R DENGAN
MASALAH KESEHATAN TUBERCULOSIS PARU PADA
An. A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEPUH
MAKALAH
DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT TUGAS PELATIHAN
DISUSUN OLEH :
CARMINAH,A.Md.Kep
NIP : 198008042008012007
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, bahwa laporan makalah Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan masalah kesehatan TUBERKULUSIS PARU dapat terselesaikan di
susun sebagai pedoman kegiatan pada tahun yang akan datang.
Diharapkan dengan disusun nya Makalah ini bisa meningkatkan cakupan program Gizi dan
meningkatkan derajat kesehatan dimasyarakat
Tak lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr.H. Gunawan selaku kepala UPTD Puskesmas Kepuh
2. Rekan – rekan kerja di UPTD Puskesmas Kepuh yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam kegiatan Keparawatan Komunitas di UPTD Puskesmas Kepuh
Penyusun berharap mudah – mudahan Makalah ini dapat menjadi bahan evaluasi sekaligus
acuan untuk pelaksanaan pada tahun berikutnya
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................................................1
1.3. Manfaat......................................................................................................................................1
2.1. Definisi......................................................................................................................................3
2.2. Etiologi......................................................................................................................................3
2.3. Klasifikasi..................................................................................................................................4
2.4. Patofisiologi...............................................................................................................................5
2.5. Pathway.....................................................................................................................................7
2.7. Komplikasi.................................................................................................................................8
2.9. Penatalaksanaan.......................................................................................................................10
2.10. Pencegahan..........................................................................................................................10
3.1. Pengkajian..............................................................................................................................11
3.5. Evaluasi...................................................................................................................................26
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.Z DENGAN TUBERCULOSIS PARU. .27
DI PUSKESMAS KEPUH.....................................................................................................................27
4.1. Pengkajian...............................................................................................................................27
4.1.7. Respirasi...............................................................................................................................30
4.1.10. Keamanan.........................................................................................................................31
BAB V PENUTUP...............................................................................................................................37
5.1. KESIMPULAN.......................................................................................................................37
5.2. SARAN....................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................39
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama menyerang pada usia produktif (15-50
tahun) dan anak-anak. Dan dari satu literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal
setelah 5 tahun bila tidak di obati.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam
jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah
semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1. Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan khususnya TB paru.
1
2. Bagi mahasiswa agar pengetahuan dapat dikembangkan ketika mempelajari Keperawatan
Anak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
1. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
2. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
3. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
(Smeltzer, 2001).
4. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.w
ikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
2.2. Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang
1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks
adalah:
1. Mycobakterium tuberculosis
2. Varian asian
3. Varian african I
4. Varian asfrican II
5. Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal)
adalah :
1. Mycobacterium cansasli
3
2. Mycobacterium avium
3. Mycobacterium intra celulase
4. Mycobacterium scrofulaceum
5. Mycobacterium malma cerse
6. Mycobacterium xenopi
2.3. Klasifikasi
a. Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada
satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak
lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
c. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi
keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.
a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru
dengan batuk TB berat.
b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum
BTA positf.
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang
tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
2.4. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri
dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan
memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit
akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
5
sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20
hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring,
telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan
aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ
lainnya.
6
2.5. Pathway
7
2.6. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
2.7. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
8
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
2.10. Pencegahan
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar
terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar
tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara
dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama
rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah / mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol
10
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
1. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
3. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,
kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
4. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul
bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
11
7. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
12
anak, baik anak kandung maupun anak angkat
2) The dyadic family (keluarga dyad), keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini
dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh
keluarga indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri dirumah (baik
suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri
atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan
dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang
sama.
b. Tipe keluarga non tradisional Tipe keluarga ini tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas
beberapa tipe sebagai berikut:
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alas an tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyau persamaan jenis kelamin tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The non marital hetero sexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
4. Fungsi Keluarga Menurut Friedman 1998, fungsi keluarga adalah sebgai berikut :
a. Fungsi Afektif (the effective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah
13
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsiuntuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
5. Tugas Keluarga di bidang kesehatan Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang
berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah 11 kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga meliputi :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit / mengalami
gangguan kesehatan
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Komang
Ayu, 2010).. 2.1.6 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
1) Tahap Keluarga Pemula atau Pasangan Baru Tugas perkembangan keluarga
pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama
dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan
dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2) Tahap keluarga sedang mengasuh anak Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini yaitu membentuk keluarga muda sebagai suatu unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek 12 dan
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masingmasing pasangan.
3) Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangannya adalah
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
14
yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah Tugas perkembangannya adalah
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan
anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5) Tahap keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu
menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa
dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua
arah.
6) orang tua usia petengahan Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kondisi aman dan kondusif
R S
KET :
A
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
MENINGGAL
15
3.3. Diagnosa Keperawatan
3.4. Planing
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawata
n
Bersihan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
jalan Tindakan keperawatan 1. Kaji ulang fungsi 1. Penurunan bunyi
napas tidak kebersihan jalan pernapasan: bunyi napas indikasi
efektif napas efektif, napas, kecepatan, atelektasis, ronki
berhubungan dengan criteria irama, kedalaman dan indikasi akumulasi
dengan hasil: penggunaan otot secret/ketidakmampua
penumpukan Mempertahankan aksesori. membersihkan jalan
sekret. jalan napas pasien. 2. Catat kemampuan napas sehingga otot
Mengeluarkan sekret untuk mengeluarkan aksesori digunakan
tanpa bantuan. secret atau batuk dan kerja pernapasan
Menunjukkan efektif, catat karakter, meningkat.
prilaku untuk jumlah sputum, 2. Pengeluaran sulit bila
memperbaiki adanya hemoptisis. sekret tebal, sputum
bersihan jalan napas. 3. Berikan pasien posisi berdarah akibat
25
3.5. Evaluasi
1 Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
a. Mempertahankan jalan napas pasien
b. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
c. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
d. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
e. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
2. Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
b. Melaporkan tidak terjadi dispnea.
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal.
d. Bebas dari gejala distress pernapasan.
3. Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
a. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn
normal dan bebas tanda malnutrisi.
b. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
4. Dx 4: Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:
a. Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol
b. Pasien tampak rileks
5. DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
a. Suhu tubuh 36°C-37°C.
6. DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria
evaluasi :
a. Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.
7. DX 7 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria evaluasi:
a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
b. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang.
aman.
26
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A DENGAN TUBERCULOSIS PARU
DI PUSKESMAS KEPUH
4.1. Pengkajian
Umur : 1 Tahun
Alamat : Semplo
Usia : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Semplo
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
Suku : jawa
Pendidikan : SMA
27
Alamat : Semplo
28
4.1.1 Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Saat MRS: Ibu klien mengatakan anaknya batuk terus menerus.
2. Keluhan Saat Pengkajian : Klien mengalami, batuk, sesak dan anoreksia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Ibu klien mengtakan anaknya batuk selama 1
minggu. Batuk terjadi secara terus menerus disertai sekret, sehingga anaknya
kelelahan. Batuk pasien akan bertambah parah pada malam hari. Karena
khawatir dengan keadaan anaknya, ibu pasien membawa pasien ke Puskesmas
Kepuh
4.1.2. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan termasuk kecelakaan lahir/persalinan, bila pernah (jenis dan
waktu) : Tidak ada
b. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada
c. Penyakit kronis/akut:Klien sering menderita batuk-batuk sejak usia 2 bln
kemudian di beri obat dan sembuh.
d. Terakhir kali MRS : Tidak ada
2. Imunisasi
Klien telah mendapat imunisasi yang tidak lengkap
a. BCG : -
b. Campak : 1 kali
c. DPT : 2 kali
d. Polio : 2 kali
e. Hepatitis : 0 kali
4.1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit yang di derita kelurga : Ibu mengungkapakan bahwa sepupu klien
menderita TBC sudah 2 bulan dan sudah mulai di obati
29
2. Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu klien mengatakan bahwa
klien dan kelurganya tinggal yang tidak padat penduduknya.
Rumah klien tepat didalam gang kecil.
3. Prilaku yang mempengaruhi kesehatan : ibu klien mengatakan
anaknya hanya mau makan telur dan ayam tapi tidak mau makan
sayur.
4. Presepsi kelurga terhadap penyakit : Kelurga klien sangat khawatir
dengan kondisi yang di derita anaknya.
4.1.4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3000 gram, lahir langsung
dan menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu sering periksa ke
dokter maupun bidan praktek. Klien juga di beri ASI selam 1 tahun dan
din berikan susu formula samapai sekarang.
4.1.5. Pola Akitivitas dan Istrahat
1. Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), demam, menggigil.
2. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable,
sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
4.1.6. Pola Nutri-Metabolik
1. Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan
berat badan.
2. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
lemak sub kutan.
4.1.7. Respirasi
1. Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, ada tarikan
diding dada
2. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
30
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural).
32
10. Thoraks
a. Inspeksi :bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding dada tidak
simetris, retraksi otot bantu pernafasan berat, bentuk mamae simetris,
ukuran sama, putting menonjol, kulit halus, RR 37 x/menit, rasio inspirasi
ekspirasi 1:2.
b. Palpasi :massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), ictus cordis
teraba di midclavikula sinistra 4-5 ICS, pembengkakan (-), emfisema sub
kutis (-), fremitus lemah dekstra sinistra.
c. Perkusi :Pekak, batas jantung kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri, batas kanan
ICS 2 SL kanan dan ICS 5 MCL kanan, pembesaran jantung (-), pekak.
d. Auskultasi : Bunyi ronki kasar pada apek paru ki/ka.
1) Ronki (+)
c. Perkusi : Timpani.
d. Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
12. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak
ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek, urine kuning bening.
13. Ekstremitas
a. Inspeksi :garis anatomi lurus, persendian normal, eritema (-).
b. Palpasi : kekuatan tendon(+), nyeri tekan(-), krepitasi(-), deformitas(-).
c. Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.
33
14. Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15. ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +
1. Labotorium
No. Hari/Tgl Jenis Pemeriksaan Kategori normal Hasil
Pemeriksaan
1 Sabtu, Pemeriksaan darah:
20-12- Albumin 3,5-5,0 g/dl 3,0 g/dl
22 BUN 10-30 mg/dl 7 mg/dl
Karbon dioksida 20-30 mEq/L 60 mEq/L
Natrium 135-145 mEq/L 130 mEq/L
Eritrosit 4,5-6,0 juta/mm3 4,7 juta/mm3
Umur : 1 tahun
Ruang : Anak
No. Tanggal Analisis Data Problem Etiologi
1. 20-12-2022 Data Subjektif : Ketidak Respon imun
Ibu klien mengatakan anaknya efektifan menurun
batuk terus- menerus selam 1 kebersihan jalan ↓
minggu nafas Pembentukan
34
Data Objektif : sputum dan
sekret
TTV :
↓
-TD 70/70 mmHg
Penumpukan
-HR 120x/menit
secret
RR 66 x/menit
-Suhu 37,8°C
Keadaan umum:
-Sesak (+)
-Batuk (+), sekret (+)
35
4.2. Diagnosa Keperawatan
Nama Klien : An. A
Umur : 1 Tahun
Ruang : Anak
36
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn .R, dapat disimpulkan bahwa
:
1. Pelaksanaan pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. R di wilayah kerja
Puskesmas Kepuh. Pada tahap pengkajian dilakukan dalam waktu 1 minggu
dengan menggunakan format pengkajian keluarga yang sudah baku
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga yang didapat pada saat pengkajian
adalah sebanyak tiga diagnose yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga khusunya
pada Tn.R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, dan resiko
tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
3. Perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keluarga tersebut
diutamakan pada pemberian informasi 68 kesehatan atau pendidikan kesehatan
yang diperlukan oleh keluarga.
4. Implementasi dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan rumah, implementasi dapat
dilakukan oleh keluarga sesuai dengan kemampuannya, serta didukung adanya
informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Keterlibatan keluarga menjadi
fokus utama dalam proses keperawatan keluarga dimana keluarga selain sebagai
pendukung juga diharapkan akan kesediaannya untuk berusaha mengenal masalah
yang timbul dalam keluarga
5. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan atau tercapainya suatu intervensi
dan terlaksananya suatu implementasi keperawatan. Penilaian ini dapat berupa
penialian subjektif dan penilaian yang objektif
5.2. SARAN
1. Keluarga : Diharapkan kepada keluarga atau ada anggota keluarga yang mengidap
TB paru dapat lebih memahami dan mampu untuk merawat anggota keluarganya.
Bantu untuk memantau keteraturan minum obat anggota keluarga yang mengidap
TB paru dan minimalisir kemungkinan adanya penularan kepada anggota keluarga
37
yang lain.
2. Perawat : Diharapkan perawat atau pelayanan kesehatan lainnya dapat membantu
untuk mengobati kondisi dan penyakit yang dialami pasien, jelaskan kepada
pasien pentingnya mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur demi kesembuhan
pasien, jelaskan kepada keluarga bahwa penyakit yang dialami anaknya adalah
penyakit menular sehingga perlu perhatian lebih agar tidak kambuh kembali.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, K. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga bagi Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi Perawat Perkesmas.
Jakarta : Sagung Seto. Data Pengelola Program TB Puskesmas Tahun 2019. Puskesmas Bumi Ayu. Gusti, S.
2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media. Kota Dumai, Dinkes. 2010.
Pedoman Nasional Mengambil satu PAKET OAT Kategori I, Membuka dan memastikan OAT dalam keadaan
baik (tidak berubah warna,menggelembung atau pecah wadah maupun tabletnya Menanyakan dan melakukan
pengisian Kartu Pengobatan Penderita, pada kolom yang tersedia pada TB 01 dan TB 02 Menjelaskan pada
pasien jenis paduan obat pada Tahap Pengobatan PAKET OAT Kategori I Menghitung jumlah obat yang
diperlukan pasien sesuai dengan Pedoman Pengobatan TB Menjelaskan kepada pasien cara menelan obat dan
efek samping obat,dan pada PMO tentang cara mengawasi menelan obat Memotong dan Menyesuaikan jumlah
blister dan tablet yang ada dalam kemasan PAKET OAT dengan Berat Badan pasien yang akan diobati
Memberitahukan jadwal kunjungan kepada pasien kapan petugas akan melakukan pemeriksaan kontak serumah
Menjelaskan pada pasien untuk dapat mengambil obat lebih awal setelah tinggal 1 blister.tanggal kapan pasien
akan kembali lagi untuk mengambil obat dan memberikan kartu Identitas Pasien 11.Rekaman historis perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan 1 Cara Penulisan dan Komponen Disesuaikan Dengan
Tata Naskah 08 A
39