PROLAPS REKTUM
Oleh:
Nafisah
Nim : 18174048
Pembimbing:
dr. Zahrul Wardani, Sp. B
2020
ii
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Refarat ini.Shalawat
beserta salam kepada junjungan islam, Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberi contoh teladan dan membuka wawasan cakrawala umat manusia.
Refarat dengan judul Prolaps Rektum ini sebagai rangkaian untuk
memenuhi tugas akhir kegiatan Kepaniteraan Senior Klinik di SMF / Bagian /
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama / Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa periode Januari 2020. Refarat ini juga diperuntukkan guna
menambah wawasan pengetahuan.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan Refarat ini kepada: dr.
Zahrul Wardani, Sp.B selaku pembimbing Kepaniteraan Senior Klinik Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa dan teman seperjuangan yang telah memberikan
dorongan dan motivasi sehingga Refarat ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa Refarat ini jauh dari sempurna, oleh karena itu,
saran dan masukan yang bersifat konstruktif dari semua pihak senantiasa Penulis
harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang sehingga dapat menghasilkan
karya yang lebih bermutu dan bermanfaat bagi dunia penelitian kesehatan dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1. ANATOMI..............................................................................................2
2.2. DEFINISI...............................................................................................4
2.3. ETIOLOGI..............................................................................................5
2.4. KLASIFIKASI.........................................................................................5
2.5. EPIDIMIOLOGI......................................................................................8
2.6. PATOFISIOLOGI....................................................................................8
2.8. DIAGNOSIS.........................................................................................10
2.10. PENATALAKSANAAN......................................................................14
2.11. KOMPLIKASI.....................................................................................16
2.12. PROGNOSIS.......................................................................................16
BAB IIIKESIMPULAN......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. ANATOMI
Kanalis ani berasal dari invaginasi ektoderm, sedang rektum berasal dari
entoderm. Karena perbedaan asal ini, maka terdapat perbedaan pula pada epitel
pelapisnya, vaskularisasinya, inervasi, dan drainase limfatiknya.2
Lumen rektum dilapisi mukosa granduler usus sedangkan kanalis ani dilapisi
epitel skuamosa stratifikatum lanjutan kulit luar. Daerah batas antara rektum dan
kanalis ani disebut Anorectal Junction ditandai oleh linea pectinea/linea dentata
yang terdiri dari sel-sel transisional. Dari linea ini ke arah rektum ada kolumna
rektalis (Morgagni), dengan diantaranya terdapat sinus rektalis yang berakhir di
kaudal sebagai vulva rektalis. Setinggi linea dentata ini ada crypta dan muara
anal.2
Pada kanalis ani kira-kira 4 cm yang dibedakan menjadi anatomical anal
canal mulai anal verge sampai ke linea dentata dan surgical anal canal untuk
kepentingan klinis yang dimulai dari anal verge samai cincin anorektal yang
merupakan bataspaling bawah dari otot puborektalis yang dapat diraba pada
waktu pemeriksaan rektaltouche.2
Dasar panggul dibentuk oleh otot levator ani yang dibentuk oleh otot-otot
pubococcygeus, ileococygeus dan puborektalis. Otot-otot yang berfungsi
mengatur mekanisme kontinensia adalah muskulus puborektalis, sfingter ani
eksternus (ototlurik), dan sfingter ani internus (otot polos). Batas antara sfingter
ani eksternus daninternus disebut garis Hilton. Otot yang memegang peranan
terpenting dalam mengatur kontinensia adalah otot-otot puborektalis. Bila
m.puborektalis tersebut terputus, dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia.2
2
3
2.2. DEFINISI
Prolaps rektum adalah penonjolan mukosa rektum (parsial) atau dinding
rektum (ketebalan penuh) dari anus dalam beberapa derajat.3Prosidensia atau
prolaps rektum yang berupa keluarnya seluruh tebal dinding rektum harus
dibedakan dari prolaps mukosa yang dapat terjadi pada hemoroid intern. prolaps
rektum pada orang dewasa umumnya akibat kurangnya daya tahan jaringan
penunjang rektum yang biasanya disertai dengan peninggian tekanan
intraabdomen. Penunjang rektum terdiri dari mensenterium dorsal, lipatan
peritoneum, berbagai fasia, dan m. Levator rektum. Bagian puborektum dari m.
Levator melipatkan rektum sehingga rektum dan anus membentuk sudut tajam.
Prolaps rektum pada anak ditemukan sebagai kelainan bawaan atau karena
5
kebiasaan menahan fesesnya. Pada orang dewasa, prolaps kadang disebabkan oleh
cedera m. Puborektalis atau paralisis otot panggul.1
2.3. ETIOLOGI
Prolaps rektum disebabkan oleh kelemahan ligament dan otot-otot yang
mempertahankan bentuk rektum.Pada sebagian besar orang dengan prolaps
rektum, terdapat kelemahan muskulus sfingter ani. Penyebab pasti kelemahan
ligamen dan otot-otot rektum tidak diketahui; akan tetapi, prolaps rektum
biasanya dihubungkan dengan kondisi berikut:2,3,4
1. Peningkatan tekanan intra abdomen seperti yang terjadi pada kostipasi, diare,
pertusis;
2. Gangguan pada dasar pelvis;
3. Infeksi parasit seperti amubiasis, scistosomiasis;
4. Struktur anatomi, seperti kelemahan otot penyangga rektumdan rektosigmoid
5. Kelainan neurologis akibat trauma pelvis, sindrom cauda ekuina, tumor
spinal, multipel sklerosis.
6. Kurangnya daya tahan jaringan/ sistem penunjang rektum pascabedah
perineum atau alat kelamin perempuan
2.4. KLASIFIKASI
Prolaps rektum dikategorikan sesuai dengan tingkat keparahan, mencakup :2,3
1. Prolaps internal, rektum telah prolaps, tapi tidak terlalu jauh keluar
melaluianus. Juga dikenal sebagai prolaps tidak lengkap.
2. Prolaps mukosa, hanya lapisan mukosa rektum menonjol melalui anus.
3. Prolaps eksternal, seluruh ketebalan rektum menonjol melewati anus. Juga
dikenal sebagai prolaps lengkap.
Berbagai jenis prolaps rektum mungkin sulit untuk dipahami, karena definisi
yang berbeda digunakan.Pada dasarnya, prolaps rektum yaitu:4
eksternal, menonjol dari anus sedangkan yang interna tidak menonjol dari
anus
circumferential , di mana seluruh kelengkungan dari prolaps dinding
rektum, atau segmental hanya bagian dari keliling dari prolaps dinding
rectum.
hadir saat istirahat, atau terjadi saat mengejan.
[12]
Prolaps mukosa ( prolaps mukosa rektal parsial) mengacu pada prolaps
dari melonggarnya lampiran submukosa pada propria muskularis dari lapisan
rectum mukosa distal dinding rektum.4
2.5. EPIDIMIOLOGI
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan
perbandingan 1: 6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% dari total
kasus. Berbeda dari wanita, kejadian prolaps rektum pada pria tidak meningkat
seiring dengan usia dan tetap konstan sepanjang hidup. Meskipun dapat terjadi
pada segala usia, insiden puncak pada usia dekade keempat dan ketujuh
kehidupan. Pada anak-anak biasanya terjadi pada usia dibawah 3 tahun, dengan
puncak insidens pada tahun pertama kehidupan. Pada populasi anak kejadian
prolaps rektum merata antara laki-laki dan perempuan.3
2.6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi prolaps rektum tidak sepenuhnya dipahami. Namun terdapat 2
teori utama yang menjadi dasar mekanisme terjadinya prolaps rektum. Teori
pertama mengatakan bahwa prolaps rektum merupakan pergeseran hernia akibat
defek pada fasia panggul. Teori kedua menyatakan bahwa prolaps rektum dimulai
sebagai intususepsi internal yang melingkar dari rektum mulai 6-8 cm proksimal
anal. Seiring dengan waktu peregangan ini berkembang menjadi prolaps dari
9
seluruh tebal dinding rektum, meskipun tahap ini tidak selalu dialami oleh setiap
pasien.2
Patofisiologi dan etiologi prolaps mukosa kemungkinan besar berbeda dengan
prolaps seluruh tebal dinding rektum dan intususepsi internal. Prolaps mukosa
terjadiketika jaringan ikat pada mukosa anus melonggar dan tertarik, sehingga 5
memungkinkan jaringan prolaps melalui anus. Hal ini sering terjadi
sebagaikelanjutan dari penyakit hemoroid yang lama dan mengalami hal serupa.2
Seringkali, prolaps dimulai dengan prolaps internal dinding rektum
anteriordan berkembang menjadi prolaps seluruh tebal dinding rectum.2
2.8. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh nyeri atau rasa tidak enak saat BAB, panggul
terasa penuh, merasa selalu ingin defekasi, sekresi lender dan darah, terkadang
terjadi diare berkepanjangan, terdapat massa keluar dari anus, adanya sulkus
antara rectum dan anus serta inkontensia alvi.5
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan prolaps rektum bersifat tidak
spesifik dan bermanfaat jika pasien memiliki preferensi usia dan komorbiditas.
Tidak ada pemeriksaan lab khusus yang membantu dalam evaluasi prolaps rektum
itu sendiri. Pertimbangkan pemeriksaan feses dan kultur agen infeksius,
khususnya pada pasien anak.2
Pemeriksaan Imaging
1. Barium Enema atau Kolonoskopi
Sebelum memulai pengobatan bedah prolaps rektum, penting untuk
mengevaluasi seluruh usus besar untuk mengecualikan setiap lesi kolon lainnya
yang harus ditangani secara simultan. Kehadiran lesi tersebut dapat
mempengaruhi pilihan prosedur yang akan dilakukan. Evaluasi usus besar dapat
dicapai dengan cara kolonoskopi atau barium enema. Barium enema adalah
indikator yang lebih baik dari redundansi dari usus besar.2,5
2. Video Defekografi
Video defekografi digunakan untuk menentukan prolaps internal atau
prolaps mukosa (parsial/ intusussepsi) bila tidak ada keluhan atau gejala yang
jelas. Defekografi dapat mengungkapkan intususepsi dari usus proksimal atau
obstruksi panggul. Radiopak materi (biasanya pasta barium) yang ditanamkan ke
dalam rektum, perhatikan keluarnya kontras saat defekasi. Spot film dan rekaman
video yang dibuat dan dapat digunakan untuk menentukan intussusepsi rektum
pada buang air besar.2,5
3. Rigid Proctosigmoidoscopy
Proctosigmoidoscopy kaku harus dilakukan untuk menilai rektum untuk lesi
tambahan, terutama ulkus rektal soliter. Borok hadir di sekitar 10-25% dari pasien
dengan prolaps baik internal maupun full-thickness. Jika ulserasi hadir, daerah
muncul sebagai ulkus tunggal atau sebagai borok beberapa di dinding rektum
anterior. Tepi sering menumpuk, dan daerah dapat berdarah. Biopsi harus
dilakukan untuk memastikan diagnosis dan untuk mengecualikan patologi
lainnya. Ulkus rektal soliter biasanya dapat diidentifikasi oleh ahli patologi yang
berpengalaman. Rektum prolaps mungkin ulserasi mukosa tetapi sebaliknya
histologis normal.2,5
12
Tes Lainnya
1. Anal-Rektal Manometri
Nyeri yang hebat akan jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid
interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.7
Perdarahan pada umumnya merupakan tanda pertama pada hemoroid interna
akibat adanya feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan feses dapat hanya berupa garis pada feses, atau sampai
pada perdarahan yang menetes atau mewarnai warna toilet menjadi merah.
Walaupun berasal dari vena darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam.7
2.10. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
2. Non-medikamentosa
Pada permulaan, saat prolaps masih kecil, penderita diberi diet berserat
untuk memperlancar defekasi. Kadang dianjurkan latihan otot dasar panggul.
Pasien diinstruksikan untuk merangsang buang air besar di pagi hari dan
menghindari dorongan untuk buang air saat sisa hari karena rasa penuh yang
mereka rasakan sebenarnya adalah intususepsi rektum proksimal ke arah distal
rektum. Dengan waktu, dorongan untuk buang air besar akan berkurang begitu
juga dengan intususepsi.8
3. Pembedahan
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi,
akibat adanya udem, sehingga makin besar dan sama sekali tidak dapat
dimasukkan lagi karena rangsangan dan bendungan mukus serta keluarnya darah.
Dimana sfingter ani menjadi longgar dan hipotonik sehingga terjadi inkontinensia
alvi, penanganan prolaps rektum dilakukan melalui pembedahan.2,5 Kontraindikasi
terhadap koreksi bedah prolaps rektum didasarkan pada komorbiditas pasien dan
kemampuannya untuk mentoleransi pembedahan. Terdapat dua jenis operasi
untuk prolaps rektum: abdominal dan perineum. Prosedur abdominal memiliki
tingkat kekambuhan lebih rendah dan menjaga kapasitas penyimpanan rektum
tetapi mempunyai risiko lebih dan memiliki insiden konstipasiyang lebih tinggi
pasca operasi. Prosedur perineum tidak berisiko terjadinyaanastomosis namun
mengurangi kapasitas penyimpanan rektum,namun memiliki angka kekambuhan
lebih tinggi. Prosedur abdominal umumnyalebih disukai dalam pasien aktif yang
berisiko rendah yaitu usia di bawah 50 danpada mereka yang memerlukan
prosedur abdomial lain secara bersamaan.4,7 Pembedahan mana yang terbaik
masih menjadi kontroversi karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.8
Pendekatan laparoskopi untuk memperbaiki prolaps rektum telah menjadi
semakin populer.Pendekatan ini telah mengintensifkan kontroversi karena
16
2.11. KOMPLIKASI
Prolaps rektum dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada rektum seperti
ulserasi mukosa dan pendarahan.Prolaps inkarserata di mana rektum tidak dapat
masuk lagi juga menjadi penyulit dari prolaps rektum.Selanjutnya dapat terjadi
prolaps strangulata di mana aliran darah ke rektum terhambat. Pada akhirnya
dapat terjadi gangrene dan nekrosis pada rektum.Tingkat kekambuhan pasca
operasi mencapai 15%, pada jenis operasi apapun.7
2.12. PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan pengobatan yang tepat. Resolusi
spontanbiasanya terjadi pada anak-anak. Dari pasien-pasien dengan prolaps
rektum yangberusia 9 bulan sampai 3 tahun, 90% hanya memerlukan pengobatan
konservatif.1
Jika dilakukan penanganan tepat waktu, sebagian besar penderita yang telah
menjalani operasi tidak mengalami gejala atau hanya sedikit kekambuhan prolaps
rektum pasca operasi. Akan tetapi, beberapa faktor, seperti umur, tingkat
keparahan prolaps, tipe operasi, dan keadaan umum penderita, mempengaruhi
kualitas dan kecepatan pemulihan penderita.1
17
BAB III
KESIMPULAN
Prolaps rektum adalah turunnya rektum melalui anus.Dalam hal ini terjadi
penonjolan mukosa rektum atau seluruh dinding rektum.Terapi prolaps rektum
tergantung tingkat keparahannya.Pada bayi dan anak-anak, sebagian besar
dilakukan penanganan konservatif dan jarang dilakukan pembedahan. Sedangkan
pada orang dewasa yang sering mengalami prolaps rektum lengkap, terapi
dilakukan dengan pembedahan. Bila dilakukan penganan secara tepat maka
tingkat kekambuhan prolaps rektum sangat kecil atau hampir tidak ada. Akan
tetapi, hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan penderita itu sendiri. Makan
makanan serat tinggi dan banyak mengkonsumsi buah-buahan merupakan cara
terbaik untuk menghindari terjadinya prolaps rektum.
18
DAFTAR PUSTAKA
19