Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

TORSIO TESTIS

Oleh :
Bayu Eka Surya 1710070100104

Preseptor :
dr. M. Nurhuda, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


SMF ILMU BEDAH RSI SITI RAHMAH
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas case report ini

dengan judul Torsio Testis. Case report ini dibuat untuk memenuhi syarat

kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Islam Siti

Rahmah Padang.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dr. M. Nurhuda, Sp.B

selaku pembimbing penyusunan case report ini dengan memberikan bimbingan

dan nasehat dalam penyelesaian case report ini. Semoga case report ini

memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan bagi kita semua

Padang, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................3


2.1. Anatomi Testis....................................................................................3
2.2. Torsio Testis....................................................................................... 6
2.2.1. Definisi............................................................................................ 6
2.2.2. Epidemiologi....................................................................................6
2.2.3. Etiopatogenesis................................................................................ 6
2.2.4. Gejala Klinis.................................................................................... 9
2.2.5. Diagnosis......................................................................................... 9
2.2.6. Diagnosis Banding...........................................................................13
2.2.7. Tatalaksana...................................................................................... 14
2.2.8. Komplikasi.......................................................................................15
2.2.9. Prognosis..........................................................................................16

BAB III Laporan Kasus.................................................................................... 17

BAB IV Penutup...............................................................................................22

Daftar Pustaka...................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Torsio testis adalah keadaan darurat urologis yang memerlukan intervensi

darurat, terjadi ketika testis berputar di sekitar korda spermatika yang

menyebabkan suplai darah terganggu dan kemungkinan kerusakan testis iskemik

permanen. Torsio testis adalah keadaan darurat bedah yang mempengaruhi 1 dari

4.000 anak laki-laki di bawah usia 25 tahun dan terhitung hingga 25% dari

penyakit skrotum akut pada populasi anak. 1,2

Torsio testis dapat terjadi pada usia berapapun tetapi umumnya terjadi

segera setelah lahir atau antara usia 12-18 tahun dengan puncak kejadian pada usia

13-14 tahun. Insiden torsi pada laki-laki di bawah usia 25 tahun adalah sekitar 1

dari 4000. Sebuah studi yang berbasis di AS melaporkan bahwa torsio testis

didiagnosis pada 10-15% pasien anak yang mengalami nyeri skrotum akut dan

orkidektomi dilakukan pada 42% pasien yang menjalani eksplorasi skrotum untuk

torsio testis. Studi tersebut juga mencatat bahwa interval waktu untuk

perkembangan iskemia setelah timbulnya torsio testis adalah 4-8 jam.1

Gejala torsio testis biasanya tiba-tiba ada rasa sakit yang menyiksa di

selangkangan dan perut bagian bawah dan pasien merasa mual dan mungkin

muntah. Torsi testis yang turun penuh biasanya mudah dikenali. Skrotum bengkak

dan lunak, sedangkan kulit biasanya tidak eritematosa pada awalnya (walaupun

bisa menjadi demikian dengan riwayat yang lama) dan pasien apireksia. Testis itu

sendiri bengkak dan lunak dan tampak tinggi di dalam skrotum, sedangkan tali

pusar yang lunak sering dapat diraba di atasnya. Refleks kremaster hilang.3

1
1.2. Tujuan Penulisan

1. Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat Kepaniteraan

Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Bedah RSI Siti Rahmah Padang.

2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan definisi, anatomi dan histologi,

epidemiologi, patofisiologi, etiologi, jenis-jenis, diagnosa, komplikasi,

penatalaksanaan, dan prognosis torsio testis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Testis

Testis berbentuk ovoid, berat 10-14 gram. Mempunyai ukuran panjang 4

cm, ukuran anterior - posterior 3 cm, dan ukuran lebar 2,5 cm. Setiap testis

mempunyai facies medialis dan facies lateralis yang berbentuk konveks, bertemu

di bagian anterior dan posterior membentuk margo anterior dan margo posterior

yang juga berbentuk konveks bulat. Ujung-ujungnya berbentuk bulat dan disebut

extremitas superior dan extremitas inferior. Permukaan testis halus. Testis

mempunyai capsula yang terdiri atas tiga lembar lapisan, dan superficial ke

profunda yaitu tunia vaginalis, tunica albuginea dan tunica vasculosa.4

Gambar 2.1. Testis

Dari mediatinum testis terdapat beberapa septula testis ke arah tunica

albuginea, membagi testis kedalam 250 buah rongga-rongga kecil (= lobuli testis).

Di dalam setiap rongga tersebut terdapat dua buah tubuli seminiferi contorti atau

lebih. Setiap tubuli tadi mempunyai ukuran dua feet (60 cm). Ke arah mediatinum

3
testis tubuli tadi saling berhubungan dan berbentuk lurus, disebut tubuli seminiferi

recti. Di dalam mediatinum testis tubuli seminiferi recti mengadakan anastomose

membentuk rete testis. Dari rete testis terdapat 6 – 12 buah ductuli efferentes testis

yang mengadakan hubungan dengan epididymis.4

Gambar 2.2. Penampakan dalam testis

Arteria testicularis memberi beberapa percabangan, menuju ke margo

posterior, menembusi tunica albuginea, berjalan mengikuti septula testis menuju

ke mediastinum testis. Arteria testicularis mengadakan anastomose dengan arteria

deferentialis dan arteria spermatica externa, dan bersumber pada aorta

abdominalis.4

Gambar 2.3. Perdarahan Testis

4
Funiculus spermaticus terletak mulai dari anulus inguinalis internus,

berjalan melalui canalis inguinalis sampai pada margo posterior testis. Di bagian

caudalis dari anulus inguinalis externus funiculus spermaticus terletak di sebelah

ventral m.adductor longus. Ditempat ini arteria pudenda externa superficialis

menyilang funiculus spermaticus di bagian anterior, dan arteria pudenda externa

profunda berjalan menyilang di sebelah dorsalnya. Funiculus Spermaticus

dibentuk oleh ductus deferens, arteria testicularis, plexus pampiniformis,

pembuluh-pembuluh lymphe, arteria cremasterica, ramus genitalis, dan processus

vaginalis peritonei.4

Gambar 2.4 Funiculus spermaticus dan testis.4

5
2.2. Torsio Testis

2.2.1. Definisi

Torsio testis adalah keadaan darurat urologis yang memerlukan intervensi

darurat, terjadi ketika testis berputar di sekitar korda spermatika yang

menyebabkan suplai darah terganggu dan kemungkinan kerusakan testis iskemik

permanen.1

2.2.2. Epidemiologi

Torsio testis dapat terjadi pada usia berapapun tetapi umumnya terjadi

segera setelah lahir atau antara usia 12-18 tahun dengan puncak kejadian pada usia

13-14 tahun. Insiden torsio pada pria di bawah usia 25 tahun adalah sekitar 1 dari

4000. Sebuah studi yang berbasis di AS melaporkan bahwa torsio testis

didiagnosis pada 10-15% pasien anak dengan nyeri skrotum akut dan orkidektomi

dilakukan pada 42 % pasien yang menjalani eksplorasi skrotum untuk torsio testis.

Studi tersebut juga mencatat bahwa interval waktu untuk perkembangan iskemia

setelah timbulnya torsio testis adalah 4-8 jam.1

2.2.3. Etiopatogenesis

Sebagian besar kasus terjadi pada pasien yang lebih muda (<25 tahun)

dan biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan pada prosesus vaginalis. Keluhan

spontan, dipengaruhi aktivitas, atau, dalam kasus yang lebih sedikit, dikaitkan

dengan trauma. Torsi testis menyumbang sekitar seperempat dari keluhan skrotum

yang muncul di unit gawat darurat.5

Torsi testis jarang terjadi karena testis normal berlabuh dan tidak dapat

berputar. Agar torsi terjadi, salah satu dari beberapa kelainan harus ada:3

6
 Tunika vaginalis yang tinggi menyebabkan testis menggantung di dalam

tunika seperti a clapper in a bell. Ini adalah penyebab paling umum pada

remaja dan biasanya merupakan kelainan bilateral.

 Pembalikan testis. Testis diputar sehingga terletak melintang atau terbalik.

 Pemisahan epididimis dari korpus testis memungkinkan terjadinya torsio

testis pada pedikel yang menghubungkan testis dengan epididimis

Gambar 2.5. (a) testis normal, (b) perlekatan tunika vaginalis yang tinggi secara

abnormal menjadi predisposisi terjadinya torsi (clapper in a bell.)

Gambar 2.6. Torsi testis. Pemisahan testis dari epididimis - torsi di sekitar pedikel

di antara keduanya.

Dua faktor utama yang menentukan kerusakan testis adalah luasnya

putaran dan durasi episode. Putaran 720° menyebabkan iskemia lebih cepat

daripada putaran 360° atau kurang, sementara jika testis dapat terlepas dalam

7
waktu 6 jam setelah torsi terjadi, ada kemungkinan hampir 100% penyelamatan

testis dibandingkan dengan tingkat penyelamatan 20% jika operasi ditunda selama

24 jam.3

Torsi testis disebabkan oleh terpuntirnya suplai darah dan korda

spermatika. Tunika vaginalis biasanya melekat kuat pada aspek posterolateral

testis dan di dalamnya, korda spermatika tidak bergerak. Jika perlekatan tunika

vaginalis tinggi, maka hal ini memungkinkan korda spermatika berputar ke dalam,

menyebabkan torsi intravaginal. Cacat ini disebut sebagai kelainan bell clapper

deformity dan dapat bilateral dalam setidaknya 2/5 kasus.5

Saat testis berputar di sekitar korda spermatika, aliran darah vena

berkurang, menyebabkan menurunnya aliran vena dan iskemia pada testis. Testis

akan menjadi lunak, bengkak, dan mungkin eritematosa. Saat testis semakin

berputar, suplai darah arteri terputus yang menyebabkan iskemia testis lebih lanjut

dan akhirnya nekrosis.5

Gambar 2.7. Mekanisme torsio testis.5

8
2.2.4. Gejala Klinis

Gejala torsio testis biasanya tiba-tiba ada rasa sakit yang menyiksa di

selangkangan dan perut bagian bawah dan pasien merasa mual dan mungkin

muntah. Torsi testis yang turun penuh biasanya mudah dikenali. Skrotum bengkak

dan lunak, sedangkan kulit biasanya tidak eritematosa pada awalnya (walaupun

bisa menjadi demikian dengan riwayat yang lama) dan pasien apireksia. Testis itu

sendiri bengkak dan lunak dan tampak tinggi di dalam skrotum, sedangkan tali

pusar yang lunak sering dapat diraba di atasnya.3

Gejala klasik yaitu nyeri akut, menetap, intensitas berat pada skrotum,

walaupun istirahat (bahkan saat tidur), atau saat aktivitas fisik atau setelah trauma.

Ada sejumlah kasus dengan keluhan berulang dengan keluhan yang lebih ringan,

nyeri lebih ringan atau dengan keluhan nyeri inguinal atau perut. Mual dan

muntah ditemukan pada 10-60% anak laki-laki. Skrotum yang bengkak dan

kemerahan dapat muncul, tergantung durasi dan keparahan. Keluhan jarang yaitu

demam, disuria.5

2.2.5. Diagnosis

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang paling banyak ditemukan adalah nyeri tekan pada

testis, perubahan posisi testis dan hilangnya reflex cremaster. Namun bila reflex

cremaster masih ada berhubungan dengan adanya aliran darah ke testis akan tetapi

tidak memastikan perfusi testicular baik, khususnya bila tanda klinis torsio nyata.

Inspeksi ditemukan testis yang lebih tinggi dengan letak testis yang horizontal.

Testis tepuntir ke arah antero-medial. Jadi dilihat dari arah kaki, testis kanan

terpuntir sesuai putaran jarum jam dan yang kiri terpuntir berlawanan arah jarum

9
jam. Testis terlihat terpuntir letaknya lebih tinggi daripada testis yang abnormal

(Deming’s Sign) dan posisi lebih horizontal daripada yang normal (Angell’s sign).

Gambar 2.8. Normal, kelainan Bell-clapper dan Torsio testis.

2. Pemeriksaan Penunjang

A. Ultrasonography

Ultrasound (USG) adalah pemeriksaan yang cepat, mudah dan aman

untuk menilai testis, aliran darah intraparenkim dan kelainan lainnya misalnya

hidrokel dan penebalan skrotum. Colour Doppler ultrasound (CDUS) memberi

gambaran hilangnya warna doppler atau hilangnya bentuk gelombang dan

heterogenitas parenkim dibandingkan testis kontralateral. Temuan heterogen pada

CDUS meninjukkan testis yang nekrosis, sedangkan homogenitas menjadi faktor

prediktif menurun nya risiko orkidektomi. Sensitivitas 100%, spesifitas 75,2%,

nilai prediktif positif 80,4% dan nilai prediktif negatif 100% dalam diagnosis

torsio testis dengan CDUS.5

10
Gambar 2.9. Imaging torsio testis intravaginal

Pada gambar (A) torsio intermiten. CDUS menunjukkan masih adanya

flow arteri ke testis 12 jam nyeri dan hilangnya flow dan heterogenitas parenkim

pada pasien datang kembali dengan nyeri yang lebih berat. (B) torsio akut dengan

menurunnya flow arteri. Gambar (C) Torsio yang lama. CDUS menunjukkan

heterogenitas testis tanpa flow arteri dan vena dan hiperehoid cincin parenkim.5

Gambar 2.10. Snail sign (tanda siput).

11
Pada gambar B (kiri) dan color doppler (kanan) menunjukkan hiperehoik

central body dari siput dan lingkaran darah dalam distal spermatic cord sekitar

sentral echogenik “badan”.5

B. Pencitraan computed tomography (CT)

Pencitraan computed tomography (CT) skrotum jarang dilakukan dalam

evaluasi skrotum akut. Namun, ini adalah investigasi pilihan dalam penilaian

hernia skrotum yang melibatkan ureter, gangren Fournier, trauma akut, dan

stadium kanker. CT juga berguna untuk mendeteksi kerusakan perfusi pada kasus

yang tidak dapat ditentukan. Penting untuk dicatat bahwa pencitraan CT

melibatkan radiasi pengion dan hanya boleh digunakan untuk pencitraan skrotum

jika benar-benar diperlukan. CT bukan modalitas pilihan dalam pengaturan

skrotum akut ketika ada kebutuhan untuk mengevaluasi perfusi testis.1

C. Pencitraan Nuklir

Pencitraan nuklir testis memiliki akurasi keseluruhan 95% dan berguna

dalam membedakan torsi testis dari epididimo-orchitis ketika diagnosisnya

diragukan. Namun, modalitas pencitraan ini tidak selalu mudah diakses dan dapat

mengakibatkan keterlambatan dalam pengaturan skrotum akut, menunjukkan

bahwa ini tidak boleh digunakan sebagai modalitas pilihan awal.1

D. Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

Kontras atau non-kontras-peningkatan MRI berguna ketika diagnosis

dugaan torsi testis tidak lengkap. Sebuah studi retrospektif menunjukkan bahwa

MRI dengan kontras dalam evaluasi torsi memiliki sensitivitas dan spesifisitas

masing-masing 100% dan 93%. Namun, MRI tidak tersedia semudah

ultrasonografi, sulit digunakan pada pasien anak dan tidak efektif biaya. MRI

12
mungkin memiliki beberapa nilai dalam kasus tertentu tetapi tidak

direkomendasikan sebagai rutin.1

2.2.6. Diagnosis Banding

Orchio-epididymitis adalah kondisi testis unilateral dan nontraumatik dan

seringkali memiliki perbedaan untuk disingkirkan. Pasien ini seringkali memiliki

nyeri, bengkak dan kemerahan pada testis disebabkan oleh infeksi. Urinalisis

sederhana tanpa leukosit dan kultur negatif biasanya menyingkirkan kondisi ini.

Pada USG ditemukan pembengkakan, hipoehoik dan hipervaskularisasi.5

Penyebab lain termasuk fraktur testis atau hematoma yang biasanya

berhubungan dengan trauma langsung. Massa skrotum akut termasuk tumor (mis.,

Seminoma) dan massa non-ganas seperti spermatokel, hidrokel, dan hematokel

terkadang muncul sebagai testis unilateral dan nyeri. Varicocel yang alami

prevalensi sekitar 10% sampai 15%, umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.5

Hernia juga bisa muncul diawali benjolan hilang timbul di lipat paha

kemudian nyeri dan pembengkakan skrotum. Ada bising usus di skrotum jika

tidak tercekik secara total, pencitraan diperlukan untuk sering mengesampingkan

hal ini. Torsi dari usus buntu testis, sebagai lawan dari seluruh testis, juga dapat

menyerupai torsi testis yang sebenarnya. Sekali lagi, pencitraan diperlukan untuk

melihat kondisi ini. Terakhir, abses skrotum bisa juga muncul sebagai nyeri dan

pembengkakan testis unilateral.5

Edema skrotum idiopatik merupakan keanehan yang terjadi antara usia 4

dan 12 tahun dan harus dibedakan dengan torsi. Skrotum sangat bengkak tetapi

ada sedikit rasa sakit atau nyeri. Pembengkakan biasanya bilateral dan dapat

meluas ke perineum, selangkangan, dan penis. Ini dianggap sebagai fenomena

13
alergi dan terkadang ada eosinofilia. Pembengkakan mereda setelah satu atau dua

hari tetapi bisa kambuh lagi. Sangat jarang, torsi dapat secara meyakinkan ditiru

oleh hernia inguinalis strangulata kecil yang menekan korda dan menyebabkan

kompresi pleksus pampiniformis.3

2.2.7. Tatalaksana

Durasi maksimum untuk penyelamatan testis setelah torsi sangat

diperdebatkan. Sebuah penelitian menemukan bahwa 89% testis yang

dioperasikan antara 7 dan 12 jam dapat diselamatkan. Studi lain mencatat bahwa

tingkat penyelamatan testis menurun dari 100% menjadi 90% ketika waktu

operasi testis telah ditunda selama 4-8 jam.1

1. Detorsi Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu

dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah

torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral

dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.

Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika

detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.5

2. Surgical Exploration

Pada dugaan diagnosis torsi, eksplorasi skrotum yang mendesak adalah

pengobatan pilihan untuk menyelamatkan testis iskemik yang mungkin terjadi.

Testis yang tidak dapat hidup harus diangkat (orchiectomy) untuk mencegah

pembentukan antibodi anti-sperma dan dengan demikian mengurangi fungsi testis

kontralateral yang sehat. Viabilitas testis selama eksplorasi bedah dapat ditentukan

berdasarkan alasan klinis dalam banyak kasus. Dalam kasus yang meragukan,

14
pewarna fluoresen dapat digunakan untuk menilai adanya iskemia. Sebuah testis

yang layak harus diperbaiki ke dinding skrotum bagian dalam untuk mencegah

torsi balik (orchidopexy). Selain itu, orkidopeksi testis yang berlawanan juga

harus dilakukan.1

Gambar 2.11. Prosedur Orkidopeksi.

Prosedur operasi dimulai dengan insisi skrotum vertical dilanjutkan

tunika vaginalis parietal dibuka secara longitudinal. Reduksi torsi korda

spermatika dilakukan dan penilaian viabilitas testis. Satu sampai tiga jahitan

ditempatkan pada dartos dinding skrotum posterior.5

2.2.8. Komplikasi

Diagnosis yang terlewat atau tertunda dapat menyebabkan testis nekrotik

dan gangren, atrofi testis, infertilitas, dan spermatogenesis abnormal. Testis yang

rusak dapat mengalami kerusakan sawar darah-testis, sehingga sel germinal

terpapar ke sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan produksi antibodi

anti-sperma. Namun testis yang diselamatkan dapat berhenti tumbuh hingga 3

15
tahun setelah torsi; namun, kebanyakan ahli urologi akan menyimpan testis

marginal.5

2.2.9. Prognosis

Prognosis tergantung pada usia pasien dan durasi torsi. Secara umum,

anak-anak yang lebih kecil prognosis lebih baik daripada remaja dan orang

dewasa dan semakin lama torsi semakin besar kerusakannya. Jika torsi teratasi

dalam 4 hingga 6 jam, pemulihan total dapat diharapkan. Testis tidak dapat hidup

setelah 24 jam dan hanya memiliki viabilitas minimal pada 12 jam (20%).5

16
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

 Nama : An. B

 Umur : 7 Tahun

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Agama : Islam

 Alamat : Padang

 Tanggal masuk : 7 Desember 2022

 Jam Datang : 07.00

3.2. Alloanamnesis

 Keluhan Utama

Laki-laki usia 7 tahun datang ke IGD RSI Siti Rahmah dengan keluhan

nyeri pada buah pelir kanan sejak 6 jam SMRS

 Riwayat Penyakit Sekarang

 Nyeri pada buah pelir kanan sejak 6 jam SMRS. Menurut orang tua

pasien, awalnya pasien mengeluhkan nyeri saat terbangun dari tidur yang

timbul mendadak pada buah pelir, nyeri dirasakan terus menerus dan

bertambah hebat menjalar hingga keselangkangan dan perut sebelah kiri,

membuat rasa tidak nyaman pada perut

 Mual dan muntah sejak 2 jam yang lalu, muntah apa yang dimakan,

muntah 1 x dengan banyaknya sekitar 1 sendok makan, muntah tidak

disertai darah.

17
 Pasien menyangkal adanya gangguan BAK selama sakit yang dirasakan, ,

BAB (+) normal,

 Demam tidak ada

 Riwayat trauma pada alat kelamin (-) riwayat dipijit (-)

 Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien belum menderita gejala yang sama

 Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga utama pasien tidak ada yang pernah mengalami sakit yang serupa

dengan pasien

3.3. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : CM

 Tekanan darah : 100/70 mmHg

 Nadi : 100 kali/menit

 Napas : 23 kali/menit

 Suhu : 36,8 o C

A. Status Generalisata

 Kepala : Normocephal, ubun-ubun datar

 Mata : Pupil isokor (2 mm/2 mm), konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+)

 Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri Tarik aurikula (-/-), nyeri ketuk

mastoid (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

 Hidung : Deviasi septum (-/-), secret (-/-), darah (-/-)

 Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)

18
 Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)

 Paru :

o Inspeksi : Normochest, gerak dinding dada simetris, sikatrik (-), retraksi

(-)

o Palpasi : Vocal fremitus (+/+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-)

o Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

o Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

 Cor :

o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

o Perkusi : Batas jantung normal

o Auskultasi : BJ I dan II regular, mur-mur (-), gallop (-)

 Abdomen :

o Inspeksi : Distensi (-), Darm countour (-), Darm Steifung (-)

o Auskultasi : Bising usus (+) normal

o Palpasi : Deffense muscular (-), Nyeri tekan (+) Nyeri lepas (+) di regio

iliac sinistra

o Perkusi : Hipertimpani

 Ekstremitas superior :

• Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-)

• Palpasi : Perabaan hangat, CRT <2 detik

 Ekstremitas inferior :

• Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-)

• Palpasi : Perabaan hangat, CRT <2 detik

19
B. Status Lokalis : Regio Genitalia

Regio Penis :

 Inspeksi : Hematom (-), massa (-), hiperemis (-)

 Palpasi : Teraba glands penis, fimosis (-), parafimosis (-), nyeri (-)

Regio Testis :

 Inspeksi : Tampak skrotum kanan bengkak dan lebih tinggi daripada skrotum

kiri, tampak kemerahan pada skrotum kanan

 Palpasi : Nyeri di skrotum kanan (+) nyeri menetap saat scrotum diangkat

atau digerakkan ke proksimal, testis kanan terletak melintang, teraba

lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.

Pemeriksaan Tambahan : Reflek cremaster menghilang sebelah kanan,

Transluminasi skrotum dekstra (-)

3.4. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap (7/12/2022)

HGB : 12.8 g/dL 12 – 16 g/dl


HCT : 42 % 37 – 48%
WBC : 8.800 4000 – 10.000/L
RBC : 4.6 .106/L 4 – 6 . 106/L
PLT : 327 .103/L 150.000 – 400.000/L

20
Ultrasonografi (7/12/2022)

3.5. Diagnosis

Susp Torsio Testis Dekstra

3.6. Diagnosis Banding

Orkitis Akut

3.7. Tatalaksana

 Non Medikamentosa :

 Bed Rest

 Pemasangan NGT

 Pemasangan Kateter

 Pasien dipuasakan

 Medikamentosa :

 IVFD RL 500 cc 12 jam/ kolf

 Inj. Ceftriaxone

 Inj. Ondansetron

 Rencana Tindakan :

 Konsul dokter Sp.U untuk di rencanakan OK

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Torsio testis adalah keadaan darurat urologis yang memerlukan intervensi

darurat, terjadi ketika testis berputar di sekitar korda spermatika yang

menyebabkan suplai darah terganggu dan kemungkinan kerusakan testis iskemik

permanen. Torsio testis dapat terjadi pada usia berapapun tetapi umumnya terjadi

segera setelah lahir atau antara usia 12-18 tahun dengan puncak kejadian pada usia

13-14 tahun.

Gejala torsio testis biasanya tiba-tiba ada rasa sakit yang menyiksa di

selangkangan dan perut bagian bawah dan pasien merasa mual dan mungkin

muntah. Pemeriksaan fisik yang paling banyak ditemukan adalah nyeri tekan pada

testis, perubahan posisi testis dan hilangnya reflex cremaster. Ultrasound (USG)

adalah pemeriksaan yang cepat, mudah dan aman untuk menilai testis, aliran

darah intraparenkim dan kelainan lainnya misalnya hidrokel dan penebalan

skrotum.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Laher, Shavania, Ragavan, Puja, Mehta, dan Ahmed, Adam.


Testicular Torsion in the Emergency Room: A Review of Detection and
Management Strategies. Open Access Emerg Med. 2020; 12: 237–246.
2. Zlatan Zvizdic, Amila Aganovic, Emir Milisic, dkk. Duration of symptoms is
the only predictor of testicular salvage following testicular torsion in children:
A case-control study. American Journal of Emergency Medicine. 2020. (cited
8 December, 2022)
3. Williams NS, et all. Bailey & Love’s Short Practice of Surgery. 27th Ed.
Boca Raton FL: CRC Press; 2017.
4. Paulsen, Waschke (2018). Retroperitoneal space and pelvic cavity: genitalia.
Paulsen, Waschke, editor. Atlas of Anatomy Sobotta Internal Organ. 16th
edition. Germany: Elsevier p. 269-73.
5. Hasbi, Berry Erida. Literature Review : Torsio Testis. Jurnal Mahasiswa
Kedokteran. 2022; 2(3).

23

Anda mungkin juga menyukai