Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

PEMERIKSAAN HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG)

Disusun untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik stase Radiologi Rumah Sakit
Umum Kabanjahe

Disusun oleh :

Marlina Fuji Astuti ( 17360363)

Sinta Oktaria Candra ( 17360366)

Siti Rukmanah ( 17360367 )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

RSU KABANJAHE

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2018
KATA PENGANTAR

Pemeriksaan histerosafingograpi adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopi dan uterus

dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervix uteri.

Referat ini disusun disusun untuk melengkapi tugas sebagai syarat dalam menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Radiologi Rumah Sakit Umum Kabanjahe, Sumatera Utara

2017.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Hemangioma”. Saya ucapkan terimakasih kepada dr. Elsa P.Surbakti, Sp.Rad Selaku dokter

pembimbing selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Radiologi Rumah

Sakit Umum Kabanjahe, Sumatera Utara.

Harapan saya semoga referat ini mendapatkan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Terimakasih.

Kabanjahe, April 2018


DAFTAR ISI

HalamanJudul ......................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi sistem reproduksi wanita..................................................... 2

2.2 Definisi ............................................................................................... 5

2.3 Bahan Kontras..................................................................................... 5

2.4 Indikasi HSG ........................................................................................ 6

2.5 Kontraindikasi HSG ............................................................................. 7

2.6 Komplikasi HSG ................................................................................... 8

2.7 Teknik Pemotretan ............................................................................. 9

2.8 Gambaran HSG ................................................................................... 11

2.9 Prosedur Pemeriksaan HSG ................................................................ 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari
tuba fallopi dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui
cervix uteri. Pada kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu atau kedua tuba
fallopi yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. HSG juga dapat
memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya abnormalitas
uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang berulang.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang
berasal dari dalam uterus atau memberikan informasi keberhasilan operasi tuba
beberapa minggu atau bulan pasca operasi.
Pemeriksaan histerosalpingografi (HSG) kini telah merupakan pemeriksaan
rutin di tiap rumah sakit yang mempunyai peralatan roentgen yang cukup besar.
Di negeri kita pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh ahli radiologi dengan atau
tanpa bantuan fluoroskopi.
Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9-10 sesudah
haid mulai pada saat tu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus
sifanya tenang. Bilamana masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tidak
boleh dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam
pembuluh darah balik

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi sistem reproduksi wanita


1. Bagian genitalia eksterna

Secara bagian bear external genitalia wanita terdiri:


- Mons pubis
- Labia Maiora
- Labia Minora
- Clitoris
- Vestibule
a. Mons Pubis

Mons pubis terletak diatas symphisis pubis. Setelah pubertas kulit mons
pubis akan ditutupi rambut yang berbentuk keriting.

b. Labia Mayora

Memiliki panjang 7-8 cm dan tebal 1-1,5 cm. banyak memiliki kelenjar
sebaceous. Serabut elastis, jaringan adiposa dan sedikit muscular. Pada wanita
nulliparaus permukaan dalam seperti membran mukoa sedangkan pada wanita
multi paraous seperti kulit biasa.

2
c. Labia Minora

Terletak diantara labia mayora. Pada wanita nulliparous tidak


terlihat. Sedangkan pada wanita multiparou terlihat. Labia minora ditutupi atau
dilapisi oleh epitel bergepeng. Meskipun tidak ada rambut namun terdapat
folikel sebasous.

d. Clitoris

Merupakan organ erektil yang terletak pada pertemuan dua labia minora di
sebelah anterior dan dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Clitoris terdiri dari:

Glans: tersusun dari sepindel – shaped cell

Body: tersusun dari 2 corpora cavernosa dan dinding dari serat otot polos

Root: tersusun dari dua crura.

Pembuluh erektil clitoris berhubungan dengan vestibular bulbe. Clitoris


jarang lebih dari 2 cm dan glans berukuran kurang dari 0,5 cm. pada bagian
paling superior terdapat pertemuan antara labia minora yang dinamakan
prepurce of clitoris. Lalu pada bagian agak bawahnya terdapat pula pertemuan
antara labia minora yang dinamakan prenulum of clitoris.

e. Vestibule

Vestibule berbentuk seperti almond yang ditutupi labia minora secara


lateral dan memanjang dari clitoris sampai fourchete. Memiliki 6 bukaan yaitu
uretra, 2 ducte dari bartholin, 2 ducte dari para uretral glans dan vagina

Sepasang kelenjar bartholin mempunyai diameter 0,5-1 cm dan terletak


disetiap sisi lateral dari vaginal opening.

f. Vetibular bulb

Sepasang masa jaringan erektil yang memanjang 3-4 cm dan tebal 0,5-1
cm.

3
2. Bagian genitalia Interna

a. Ovarium
Ovarium berbentuk almond dan merupakan female gonads dimana ovum
berkembang, selain itu ovarium juga merupakan kelenjar endokrin yang
memproduksi hormon reproduksi. Ovarium menempel pada uterus
melalu loigament the ovary funginya untuk menghasilkan sel ovum dan
hormone.

b. Tuba Uterina
Memanjang dari uterine horn dan awal dari peritoneal capity dekat
ovarium. Panjangnya kira-kira 10 cm. tuba uterina dibagi menjadi 4
bagian dari lateral ke medial yaitu:
- Infendibulum
Bagian distal akhir ini dari tuba yang membuka peritoneal capity
melewati abdominal osteum bagian akhir dari infundibulum disebut
fimbriae. Fimbriae berbentuk jari dan membentang ke permukaan
medial dari ovari.
- Ampulla
Bagian terpanjang dan terlebar dari tuba. Dimulai dari bagian akhir
medial infundibulum. Pertilisasi terjadi di ampula.
- Isthmus
Bagian dinding yang tebal pada tuba dimana membuka kearah uterie
horn

4
- Uterine part
Segmen intamular pendek dari tuba yang melewati dinding uterus
fungsi tuba uterine: tempat fertilisasi, jalan bagi sel ovum menuju
uterus dengan bantuan ncilia pada dindingnya.

c. Uterus
Adalah dinding yang tebal. Berbentuk pir dan organ muscular yang
berongga. Embrio dan fetus berkembang didalam uterus. Panjang
uterus rata-rata 7,5 cm lebar 5 cm, tebal 2 cm dan beratnya rata-rata
90 gram.

d. Vagina
Adalah sebuah musculo membranous tube (7-9 cm) yang memanjang
dari serviks ke vestibule (cleft di antara labia minora).bagian akhir
superior vagina mengelilingi servix.
Fungsi vagina:
 Menyediakan sebuah kanal/ saluran untuk menstrual fluid
 Membentuk bagian inferior dari pelvis canal
 Menerima penis dan ejakulasi selama hubungan seksual.

2.2 Definisi

Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari


tuba fallopi dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui
cervix uteri. Pada kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendiagnosa ada atau tidaknya sumbatan pada salah satu atau kedua tuba fallopi
yang dapat menghambat penyatuan sperma dan sel telur. HSG juga dapat
memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya abnormalitas
uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang berulang.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang
berasal dari dalam uterus atau memberikan informasi keberhasilan operasi tuba
beberapa minggu atau bulan pasca operasi.

5
2.3 Bahan Kontras

Adapun bahan kontra yang sering digunakan oleh ahli Radiologi di


Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60%
(meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%). Bahan kontras ini
sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke
dalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum
dengan segera.

Pada tahun-tahun terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol


ultrafluid yang juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi, sialografi,
fistulografi dan saluran-saluran yang halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa
resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga
peritoneum. Jumlah bahan kontra yang digunakan berbeda-beda tergantung
pasien, tetapi biasanya mendekati 10ml.

Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena


komplikasi yang timbul yaitu:
- Emboli paru
- Granuloma pada permukaan peritoneum
- Fibrosis peritoneum
- Penyerapan lebih lama

Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama
seperti urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin
(meglumine iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polvyinyl
pvrolidone), isopaque (metriazoate), lipiodol ultrafluid dan sebagainya.

2.4 Indikasi HSG

Indikasi pemeriksaan histerosalpingografi:


- Infertilitas: untuk menggambarkan tuba fallopi dan salurannya sampai ke kavum
peritoneum.
- Abortus berulang: menggambarkan apakah ada kelainan bawaan pada kavum uteri.
Memonitor pasca operasi tuba, seperti pada prosedur sterilisasi.

6
Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilisasi
primer maupun sekunder untuk melihat potensi tuba. Pada tuba yang paten akan
terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Hal ini
memberikan gambaran yang khas karena bahan kontras akan tersebar diantara
lingkaran-lingkaran usus dalam perut. Selain itu HSG memberikan gambaran
tentang kelainan-kelainan uterus dan kanalis servisis. Dengan demikian
kelainan-kelainan bawaan uterus dapat diketahui. Kadang-kadang HSG juga
dikerjakan sesudah operasi tuba untuk sterilitas guna menentukan berhasilnya
tindakan operatif.

Pemeriksaan HSG sekarang juga dilakukan untuk menentukan apakah


IUD masih ada dalam kavum uteri. Untuk indikasi ini, sebaiknya dibuat dahulu
foto polos abdomen untuk melihat apakah IUD masih didalam abdomen. Jika
tidak nampak lagi, IUD yang sengaja dibuat opak, maka HSG tidak perlu
dikerjakan lagi.

Selain itu terbukti bahwa HSG juga mempunyai efek terapeutik,


bahwasannya kehamilan sering terjadi segera sesudah pemeriksaan HSG
dilakukan. Kemungkinan besar kontras membuka secara mekanis obstruksi-
obstruksi yang disebabkan oleh sekret, melepaskan adesi yang ada dalam tuba,
meluruskan bengkokan tuba dan menimbulkan peristaltik yang lebih aktif karena
masuknya bahan kontras. Kalau memang demikian, maka pemakaian kontras
yang dicampur dalam minyak seperti lipiodol ultrafluid dapat menyebabkan
kehamilan lebih banyak dibandingkan dengan pemakaian kontras yang cair.

HSG juga diindikasikan jika ada perdarahan pervaginam sedikit,


misalnya disebabkan oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus, dan
lain-lain. HSG juga dapat dilihat jika ada kelainan bawaan uterus atau adhesi
dalam kanalis servisis dan kavum uteri yang dapat menyebabkan abortus. HSG
kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut
pada cerviks dan uterus. Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu
diperiksa dengan HSG untuk melihat lokasi, ekstensi dan bentuk tumor. Tumor
maligna seperti koriokarsinoma memperlihatkan bentuk yang khas pada HSG.

7
Sekarang HSG juga perlu dilakukan pada kasus-kasus inseminasi buatan.
Sebelum melakukan inseminasi, sebaiknya dilakukan HSG untuk melihat
kelainan pada traktus genitalis.

2.5 Kontraindikasi HSG

Kontraindikasi pemeriksaan HSG

- Infeksi pelvis yang aktif dapat menyebarkan infeksi


- Penyakit signal atau jantung yang berat
- Hipersensitivitas pada zat kontras
- Pasien yang baru di kuretase
- Kehamilan
- Seminggu sebelum menstruasi berikutnya dan belum lebih seminggu setelah
menstruasi

Pada umumnya penentuan indikasi pemeriksaan HSG dibuat oleh


obstetri ginekologik. Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen
merupakan kontraindikasi. Pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh
dikerjakan, karena bahaya terjadinta abortus. Lagipula radiasi terhadap fetus
tinggi sekali. Pada umumnya pada hamil muda tak boleh dilakukan pemeriksaan
foto polos abdomen, karena sel-sel fetus masih dalam stadium pembagian yang
aktif.

Kontraindikasi lain adalah perdarahan pervaginam yang berat.


Pemeriksaan tertentu harus ditunda sampai perdarahan berhenti. Jika ada
perdarahan maka bahan kontras bisa masuk kedalam vena uterina dan vena
ovarii, masuk kedalam vena kava inferior, jantung sebelah kana, kemudian
masuk kedalam paru-paru. Tuberkulosis aparat genital tidak merupakan
kontraindikasi yang absolut, kadang-kadang penyakit ini ditemukan pada
pemeriksaan HSG.

HSG juga tidak boleh dilakukan segera setelah dikerjakan kuretase atau
dilatasi kanalis servikalis, karena ada kemungkinan masuknya kontras kedalam
vena-vena sekitar uterus. Penyakit ginjal dan jantung yang sudah lanjut juga

8
merupakan kontraindikasi untuk dilakukan HSG, juga setelah dan sebelum
menstruasi karena pada saat ini endotel menebal dan dapat terjadi kontras,
sehingga interpretasi foto akan lebih sulit.

2.6 Komplikasi pemeriksaan HSG

Pada umumnya pemeriksaan HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah
rasa nyeri pada waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri
dalam beberapa jam. Kadang-kadang timbul keadaan pre-renjatan (pre-shock)
karena pasien sensitif terhadap zat kontras.

Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan HSG:


- Bercak darah pervaginal beberapa hari
- Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam setelah
beberapa jam post pemeriksaan
- Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya infeksi.
Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap lebih dari
beberapa jam.
- Pemakaian semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga 48jam
setelah prosedur.

2.7 Teknik pemotretan


a. Proyeksi AP :
Posisi paien: supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pelvis
rapat pada meja pemeriksaan. Kedua tangan diatas kepala. Meja pemeriksaan
diposisikan trendelen berg.
- Ukuran kaset: 18x24 dipasang melintang.
- Bahan kontras: disuntikan 2-5 cc
- Central: pada simphysis pubis
- Kriteria gambar: gambar yang tampak adalah pengisian bahan kontras
kedalam tuba fallopi tampak gambaran corpus uteri dan spill pada
peritoneal capity atau rongga peritoneal

9
b. Proyeksi oblique kanan
- Posisi pasien: supine, tungkai kanan luru, panggul bagian kiri diangkat
kira-kira 45 panggul bagian kanan merapat ke meja pemeriksaan, kedua
tangan diatas kepala, meja dalam keadaan trenden berg
- Ukuran kaset: 18 x24 cm. dipasang melintang
- Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan simphysis
pubis bagian kanan, lalu dieksposi.
- Kriteria gambar: gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian
bahan kontras pada kavun uteri, tuba uterina dan spill pada rongga
peritoneum.

10
c. Proyeksi oblique kiri
- Posisi pasien:supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian
kanan diangkat kira-kira 45 derajat. Panggul bagian kiri merapat
ke meja pemeriksaan kedua tangan di atas kepala. Posisi meja
trendele berg
- Ukuran kaset : 18 x24 diletakan melintang.
- Central ray: diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan
simphysis pubis.
- Kriteria gambar: gambar yang tampak adalah pengisian bahan
kontras pada kavum uteri tuba uterus bagian kanan dan kiri serta
spill di sekitar fimbriae.

d. Post void
Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto. Setelah pasien loncat-
loncat di toilet.
Kriteria gambar:
- Daerah pelvis mencakup vesika urinaria
- Daerah uterus ( pintu panggul atas terlihat dipertengahan film)
- Tampak sisa kontras, sebagian telah kosong.

11
2.8 gambaran histerosalfingograpi

kanalis servicalis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira 1/3 panjang uterus.


Bentuknya lonjong isthmus antara kavum uteri dan kanalis servicalis lebih sempit.
Ostium uteri internum nampak seperti peneympitan pendek. Kavum uteri berbentuk
segitiga, sisi dan pundus uteri lurus atau konkaf. Pundus kadang-kadang konveks
dan lebih lebar dari pada panjang uterus

jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5 cm sefingter kornu bentuknya
khas seperti bawang. Apex kornu langsung berlanjut pada isthmus tuba. Isthmus
tuba ini panjangnya variabel, nampak seperti garis potlot pada radiogram dan
jalannya bergelombang. Isthmus tiba kemudian melebar sebagai ampula tuba.

12
2.9 Prosedur Pemeriksaan HSG
Persiapan:
Sebelum melakukan semuanya hal utama yang dilakukan adalah inform
consent Dan sebelumnya pasien dilarang coitus untuk mencegah adanya sperma
sehingga rahim dalam keadaan bersih, sebaiknya HSG dilakukan seminggu setelah
menstruasi (9-12 hari), sebelum ovulasi untuk meyakinkan bahwa pasien tidak
sedang hamil pada saat pemeriksaan. HSG tidak boleh dilakukan bila ada tanda-
tanda inflamasi. Diperhatikan apakah ada infeksi pelvis kronis dan penyakit menular
seksual pada saan pemeriksaan. Malam sebelum pemeriksaan, pasien diberi laksatif
untuk mengosongkan saluran cerna, sehingga uterus dan struktur disekitarnya
terlihat dengan jelas.
Beberapa saat sebelum pemeriksaan dapat diberikan sedatif ringan untuk
mengurangi ketidaknyamanan, Antibiotik juga dapat diberikan sebelum dan sesudah
pemerksaan.Harus dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, juga dijelaskan akan
rasa sakit yang akan dialami pasien. Semua pakaian dibuka, termasuk perhiasan,
kaca mata dan benda-benda logam yang dapat merancukan bayangan sinar-x. Pasien
memakai gaun khusus saat pemeriksaan.Sebelum dilakukan pemeriksaan HSG atau
pemeriksaan lain, ada baiknya dibuat foto polos abdomen terlebih dahulu.
Pemeriksaan ini sering kali dilakukan dengan film ukuran 18 x 24 cm atau
24 x 30 cm untuk meliputi daerah vesika dan uterus dalam pelvis. Jika ada indikasi,
maka ada kalanya perlu dibuat foto seluruh abdomen termasuk lengkung diafragma
kanan dan kiri, biasanya cukup dengan film ukuran 30 x 40 cm. Pada infertilitas
kadang-kadang diperlukan juga membuat radiogram paru, karenainfertilitas
mungkin merupakan akibat penyakit tuberculosis paru yang masih aktif. Proteksi
Radiasi; Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga radiasi seminimum
mungkin karena penggunaan kilovolt yang tinggi. Intensifikasi bayangan harus
dijaga kualitasnya sebaik mungkin. Begitu juga dengan tangan yang memberikan

13
injeksi contrast pada saan fluoroskopi harus dilindungi. Perlindungan dibuat dari
lembaran timah karet yang tebal diletakkan dibawah kaki pasien dengan batas
bagian atas tepat dibawah simfisis pubis. Sorotan sinar-X harus disejajarkan agar
tangan ginekologis tidak teradiasi

Peralatan
Peralatan radiologi yang digunakan meliputi: meja radiologi, tabung sinar-x
dan monitor yang berada di ruang pemeriksaan atau dekat ruang pemeriksaan.
Untuk melihat gambaran pada proses pemeriksaan, gambaran sinar-x di ubah
menjadi gambaran video, disaat yang bersamaan radiographer mengambil gambar
yang dicetak pada film.
Alat-alat lain yang diperlukan adalah 2 porsio tang, 2 spekulum vagina,
sonde uterus, sarung tangan, lampu dan lain-lain sesuai kebutuhan. Alat yang
dipilih untuk HSG ini ideal memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah digunakan,
memberikan gambaran anatomi uterus dan tuba dengan baik, mencegah mencegah
kontras kembali ke vagina, terhindar dari trauma serviks dan uterus, dan bila perlu
posisi pasien dapat diubah sesuai kebutuhan.Jangan lupa mempersiapkan obat-
obatan emergensi.

Alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG set terdiri atas bahan-bahan steril dan
unsteri, yang terdiri dari:
 Pesawat RÖ dengan flouroscopy
 Kaset ukuran 18x24cm; 24x30cm
 Peralatan proteksi radiasi
Steril
 Sonde uterus
 Speculum vagina
 Tenaculum (portio tang)
 Conus dgn ukuran S,M,L
 Sarung tangan steril (hand scoon)
 Kain kassa steril
 Kanula injection dan syring

14
Un Steril :
 Lampu sorot
 Bengkok
 Alas bokong

Prosedur
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengerjakan HSG ini.
Menurut
Sutton pemeriksaan ini lebih memuaskan apabila dikerjakan dibawah anestesi umum,
baik bagi pasien maupun untuk kepentingan diagnosa yang akurat. Tetapi beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa tidak diperlukan sedatif maupun anestesi untuk
mengerjakan HSG ini.

Persiapan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan meliputi:


- Setelah kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum, pasien ditempatkan
di meja pemeriksaan
-Posisikan pasien dengan posisi litotomi, dengan lutut yang difleksikan dan
dirilekskan
-Setelah posisi meja di atur, posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5 cm
dari simfisis pubis; film ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan
dengan posisi memanjang

- Posisi monitor berada ditempat yang mudah dilihat.


- Peralatan diletakkan pada posisi yang mudah dijangkau, jangan terlalu banyak baki.
- Penerangan harus cukup.
- Gunakan speculum dengan ukuran yang sesuai.
- Hindari benturan dan suara-suara gemerincing dari peralatan yang akan dipakai.
Sebelum memasukkan speculum, perhatikan alat genital pasien. Dengan sarung
tangan, kuakkan labia dan perhatikan orifisium dan introitus vagina. Lihat apakah ada
inflamasi atau ulserasi yang menyulitkan posisi speculum dan bahkan menyakitkan. Jika
ditemukan proses inflamasi yang berat, pemeriksaan harus ditunda sampai inflamasi
diatasi. Ukuran pembukaan vagina menentukan apakah speculum mudah atau sulit

15
masuknya. Sebelum memasukkan speculum, sebaiknya ukur dulu jarak cervix dengan
cara digital menggunakan jari. Cervix akan terasa seperti ujung hidung.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan secara singkat
mengenai tindakan yang akan dilakukan. Kemudia pasien dibaringkan dalam posisi
litotomi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Spekulum dimasukkan secara
perlahan dan serviks dijepit dengan tenakulum dengan arah melintang. Pilih speculum
yang nyaman dipakai.
Dilakukan sondase untuk mengetahui dalamnya kavum uteri dan arah fleksi,
kanula dengan konus yang sesuai dipasang 1-2 cm dari ujung, spuit yang berisi kontras
dipasang dan sedapat mungkin kanula dicegah agar tidak mengandung udara. Kanula
dimasukkan dalam ostium uteri eksterna. Kanula dan tenakulum difiksasi sedemikian
rupa, sehingga tidak terjadi kebocoran kontras.
Spekulum dikeluarkan dan pasien degeser ke tengah meja. Dilakukan
penyemprotan kontras sambil dilakukan fluoroskopi. Pemotretan pertama dilakukan
sewaktu kavum uteri terisi kontras dan dilakukan traksi. Biasanya diperlukan 2 cc
kontras untuk mengisi kavum uteri. Pemotretan selanjutnya sewaktu tuba telah terisi
dan terjadi tumpahan kontras. Umumnya untuk prosedur HSG ini diperlukan 4-6 cc.
kontras. Pada uterus yang abnormal jumlah kontras yang dipakai bisa lebih banyak,
misalnya pada hidrosalping, bisa memakai kontras 10 cc atau lebih. Sedangkan uterus
nullipara jumlah kontras hanya 3-4 cc.
Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9-10 sesudah
haid mulai pada saat tu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifanya
tenang. Bilamana masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tidak boleh dilakukan
karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopi

dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervix uteri.

2. kanalis servicalis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira 1/3 panjang uterus. Bentuknya

lonjong isthmus antara kavum uteri dan kanalis servicalis lebih sempit. Ostium uteri

internum nampak seperti peneympitan pendek. Kavum uteri berbentuk segitiga, sisi

dan pundus uteri lurus atau konkaf. Pundus kadang-kadang konveks dan lebih lebar

dari pada panjang uterus jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5 cm sefingter

kornu bentuknya khas seperti bawang. Apex kornu langsung berlanjut pada isthmus

tuba. Isthmus tuba ini panjangnya variabel, nampak seperti garis potlot pada

radiogram dan jalannya bergelombang. Isthmus tiba kemudian melebar sebagai

ampula tuba.

3. Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9-10 sesudah haid

mulai pada saat tu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifanya

tenang. Bilamana masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tidak boleh

dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Bryan G J. et al. Hystero-salpingography, Diagnostic Radiography, Fourth Edition


1987: 351-355

2. Hiramatsu Y, MD. Hysterosalpingography, The Asian-Oceanian Textbook of


Radiology, First Edition 2003: 845-848

3. Rasad S. Hysterosalpingography, Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, 2008: 321-324

4. Sutton D. Hysterosalpingoraphy, A Text Book of Radiology and Imaging, Fourth


Edition 1987: 1246–1252.

5. Meschan I, MA, MD. The Genital Sistem, An Atlas of Anatomy Basic to Radiology,
Volume 2, 1975: 1075-1080.

6. Daffner R H, MD. Gynecologic Imaging, Clinical Radiology, First Edition 1993:


260-262.

7. Ballinger P W. et al. Female Radiography, Merill’s Atlas of Radiographic Positions


and Radiologic Procedures, Tenth Edition, 2003: 260-264.

8. Ubeda B. et al. Hysterosalpingography: Spectrum of Normal Variant and


Nonpatologic Findings. AJR July 2001; 177: 131-135.

9. Sjahriar rasad. (2005).” Radiologi diagnostik”. Jakarta:FKUI.

Anda mungkin juga menyukai