Anda di halaman 1dari 35

PEMANFAATAN MEDIKASI OBAT HERBAL TERSTANDAR

TOLAK ANGIN DALAM MENGATASI GEJALA COMMON


COLD

Calvin Samuel Halim

Dibimbing oleh: Lidya Juliven Sianturi, S.Pd.

SMAS Ketapang 1 Jakarta, Jakarta, Indonesia

Jalan Kyai H. Zainul Arifin No. 35-37, Rt.1/RW.1, Petojo Utara, Gambir,
Kota Jakarta Pusat 10130, Indonesia

ABSTRAK

Common Cold (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan infeksi viral akut ringan
yang melibatkan saluran napas atas (kadang juga menyerang saluran napas bawah).
Common Cold meskipun terdengar ringan seringkali mengganggu aktivitas manusia dan
merupakan salah satu penyebab terbanyak ketidakhadiran di lingkungan sekolah dan
pekerjaan. Common Cold merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dalam waktu
kurang dari 14 hari sehingga yang perlu dilakukan adalah mengatasi gejala yang dialami.
Terdapat banyak medikasi modern efektif, namun banyak orang lebih memilih obat
tradisional yang memiliki efek samping lebih sedikit dan manfaat yang bervariasi.
Penelitian survei dilakukan kepada 126 responden. Didapatkan rentang umur responden
dari umur 13-61 tahun. Survei dimulai dari tanggal 10 Juli 2021 hingga 21 Juli 2021 dan
dilakukan analisis data secara kuantitatif dengan melihat data numerik gejala, frekuensi
konsumsi, dan rutinitas konsumsi. Data-data yang diberikan responden menunjukkan
bahwa Tolak Angin dapat mengatasi gejala-gejala Common Cold bagi sebagian besar
responden namun tidak dapat menyembuhkan gejala tenggorokan sakit dan suara bindeng.
Kebanyakan responden membutuhkan dua kali konsumsi produk agar gejala dapat
membaik. Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kajian teori, Tolak Angin dapat
mengatasi beberapa gejala common cold seperti pilek (bersin-bersin), hidung tersumbat,
rasa lelah/tidak enak badan, tenggorokan gatal, batuk, dan lain-lain.

Kata Kunci: Tolak Angin, Common Cold, Obat Herbal Terstandar (OHT), Obat Tradisional
ABSTRACT

-, Calvin Samuel Halim. 2021. Utilization of Standardized Herbal Medicine Tolak


Angin in Curing the Common Cold Symptoms. Scientific Paper. Jakarta Ketapang
1 High School. Supervisor: Lidya Juliven Sianturi, S.Pd.

Common Cold (Upper Respiratory Infection) is a mild acute infection involving the upper
respiratory tract (sometimes also affecting the lower respiratory tract). The common cold,
though mild, often interferes with human activity and is one of the most common causes of
absenteeism in school and work life. Common cold is a self-limited disease in which the
body can heal itself in less than 14 days, so what needs to be done is curing or overcoming
the symptoms experienced. There are many effective modern medicines, but many people
prefer traditional medicines which have fewer side effects and varied benefits. Survey
research was conducted on 126 respondents. The respondent’s age ranges from 13 to 61
years old. The survey started from July 10, 2021 and closed on July 21, 2021 and
quantitative data analysis is carried out by looking at the numerical data on symptoms,
consumption frequency, and consumption routines. The data provided by the respondents
showed that Tolak Angin could treat the symptoms of the Common Cold for most of the
respondents, but could not cure the symptoms of sore throat and hoarseness. Most
respondents require two consumptions of the product for the symptoms to improve. Based
on the results and discussion as well as the theoretical studies, Tolak Angin can cure the
common cold symptoms such as runny nose (sneezing), stuffy nose, tiredness, itchy throat,
cough, and others.

Keywords: Tolak Angin, Common Cold, Standardized Herbal Medicine, Traditional Medicine
PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Common Cold atau yang biasa diketahui dengan sebutan Upper Respiratory
Infection (URI) atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi
viral akut ringan yang melibatkan saluran napas atas dan kadang juga menyerang
saluran napas bawah. Common Cold meskipun terdengar ringan seringkali
mengganggu aktivitas manusia dan merupakan salah satu penyebab terbanyak
ketidakhadiran di dalam sekolah maupun lingkungan pekerjaan (Pappas, 2018).

Beberapa virus yang menyebabkan common cold tidak memproduksi


imunitas yang berjangka panjang setelah terjadinya infeksi. Inilah mengapa
common cold merupakan penyakit umum yang sering kita temukan setiap
harinya. Virus-virus yang tidak membentuk imunitas jangka panjang adalah
respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza virus, dan human coronavirus.
Common Cold merupakan penyakit umum dan sering ditemukan dikarenakan
beberapa virus penyebab penyakit ini tidak menimbulkan imunitas jangka
panjang setelah terjadinya infeksi. Respiratory syncytial virus (RSV),
parainfluenza virus, dan human coronavirus adalah virus-virus yang tidak
membentuk imunitas pasca-infeksi. Berikut adalah tabel yang menyajikan
proporsi persentasi penyebab viral common cold (Pappas, 2018).

Tabel 1.1 Penyebab viral Common Cold dengan persentase perkiraan proporsi tahunan kasus

Virus Perkiraan Proporsi Tahunan Kasus


Rhinovirus 30-50%
Coronavirus 10-15%
Influenza Virus 5-15%
Respiratory syncytial virus 5%
Parainfluenza virus 5%
Adenovirus <5%
Enterovirus <5%
Tidak diketahui 20-30%

Upper Respiratory Infection (URI) merupakan penyakit yang lebih banyak


dialami oleh anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Rata-rata, anak-
anak mengalami 6-8 common cold setiap tahunnya dan orang dewasa mengalami
2-4 kasus tiap tahunnya (Heikkinen, 2003). Hal ini disebabkan oleh respon
imunitas tubuh yang semakin terbiasa dengan paparan virus, sehingga angka
kasus semakin menurun seiring semakin naiknya usia seseorang. Di area tropikal
seperti Indonesia sendiri, kasus common cold meningkat pada masa musim
penghujan.

Transmisi virus yang menyebabkan common cold ini dapat terjadi melalui
tiga cara: 1) kontak tangan dengan sekresi yang mengandung virus, baik
langsung dengan orang lain yang terinfeksi atau tidak langsung dari permukaan
lingkungan; 2) partikel kecil aerosol yang bertebaran di udara dalam waktu lama;
atau 3) terkena langsung dengan partikel besar aerosol dari orang yang terinfeksi
(Heikkinen, 2003).

Gejala-gejala akibat infeksi rhinovirus muncul sekitar 10-12 jam setelah


virus tersebut masuk ke dalam intranasal dan membutuhkan 1-7 hari masa
inkubasi bagi virus influenza. Gejala terberat akan memuncak pada 2-3 hari
setelah terjadinya infeksi dan akan menurun seiring waktu. Beberapa gejala yang
mungkin terjadi dalam kasus common cold antara lain adalah suara serak, sakit
kepala, tenggorokan gatal, hidung tersumbat, malaise, letargi, dan nyeri otot.
Bagi orang dewasa, infeksi akibat rhinovirus jarang menyebabkan demam
(>38˚C) namun pada anak-anak gejala demam lebih sering muncul.
Terbentuknya rhinorrhea (mulanya bening namun bisa menjadi berwarna)
menyebabkan terjadinya batuk dan pilek (bersin) yang sering terjadi pada
penderita common cold.
Banyak medikasi yang dapat membantu meringankan gejala common cold
namun belum ada antivirus yang efektif untuk menangani common cold.
Antibiotik juga bukan merupakan penyembuh penyakit ini karena penyakit ini
merupakan self-limited illness (penyakit yang dapat sembuh sendiri) dengan
gejala yang berbeda-beda pada setiap penderitanya. Common Cold umumnya
sembuh dalam waktu 10 sampai 14 hari pada bayi dan anak-anak bahkan bagi
orang dewasa common cold sembuh dalam waktu yang lebih singkat. Cara
efektif untuk menyembuhkan diri dari penyakit ini adalah dengan menunggu
sampai penyakit common cold ini sembuh sendiri dan menangani gejala-gejala
yang muncul pada setiap pengidap.

Memang terdapat banyak medikasi modern yang efektif untuk mengatasi


gejala-gejala yang timbul akibat common cold. Namun banyak orang lebih
memilih alternatif pengobatan yang lebih aman dan tidak memiliki banyak efek
samping untuk meredakan gejala-gejala ringan. Indonesia sendiri kaya akan
segala macam sumber daya alam seperti tumbuhan-tumbuhan herbal yang telah
lama dijadikan sumber pengobatan tradisional oleh masyarakat. Obat tradisional
seringkali dibuat dari berbagai campuran bahan sehingga memiliki lebih banyak
khasiat dalam satu produk dan memiliki efek samping yang lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan obat-obat modern.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk
pengobatan (Puspitasari, 2020). Pada dasarnya obat-obatan tradisional lebih
aman karena memiliki lebih sedikit efek samping, namun tetap memiliki efek
sampingnya tersendiri. Namun efek samping yang disebabkan oleh obat-obatan
tradisional lebih sedikit dan ringan apabila dibandingkan dengan obat-obatan
modern.
Lebih dari 100 tahun yang lalu, tanaman herbal alami menjadi pengobatan
utama bagi penyakit-penyakit yang dialami manusia. Diperkirakan juga 25%
dari obat-obatan modern terbuat dari tumbuhan yang awalnya digunakan secara
tradisional. Sekitar 80% orang di dunia mengandalkan obat-obatan herbal
sebagai aspek perawatan kesehatan primer (Zhang et al., 2015).

Sesuai dengan keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.4.2411 tanggal


14 Mei 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia, terdapat tiga macam jenis obat-obatan tradisional dan
dikelompokan dengan logo agar dapat memudahkan konsumen obat-obatan
tersebut. Tiga macam obat tradisional ini adalah jamu, obat herbal terstandar,
dan fitofarmaka.

Gambar 1.1 Simbol Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka (farmasi.ugm.ac.id)

Jamu merupakan obat tradisional yang menggunakan bahan alami dan telah
secara turun menurun digunakan untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan
beberapa penyakit. Jamu merupakan obat tradisional yang berasal dari
pengalaman dan budaya sebuah daerah yang terus berkembang dan berubah.
Meskipun dengan berkembangnya pengobatan modern, jamu ini tidak
ditinggalkan dan masih sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia bahkan di
area-area perkotaan.

Golongan Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan


alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik pada hewan percobaan dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Sedangkan fitofarmaka merupakan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya dengan uji praklinik pada hewan percobaan dan uji
klinik pada manusia serta produk jadi fitofarmaka sudah distandarisasi.

Di dalam keadaan sekarang, penelitian berskala global terhadap obat-obatan


tradisional belum terlalu luas dan dalam. Perhatian lebih harus diberikan dalam
toksisitas suatu obat dan juga interaksi obat herbal yang biasa digunakan, yang
merupakan alasan paling penting dan perlu segera diteliti apabila dilihat dari
banyaknya pengguna obat-obatan tradisional dan kemungkinan orang-orang
mencampurkan antara obat tradisional dan obat-obatan modern (Zhang et al.,
2015).

Tolak Angin merupakan salah satu obat tradisional yang memiliki potensi
yang tinggi dalam mengatasi gejala common cold. Tolak Angin merupakan
produk obat herbal tergolong Obat Herbal Terstandar (OHT) yang diproduksi
oleh Sido Muncul. Tolak Angin terbuat dari bahan-bahan herbal alami yang
dapat menyembuhkan gejala-gejala masuk angin dan kembung, mual, pusing,
tenggorokan kering, dan lain-lain. Kecilnya efek samping, bahan-bahan alami,
dan kemampuan meredakan gejala yang dimiliki Tolak Angin membuat produk
ini sebagai salah satu pilihan baik untuk mengatasi gejala Common Cold.

Kesadaran merek yang dimiliki produk Tolak Angin juga berpengaruh


positif terhadap konsumen. Merek Tolak Angin diingat pertama kali, mudah
dikenali, merek tersebut sudah terkenal, dan merek ini lebih menonjol apabila
dibandingkan dengan merek-merek sejenis. Beberapa sikap konsumen yang
dimiliki terhadap produk ini adalah suka, berpikir positif, mengevaluasi (akan
mengonsumsi atau tidak), dan percaya (Kiswati, 2010). Pengalaman Sido
Muncul selama lebih dari 70 tahun di industri jamu Indonesia juga meningkatkan
reputasi merek dan tingkat kepercayaan yang dimiliki konsumen (Sido Muncul,
2021)
Meskipun common cold merupakan penyakit yang sudah umum dan
memiliki gejala utama yang ringan, banyak orang yang masih terasa terganggu
terhadap penyakit ini dikarenakan waktu penyembuhannya. Beberapa rakyat
Indonesia lebih memilih mengonsumsi obat tradisional dibandingkan dengan
mengonsumsi obat-obatan modern dikarenakan obat tradisional yang kaya,
beragam, dan sudah menjadi bagian dari kehidupan beberapa rakyat Indonesia
dan khasiatnya yang lebih besar dibandingkan dengan efek samping. (hm)

Didasarkan pada latar belakang tersebut, penelitian ini ditujukan untuk


mengetahui apakah produk Tolak Angin dapat bekerja dalam mengatasi gejala
common cold dan berpengaruh positif sebagai medikasi untuk meringankan
common cold.
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei berjenis sample
survey yang survei dilakukan pada populasi (sampel) yang dipilih, dengan
menggunakan metode cross sectional survey (menggunakan satu kali
pengambilan data dan membandingkan data-data tersebut), dan menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan membandingkan dan menganalisa data numerik
dan statistika.

2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2021. Kuesioner dibuka dan disebarkan
10 Juli 2021 dan ditutup pada tanggal 21 Juli 2021. Proses survei dilakukan
secara daring sehingga tempat penelitian bebas sesuai dengan domisili
responden.

2.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat umum di Jakarta. Untuk
mempermudah analisis, sampel yang diambil untuk mewakili populasi adalah
responden berumur lebih dari 6 tahun (rentang usia konsumsi Tolak Angin
dewasa) dan didapatkan 126 responden dengan rentang umur dari 13 tahun – 61
tahun.

2.4 Variabel Penelitian


2.2.1 Variabel Independen
Variabel bebas pada penelitian ini adalah responden yang mengisi
kuesioner mengenai pemanfaatan Tolak Angin dalam mengatasi gejala
common cold.
2.2.2 Variabel Dependen
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah responden yang
sudah mengalami common cold¸ gejala-gejala yang dialami, frekuensi
konsumsi untuk mengatasi gejala, konsumsi rutin Tolak Angin beserta
alasan, dan manfaat yang diperoleh dari konsumsi rutin.

2.2.3 Variabel Kontrol


Variabel yang diberikan perlakuan sama untuk dijadikan variabel
kontrol di dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dipakai untuk
diberikan kepada responden adalah sama bagi tiap responden.

2.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket (kuesioner). Paket pertanyaan akan diberikan kepada responden melalui
situs google form dan jawaban akan langsung didapatkan oleh penulis.
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup yang jawabannya
sudah disediakan dan bisa langsung dipilih oleh responden namun ada beberapa
pertanyaan yang memungkinkan responden untuk memasukkan jawaban lain
(selain pilihan jawaban) dan pertanyaan yang memerlukan responden untuk
memasukkan jawaban sendiri tanpa ada pilihan jawaban.

2.6 Langkah Penelitian


a. Penelaahan dan studi terkait latar belakang dan produk Tolak Angin,
b. Menarik hipotesis berdasarkan kajian teori dan studi yang telah dilakukan,
c. Menyusun pertanyaan untuk kuisioner yang dapat menjawab kategori-
kategori untuk menjawab hipotesis,
d. Penyebaran kuisioner dimulai pada 10 Juli 2021,
e. Penutupan kuisioner pada 21 Juli 2021,
f. Analisis data-data yang telah diperoleh dari survei,
g. Menarik kesimpulan setelah analisis data untuk menguji ketepatan
hipotesis.
2.7 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif. Data-data yang telah diperoleh akan disajikan dalam bentuk
numerik dan memanfaatkan statistika untuk menemukan kemampuan produk.

Data-data yang diperoleh akan dibentuk tabel dan grafik untuk


mempermudah analisis dan melihat data statistik yang nantinya akan
dimanfaatkan dalam penarikan kesimpulan. Tujuan teknik ini adalah untuk
menentukan gejala yang paling sering muncul, menemukan gejala yang dapat
diatasi produk dengan baik, frekuensi konsumsi terbanyak, dan rutinitas
konsumsi yang akan dihubungkan dengan alasan dan manfaat konsumsi rutin.

Selanjutnya data-data tersebut akan dihubungkan untuk menjawab hipotesis


dan menilai apakah Tolak Angin dapat digunakan sebagai medikasi efektif
dalam mengatasi gejala common cold.

2.8 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kajian pustaka, penelitian ini memiliki hipotesis yakni:
medikasi Tolak Angin dapat mengatasi gejala-gejala Common Cold.
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tolak Angin


Tolak Angin merupakan Obat Herbal Terstandar (OHT) yang diproduksi di
pabrik yang terstandar GMP (Good Manufacturing Product), ISO (International
Organization of Standardization), tersertifikasi HALAL, dan terstandar HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Point) yang telah melalui uji toksisitas
subkronik dan uji khasiat yang terbukti memelihara/menjaga daya tahan tubuh
dengan mengonsumsi 2 sachet setiap hari selama 7 hari atau lebih (Sido Muncul,
2021). Selain Tolak Angin reguler, Sido Muncul juga menyediakan varian tolak
angin untuk anak-anak, varian Tolak Angin Flu, dan juga Tolak Angin bebas
gula.

Gambar 3.1 Tampak depan dan belakang produk Tolak Angin (dokumentasi penulis)

Pada penelitian yang dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata


Dharma Yogyakarta terhadap toksisitas subkronis jamu tolak angin pada tikus
jantan dan betina, dilakukan dengan pemberian pemejanan satu kali sehari
selama 90 hari (setara dengan 101 bulan pada manusia) secara peroral. Observasi
harian berupa gejala klinik, berat badan, konsumsi pakan, konsumsi minum, dan
volume urin; pada hari ke-0 dan ke-91 dilakukan uji hematologi dan kimia
klinik; dan pada hari ke-91 dan ke-104 dilakukan preparat histopatologis organ
(hepar, ginjal, paru, lien, jantung, dll.) Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa pemberian subkronis jamu Tolak Angin cair tidak mempengaruhi berat
badan dan konsumsi pakan hewan uji dan tidak mempengaruhi sistem
hematologi hewan uji. Secara umum penggunaan subkronis Tolak Angin Cair
tidak menunjukkan perubahan secara fisiologis, biokimia, maupun struktural.
Namun perlu perhatian pada dosis tertinggi (≈ 9 sachet untuk satu kali
pemakaian) terkait dengan fungsi hepar dan ginjal (Hendra et al., 2018).

Tolak Angin memiliki bahan-bahan utama Foeniculum vulgare Mill.,


Helicteres isora L., Caryophyllus aromaticus L., Zingiber officinale Roscoe,
Mentha x piperita L., dan Mel depuratum dengan bahan-bahan lain berupa
Oryza sativa L., Myristica fragrans Houtt., Cinnamomum burmanni (Nees &
T.Nees) Blume, Centella asiatica (L.) Urb., Parkia timoriana (DC.) Merr.,
Amomum compactum Sol. ex Maton, dan Usnea missaminensis Thallus.

3.1.1 Foeniculum vulgare Mill.


Adas (Foeniculi fructus) merupakan tumbuhan yang bagian akar,
daun, dan buahnya dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk mengatasi
beberapa penyakit. Adas bersifat menghangatkan tubuh dan dapat
berfungsi sebagai pengawet alami bahan makanan tanpa efek samping.

Adas dapat bermanfaat untuk menambah daya tahan tubuh, dapat


melindungi hati dari gangguan dan racun (antihepatotoksik), serta
memiliki khasiat sebagai antiradang, dan pengencer dahak.

3.1.2 Helicteres isora L.


Kayu ules (Helicteres isora L.) atau biasa juga disebut buah puteran
yang biasa tumbuh di daerah yang memiliki iklim kering. Kayu ules juga
merupakan salah satu bahan umum untuk membuat jamu-jamuan yang
dikonsumsi masyarakat.

Akar, batang, daun, dan buah dari kayu ules dapat dimanfaatkan
masing-masing dan dapat diolah untuk menjadi suplemen yang dapat
meningkatkan imunitas tubuh. Akar kayu ules sendiri dapat diolah
menjadi obat batuk dan asma; kulit dan akar kayu ules dapat diolah
menjadi suplemen nafsu makan; dan kulit kayu ules dapat diolah menjadi
obat demam, rematik, dan diare (Prameswari, 2020). Kayu ules juga
memiliki sifat analgesik / mengurangi rasa sakit (Sidomuncul, 2021 /
Kumar and Singh, 2014).

3.1.3 Caryophyllus aromaticus L.


Cengkeh sudah banyak dipergunakan sebagai obat-obatan dan juga
dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, bahan baku parfum, dan sumber
eugenol. Ekstrak minyak dari daun cengkeh dapat memperkuat saluran
pernapasan dan membunuh parasit internal. Aromanya juga berkhasiat
untuk menyehatkan dan memperkuat ingatan dan mengatasi kegelisahan
mental. Minyak cengkeh telah digunakan untuk mengobati bakteri, flu,
dan hipertensi (Riastiansyah, 2018).

3.1.4 Zingiber officinale Roscoe


Jahe (Zingiber officinale Roscoe) merupakan tanaman rempah yang
berasal dari Asia Selatan dan sudah tersebar ke seluruh dunia. Jahe
biasanya digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat tradisional, atau
dibuat dalam bentuk minuman. Jahe memiliki kandungan zat gizi dan
senyawa kimia aktif yang bersifat preventif dan juga kuratif. Penggunaan
jahe sebagai terapi untuk penyakit dapat digunakan tersendiri atau dapat
dikombinasikan dengan bahan lainnya.

Jahe dapat berguna untuk menambah nafsu makan, memperkuat


lambung, pengurang rasa sakit (analgesik), pelancar sirkulasi darah,
antimuntah, antiradang, dan antibatuk. Jahe memiliki kemampuan untuk
mencegah dan mengobati beberapa gejala yang disebabkan oleh common
cold seperti batuk, pegal-pegal, kepala pusing, stamina tubuh rendah, dan
nyeri otot. Jahe juga memiliki kemampuan untuk mengatasi penyakit
yang terkait dengan gangguan tenggorokan.
3.1.5 Mentha x piperita L.
Daun mint banyak digunakan dalam pemanfaatan industri farmasi,
makanan, rokok, dan pembuatan pasta gigi. Daun mint juga sering
digunakan sebagai obat herbal dan juga berfungsi sebagai penyegar pada
makanan dan minuman. Daun mint dikenal memberikan bau yang khas
pada makanan dan minuman.

Daun mint bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi


kesehatan organ mulut dan gigi serta mengatasi masalah pernafasan dan
peradangan, antimual, antikembung, meningkatkan kerja sistem
pencernaan, dan juga mencegah heartburn. Daun mint dapat
merelaksasikan kerja otot polos di perut sehingga terhindar dari kram
otot. (Fitria, 2019)

3.1.6 Mel depuratum


Madu (Mel Depuratum) merupakan bahan makanan alami istimewa
yang berasal dari sumber nectar yang dikumpulkan dan diolah oleh
beberapa jenis lebah. Madu adalah cairan alami manis yang dihasilkan
oleh lebah madu dari sari bunga tanaman. Seringkali madu dimanfaatkan
sebagai bahan makanan karena rasa dan wanginya, namun madu juga
digunakan sebagai pengobatan karena madu dapat berperan sebagai
antibakteri, antioksidan, dan memiliki banyak vitamin. Kandungan yang
dimiliki madu juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mengatasi gangguan sistem gastrointestinal.
3.2 Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan secara survei melalui kuesioner terhadap 126
orang dengan mengambil data nama, umur, pernah atau tidak mengalami
common cold, gejala, pernah atau tidak meminum Tolak Angin untuk
mengatasi gejala tersebut, gejala yang membaik setelah konsumsi Tolak Angin,
frekuensi konsumsi, dan rutinitas meminum tolak angin dengan alasan.

3.2.1 Data Umur Responden

Tabel 3.1 Data Umur Responden

Umur Frekuensi 36 1
13 2 37 1
15 4 38 1
16 18 39 1
17 24 40 2
18 7 41 1
19 1 42 2
20 2 44 2
21 3 45 2
24 4 46 1
25 4 47 2
26 5 49 1
27 4 50 4
28 2 51 3
29 1 54 1
30 6 55 1
31 2 58 1
32 3 61 1
33 1 126
35 5

Di dalam penelitian ini, responden diambil dari umur-umur yang


berbeda dengan rentang umur 13-61 tahun dengan frekuensi umur
terbanyak yaitu 16 dan 17 tahun dan mean 26.9 tahun.
3.2.2 Responden yang Pernah Mengalami Common Cold

Responden yang Pernah Mengalami Common


Cold

11,90%

88,10%

Ya Tidak

Gambar 3.1 Grafik Responden yang Pernah Mengalami Common Cold

Melalui gambar grafik 3.1, dapat dilihat bahwa 88.10% dari


responden yaitu 111 responden telah mengalami common cold
sedangkan 15 responden belum mengalaminya.
3.2.3 Gejala Common Cold yang Pernah Diderita

Gejala-gejala Common Cold yang Pernah Diderita


Suara bindeng
Tenggorokan sakit
Kembung
Nyeri otot
Suara serak
Demam
Batuk
Sakit kepala
Tenggorokan gatal
Lelah/tidak enak badan
Hidung tersumbat
Pilek (bersin-bersin)

0 20 40 60 80 100

Gambar 3.2 Grafik Gejala Common Cold yang Pernah Diderita

Tabel 3.2 Gejala Common Cold yang Pernah Diderita

Gejala Frekuensi
Pilek (bersin-bersin) 94
Hidung tersumbat 86
Lelah/tidak enak badan 63
Tenggorokan gatal 38
Sakit kepala 36
Batuk 32
Demam 30
Suara serak 23
Nyeri otot 17
Kembung 2
Tenggorokan sakit 1
Suara bindeng 1

Melalui gambar grafik 3.2 dan tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa
pilek (bersin-bersin) merupakan gejala yang paling sering muncul
dengan 94 peserta responden pernah mengalaminya sedangkan gejala
paling jarang adalah tenggorongan sakit dan suara bindeng dengan
masing-masing hanya 1 responden yang pernah mengalaminya.

3.2.4 Responden yang Pernah Meminum Tolak Angin untuk


Meringankan Gejala Common Cold

Responden yang Meminum Tolak Angin untuk


Gejala Common Cold

14,30%

85,70%

Ya Tidak

Gambar 3.3 Grafik Responden yang Pernah Meminum Tolak Angin untuk Meringankan
Gejala Common Cold

Melalui gambar grafik 3.3 85.70% responden pernah memilih Tolak


Angin sebagai medikasi untuk meringankan common cold. 108
responden pernah meminum Tolak Angin sedangkan 18 responden
belum pernah mengonsumsi Tolak Angin untuk meringankan gejala.
3.2.5 Gejala yang Membaik Setelah Mengonsumsi Tolak Angin

Gejala yang Membaik Setelah Konsumsi Tolak Angin


Suara bindeng
Tenggorokan sakit
Kembung
Gejala tidak membaik
Nyeri otot
Demam
Sakit kepala
Suara serak
Batuk
Tenggorokan gatal
Lelah/tidak enak badan
Hidung tersumbat

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Gambar 3.4 Grafik Gejala yang Membaik Setelah Mengonsumsi Tolak Angin

Tabel 3.3 Gejala yang Membaik Setelah Mengonsumsi Tolak Angin

Gejala Frekuensi
Pilek (bersin-bersin) 45
Hidung tersumbat 45
Lelah/tidak enak badan 43
Tenggorokan gatal 36
Batuk 18
Suara serak 13
Sakit kepala 13
Demam 10
Nyeri otot 4
Gejala tidak membaik 3
Kembung 2
Tenggorokan sakit 0
Suara bindeng 0

Melalui gambar grafik 3.4 dan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa
kebanyakan responden menyatakan bahwa Tolak Angin dapat
menyembuhkan gejala pilek (bersin-bersin), hidung tersumbat, dan rasa
lelah/tidak enak badan. Namun tidak ada responden yang menjawab
bahwa Tolak Angin dapat menyembuhkan tenggorokan sakit atau
menghilangkan suara bindeng dan 3 responden tidak mengalami
perbaikan gejala setelah mengonsumsi Tolak Angin.

3.2.6 Frekuensi Konsumsi Tolak Angin hingga Gejala Tersebut


Membaik

Frekuensi Konsumsi hingga Gejala Membaik


8,70%

31,70%
22,20%

37,30%

Langsung membaik Setelah 2 kali konsumsi


Setelah 3 kali konsumsi Tidak mengonsumsi tolak angin

Gambar 3.5 Grafik Frekuensi Konsumsi Tolak Angin hingga Gejala Tersebut Membaik

Melalui gambar 3.5 dapat dilihat bahwa gejala yang telah membaik
setelah konsumsi Tolak Angin pada 3.2.5 Gejala yang Membaik
Setelah Mengonsumsi Tolak Angin membutuhkan hanya satu kali
konsumsi oleh 40 responden (31.7%), dua kali konsumsi oleh 47
responden (37.30%) dan membutuhkan tiga kali konsumsi atau lebih
oleh 28 responden (22.2%).
3.2.7 Frekuensi Rutinitas Pengonsumsian Tolak Angin

Frekuensi Rutinitas Konsumsi Tolak Angin

Tidak mengonsumsi secara rutin 106

1 bulan 1 sachet 3

1 bulan 2 sachet atau lebih 3

1 minggu 1 sachet 6

1 minggu 2 sachet atau lebih 4

1 hari 1 sachet 2

1 hari lebih dari 1 sachet 2

0 20 40 60 80 100 120

Gambar 3.6 Grafik Frekuensi Rutinitas Pengonsumsian Tolak Angin

Tabel 3.4 Frekuensi Rutinitas Pemgonsumsian Tolak Angin

Konsumsi Frekuensi
1 hari lebih dari 1 sachet 2
1 hari 1 sachet 2
1 minggu 2 sachet atau lebih 4
1 minggu 1 sachet 6
1 bulan 2 sachet atau lebih 3
1 bulan 1 sachet 3
Tidak mengonsumsi secara rutin 106

Melalui gambar 3.6 dan tabel 3.4 tidak banyak responden yang
mengonsumsi Tolak Angin secara rutin. Hanya 20 orang responden
yang mengonsumsi secara rutin sedangkan 106 responden tidak
mengonsumsi Tolak Angin secara rutin.
3.2.8 Alasan Mengonsumsi Tolak Angin Secara Rutin
Tabel 3.5 Alasan Mengonsumsi Tolak Angin Secara Rutin

Alasan Frekuensi
Membuat tubuh menjadi lebih segar 6
Karena merupakan obat herbal 5
Untuk mencegah gejala 5
Untuk menghangatkan tubuh 2
Menjaga daya tahan tubuh 2
Karena Tolak Angin bisa menyembuhkan lebih cepat 1
Menjaga stamina tubuh 1
Menghangatkan tenggorokan 1

Melalui tabel 3.5 dapat dilihat bahwa kebanyakan orang memilih Tolak
Angin sebagai medikasi rutin karena untuk membuat tubuh menjadi
lebih segar (6 responden), karena Tolak Angin merupakan obat herbal
yang terbuat dari bahan-bahan alami (6 responden) dan juga
mengonsumsinya untuk mencegah gejala-gejala common cold (5
responden).

3.2.9 Manfaat Mengonsumsi Tolak Angin Secara Rutin


Tabel 3.6 Manfaat Mengonsumsi Tolak Angin Secara Rutin

Alasan Frekuensi
Tubuh menjadi segar 15
Tubuh menjadi lebih hangat 7
Tubuh menjadi lebih bugar/fit 7
Tenggorokan menjadi lebih segar dan lega 6
Perut menjadi tidak kembung 1
Stamina terjaga 1
Tidur menjadi lebih nyenyak 1
Kesehatan tubuh lebih terjaga 1
Apabila terkena sakit, lebih cepat sembuh 1
Lebih mudah membuang gas 1

Melalui tabel 3.6 dapat dilihat bahwa dampak dari mengonsumsi


Tolak Angin yang paling banyak dialami oleh responden adalah tubuh
menjadi lebih segar (15 responden). Disusul oleh tubuh menjadi lebih
hangat (7 responden) dan tubuh menjadi lebih bugar/fit (7 responden).

3.3 Pembahasan
3.3.1 Common Cold
Common Cold atau Upper Respiratory Infection (URI) atau Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi viral akut ringan
yang melibatkan saluran napas atas dan terkadang menyerang saluran
napas bawah. Common Cold meskipun terdengar ringan seringkali
mengganggu aktivitas manusia dan merupakan salah satu penyebab
terbanyak ketidakhadiran dalam sekolah maupun lingkungan pekerjaan
(Pappas, 2018)

Upper Respiratory Infection merupakan penyakit yang lebih banyak


dialami anak-anak dan memiliki frekuensi per anak 6-8 kasus per tahun
dan 2-4 kasus per tahun bagi orang dewasa (Heikkinen, 2003). Hal ini
disebabkan oleh respon imunitas tubuh yang semakin terbiasa dengan
setiap paparan virus sehingga angka kasus semakin menurun seiring
semakin naiknya usia. Transmisi virus yang menyebabkan common cold
ini pun dapat menyebar dengan cepat melalui sekresi atau aerosol dari
orang yang terinfeksi (Heikkinen, 2003).

Melalui penelitian ini, didapatkan 88.10% responden (111


responden) telah mengalami common cold dan angka ini bisa dikatakan
cukup tinggi dengan gejala-gejala yang dapat meningkatkan angka
ketidakhadiran lingkungan sekolah dan pekerjaan. Beberapa gejala yang
mungkin menyebabkan ketidakhadiran individu adalah kelelahan/tidak
enak badan, sakit kepala, dan demam. Angka-angka responden yang
mengeluhkan gejala ini antara lain (berurut) adalah 63 orang, 36 orang,
dan 30 orang menjadikan tiga gejala ini cukup umum di dalam kasus
common cold.
Gejala-gejala yang paling sering muncul adalah pilek (bersin-bersin)
dengan 94 responden, diikuti oleh hidung tersumbat (86 responden),
lelah/tidak enak badan (63 responden), tenggorokan gatal (38
responden), sakit kepala (36 responden), batuk (32 responden), demam
(30 responden), suara serak (23 orang), nyeri otot (17 orang). Sedangkan
gejala yang paling jarang muncul adalah suara bindeng (1 responden),
tenggorokan sakit (1 responden), dan perut kembung (1 responden).

3.3.2 Tolak Angin dan Popularitasnya


Tolak Angin merupakan obat tradisional yang tergolong ke dalam
Obat Herbal Terstandar (OHT) yang telah melalui uji toksisitas
subkronik dan uji khasiat yang membuktikan untuk
memelihara/menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi 2 sachet
setiap hari selama 7 hari atau lebih (Sido Muncul, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Farmasi


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap toksisitas subkronis
jamu Tolak Angin pada tikus jantan dan betina, secara umum
penggunaan subkronis Tolak Angin Cair tidak menunjukkan perubahan
secara fisiologis, biokimia maupun struktural. Namun perlu perhatian
pada dosis tertinggi (≈ 9 sachet untuk satu kali pemakaian) terkait
dengan fungsi hepar dan ginjal (Hendra et al., 2018). Sehingga Tolak
Angin merupakan pilihan yang aman karena tidak memiliki efek
samping apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan.

Melalui data-data yang telah diperoleh, sebagian besar responden


dengan angka 85.70% (108 responden) pernah meminum Tolak Angin
untuk meringankan gejala Common Cold. Hal ini didukung dengan
reputasi, pengalaman, dan popularitas Tolak Angin.
3.3.3 Pemanfaatan Tolak Angin untuk Mengatasi Gejala Common Cold
Di dalam penelitian ini, Tolak Angin memberikan data-data yang
cukup memuaskan dari responden dengan hanya 3 orang yang
meminum Tolak Angin tidak mengalami perbaikan gejala. Tolak Angin
paling efektif dalam menyembuhkan pilek (bersin-bersin) dengan 45
responden, hidung tersumbat dengan 45 responden, dan lelah/tidak enak
badan dengan 43 responden. Ketiga gejala ini juga merupakan gejala
yang paling sering muncul di antara para responden dalam penelitian ini.

Gejala lain yang membaik setelah konsumsi Tolak Angin diurutkan


dari angka responden terbesar ke terendah adalah tenggorokan gatal (36
responden), batuk (18 responden), suara serak (13 responden), sakit
kepala (13 responden), demam (10 responden), nyeri otot (4 responden),
dan kembung (2 responden). Melalui penelitian ini, didapatkan bahwa
tidak ada responden yang mengalami efek penyembuhan dari Tolak
Angin terhadap tenggorokan sakit dan suara bindeng (0 responden).

Sebesar 37.30% responden (47 orang) menyatakan bahwa gejala-


gejala yang sembuh setelah konsumsi Tolak Angin membutuhkan dua
kali konsumsi. Sedangkan 31.70% responden (40 orang) membutuhkan
hanya satu kali konsumsi untuk gejala bisa membaik dan membutuhkan
tiga kali konsumsi atau lebih bagi 22.20% responden (28 orang) sampai
gejala yang dialami dapat membaik.

Melalui data-data tersebut, Tolak Angin merupakan pilihan yang


baik untuk mengatasi beberapa gejala common cold terutama pilek
(bersin-bersin), hidung tersumbat, dan kelelahan/tidak enak badan.
Tolak Angin juga dapat meringankan/menyembuhkan tenggorokan
gatal, batuk, suara serak, sakit kepala, demam, nyeri otot, dan kembung.
Namun di dalam penelitian ini Tolak Angin tidak bisa menyembuhkan
tenggorokan sakit dan suara bindeng. Tolak Angin juga membutuhkan
kurang lebih 2 kali konsumsi agar gejala bisa membaik sehingga Tolak
Angin dapat dijadikan medikasi utama untuk mengatasi gejala common
cold.

3.3.4 Pengonsumsian Tolak Angin Secara Rutin


Melalui penelitian ini, sekitar 20 dari 126 responden mengonsumsi
Tolak Angin secara rutin. Namun setiap responden yang mengonsumsi
secara rutin memberikan respons manfaat yang positif. Alasan-alasan
para responden mengonsumsi secara rutin adalah agar membuat tubuh
menjadi lebih segar (6 responden), merupakan obat herbal (5
responden), untuk mencegah gejala common cold (5 responden), untuk
menghangatkan tubuh (2 responden), untuk menjaga daya tahan tubuh
(2 responden), karena Tolak Angin bisa membantu menyembuhkan
gejala-gejala masa depan lebih cepat (1 responden), menjaga stamina
tubuh (1 responden), dan menghangatkan tenggorokan (1 responden).

Pengonsumsian Tolak Angin juga memiliki manfaat yang positif


bersamaan dengan alasan. Terdapat 15 responden merasakan bahwa
tubuh menjadi lebih segar setelah konsumsi Tolak Angin secara rutin. 7
responden menyatakan bahwa tubuh menjadi lebih hangat dan juga
menjadi lebih bugar setelah konsumsi Tolak Angin secara rutin, dan 6
responden menyatakan bahwa tenggorokan menjadi lebih segar dan
lega. Dan masing-masing 1 responden merasakan manfaat konsumsi
rutin antara lain: perut menjadi tidak kembung, stamina terjaga, tidur
menjadi lebih nyenyak, kesehatan tubuh lebih terjaga, apabila terkena
sakit (di masa depan) akan lebih cepat sembuh, dan juga lebih mudah
membuang gas.

Melalui data-data yang diperoleh, konsumsi rutin Tolak Angin


memberikan banyak manfaat yang subjektif dan berbeda-beda bagi
setiap peminumnya.
SIMPULAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa
medikasi Obat Herbal Terstandar (OHT) Tolak Angin dapat meringankan
gejala-gejala common cold seperti

4.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar dan frekuensi
umur yang seimbang,
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap efek samping yang dialami setelah
mengonsumsi Tolak Angin,
3. Perlu dilakukan penelitian terhadap efek Tolak Angin Anak terhadap gejala-
gejala common cold pada anak-anak berumur kurang dari 6 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Elfahmi, Woerdenbag, H., & Kayser, O. (2014). Jamu: Indonesian traditional


herbal medicine towards rational phytopharmacological use. Journal Of
Herbal Medicine, 4(2), 51-73.
Fitria, N. (2019). PENGARUH REBUSAN DAUN MINT TERHADAP
PENGHAMBATAN BAKTERI Staphylococcus aureus. Program Studi D3
Analisis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Hariana, A. (2013). 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya (1st ed.). Penebar
Swadaya.
Heikkinen, T. (2003). The common cold, 361(9351), 51-59.
Hendra, P., Fenty, & Djunarko, I. (2018). Toksisitas Subkronis Jamu Tolak Angin
pada Tikus Jantan dan Betina. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. [online] http://fk.ub.ac.id/labfarmakologi/wp-
content/uploads/2018/05/Pak-Ipang-Tolak-Angin-di-UB.pdf
Kiswati, S. (2010). STUDI TENTANG SIKAP KONSUMEN ATAS MEREK TOLAK
ANGIN. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Pappas, D. E. (2018). The Common Cold. Principles and Practice of Pediatric
Infectious Diseases. 199–202.e1.
Prameswari, D. (2020). Potensi Kayu Ules untuk Tingkatkan Imunitas Tubuh.
KABAR ALAM. [online] https://kabaralam.com/tapak/potensi-kayu-ules-
untuk-tingkatkan-imunitas-tubuh.
Puspitasari, I. (2020). Pentingnya Mengenal Kembali Jenis Obat Tradisional pada
Masa Pandemik Covid-19. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
[online] https://farmasi.ugm.ac.id/id/pentingnya-mengenal-kembali-jenis-
obat-tradisional-pada-masa-pandemik-covid-19/
Redi Aryanta, I. (2019). MANFAAT JAHE UNTUK KESEHATAN. Widya
Kesehatan, 1(2), 39-43.
Ristiansyah, D. (2018). UJI EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK EKSTRAK DAUN
CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP PERTUMBUHAN
Salmonella typhi. Repository.umsu.ac.id.
Sari, L. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat
Dan Keamanannya. Pharmaceutical Sciences And Research, 3(1), 1-7.
Sido Muncul. (2021). TOLAK ANGIN. [online]
https://www.sidomuncul.co.id/id/product/tolak_angin.html.
Zhang, J., Onakpoya, I., Posadzki, P., & Eddouks, M. (2015). The Safety of Herbal
Medicine: From Prejudice to Evidence. Evidence-Based Complementary
And Alternative Medicine, 2015, 1-3.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertanyaan Kuisioner (Google Form)

Nama :

Umur :

1. Apakah anda pernah mengidap penyakit “common cold”?


a. Ya
b. Tidak
2. Gejala apa yang pernah anda rasakan saat menderita “common cold” ini?
a. Demam
b. Suara serak
c. Sakit kepala
d. Tenggorokan gatal
e. Hidung tersumbat
f. Lelah/tidak enak badan
g. Nyeri otot
h. Batuk
i. Pilek (bersin-bersin)
j. (gejala lain)
3. Apakah anda pernah meminum “Tolak Angin” untuk meringankan gejala
“common cold” tersebut?
a. Ya
b. Tidak
4. Gejala apa saja yang membaik setelah anda mengonsumsi “Tolak Angin”?
a. Demam
b. Suara serak
c. Sakit kepala
d. Tenggorokan gatal
e. Hidung tersumbat
f. Lelah/tidak enak badan
g. Nyeri otot
h. Batuk
i. Pilek (bersin-bersin)
j. Gejala tidak membaik
k. (gejala lain)
5. Apakah gejala tersebut langsung membaik setelah anda mengonsumsi
“Tolak Angin”?
a. Langsung membaik
b. Setelah 2 kali konsumsi
c. Setelah 3 kali atau lebih konsumsi
6. Apakah anda mengonsumsi produk “Tolak Angin” secara rutin?
a. Ya, 1 hari lebih dari 1 sachet
b. Ya, 1 hari 1 sachet
c. Ya, seminggu 2 sachet atau lebih
d. Ya, seminggu 1 sachet
e. Ya, sebulan 2 sachet atau lebih
f. Ya, sebulan 1 sachet
g. Tidak mengonsumsi secara rutin
7. Apa alasan anda mengonsumsi produk “Tolak Angin” secara rutin?
8. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mengonsumsi “Tolak Angin”
secara rutin?
Lampiran 2. Logbook Penelitian

Judul : PEMANFAATAN MEDIKASI OBAT HERBAL TERSTANDAR TOLAK ANGIN DALAM

MENGATASI GEJALA COMMON COLD

Nama Peneliti : Calvin Samuel Halim

Nama Pembimbing : Lidya Juliven Sianturi, S.Pd.

SMA/SMK : SMAS Ketapang 1 Jakarta

No. Hari Tanggal Kegiatan yang dikerjakan Dokumentasi


1 Sabtu 3 Juli 2021 Penyusunan sistematika
penulisan karya tulis
2 Sabtu 3 Juli 2021 Penyusunan logbook
3 Sabtu - Sabtu 3 Juli 2021 – 31 Juli 2021 Konsultasi dengan
pembimbing
4 Sabtu - Selasa 3 Juli 2021 – 20 Juli 2021 Penelaahan dan studi kajian
5 Senin 5 Juli 2021 Membeli produk Tolak
Angin
6 Minggu - 4 Juli 2021 – 11 Juli 2021 Penyusunan pendahuluan
Minggu
7 Rabu 7 Juli 2021 Penyusunan pertanyaan
kuisioner
8 Sabtu 10 Juli 2021 Penyebaran kuisioner
9 Sabtu - Senin 10 Juli 2021 – 12 Juli 2021 Penyusunan metode
penelitian
10 Rabu 21 Juli 2021 Penutupan kuisioner
11 Kami – Jumat 22 Juli 2021 – 23 Juli 2021 Analisis data
12 Jumat – Selasa 23 Juli 2021 – 27 Juli 2021 Penyusunan hasil dan
pembahasan
13 Selasa 27 Juli 2021 Penyusunan penutupan
14 Sabtu – Selasa 3 Juli 2021 – 27 Juli 2021 Penyusunan daftar pustaka
15 Selasa 27 Juli 2021 Penyusunan lampiran
16 Sabtu 31 Juli 2021 Tinjauan dan revisi terakhir
Mengetahui

Guru Pembimbing Penulis

Lidya Juliven Sianturi, S.Pd. Calvin Samuel Halim

Anda mungkin juga menyukai