Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DENGAN


MASALAH NYERI AKUT DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021

Disusun oleh kelompok III kelas III B :

Marcella 0101019034
Melza Metalia 0101019036
M Thorik Ibrahim 0101019037
Muhammad Saeful Bahri 0101019039
Nadia Auliya 0101019040
Nurmala Dewi 0101019043

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA CIKARANG


2021
PROPOSAL PENELITIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DENGAN
MASALAH NYERI AKUT DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021

Proposal Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penelitian Terapan
Di Akademi Bhakti Husada Cikarang

Disusun Oleh kelompok III kelas III B

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA CIKARANG


2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal penelitian ini diajukan oleh:


Nama : kelompok III(Marcella, Melza Metalia, M Thorik Ibrahim, Muhammad
Saeful Bahri, Nadia Auliya,Nurmala Dewi)
Kelas : Tingkat III B
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Appendiktomi Dengan Masalah
Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2021

Telah disetujui untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Penelitian Terapan di
Akademi Keperawatan Bhakti Husada Cikarang.

Cikarang, Oktober 2021

Pembimbing

(Sofie Handajany, S.Kp.,M.Kes)


NIK: 2602710203

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian. dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DENGAN
MASALAH NYERI AKUT DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021”.
Proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Terapan.
Proposal Penelitian ini terwujud karena adanya pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, serta memberi dorongan dan doa dalam menyelesaikan penulisan Proposal
Penelitian ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan
kepada :
1. Ibu, Ns. Temmy Lanovia Anggraini, M.Kep. selaku Direktur Akper Bhakti
Husada Cikarang.
2. Ibu Sofie Handajany, S. Kp. M.Kes, selaku koordinator dan pembimbing
Penulisan Proposal Penelitian Terapan yang telah memberikan bimbingan, arahan,
saran dan motivasi kepada penulis.
3. Ibu. Iin Ira Kartika, S.KM, M.KM, selaku dosen mata ajar Penelitian Terapan.
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberika dorongan baik materi,
moral maupun spritual.
5. Kiki Dwi Purnama A.Md.Kep, yang telah memberi saran dan bantuan kepada
penulis
Penulis menyadari bahwa Penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran
sangat diharapkan sebagai masukan untuk perbaikan berupa hasil berikutnya. Penulis
berharap agar Proposal Penelitiaini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa.

Bekasi, September 2021

Penulis

iv
Akper Bhakti Husada Cikarang
Proposal Penelitian, Oktober 2021
Kelompok III Kelas III B

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST APPENDIKTOMI DENGAN


MASALAH NYERI AKUT DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021

viii Halaman + 29 halaman + 2 Tabel + 2 Lampiran

Pendahuluan :Apendiksitis akut menempati urutan ke4 penyakit terbanyak di Indonesia


setelah Dispepsia, Gastritis, dan penyakit sistim cerna lain dengan jumlah pasien rawat
inap sebanyak 28.040. tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Post Op Appendiktomi dengan
Nyeri Akut. Appendektomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi
dengan prosedur atau pendekatan endoskopi. Appendektomi adalah operasi yang
dilakukan pada penderita usus buntu.
Metode penelitian : yang dilakukan adalah studi kasus, menggunakan subjek penelitian 2
orang pasien Post Op Appendektomi dengan masalah Nyeri Akut instrumen yang
digunakan alat ukur lembar pengkajian, lembar implementasi dan evaluasi. Teknik
analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan study dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterrpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori
yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi.

Kata kunci: Appendisitis, appendektomi,Nyeri Akut

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Apendiktomi....................................................................................5
B. Konsep Dasar Nyeri Akut.......................................................................................11
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Post Apendiktomi dengan Masalah
Nyeri Akut..............................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian...............................................................................................25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................................25
C. Subjek Penelitian.....................................................................................................25
D. Pengumpulan Data...................................................................................................25
E. Uji Keabsahan Data.................................................................................................25
F. Prosedur Penelitian..................................................................................................25
G. Analisa Data.............................................................................................................26
H. Etik Penelitian..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Analisa Data........................................................................................................17


Tabel Perencanaan.........................................................................................................18

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsul


Lampira 2 : Lembar Instrument Penelitian

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap prosedur pembedahan termasuk tindakan Appendictomy akan
mengakibatkan terputusnya jaringan (luka). Dengan adanya luka tersebut, akan
merangsang nyeri yang disebabkan jaringan luka yang mengeluarkan prostaglandin
dan leukotriens yang merangsang susunan saraf pusat, serta adanya plasma darah yang
akan mengeluarkan Plasma Extravastion sehingga terjadi edema dan mengeluarkan
bradikinin yang merangsang susunan saraf pusat, kemudian diteruskan ke Spinal Cird
untuk mengeluarkan impuls nyeri, nyeri akan menimbulkan berbagai masalah fisik
maupun psikologis. Masalah-masalah tersebut saling berkaitan, apabila masalah-
masalah tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan masalah yang kompleks
(Solehati, 2015).
Dari data World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian
akibat Apendisitis di dunia adalah 0, 2-0, 8%. (Arifuddin, 2017).Insidensi Apendiktomi
di Indonesia menempati urutan ke 2 dari 193 negara diantara kasus kegawatan
abdomen lainnya. Apendiksitis akut menempati urutan ke 4 penyakit terbanyak di
Indonesia setelah Dispepsia, Gastritis dan Duodenitis, dan penyakit sistim cerna lain
dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 (Depkes RI, 2018). Apendiktomi
merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit
Apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti
peritonitis atau abses (Marijata, 2015).
Pembedahan dapat melibatkan beberapa sistem tubuh secara langsung maupun
tidak langsung, dan merupakan pengalaman yang rumit bagi klien, diagnosis
keperawatan berfokus pada luasnya variasi masalah aktual, potensial, dan kolaboratif.
Masalah yang sering ditemukan pada pasca operatif adalah masalah sirkulasi, masalah
Urinarius, masalah luka, masalah Gastrointestinal, dan masalah rasa aman nyaman
(Kozier, 2011).Penatalaksanaan klien dengan penyakit Apendiksitis akut adalah
pembedahan Apendektomi. Rasa nyeri sering sekali menjadi keluhan utama pasca
pembedahan. Nyeri timbul disebabkan oleh luka operasi pasca pembedahan. Nyeri
akut sering terjadi pada klien di saat post operasi. Nyeri akut juga sering terjadi setelah
proses Apendektomi. Proses Apendektomi dapat dilakukan pada Apendiksitis tanpa

1
2

komplikasi. Nyeri akut terjadi pada klien post operasi Apendektomi dengan
rasa nyeri yang dirasakan klien dengan jarak waktu kurang dari 3 bulan, atau nyeri
yang dirasakan setelah mengalami pasca pembedahan. (Perdana, 2015).
Nyeri paska operasi didefinisikan sebagai nyeri yang dialami setelah intervensi
bedah. Kedua faktor pra operasi, perioperatif, dan paska operasi mempengaruhi
pengalaman nyeri (Magidy,dkk, 2016). Salah satu penelitian di Amerika Serikat
menyatakan hampir >80% pasien mengalami nyeri pasca operasi (Garcia, 2017). Nyeri
ini masuk dalam klasifikasi nyeri akut nosisepetif. Masalah nyeri pada paska operasi
merupakan pengalaman yang umum terjadi sehari-hari, namun hanya 30 hingga 50%
dari kasus menerima perawatan yang efektif (Barbosa, 2014).Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2016 mencatat jumlah penderita Apendiksitis di
Indonesia mencapai 591.819 orang dan tahun 2017 meningkat menjadi 596.132 orang.
Penatalaksanaan Appendiksitis adalah dengan tindakan Appendiktomy. (Hayat, 2020).
Dampak nyeri pada pasien post operasi akan meningkat dan mempengaruhi
penyembuhan pasca pembedahan. Upaya untuk menurunkan nyeri adalah teknik
relaksasi nafas dalam yang dapat menurunkan ketegangan fisiologis dan teknik ini
dapat dilakukan dengan berbaring. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila
fikiran klien tenang, posisi kenyamanan klien dan keadaan lingkungan yang
mendukung. Dengan cara menarik nafas pelan seiring dengan respirasi udara pada
paru. Pengaruh teknik relaksasi terhadap rasa nyeri akan membuat rasa nyeri itu
berkurang (Fahriani, 2012). Tindakan untuk mengatasi nyeri dengan terapi non
farmakologi mancakup pendekatan secara fisik dan perilaku kognitif. Tujuan
pendekatan secara fisik, agar nyeri berkurang, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah
respon fisiologis, serta mengurangi ketakutan yang berhubungan dengan imobilitas
terkait nyeri. Salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologi pada pasien post
operasi adalah teknik rileksasi benson(Warsono, 2019).
Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa teknik relaksasi benson dapat
menurunkan skala nyeri pada pasien Post Operasi Apendiksitis dari hasil penelitian
dan beberapa hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas yaitu setelah diberikan
teknik relaksasi benson, sebagian besar skala nyeri mengalami perubahan yang
signifikan dengan menurunnya skala nyeri menjadi skala nyeri ringan. Selain itu,
teknik relaksasi benson dapat digunakan dimana saja tanpa mengganggu aktivitas
yang lainnya (Rasubala et al., 2017). Relaksasi benson efektif untuk mengurangi nyeri
pasca bedah. Relaksasi Benson dikembangkan dari metode respons relaksasi dengan
3

melibatkan factor keyakinan (faith factor). Pasien melakukan relaksasi dengan


mengulang kata atau kalimat yang sesuai dengan keyakinan responden sehingga
menghambat impuls noxius pada system kontrol descending (gate control theory) dan
meningkatkan kontrol terhadap nyeri (Datak dkk, 2018).
berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik mengambil studi kasus dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST APENDIKTOMI
DENGAN MASALAH NYERI AKUT DI TAHUN 2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah
penelitian yaitu”Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Apendektomi Dengan Masalah Nyeri Akut di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun
2021?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu Mengetahu asuhan keperawatan pada klien Post Operasi
Apendektomi dengan masalah Nyeri Akut di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun
2021
2. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan penelitian kasus ini diharapkan mahasiswa mengetahui
tentang cara:
a. Melakukan pengkajian yang tepat pada klien Post Operasi Apendektomi
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2021
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien Post Operasi Apendektomi
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2021.
c. Merumuskan Perencanaan keperawatan yang efektif pada klien Post
Operasi Apendektomi Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten
Bekasi Tahun 2021.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan yang tepat pada klien Post
Operasi Apendektomi Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten
Bekasi Tahun 2021.
e. Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada klien Post Operasi
Apendektomi Dengan Masalah Nyeri Aku Di RSUD Kabupaten Bekasi
Tahun 2021.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan pemecahan masalah keperawatan pada klien Post Operasi Apendektomi
Dengan Masalah Nyeri Akut.
2. Manfaat Praktis
a. RSUDKabupaten Bekasi
Asuhan keperawatanpasien Post Operasi Apendektomi dapat digunakan
sebagai acuan dalam melakukan tindakan keperawatan dan juga sebagai bahan
masukan dan informasi pada perawat yang ada di Rumah Sakit untuk
menaikkan mutu dan pelayanan Rumah Sakit khususnya pada pasien Post
Operasi Apendektomi
b. Perawat
Berguna bagi pelayanan keperawatan khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien post operasi Appendiktomy.
c. Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pengembangan ilmu pengetahuan dalam
proses belajar dan bahan pustaka tentang asuhan keperawatan khususnya
Appendisitis.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data untuk peneliti selanjutnyapada
asuhan keperawatan pada pasien post operasi Appendiktomy.
B AB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Apendektomi


1. DefinisiApendektomi
Appendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di organ umbai cacing atau
yang dikenal dengan penyakit usus buntu. Pada orang dewasa nyeri akan tampak khas
dengan pemeriksaan fisik. Yaitu nyeri pada perut kanan bawah. Tanda lain adalah
panas, mual dan muntah. Apendiks kecil sebesar satu ruas jari, yang menempel pada
adalah organ usus besar di sisi kanan bawah perut. Bagian dalam usus buntu
menyambung ke usus besar. Apabila usus buntu tersumbat, ia akan meradang dan
bakteri akan tumbuh di dalamnya. Penyumbatan bisa terjadi oleh tinja, pembengkakan
kelenjar getah bening di usus, atau infeksi parasit. Jika usus buntu yang terinfeksi tidak
diangkat, maka ia akan pecah dan konten di dalamnya dapat menyebar ke seluruh
perut yang disebut Peritonitis. Dan ini bisa berdampak kematian. Gejala awalnya
adalah nyeri pada ulu hati kemudian bergerak ke bagian kanan bawah perut, terjadi
hilang timbul kemudian menjadi konsisten dan tajam. Diiringi demam ringan hingga
tinggi, kehilangan selera makan, karena terasa nyeri pada saat ada makanan atau
minuman yang masuk ke usus buntu tersebut. Mual dan muntah, diare kadang bisa
berlendir, dan perut terasa kembung. Untuk memastikan diagnosa dengan pemeriksaan
USG, agar bisa dilakukan tindakan yang tepat. Penanganan usus buntu bisa dengan
memberikan antibiotik apabila tingkat peradangannya belum terlalu parah. Namun
apabila sudah parah maka satu-satunya pengobatan adalah dilakukannya tindakan
Appendiktomi atau pemotongan Appendik, usus buntu. (Azmi, 2020).
Apendektomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan
prosedur atau pendekatan endoskopi. Apendektomi adalah operasi yang dilakukan pada
penderita usus buntu. Ketika diagonisi apendisitis telah dibuat atau memang dicurigai,
maka perlu diadakan operasi apendektomi. Apendektomi harus dilakukan beberapa jam
setelah diagnosis ditegakkan dan biasanya dikerjakan melalui insisi kuadran kanan
bawah. (Saditya, 2014).
ApendektomiApendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis
yangterjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada
lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada umumnya adalah berupa
nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu mual dan muntah sering terjadi

5
6

beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu
makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia (Fransisca dkk, 2019).
2. Etiologi dan Faktor Risiko
Apendisitis dapat disebabkan hal berikut.
a. Fekalit (batu feses) yang mengoklusi lumen apendiks
b. Apendiks yang terpuntir 1 Pembengkakan dinding usus
c. Kondisi fibrosa di dinding usus
d. Oklusi eksternal usus akibat adesi
e. Infeksi organisme Yersinia telah ditemukan pada 30% kasus.
Tidak ada faktor risiko tertentu untuk apendisitis. Oleh karena tidak dapat
dicegah, deteksi dini sangat penting. (Black dan Hawks, 2021).
3. KlasifikasiAppendisitis
Klasifikasi apendisitis menurut Nuraruf danKusuma (2013) dalam Arifin
(2014) yaitu:
a. Apendisitis akut radang, mendadak umbai cacing yang memberikan tanda

disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.

b. Apendisitis rekrens, yaitu apabila terdapat riwayat nyeri berulang diperut

kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.

c. Apendisitis kronis, memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah

lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara Makroskopik dan

Mikroskopik serta keluhan menghilang setelah apendiktomi.

Selain menurut Nuraruf, klasifikasi Apendisitis menurut Rukmana 2011 yang

dikutip oleh Humaera (2016) dibagi menjadi dua yaitu:

a. Apendisitis akut

Gejala apendistis akut adalah nyeri samar dan tumpul yang merupakan

viseral didaerahEpigastrium disekitar umbilikus. Apendisitis akut

diklasifikasikan kembali menjadi:


7

b. Apendisitis Akut Sederhana

Pada Apendisitis akut sederhana, proses peradangan baru terjadi di

mukosa dan sub mukosa yang disebabkan obstruksi. Sekresi Mukosa

menumpuk dalamlumen Apendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam

lumen yang menggangualiran Limfe, Edema, Kemerahan Dan Mukosa

Appendis menebal.

c. Apendisitis Akut Purulenta

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah dan disertai dengan

Edema, dapat menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding

Apendiks serta menimbulkan Trombosis.Apendisitis Akut GangrenosaPada

apendisitis akut Gangrenosa terdapat Mikroperforasi dan kenaikan cairan

Peritonela yang Purulen.

d. Apendisitis Infiltrat

Apendisitis infiltrat merupakan proses radang Apendiks yang

penyebarannya dapat dibatasi oleh Omentum, Usus Halus, Sekum, Kolon

Dan Peritoneum.

e. Apendisitis Abses

Apendisitis abses ini dapat terjadi apabila massa lokal yang

terbentuk berisi nanah. Umumnya dapat ditemui di Fossa Iliaka kanan,

Lateral dari Sekum, Retrosekal, Subsekal dan Pelvikal.

f. Apendisitis Perforasi

Apendisitis perforasi adalah pecahnya Apendiks yang sudahGangren

sehingga menyebabkan pus masuk kedalam rongga perut dan terjadi

Peritonitas umum. Pada dinding Apendiks, tampak daerah Perforasi

dikelilingi oleh jaringan Nekrotik.


8

g. Apendisitis kronik

Diagnosis Apendisitis dapat dikatakan kronik apabila ditemukan

adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang

kronik Apendiks secara Makroskopik dan Mikroskopik. Apendiks kronik

terkadang dapat menjadi akut kembali dan disebut Apendisitis Kronik

dengan eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah adanya pembentukan

jaringan.

4. Manifestasi Klinis
Keluhan Apendektomi dimulai dari nyeri diperiumbilikus dan munta dan
rangsangan Peritonium Viseral. Dalam waktu 2-12 jam seiring dengan iritasi
Peritoneal, nyeri perut akan berpindah kekuadran kanan bawah yang menetap 7 dan
diperberat dengan batuk dan berjalan. Nyeri akan semakin progeresif dan dengan
pemeriksaan akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang
dapat ditemukan adalah anoreksia, malaise demam tek terlalu tinggi konstipasi diare,
mual, dan muntah.(Black dan Hawks, 2021).
5. Komplikasi
Penyakit usus buntu yang tidak diobati berisiko menimbulkan komplikasi
yang membahayakan. Komplikasi tersebut antara lain:
a. Abses atau terbentuknya kantong berisi nanah.
Komplikasi ini muncul sebagai usaha alami tubuh untuk mengatasi
infeksi pada usus buntu. Penanganannya dilakukan dengan penyedotan nanah
dari abses atau dengan antibiotik. Jika ditemukan dalam operasi, abses dan
bagian di sekitarnya akan dibersihkan dengan hati-hati dan diberi antibiotik.
b. Peritonitis.

Peritonitis adalah infeksi pada lapisan dalam perut atau Peritoneum.

Peritonitis terjadi saat usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh

rongga perut. Penanganan kasus ini dilakukan dengan pemberian antibiotik dan

tindakan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan

membersihkan rongga perut. Peritonitis ditandai dengan nyeri seluruh perut yang
9

hebat dan terus menerus, demam, serta detak jantung yang cepat. Penyakit usus

buntu perlu segera diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi. (Willy, 2018).

6. Patofisiologi

Bila Apendiks menjadi terobstruksi, tekanan intraluminal meningkat,

menyebabkan drainase vena menurun, Trombosis, Edema, dan Invasi Bakteri ke

Lumen. Penurunan arteri terjadi,dengan Nekrosis dan Invasi Dinding Usus. Jika

proses terjadi secara lambat, infeksi akan terlokalisasi membentuk dinding oleh

struktur yang ada di dekatnya, membentuk abses. Perkembangan kerusakan vaskular

yang cepat akan menyebabkan ruptur dan pembentukan fistula di antara apendiks

dan struktur di dekatnya (Kandung Kemih, Usus Halus, Sigmoid, Dan Sekum).(Black

dan Hawks, 2021).

7. Macam-macam Apendiktomi
Terdapat dua cara dalam melakukan Apendektomi, yaitu secara Laparoskopi atau
operasi lubang kunci, dan bedah terbuka atau laparotomi. Kedua teknik bedah tersebut
diawali dengan melakukan bius total pada pasien.
a. Operasi usus buntu dengan Laparoskopi dilakukan dengan membuat
beberapa sayatan kecil sebesar lubang kunci pada perut, untuk
memasukkan alat bedah khusus yang dilengkapi kamera untuk
mengangkat usus buntu. Operasi ini lebih disukai karena proses
pemulihannya lebih singkat. Operasi jenis ini juga dianjurkan pada
penderita lansia atau obesitas.
b. Sementara operasi dengan bedah terbuka dilakukan dengan membedah
perut bagian kanan bawah sepanjang 5-10 sentimeter, dan mengangkat
usus buntu. Bedah terbuka ini sangat dianjurkan untuk kasus usus
buntu di mana infeksi telah menyebar ke luar usus buntu, atau jika usus
buntu sudah bernanah (Abses).Sementara untuk kasus usus buntu yang
telah pecah dan terjadi Abses, perlu dilakukan pengeluaran nanah
terlebih dahulu dari abses menggunakan selang yang dimasukkan
melalui sayatan pada kulit. Pelaksanaan Apendektomi baru bisa
dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi terkendali.
10

Proses pemulihan pasca Apendektomi pada bedah laparoskopi lebih


singkat dibanding bedah terbuka. Pasien dapat pulang dari rumah sakit
beberapa hari pasca operasi. Namun jika terjadi komplikasi saat
operasi, maka perawatan di rumah sakit dapat berlangsung lebih lama.
Selama masa pemulihan, pasien tidak diperbolehkan mengangkat
beban yang berat, dan dianjurkan untuk tidak berolahraga dahulu
selama sekitar 6 minggu. Setelah itu, pasien dapat kembali beraktivitas
secara normal.(Willy, 2018).
8. Pemeriksaan Penunjang
8.1 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (Swelling),
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (Distensi).
b. Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng
Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis Apendsitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di
angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila
pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
e. Suhu dubur atau Rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
9. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika terjadi
peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan Apendiks telah mengalami Perforasi
(pecah).
10. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
b. Ultrasonografi USGCT-Scan.
11. Penatalaksanaan Apendiktomi
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner
& Suddarth, 2011), yaitu:
a. Sebelum operasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi
ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta
tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila
11

dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri


pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau Apenditis Perforasi memerlukan
antibiotik, kecuali Apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan
antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik
dapat mengakibatkan abses atau preforasi.
B. Konsep Dasar Nyeri Akut
1. DefinisiNyeri Akut
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang
tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering
disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter , 2012).
Organisasi nyeri internasional (IASP) mengartikan nyeri sebagai keluhan tidak
mengenakkan dapat dirasakan secara sensori maupun emosional sebagai sebab dari
kerusakan jaringan secara potensial maupun aktual sekaligus mencerminkan
pemahaman seseorang terkait ancaman terhadap integritas tubuh (Cohen, Quintner,
and Van Rysewyk, 2018).
2. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015).
3. Patofisiologi
Rangsang nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan visera. Sel yang nekrotik
akan melepaskan K + dan protein intrasel yang dapat mengakibatkan inflamasi.
Mediator penyebab nyeri akan dihapus. Leukotrien, prostatglandin E 2 , dan
histamin akan mensensitisasi nosiseptor selain itu lesi jaringan juga mengaktifkan
pembekuan darah sehingga melepaskan bradikinin dan serotonin. Jika terdapat
pembuluh darah, akan terjadi iskemia dan penimbunan K + dan H +ekstrasel yang
terjadi akan mengaktifkan nosiseptor yang telah tersensitasi. Perangsangan
nosiseptor melepaskan substansi peptide P (SP) dan peptide yang berhubungan
dengan gen kalsitonin (CGRP), yang meningkatkan respons inflamasi dan
12

menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas vaskular. (Bahrudin,


2017)
4. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
4.1 Nyeri berdasarkan tempatnya dibaagi menjadi :
a. Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini
termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif
untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.
b. Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
(nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu
pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan
arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga
lokalisasi sering tidal jelas.
c. Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang
berbeda bukan dari daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau
rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung.
d. Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak,
thalamus, dan lain-lain.(Handayani,2015)
4.2 Nyeri berdasarkan sifatnya
Nyeri ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Incidental pain
Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri
ini biasanya sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker tulang.
b. Steady pain
13

Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam


jangka waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal
akut merupakan salah satu jenis.
c. Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu
menghilang kemudian timbul lagi.(Handayani, 2015)
4.3 Nyeri berdasarkan ringan beratnya
Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian sebagai berikut :
a. Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan
biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri
sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik.
c. Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat
secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang.
4.4 Nyeri berdasarkan waktu serangan
a. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi dan
penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan
masalah spesifik yangmemicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan
menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptor
nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor penyebabnya
dan umumnya dapat diperkirakan
b. Nyeri kronis
14

Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau


lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.
Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru,
nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya dan
menimbulkan distress, kegalauan emosi dan mengganggu fungsi fisik dan
sosial. (Handayani,2015)
5. Komplikasi
Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi
ini dapat mencakup: Kegelisahan, Depresi Menghindari sesuatu hal/kegiatan yang
menyebabkan rasa sakitTrauma terkait dengan penyebab rasa sakit Ketergantungan
pada obat penghilang rasa sakit Kesulitan mencari pekerjaan Stres dengan keuangan
karena tidak bekerja atau tagihan medis yang belum dibayar Kurang tidur,
Konsentrasi yang buruk dan memori jangka pendekMasalah kesehatan yang
berhubungan dengan stres, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, diare, tekanan
darah meningkat. (samiadi,2021)
6. Penatalaksanaan nyeri
Penatalaksanaan merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan, 2012).
Berdasarkan pelaksanaan tindakan keperawatan distraksi (membaca buku cerita) yang
telah dilakukan dari keseluruhan subjek mengalami penurunan skala nyeri. Sebelum
dilakukanya tindakan distraksi (membaca buku cerita) skala nyeri dari kelima subjek
adalah 5-6, setelah dilakukanya tindakan distraksi (membaca buku cerita) skala nyeri
turun menjadi skala 1-2. Skala nyeri turun karena efek metode ini membuat anak
menjadi fokus memperhatikan dan mendengarkan sehingga menstimulus daya
imajinasi (fantasi) membuat anak melupakan rasa nyeri yang sedang dialami sehingga
nyeri berkurang dan bahkan hilang (Iswara dan Setiadi, 2014).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winahyu (2011) yang
menyebutkan bahwa setelah dilakukan tindakan terapi bercerita, diperoleh hasil
bahwa sebagian besar responden sebanyak 8 responden mengalami nyeri termasuk
dalam kategori nyeri berkurang, sedangkan dalam kelompok kontrol yang tanpa
diberikan perlakuan terapi bercerita sebagian masih termasuk dalam kategori
mengganggu aktivitas responden.(wahyu,2011)
15

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatanpasien Post Appendiktomi Dengan Masalah


Nyeri Akut
1. Pengkajian
Terdapat didalamnya Identitas pasien nama, umur, jenis kelamin,
statusperkawinan, agama, suku / bangsa, Pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
alamat,dannomor register. Pengkajian pada masalahnyeri (gangguan rasa nyaman)
yang dapatdilakukandengancara PQRST
P (Provoking) :faktor yang mempengaruhiberatatauringannyanyeri.

Q (Quality) : kualitasnyerisepertitajam, tumpul, tersayat, atautertusuk.

R (Region) :daerahperjalanannyeri

S (Severity) :parahnyanyeri, skalanyerisecaraumum

T (Time) :waktutimbulnyanyeri, lamanyanyeri, ataufrekuensinyeri.

1.1 Riwayat kesehatan


a. Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya, klien dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah sebelah kanan.
b. Keluhan utama saat dikaji
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang di rasakan setelah pasien operasi ( Jitowiyono & Kristiyanasari,
2010). Biasanya pada klien post operasi Apendiktomimengeluh nyeri pada luka
operasi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sampai dirawat di rumah sakit atau tidak.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM, Jantung, atau riwayat penyakit menular seperti Hepatitis
atau TBC, HIV.
1.2 Pemeriksaan fisik
16

a. Status kesehatan umum.


Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan sakit ada
tidaknya kelemahan.
b. Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan
pada abdomen sebelah kanan bawah.
c. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna pucat.
d. Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas,frekwensi pernafasan
biasanya normal (16-20 kali permenit).Apakah ada ronchi , whezing,
stidor.
e. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada
usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa
kencing spontan atau retensi urine,distensi supra pubis, periksa apakah
menglir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
f. Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
1.3 Analisa data
No Data Focus Etiologi Masalah
1 D Data mayor : Agen pencedera fisik Nyeri akut
S Subjektif : (mis. prosedur
1. Mengeluh nyeri operasi)
Objektif :
2. Tampak
meringis
3. Bersikap
protektif (mis.
Waspada, posisi
memnghindari
17

nyeri)
4. Gelisah
5. Frekuensi nadi
meningkat
6. Sulit tidur
Data minor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas
berubah
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. diaforesis

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (SDKI, 2016)
Berdasarkan SDKI (2016) diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri,
tanpak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

3. Perencanaan
18

Rencana keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang


menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
Nyeri akut Tujuan : Management nyeri: Management nyeri:
Observasi Mengidentifikasi
berhubungan Setelah
1. Identifikasi lokasi, dan mengola
denganagen dilakukan karakteristik, durasi, pengalaman
frekuensi, kualitas, sensorik atau
pencedera tindakan Asuhan
intensitas nyeri emosional yang
fisik. Keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri berkaitan dengan
3. Identifikasi respons kerusakan jaringan
selama 3x24 jam
nyeri non verbal atau fungsional
tingkat nyeri 4. Identifikasi faktor dengan onset
yang memperberat dan mendadak atau
menurun.
memperingan nyeri lambat dan
Kriteria hasil : 5. Identifikasi berinteraksitas
1. keluhan nyeri pengetahuan dan ringan hingga berat
menurun keyaninan tentang dan konstan.
2. meringis nyeri
menurun 6. Identifikasi pengaruh
3. Gelisah budaya terhadap
menurun respon nyeri
4.Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
menurun
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
19

nyeri (mis. suhu


ruangan, pencahayaam
kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk Pemberian
mengurangi rasa nyeri
Analgestik :
Kolaborasi Menyiapkan dan
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu memberikan agen
farmakologis untuk
mengurangi atau
Pemberian Analgestik :
menghilangkan rasa
Observasi
sakit.
1. Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
narkotika, non-
narkotik, atau NSAID)
20

dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
5. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan katr
dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
4. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek Terapi Relaksasi :
yang tidak diinginkan Menggunakan
Edukasi teknik peregangan
1. Jelaskan efek terapi untuk mengurangi
dan efek samping obat tanda dan gejala
ketidak nyamanan
Kolaborasi seperti nyeri,
1. Kolaborasi pemberian ketegangan otot,
21

dosis dan jenis atau kecemasan.


analgesik, sesuai
indikasi

Terapi Relaksasi :
Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan -
Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi
5. Monitor respons
terhadap terapi
22

relaksasi

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
23

yang dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi ·
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih terbimbing)

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
diterapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan membutuhkan
ketrampilan kognitif, interpersonal, psikomotor. (Jitowiyono & Kristiyanasari,2010)
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,dilalkukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
( Jitowiyono & kristiyanasari, 2010 )
Tujuan evaluasi adalah :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan .
b. Evaluasi sumatif
24

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas


proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan untuk menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah di berikan. Metode yang
dapatdigunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian study kasus ini adalah studi untuk mengksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada pasien post Appendiktomi dengan masalah nyeri akut di RSUD
Kabupaten Bekasi. Pasien di observasi selama 3 hari.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tahun 2021. Waktu asuhan selama 3 hari.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 2 pasien post Appendiktomi dengan masalah nyeri
akut di RSUD Kabpaten Bekasi.
Kriteria inklus subjek penelitian pada studi kasus ini yaitu:
1. Pasien post apendiktomi dengan masalah nyeri hari ke 0.
2. Bersedia menjadi responden.
3. Tidak mempunyai komplikasi penyakit lain
4. Laki- laki dan Peempuan.
D. Pengumpulan Data
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan lain-lain) sumber data yang di
dapat dari pasien, keluarga, perawat dan lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik( dengan IPPA inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi ) pada sistem tubuh pasien.
3. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan).
E. Uji Keabsahan Data
1. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
datautamayaitu pasien, perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah :
1. Mengurus perizinan ke RSUD Kabupaten Bekasi.

25
26

2. Setelah mendapatkan izin Peneliti mengidentifikasi subyek penelitian sesuai


dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
3. Melakukan pengumpulan data menggunakan format pengkajian keperawatan,
setelah data dikumpulkan dianalisa untuk menegakan diagnosis keperawatan.
4. Jika diagnosis yang telah ditetapkan sesuai dan ditemukan pada klien maka
dilanjutkan dengan menyusun perencanaan, melaksanakan implementasi
keperawatan dan menyusun evaluasi, hal ini dilakukan selama 3 hari.
5. Selanjutnya semua data-data yang telah terkumpul didalam 5 tahap proses
keperawatan diolah dan dibahas untuk mendapatkan hasil penelitian secara
naratif.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Teknik analisia yang digunakan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, studi dokumen).
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
transkrip. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan atau implementasi, dan evaluasi.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat
koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik
penelitian yang diterapkan. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas
dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkandengan
27

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.


Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
H. Etik Penelitian
1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana Subjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi
responsden. Pada Informed Consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa
data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin
dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (Anonymity).
3. Confidentiality (rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden dijamin
oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Ana, dkk., 2020. Pengalaman Dan Manajemen Nyeri Pasien Pasca Operasi Di Ruangan
Kemuning V RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung., Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan Vol. 11 No 2.

Angelica, Dkk., 2021.The Effect Of Before And After Early Mobilization On Changes In
Pain Level In Clients Post Operation Of Appendix In Hospital Royal Prima 2021.,
Tanjungpura Journal Of Nursing Practice And Education, Volume 3, No 1.

Arifuddin, Dkk., 2017. Faktor Risiko Kejadian Apendisitis Di Bagian Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu.,Jurnal Kesehatan Masyarakat 8 (1) 2017.,Diakses Pada
Tanggal 18 September 2021, dari http://jurnal.untad.ac.id

Ayustawati., 2021. Mengenali Keluhan Anda.,Diakses Pada Tanggal 18 September 2021, dari
https://books.google.co.id/books?
id=uTwfBQAAQBAJ&pg=PA28&dq=macam+macam+operasi+usus+laparoskopi&hl
=jv&sa=X&ved=2ahUKEwjZxvLpt6DzAhUZdCsKHWkEBCEQ6AF6BAgFEAM#v=
onepage&q=macam%20macam%20operasi%20usus%20laparoskopi&f=false

Azmi,dkk., 2020. Nubar – Dokter Juga Manusia (Jabar #43) Jilid 2Diakses Pada Tanggal 18
September 2021, dari https://books.google.co.id/books?
id=2IIzEAAAQBAJ&pg=PT10&dq=post+operasi+appendik&hl=jv&sa=X&ved=2ahU
KEwixhtaWsaDzAhXOdn0KHbEwCroQ6AF6BAgDEAM#v=onepage&q=post
%20operasi%20appendik&f=false

Bahrudin., 2017. Patofisiologi Nyeri (Pain).,Vol. 13 No. 1.

Dewi & Poppi., 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhasap Instensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operatif Appendictomy Si Ruang NYI Ageng Serang RSUD
Sekarwangi.

Fahriani., 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Reson Adaptasi Nyeri pada Pasien
Apendektomi.,Jurnal Health & Sport,Volume 5,Nomor 3,Agustus 2012.
Hayat, dkk., 2020. Pengaruh Tehnik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Pasien Post Appendictomydi Ruang Irna IiiRSUD P3 Gerung Lombok
Barat., Malahayati Nursing Journal Vol. 2 No. 1., Diakses Pada Tanggal 20 September
2021, dari http://ejurnalmalahayati.ac.id

Joyce, dkk., 2021. Medical Surgical Nursing : Digestive Systems Disorders. Edisi 9
Diakses Pada Tanggal 18 September 2021, dari https://books.google.co.id/books?
id=pgwkEAAAQBAJ&pg=PA137&dq=etiologi+apendisitis&hl=jv&sa=X&ved=2ah
UKEwiXwN22wqDzAhUPIbcAHZqBBJsQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=etiolog
i%20apendisitis&f=false

Padna, dkk., 2020. Penurunan Intensitas Nyeri Penderita Nyeri Nosiseptif Muskuloskeletal
Melalui Pemberian Sandaromatherapy., Vol. 12 No. 4

PPNI., 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia., Jakarta Selatan : tim pokja SDKI;
DPD PPNI

PPNI., 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia., Jakarta Selatan : tim pokja SIKI
DPD PPNI

Saputro & Novi. 2018., Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis Dengan
Masalah Keperawatan Kerusakan Jaringan (Di Ruangan Mawar Rumah Sakit Umum
Daerah Jombang)., Insan Cendekia Medika Repository.,Diakses Pada Tanggal 18
September 2021, dari http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/id/eprint/1535

Sumijatun., 2011. Buku Panduan Asuhan Keperawatan., Jakarta : EGC

Suriya, dkk., 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pasa Sistem
Muskuloskeletal Aplikasi Nansa NIC & NOC.Diakses Pada Tanggal 18 September
2021, dari https://books.google.co.id/books?
id=GYH1DwAAQBAJ&pg=PA130&dq=apendiktomi+merupakan&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwiE8oLkzZ_zAhWCUn0KHVmnBfcQ6AF6BAgDEAM#v=onepage&q=ape
ndiktomi%20merupakan&f=false
Wahyu, dkk., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dewasa Dengan Post Apendiktomi
Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

Waisani & Khoiriyah., 2020., Penurunan Integritas Skala Nyeri Pasien Appendiks Post
Appendiktomi Menggunakan Teknik Relaksasi Benson., Diakses Pada Tanggal 27
September 2021, dari http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/nersmuda

Wijaya, dkk., 2020., Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Appendisitis Akut
Dengan Appendisitis Performasi., Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol 11, No
1. Diakses Pada Tanggal 27 September 2021, dari https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH

willy., 2018. Penyakit usus buntu.Diakses Pada Tanggal 18 September 2021,


darihttps://www.alodokter.com/penyakit-usus-buntu
Lampiran 1 : Lembar konsul
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL PENELITIAN
AKADEMI BHAKTI HUSADA CIKARANG
TAHUN 2020/2021

NAMA : Kelompok III(Marcella, Melza Metalia, M Thorik


Ibrahim,Muhammad Saeful Bahri, Nadia Auliya,Nurmala
Dewi)
KELAS : 3B
NAMA PEMBIMBING : Ibu Sofie Handajany, S.Kp.,M.Kes
JUDUL PENELITIAN : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Appendiktomi
Dengan Masalah Nyeri Akut Di RSUD Kabupaten Bekasi
Tahun 2021
No Hari, Bahan konsultasi Masukan Paraf Paraf
Tanggal atau saran pembim mahasis
perbaikan bing wa
1 Sabtu, 14 - Penentuan
September judul
2021 - Cover
- Bab I : latar Nadia Auliya
belakang,
rumusan
masalah,
tujuan san
manfaat
penelitian
2 Selasa, 21
September - Bab I : latar
2021 belakang,
rumusan Nadia Auliya
masalah,
tujuan san
manfaat
penelitian
- Bab II :
konsep dasar
appendiktomi,
konsep dasar
nyeri akut,
konsep dasar
asuhan
keperawatan
pasien post
appendiktomi
dengan
masalah nyeri
akut
- Bab III :
rangcangan
penelitian,
lokasi dan
waktu
penelitian,
pengumpulan
data, uji
keabsahan
3 Kamis, 30
data, etik
September
penelitian
2021
- Daftar
pustaka Nadia Auliya

- Meet up via
google meet
Minggu, 03 membahas
Oktober 2021 keseluruhan
4. dalam
pembuatan Nadi
proposal a Auliya
penelitian.

- Meet up via
google meet
membahas
keseluruhan
dalam
pembuatan
proposal
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai