MALFORMASI ANOREKTAL
(ATRESIA ANI LETAK TINGGI TANPA FISTEL)
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Bedah RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
POCUT SYAHNAZ
1607101030
Pembimbing:
dr. Dian Adi Syahputra, Sp.BA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi, kehidupan yang patut penulis
syukuri, keluarga yang mencintai dan teman-teman yang penuh semangat, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi
laporan kasus ini. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar
Muhammad Saw, atas semangat perjuangan dan panutan bagi ummatnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.4.2 Etiologi....................................................................................................6
2.4.3 Patogenesis..............................................................................................7
2.4.7 Penatalaksanaan....................................................................................11
3.2 Anamnesis...............................................................................................13
iii
3.2.6 Riwayat Penggunaan Obat...............................................................14
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................19
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Anatomi Anorektal
2
Antara otot levator ani dan sfingter ani internus disebut sebagai muscle complex
atau vertical fibre. Secara rinci kanalis ani terdiri dari otot ischicoccygeus,
ileococcygeus, pubococcygeus, otot sfingter eksternus superfisialis dan profunda.
Sedangkan yang berfungsi sebagai sfingter internus pada individu normal adalah
ketebalan lapisan sirkulerdari otot Involunter usus di sekitar anorektal.
Kanalis ani termasuk 1 cm diatas garis pektinea sampai ke bawah dekat
kulit sensitif terhadap rangsang nyeri {intraepitelial), raba (korpuskulum
Meissner), dingin {bulbus Krause), tekanan (korpuskulum Paccini dan Golgi
MazzonI), serta gesekan (korpuskulum genital). Rektum tidak sensitif terhadap
rangsang tersebut, tetapi adanya sensasi berupa distensi rektal karena persarafan
parasimpatis otot polos dan oleh reseptor propioseptif di otot volunter akan
merangsang rektum.
2 Fisiologi Anorektal
Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu mengeluarkan
isi feses dari kolon ke rektum, fungsi kedua adalah fungsi defekasi yaitu
mengeluarkan feses secara intermiten dari rektum, sedang fungsi ketiga adalah
menahan isi usus agar tidak keluar pada saat tidak defekasi. Fungsi fungsi tersebut
saling berkaitan satu dengan yang lain dan adanya ketidakseimbangan akan
menyebabkan ketidaknormalan terhadap masing masing fungsi tersebut.
Fungsi lainnya adalah motilitas kolon berfungsi untuk absorbsi cairan dan
pendorongan masa pada waktu defekasi. Gerakan dari sigmoid ke rektum
dihambat oleh beberapa mekanisme yang digunakan untuk kontinensia.
Kontinensia adalah kemampuan untuk mempertahankan feses dan hal ini sangat
tergantung pada konsistensia feses, tekanan dalam anus, tekanan rektum serta
sudut anorektal. Feses yang cair sulit dipertahankan dalam anus.
Pada bayi baru lahir defekasi bersifat otonom, tetapi dengan
perkembangan maturitas, defekasi dapat diatur. Pemindahan feses dari kolon
sigmoid ke rektum kadang dicetuskan juga oleh rangsang makanan terutama pada
bayi. Apabila rektum terisi feses maka akan dirasakan oleh rektum sehingga
menimbulkan keinginan untuk defekasi. Rektum mempunyai kemampuan yang
khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair, dan gas.
3
3 Embriologi Hindgut
Perkembangan anus dimulai dari pembentukan dua bagian, yaitu tuberkel
anal kanan dan kiri yang muncul di depan lipatan tulang ekor. Tuberkel ini
tumbuh ke arah ventral sampai mereka mengelilingi bagian akhiir hindgut.
Cekungan di tengah tuberkel disebut dengan proctoderm. Kemudian bagian atas
kanalis ani dibentuk oleh bagian akhir hindgut dan bagian bawahnya dari
proctoderm. Otot sfingter ani eksternus dibentuk dari mesoderm yang berkembang
sendiri dan berada di perineum.
4
hambatan pada pembukaan rektal. Otot sfingter ani eksternus berasal dari
mesoderm yang berkembang secara normal dan menempatkan diri di daerah
perineum.
Kloaka pada saat embrio merupakan suatu rongga yang membuka hindgut,
tailgut, allantois dan saluran mesonefrikum. Kloaka pertama kali dibentuk pada
sekitar usia kehamilan 21 hari, bentuk kloaka menyerupai huruf U, dengan bagian
anterior dari kloaka adalah allantois sedangkan bagian posterior dari kloaka
adalah hindgut. Kloaka dibatasi oleh septum yang dibentuk oleh plika Rathke
hingga menyatu dengan membran kloaka. Pada saat usia kehamilan 6 minggu
mulai terbentuknya rongga urogenital anterior dan rongga anorektal posterior.
Terjadinya proses perubahan yang cepat dari tuberkulum genital akan
menyebabkan perubahan bentuk kloaka ke bagian posterior. Pada usia kehamilan
7 minggu membran kloaka akan rusak sehingga terbentuknya dua bukaan yaitu
pada saluran urogenital dan pada saluran anus. Otot-otot yang mengelilingi
rectum berkembang pada saat yang sama yaitu pada usia kehamilan enam dan
tujuh minggu. Pada minggu ke sembilan usia kehamilan, semua struktur sudah
mulai terbentuk. Namun, pada tahap ini pembentukan genetalian eksterna laki-laki
atau perempuan belum terjadi.
4 Malformasi Anorektal
5
tiga lokus atau gen penting yang menyebakan terjadinya malformasi anorektal,
diantaranya: gen SHH, N2 dan HLXB9.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa mutasi pada HLXB9
berhubungan dengan kejadian malformasi anorektal. Beberapa sindrom seperti
Townes-Broks sindrom, Currarino’s sindrom dan Pallister-Hall sindrom juga
berhubungan dengan kejadian malformasi anorectal.
Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur, gangguan organogenesis dalam kandungan, berkaitan dengan
sindrom down.
6
Tabel 2.1 Klasifikasi Malformasi Anorektal Berdasarkan Wingspread 1984
7
Tabel 2.4 Klasifikasi Malformasi Anorektal
8
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan
malformasi anorectal adalah :
1. Kelainan kardiovaskuler
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan
yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus,
diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.
2. Kelainan gastrointestinal
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi
duodenum (1%-2%).
3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan lumbosakral
seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan hemisacrum. Sedangkan
kelainan spinal yang sering ditemukan adalah myelomeningocele, meningocele,
dan teratoma intraspinal.
4. Kelainan traktus genitourinarius
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada
malformasi anorektal. Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan
urogeital dengan malformasi anorektal letak tinggi antara 50 % sampai 60%,
dengan malformasi anorectal letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut
dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai VATER (Vertebrae,
Anorectal, Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL (Vertebrae,
Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb abnormality)
9
pada tulang belakang, anorektal, jantung, trakeoesofagus, ginjal dan saluran kemih
serta ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang
Invertogram
10
Wangensteen dan Rice pertama kali menjelaskan mengenai kegunaan
radiography invertion pada tahun 1930 untuk menunjukkan jarak antara gas
bubble dalam usus terminal dengan perineum. Invertogram pada posisi lateral
dengan pinggul sedikit difleksikan dapat memberikan informasi yang akurat
mengenai adanya anomali. Marker yang dijadikan tanda untuk menentukan
adanya anomali yaitu Pubis Coccyx Line (PC Line) dan I point (Puncak ischium)
yang ada hubungannya dengan gambaran dark air shadow pada usus terminal.
Apabila dark air shadow melewati I point, menunjukkan anomali letak rendah,
sedangkan jika dark air shadow melewati PC line tetapi belum mencapai I point
maka menunjukkan anomali intermediate. Namun bila gambaran dark air shadow
belum mencapai PC Line maka menunjukkan anomali letak tinggi.
11
Pemeriksaan USG telah digunakan untuk mengetahui jarak dari pouch
hingga perineum (pouch perineal distance). Hal ini dapat dilakukan melalui
transperineal atau infracoccygeal. Apabila melalui Infracoccygeal dapat langsung
menunjukkan puborectalis dengan gambaran hypoechoic berbentuk U (U-shaped
band).
12
Letak Tinggi
Malformasi anorektal pada bayi laki-laki dapat dievaluasi melalui inspeksi
perineum. Kolostomi atau operasi definitif sebaiknya tidak dilakukan sebelum 24
jam pertama kelahiran. Dikarenakan untuk mendorong mekonium keluar melalui
fistula membutuhkan tekanan intralumen yang cukup sehingga diperlukan
evaluasi selama 24 jam. Pemeriksaan Cross-table lateral X-Ray dapat dilakukan
bila meconium tidak tampak di perineum. Bila hasil menunjukkan gambaran gas
rektum diatas coccyx maka dilakukan tindakan kolostomi, begitupun bila
ditemukan adanya flat bottom maka dilakukan tindakan kolostomi.
Malformasi anorektal pada bayi perempuan bila dalam pemeriksaan
Cross-table lateral X-Ray didapatkan letak rektum yang tinggi maka dilakukan
tindakan kolostomi.
Letak Rendah
Malformasi anorektal pada bayi laki-laki dapat dievaluasi melalui inspeksi
perineum. Bila didapatkan adanya fistula perineal maka dilakukan tindakan
anoplasty. Bila tidak ditemukan adanya fistel maka dilakukan Cross-table lateral
X-Ray bila didapatkan gambaran gas rektum melewati tulang coccyx tanpa disertai
dengan anomali organ lain maka keadaan ini dinamakan malformasi anorektal
dengan letak rendah dan dilakukan tindakan Posterior Sagittal Anorectoplasty
(PSARP) dengan atau tanpa tindakan kolostomi.
Malformasi anorektal pada bayi perempuan yang setelah dilakukan
pemeriksaan Cross-table lateral X-ray didapatkan gambaran gas rektum melewati
tulang coccyx maka dilakukan tindakan primary repair dengan atau tanpa
kolostomi.
13
Algoritma manajemen malformasi anorektal pada bayi laki-laki dan perempuan baru lahir
BAB III
LAPORAN KASUS
14
Tanggal lahir : 10 Sepetember 2017
Umur : 0 Tahun 0 Bulan 4 hari
No. CM : 1-14-21-52
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sigli
Tanggal Masuk : 12 September 2017
Tanggal Pemeriksaan : 14 September 2017
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : tidak BAB sejak lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang rujukan RSUD Sigli dengan Atresia ani + Omfalitis +
Syndrome Down + BB:LR. Menurut ibu pasien, anaknya selalu muntah ketika
disusui dan belum pernah BAB sejak lahir 2 hari yang lalu dengan persalinan
secara normal. Riwayat BAK pekat (-), Riwayat muntah (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal keluhan yang sama
Riwayat Pemakaian Obat
Inj. Cefotaxime dan Inj.Gentamicin
Riwayat Kebiasaan/Sosial
Pasien merupakan anak ketiga
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien ANC teratur ke Bidan. Riwayat sakit selama hamil disangkal.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara normal dan cukup bulan 38-39 minggu. Persalinan
dibantu oleh Bidan. Pasien tidak segera menangis dan kulitnya berwarna kebiruan.
Riwayat Makanan
Sejak lahir sampai sekarang pasien diberi ASI oleh ibunya.
15
Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah diimunisasi.
STATUS INTERNUS
a. Kulit
Warna : Normal
Turgor : Normal
Ikterus : (-)
Pucat : (-)
b. Kepala
Kepala : Normochepali, ubun-ubun menonjol (-)
Wajah : Simetris, ikterik (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Normotia
Hidung : NCH (-), sekret (-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-)
c. Leher
Inspeksi : Simetris, pembesaran KGB (-)
d.Paru
16
Inspeksi : Simetris, retraksi (-), laju nafas 44 x/menit, reguler
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Whezzing (-/-), Rhonki (-/-)
e. Jantung
HR: 146 x/menit, regular (+), bising jantung (-)
f. Abdomen
Inspeksi : tampak tali pusat kering warna kehitaman, Distensi (+)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani (+) di keempat kuadran
g. Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Edema - - - -
- -
- -
Sianosis - - - -
Akral Dingin - - - -
- -
h. Genitalia
Inspeksi : mue kesan normal, anal dimple (+), jenis kelamin
perempuan
Palpasi : tidak teraba anus
17
12/09/ 13/09/ 15/09/
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal
2017 2017 2017
Darah Hemoglobin 21,7 20,7 12,7-18,7 (g/dl)
Rutin Hematokrit 58 56 53-63 (%)
Eritrosit 6,0 5,9 4,4-5,8 (106/mm3)
Leukosit 16,3 9,3 5,0-21,0 (103/mm3)
Trombosit 124 78 150-450 (103 U/L)
MCV 97 94 80-100 Fl
MCH 36 35 27-31 pg
MCHC 37 37 32-36 %
RDW 24,6 25,1 11,5-14,5 %
Eosinofil 1 0 0-6 (%)
Basofil 0 1 0-2
Baby Gram
18
Tanggal 10 September 2017
19
Gambar3.2 Knee Chest Position
Echocardiografi
Tanggal 14 September 2017
Interpretasi : VSD, PDA, PFO
3.6 PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Stop Intake oral
Pasang OGT untuk dekompresi abdomen
Pasang Kateter urine untuk menilai respon terhadap resusitasi
Farmakologi
IVFD RL 20 cc/KgBB/jam dengan maintenance 1 cc/KgBB/jam
IVFD Dex 10%, 4 gtt/menit
20
Inj.Ceftriaxone 200 mg/24 jam
Inj. Novalgin 30 mg/8jam
3.7 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Gejala yang dialami pasien berupa tidak BAB sejak lahir 2 hari SMRS
disertai muntah setelah diberi ASI, riwayat mekonium belum pernah keluar. Pada
pemeriksaan genitalia didapatkan, inspeksi didapatkan meatus uretra eksterna
kesan normal, anal dimple (+), jenis kelamin perempuan. Sedangkan pada
palpasi tidak teraba anus.
Berdasarkan teori, diagnosa Malformasi anorektal merupakan kelainan
kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna. Banyak anak-anak
dengan malformasi ini memiliki anus imperforate karena mereka tidak memiliki
lubang dimana seharusnya anus ada. Atresia ani atau anus imperporata adalah
malformasi kongenital dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar, termasuk
didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti. pada perempuan
dilakukan penelusuran dari lubang di perineum ke arah vestibulum.
Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan
pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Begitu juga pada malformasi rektum
berawal dari gangguan pemisahan kloaka jadi rektum dan sinus urogenital dan
perkembangan septum unorektal yang memisahkannya. Kedua malforamsi
21
membentuk fistel-fistel yang menghambat pengeluaran mekonium kolon sehingga
terjadi obstruksi usus yang nampak gambaran perut kembung, distensi abdomen,
muntah dengan cairan mula-mula berwarna hijau kemudian bercampur tinja.
Kegagalan pengeluaran mekonium menimbulkan refluks kolon sehingga muntah-
muntah didukung ketidaknormalan anus serta rektum. Hal ini mengganggu pola
eliminasi feses.
22
Pada anak perempuan, malformasi anorektal dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan perineum. Normalnya, ada tiga saluran yang terlihat yaitu dibagian
anterior terdapat uretra kemudian vagina, keduanya terletak di dalam vestibulum
dan dibagian posterior terdapat anus. Bila anus tidak berada diposisi normalnya
maka keadaan ini menunjukkan adanya fistula perineal. Jika ketiga saluran ini
terlihat di vestibulum maka keadaan ini menunjukkan adanya fistula vestibular.
Jika hanya terlihat dua saluran saja, menggambarkan keadaan yang jarang yaitu
fistula rektovagina atau atresia rektum. Dan bila hanya terlihat satu saluran maka
disebut dengan kloaka. Namun bila tidak ditemukan adanya mekonium yang
keluar setelah 24 jam kelahiran menunjukkan suatu keadaan malformasi anorektal
tanpa fistula.
Tatalaksana awal yang sudah diberikan pada pasien ini di IGD adalah
pemasangan IV line dengan pemberian cairan kristaloid (Ringer laktat) 20
cc/kgBB dalam 1 jam serta pemberian antibiotik injeksi ceftriaxone 200 mg/24,
injeksi novalgin 30 mg/8 jam dan pemasangan kateter urin.
Tatalaksana awal yang dapat diberikan sebelum dilakukan tindakan
operasi pada kasus malformasi anorektal dengan dan tanpa fistel baik letak tinggi
atau rendah pada prinsipnya adalah pemeriksaan fisik genitalia dan observasi
fistel dalam 24 jam, mengurangi distensi abdomen dengan pemasangan OGT,
mencegah dehidrasi dengan pemberian cairan resusitasi, menilai respon terhadap
resusitasi dengan pemasangan kateter, dan pemberian antibiotik profilakis.
Distensi abdomen dapat menyebabkan penekanan pada rongga thoraks
sehingga menganggu pengembangan paru dan pernapasan menjadi tidak adekuat.
Selain itu kondisi distensi abdomen tersebut juga dapat menyebabkan refluks pada
lambung sehingga timbul muntah apabila lambung terisi oleh intake oral. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi atresia ani sehingga mengganggu proses defekasi
dan eliminasi. Oleh karena itu dengan pemasangan OGT akan mengurangi kondisi
distensi abdomen.
Selain dari diagnosa utama Atresia ani letak tinggi tanpa fistel, pasien
juga didiagnosa dengan dehidrasi disertai Berat Badan Lahir Rendah, penyakit
jantung kongenital (VSD, PDA, PFO) dan juga suspect sindrom down.
23
Pada malformasi anorektal keadaan bayi pada umumnya menunjukan
kondisi dehdrasi oleh karena itu perlu adanya tindakan resusitasi cairan dengan
kristaloid dan koloid untuk menangani dehidrasi dengan jumlah caira resusitasi
yang diberikan yaitu 20 cc/KgBB yang habis dalam 1 jam dan dapat diulang 2-3
kali apabila belum mendapar respon resusitasi yang adekuat. Pemasangan kateter
urine berfungsi untuk memantau respon terhadap cairan resusitasi yang telah
diberikan dengan target urine 1-2 cc/KgBB/Jam
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).
pada kasus ini berat badan lahirnya adalah 2000 gram dengan usia gestasi 38-39
minggu. BBLR memerlukan tatalaksana nutrisi kusus dikarenakan keterbatasan
cadangan nutrisi pada tubuh termoregulasi yang belum stabil, imaturitas fungsi
organ, serta risiko tinggi terhadap morbiditas. Tatalaksana awal pada bayi dengan
BBLR yaitu dengan pemberian nutrisi (ASI) setiap 3 jam sekali, namun pada
pasien ini mengalami anu mperforata sehingga pemberian nutrisi melalui oral
tidak dilakukan untuk sementara karena dapat membuat kondisi distensi abdomen.
Tatalaksana awal lainnya yang dapat dilakukan adalah mencegah hipotermi
dengan mempertahankan suhu tubuh bayi dan mencegah infeksi pada bayi.
Sebagian besar bayi dengan anus imperforata memiliki satu atau lebih
abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% - 60%.
Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang lebih
sering. Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan tetapi
beberapa diantaranya dapat mengancam nyawa seperti kelainan kardiovaskuler.
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan yang
paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus,
diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect. Berdasarkan dari hasil
pemeriksaan echocardiography didapatkan malformasi kongenital kardiovaskular
pada pasien ini adalah penyakit jantung kongenital (VSD, PDA, PFO).
Terdapat beberapa faktor prognostic yang mempengaruhi terjadinya
morbiditas pada malformasi anorektal, seperti abnormalitas pada sakrum,
24
gangguan persarafan pelvis, sistem otot perineal yang tidak sempurna, dan
gangguan motilitas kolon.
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26