A. PENGERTIAN
Penyakit obstruksi jalan nafas atau lebih dikenal dengan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM) secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Obstruksi hjalan nafas reversibel, terutama asma brochiale
b. Obtruksi jalan nafas non reversibel , penyakti obstruksi paru menahun ( brochitis
kronis dan emfisema )
Pengertian asma sendiri adalah sindrom obteruksi jalan nafas yang terjadi berulang
yang ditandai dengan adanya konstriksi otot polos, hipersekresi mukus dan inflamasi.
B. ETIOLOGI
Sampai saat inietiologi asama belum diketahui, sehingga tidak ada pengobatan kausal
asma. Beberapa faktor pencetusyang diketahui saat ini :
a. faktor intrinsik antara lain perawatan sehari-hari.
b. Faktor ekstrinsik
1. Alergi debu rumah
2. Rumah antigen akibat dari reaksi antigen –antibody uarema
Dua faktor diatas merupakan faktor-faktor yang sering ditemui di masyarakat tetapi
sampai saat ini berbagai teori tentang mekanisme timbulnya asma bronchial sanagt
heterogen dan terus berkembang, serta tidak selamanya dapat mencakup semua jenis
penderita asma.
Oleh karena itu dalam penanganan asma dan pemeliharaan penderita asma, penting
sekali untuk mengetahui faktor pencetus timbulnya asma pada masing-masing individu
daripada mencari penyebab yang belum pasti.
C. TANDA DAN GEJALA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi ( whezzing
) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejhala asma dan demikian pula rasa
sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanay penderita nmerasa
tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
0
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang makin
banyak antara lain :
1). Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
2). Sianosis
3). Silent Chest
4). Gangguan kesadaran
5). Tampak lelah
6). Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberpa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai.
Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun
diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung )
b. Pemeriksaan IGE
c. Pemeriksaan ronten torak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada
lebar. Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma.
d. Pemeriksan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menunukan adanya
obstruksi daluran pernafasan
e. Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakuikan tindakan pemeriksaan gas
darah.
F. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan para ahli, pencetus bisa berdasarkan
a. Gangguan sarad autonom
b. Gangguan sistem imun
1
a. Gangguan saraf autonom
Saraf simpatis saraf para simpatis
( Andrenergik ) ( Kolinergik )
Bronkho konstriksi
Sesak nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
PK : Hipoksemia
Intoleransi aktivitas
Cemas
Kurang pegetahuan
Hiperkapnia
2
Ekspirasi menurun, udara tertahan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma
baik cara pengobatannya maupun perjalanan penyakitnya sehingga penderita dapat
ikut bekerjasama dan mengerti tujuan pengobatan yang akan diberikan
Untuk serangan asma akut dapat diberikan golongan obat adrenergik beta atau teofilin.
Untuk status asmatikus dimana dengan pengobatan agonis beta dan teofilin tidak
mengalami regrakter maka untuk mengembalikan fungsinya diperlukan kortikosteroid
dan tindakan lanjut selain memberikan oksigen ialah pemasanag infus.
Urutannya adalah sebagai berikut :
a. Oksigen 2-4 liter per menit
b. Infus cairan 2 – 3 liter / hari, penderita boleh minum
c. Aminophilin 5 – 6 mg / kg BB / IV, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,5 –
0,9 mg / kg BB / jam
d. Kortikostereois : hidrokortison 4 mg / kg BB / IV atau deksametason 10 – 20 mg.
setelah tampak perbaikan kortikosteroid intravena dapat diganti dengan bentuk oral
e. Obat adrenergik beta, bila ada lebih disukai nebulizer diberikan tiap 4 – 6 jam
f. Antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi
Sedangkan untuk asma kronis prinsip pengobatannya :
a. Mengenal, menyingkirkan dan atau menghindari faktor-faktor pencetus serangan
seperti alergi, iritan, infeksi, kegiatan jasmani, lingkungan kerja, obat-obatan,
perubahan cuaca yang ekstrim
b. Menggunakan obat-obatan