Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INFLUENZA

UJIAN AKHIR SEMESTER

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

DOSEN PENGAMPU : Ns.Tirsa mongi,S.Kep.,M.Kes

Di susun oleh : Fajar Agung Gumelar H Wongkar Nim : 2114201011 Kelas A1-21
Fakultas Keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

INFLUENZA

Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang
dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Setiap orang sudah
mengenal dan sudah pernah menderita enyakit ini. Bila terserang penyakit ini pekerjaan sehari-
hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal
linu,lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi (Prabu, 1996). Penyebab
influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat
menyerang burung, mamalia termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang
keluar pada saat penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air
liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang manusia yaitu virus
A dan virus B (Spikler, 2009). Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang
tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi tahunan
dan umumnya mencapai puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat
ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa menangani virus influenza (CDC, 2011). Untuk
menghilangkan gejala yang menyertai dapat menggunakan obatobatan yang sesuai bila
diperlukan (Mubarak, 2009). Perlu diperhatikan bahwa obat- obatan ini hanya digunakan untuk
meringankan gejala bukan untuk mengatasi virus penyebabnya. Obat-obatan ini dapat diperoleh
tanpa resep karena termasuk obat bebas.

Untuk itu dalam pemilihan obat flu diperlukan kehati-hatian dan harus didasarkan pada gejala flu
yang muncul. Pengetahuan tentang influenza sangat diperlukan dalam pemilihan obatnya
sehingga masyarakat dapat memperhatikan komposisi obat flu yang diminum agar komponen
obat sesuai dengan gejala yang flu yang dialami (BPOM, 2006).
1. Pengertian

Definisi Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan menyebar
dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi
orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009). Flu sendiri merupakan suatu
penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka
setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola
hidup seseorang (BPOM, 2006).

2. Etiolog

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara banyak
subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah yang
banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu
akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan
B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah Saat
seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa
tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission.

Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang
harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka
secara teratur (WHO, 2009).

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan pada
spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas
domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan patogen
manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling
berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1)
(Spickler, 2009).

Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang
dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa tingkat
kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena adanya
kemungkinan mutasi virus. Virus

influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan penyakit yang
berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi disbanding jenis lain dan biasanya
hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak (Spickler, 2009).
3. Gejala

Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya kering), sakit kepala,
nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair. Pada anak dengan influenza B dapat menjadi
lebih parah dengan terjadinya diare serta nyeri abdomen. Kebanyakan orang dapat sembuh dari
gejala-gejala ini dalam waktu kurang lebih satu minggu tanpa membutuhkan perawatan medis
yang serius. Waktu inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar virus sampai munculnya gejala kurang
lebih dua hari (Abelson, 2009). Pada masa inkubasi virus tubuh belum merasakan gejala apapun.
Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang lebih
selama satu minggu. Hal ini akan memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah
kurang lebih satu minggu tubuh akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar
sembuh dari influenza (Spickler, 2009).

Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun, atau orang-orang
dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-paru, ginjal, jantung, gangguan
metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang sistem imunnya rendah berpotensi
mengalami keparahan. Kadang sulit untuk membedakan flu dan salesma pada tahap awal infeksi
ini, namun flu dapat diidentifikasi dengan adanya demam mendadak dan rasa lelah atau lemas
(Spickler, 2009). Prognosis pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-
7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4
hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder (WHO, 2009).

4. Pato fisiologis

Berdasarkan survey yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa Farmasi UMS diperoleh data
bahwa 6 dari 10 mahasiswa meminum obat saat menderita flu sendangkan sisanya yaitu 4 tidak
diobati. Selanjutnya 3 mahasiswa memilih obat berdasarkan pengalaman, 2 yang lainnya
memilih berdasarkan iklan di media elektronik dan 1 memilih obat berdasarkan gejala yang
dialami. Diantara obatobatan yang dipilih kebanyakan mengandung lebih dari satu zat aktif
untuk meringankan gejala yang menyertai flu sedangkan gejala tersebut belum tentu dialami oleh
tiap responden. Melihat gambaran ini maka pengetahuan tentang influenza sangat dibutuhkan
dalam pemilihan pengobatan saat terserang flu agar mahasiswa mampu memilih obat yang benar
saat menderita influenza. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan pemilihan obat influenza.

5. Pengobatan
Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak cairan, dan bila
perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang mengganggu. Tindakan yang
dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa
pengobatan meliputi antara lain :

a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi

akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang

banyak mengandung vitamin.

c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan,

mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.

d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan.
(BPOM, 2006)

Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi demam, penghilang
sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk. Karena influenza disebabkan
oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk
infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun
sebagian galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antivirus standar
(Abelson, 2009).

Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di apotek-apotek
dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa zat aktif, seperti
kombinasi-kombinasi dari :

a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.

b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan antihistamin.

c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan, antihistamin dan

antitusif atau ekspektoran.

Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat

flu :

a. Analgesik dan antipiretikSecara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang
dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik
sekaligus antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah : parasetamol.

b. Antihistamin Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan
histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat
aktif yang termasuk golongan ini antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat.

c. Dekongestan hidung Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi
hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan hidung antara lain :
fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan efedrin.

d. Ekspektoran dan Mukolitik


Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak, dimaksudkan untuk mempermudah
pengeluaran dahak. Zat aktif yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain gliseril
guaiakolat, ammonium klorida, bromheksin.

e. Antitusif

Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan
ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain dekstrometorfan HBr dan
difenhidramin HCl (dalam dosis tertentu).

(BPOM, 2006)
BAB III

ASKEP

1. Pengkajian

a. Kepala dan leher

Observasi :

§ Memungkinkan adanya konjungtivitis.

§ Wajah memerah

§ Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival anterior

§ Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar

b. Pernapasan

Observasi :

Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas; batuk nonproduktif; coryza.

Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-langit yang lunak, langit-langit yang
keras bagian belakang, hulu kerongkongan/tekak bagian belakang, peningkatkan RR, rhonchi
dan crackles.

c. Abdominal

Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).

d. Neurologi

Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.

e. Suhu tubuh

Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380hingga 390C <>0 hingga 1030F) yang secara
bertahap turun dan naik lagi pada hari ketiga.

2. Diagnosa

1) Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial


Data Subyektif :

Data Obyektif : Rhonchi, crackles (rales), tachypnea, batuk (mulanya non-produktif, kemudian
produktif), demam.

2) Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat. Data Subyektif : Keluhan-
keluhan haus dan anorexia

Data Obyektif : Hyperthemia (380-390C; 1020-1030F), wajah memerah; panas, kulit kering;
mukosa membran dan lidah kering; menurunnya output urine b.d kehilangan berat badan

3) Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.

Data Subyektif : Keluhan myalgia, kelelahan, sakit kepala dan photophobia

Data Obyektif : Menurunnya tingkat aktivitas

4) Hyperthermia b.d proses inflamatory

Data Subyektif : Keluhan rasa panas.

Data Obyektif : Meningkatnya suhu tubuh (380-390C; 1020-1030F) kulit kering dan panas.

3. Perencanaan

Tujuan-tujuan pasien

a. Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.

b. Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.

c. Pasien akan mampu untuk melakukan aktivitas harian tanpa kelemahan.

d. Suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal.

4. Implementasi

a. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.

Intervensi :

ô Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan crackles

R/ Menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas terhalangi oleh sekret.

ô Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau.

R/ Adanya infeksi yang dicurigai ketikasekret tebal, kuning atau berbau busuk.
ô Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah, intake dan output selama 24
jam, hematocrit.

R/ Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor kulit jelek.Mukosa membran
lidah dan kering,intake< output, hematocrit tinggi.

ô Bantu pasien dengan membatuk bila perlu.

R/ Membatuk mengeluarkan sekret.

ô Posisi pasien berada pada body aligment yang benar untuk pola napas optimal (kepala tempat
tidur 450, jika ditoleransi 900).

R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala tempat tidur
menggerakan isi abdominal menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi diaphragmatis.

ô Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu unggas, asap) menurut kebutuhan
individu.

R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala tempat tidur
menggerakan isi abdominal menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi diaphragmatis.

ô Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan.

R/ Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan pengeluarannya.

ô Berikan decongestans (NeoSynephrine) seperti pesanan.

R/ Memudahkan pernapasan melalui hidung dan cegah kekeringan membran mukosa oral.

ô Mendorong meningkatkan intake cairan dari 1 ½ sampai 2 l/hari kecuali kontradiksi.

R/ Mencairkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan.

b. Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat.

Intervensi :

ô Timbang pasien

R/ Periksa tambahan atau kehilangan cairan.

ô Mengukur intake dan output cairan.

R/ Menetapkan data keseimbangan cairan.

ô Kaji turgor kulit.


R/ Kulit tetap baik berkaitan dengan inadekuat cairan interstitial.

ô Observasi konsistensi sputum.

R/ Sputum tebal menunjukkan kebutuhan cairan.

ô Observasi konsentrasi urine.

R/ Urine terkonsentrasi mungkin menunjukkan kekurangan cairan.

ô Monitor hemoglobin dan hematocrit.

R/ Peninggian mungkin menunjukkan hemokonsentrasi tepatnya kekurangan cairan.

ô Observasi lidah dan mukosa membran.

R/ Kekeringan menunjukkan kekurangan cairan.

ô Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk mencegah kekurangan cairan.

R/ Mencegah kambuh dan melibatkan pasien dalam perawatan.

c. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.

Intervensi :

ô Observasi respon terhadap aktivitas.

R/ Menentukan luasan toleransi.

ô Identifikasi faktor-faktor yang mendukung aktivitas intoleransi, misal demam, efek samping
obat.

R/ Menghilangkan faktor-faktor kontribusi mungkin memecahkan aktivitas intoleran.

ô Kaji pola tidur pasien.

R/ Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan.

ô Periode rencana istirahat antara aktivitas.

R/ Mengurangi kelelahan.

ô Lakukan aktivitas bagi pasien hingga pasien mampu melakukannya.

R/ Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan.


d. Hyperthermia b.d proses inflamatory.

Intervensi :

ô Ukur temperatur tubuh.

R/ Menunjukkan adanya demam dan luasannya.

ô Kaji temperatur kulit dan warna.

R/ Hangat, kering, kulit memerah menunjukkan suatu demam.

ô Monitor jumlah WBC.

R/ Indikasi leukopenia dibutuhkan untuk melindungi pasien dari infeksi tambahan. Leukocytosis
menujukkan suatu inflamatory atau adanya proses infeksi.

ô Ukur intake dan output.

R/ Tentukan keseimbangan cairan dan perlu meningkatkan intake.

ô Berikan antipiyretic seperti dipesan.

R/ Kurangi demam melalui tindakan pada hypothalmus.

ô Tingkatkan sirkulasi udara dalam ruangan dengan fan.

R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konveksi

ô Berikan sebuah permandian dengan spon hangat/suam-suam.

R/ Memudahkan kehilangan panas oleh evaporasi.

ô Kenakan sebuah kantong es yang ditutup dengan sebuah handuk pada axilla atau selangkang.

R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konduksi.

ô Selimuti pasien hanya dengan seperei.

R/ Mencegah kedinginan; mengigil akan meningkatkan lebih lanjut kecepatan metabolis.

5. Evaluasi

Hasil Pasien

Data Yang Menunjukkan Bahwa Hasil Dicapai Jalan napas patent


Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan. Tidak ada batuk. Bunyi napas
jelas.

Volume cairan berada dalam batas-batas normal.

Intake cairanmeningkat. Kulit lembab. Membran mukosa oral lembab. Hemoglobin = 15,5 ± 1,1
g/dl untuk pria. 13,7± 1,0 g/dl untuk wanita. Hematocrit = 42%-50% untuk pria, 35%-47% untuk
wanita. Output urine normal dengan konsentrasi normal. Tidak ada albuminuria.

Aktivitas dilakukan tanpa kelelahan atau ketidaknyaman.

Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan atau
ketidaknyamanan. Tenaga pulih.

Suhu badan dalam batas normal.

Suhu tubuh normal 380C (98,60F).

6. Pendidikan Pasien.

1. Mendorong pasien untuk mempertahankan bed rest selama 2-3 hari setelah suhu kembali
normal.

2. Ajari pentingnya minum paling kurangnya sehari 2/4 cairan guna meneruskan sekret mudah
dikeluarkan.

3. Instruksikan pasien untuk memberitahukan dokter tentang gejala-gejala infeksi tahap kedua,
termasuk sakit telinga, purulent atau sputum berdarah, sakit dada atau demam.

4. Beri informasi tentang obat yang diresepkan seperti nama, dosis, tindakan, frekuensi
pemakaian dan efek samping.

5. Mendorong orang-orang beresiko tinggi untuk mendapatkan vaksin influenza sebelum musim
flu mulai.
BAB IV

Penutup

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalh ini adalah sebagai berikut: 1.
Virus Influenza merupakan virus dengan materi genetik RNA. 2. Ciri khas dari virus ini adalah
memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan
Neuraminidase (NA). 3. Menurut International Commitee on Taxonomy of Viruses virus
influenza masuk kedalam genus orthomyxovirus. 4. Virus influenza dibagi menjadi tiga tipe
yaitu virus influenza A, virus influenza B dan virus influenza C. 5. Tahap-tahap replikasi virus
influenza meliputi tahap binding, endositosis, uncoating, replikasi, transkripsi, translasi,
assembly, budding dan release.

6. Gejala influenza seperti demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar),
batuk, hidung tersumbat, nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok, kelelahan, nyeri kepala,
iritasi mata, mata berair, mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,
tenggorok, dan lainnya. 7. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, pengobatan
tertentu, dengan meningkatkan daya tahan tubuh, rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan,
hindari kontak secara langsung dengan orang yang terkena flu karena dapat tertular baik melalui
mulut, hidung dan mata.

SARAN

Jika Anda terserang flu, sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah untuk mencegah
kemungkinan Anda menularkan virus flu ke orang lain di sekitar Anda. Istirahatlah di rumah
karena istirahat sangat dibutuhkan bagi tubuh agar bisa pulih kembali

Anda mungkin juga menyukai