gejala penyakit

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

primer

C. Perencanaan Keperawatan

Tabel 1 Perencanaan Keperawatan Pada Bladder Calculi (Batu Kandung Kemih)


Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Gangguan rasa Setelah Observasi 1. mengetahui
nyaman dilakukan 1. Identifikasi intensitas nyeri,
berhubungan tindakan intensitas nyeri sehingga dapat
dengan nyeri keperawatan 2. Monitor efek menentukan
karena gejala selama … samping pemberian intervensi yang
penyakit x24jam analgetik. diberikan.
(SDKI D.0074, diharapkan Teraupetik 2. menilai efek
2017:166) tingkat nyeri 3. Fasilitasi istirahat samping obat klien
membaik, dan tidur 3. Agar klien
dengan kriteria 4. Kontrol lingkungan merasa nyaman
hasil: yang memperberat 4. Agar nyeri klien
1. Keluhan rasa nyeri dapat berkurang
nyeri Edukasi 5. mengkaji nyeri
menurun (5) 5. Anjurkan memonitor 6. meningkatkan
2. Meringis nyeri secara mandiri relaksasi
menurun (5) 6. Ajarkan teknik 7. kepatuhan
3. Gelisah nonfarmakologis terhadap analgetik
menurun untuk mengurangi dapat mencegah
menurun (5) rasa nyeri. nyeri
4. Kesulitan Kolaborasi
tidur 7. Kolaborasi
menurun (5) pemberian analgetik.
5. Mual (SIKI I.08238,
menurun (5) 2017:201)
6. Muntah
menurun (5)
7. Pola nafas
membaik
(5)
(SLKI
L.08066,
2017:145)
Defisit nutrisi Setelah Observasi 1. mengetahui
berhubungan dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi,
dengan tindakan status nutrisi. sehingga dapat
ketidakmampuan keperawatan 2. asupan menentukan
mencerna selama … makanan. intervensi yang
makanan. x24jam 3. berat badan. diberikan.
(SDKI D.0019, diharapkan Teraupetik 2. menilai asupan
2017:56) tingkat nutrisi 1. Lakukan oral makanan klien
membaik, hygiene 3. adanya
dengan kriteria sebelum makan, penurunan atau
hasil: jika perlu. kenaikan berat
1. Kekuat 2. suplemen badan
an otot makanan, jika 4. mulut yang
menela perlu. bersih dapat
n Edukasi meningkatkan
mening 1. Anjurkan posisi nafsu makan
kat (5) duduk, jika 5. mengkaji zat gizi
2. Perasaa mampu. yang dikonsumsi
n cepat 2. diet yang dan suplemen yang
kenyan diprogramkan. diperlukan
g Kolaborasi 6. meningkatkan
menuru 1. Kolaborasi relaksasi
n (5) dengan ahli gizi 7. kepatuhan
3. Nyeri untuk terhadap diet dapat
abdom menentukan mencegah
en jumlah kalori komplikasi
menuru dan jenis 8. dalam proses
n (5) nutrien yang penyembuhan1.tan
4. Berat dibutuhkan. da awal
badan (SIKI I.03119, inkontenisia urine.
memba 2017:200)
ik (5)
5. Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
memba
ik (5)
(SLKI
L.03030,
2017:121)

Resiko infeksi Setelah Observasi 1. Agar klien dapat


berhubungan dilakukan 1. Periksa kesiapan dan mengetahui
dengan proses kemampuan mengenai infeksi
ketidakadekuata keperawatan menerima informasi 2. Mengurangi
n pertahanan selama ...x24 Terapeutik resiko infeksi
tubuh primer. jam maka 2. Identifikasi 3. Mengetahui
(SDKI D.0142, resiko infeksi pencegahan resiko tanda dan gejala
2017:304) menurun infeksi infeksi
dengan kriretia Edukasi 4. Agar klien
hasil 3. Jelaskan tanda dan terhindar dari
1. Nafsu gejala infeksi lokal resiko infeksi
makan dan sistemik.
meningkat 4. Anjurkan mengikuti
(5). tindakan pencegahan
2. Nyeri sesuai kondisi
menurun (SIKI I. 12406,
(5). 2017:80)
3. Vesikel
menurun
(5).
4. Kemerahan
menurun
(5).
5. Gangguan
kognitif
menurun
(5).
6. Kultur
darah
membaik
(5).
(SLKI.
L14137,
2017:139)
BAB IV

KESIMPULAN

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh

fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen

merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat

terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius

vermikularis (Ovedolf, 2006). Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi

penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan

penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing

seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doenges, E. M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan), Edisi 3,

Jakarta: EGC.

Depkes RI.2008.Kasus Appendicitis di Indonesia.diakses dari :

http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-apendisitis-di-indonesia-

pada-tahun-2008.html http://darkcurez.blogspot.com/2011/01/makalah-

apendisitis.html

Lubis. A. Angka Kejadian Appendicitis. diakses dari:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-

babi.pdf pada tanggal 2 November 2012

Stacrose.2009.Angka Kejadian Appendicitis.diakses dari:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-

babi.pdf pada tanggal 2 November 2012

Ummualya. 2008. Angka Kejadian Appendisitis. diakses dari :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-

babi.pdf pada tanggal 2 November 2012


Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1

Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1

Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1

Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai