Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PEMBENTUKAN FORUM KOMUNIKASI KADER GIZI

(FORKAGI) OLEH KADER POSYANDU UNTUK BALITA SEHAT DI


PUSKESMAS TAMBLONG KOTA BANDUNG

Oleh:
Fajrinia Putri Rudiansyah
NIM. 191221245

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS


DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 7
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................... 8
2.2 Micro Planning......................................................................................... 8
2.3 Gizi Buruk Balita ...................................................................................... 9
2.4 Forum Komunikasi Kader Gizi (FORKAGI) ........................................... 9
2.5 Program Posyandu .................................................................................. 10
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
3.1 Kasus Balita Gizi Buruk ......................................................................... 11
3.2 Program Posyandu .................................................................................. 13
3.3 Sinergitas Forum Komunikasi Kader Gizi dengan Posyandu Aktif ....... 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

i
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Status Gizi Balita Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan Kota
Bandung Tahun 2020 & 2021 ............................................................................... 15
Tabel 3. 2 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Kecamatan Sumur Bandung Tahun
2021 & 2022.......................................................................................................... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Tren Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2018 – 2021 ................... 12
Gambar 3. 2 Langkah Pemeriksaan Posyandu ...................................................... 13
Gambar 3. 3 Persentase Balita Ditimbang Menurut Kecamatan di Kota Bandung
Tahun 2022 ........................................................................................................... 14

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Strategi Pembentukan Forum Komunikasi Kader Gizi (FORKAGI) Oleh Kader
Posyandu Demi Mewujudkan Balita Sehat di Puskesmas Tamblong Kota
Bandung” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian
Tengah Semester (UTS) pada mata kuliah Administrasi Rumah Sakit dan
Puskesmas serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca terkait topik
Micro Planning sebagai dasar perencanaan Puskesmas.

Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Setya Haksama,
drg., M.Kes selaku Dosen Pengampu mata kuliah Administrasi Rumah Sakit dan
Puskesmas yang telah memberikan bimbingan dan dukungan serta kepada seluruh
pihak yang telah turut serta untuk membantu dalam penyusunan dan penulisan
tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
yang penulis miliki. Oleh karena itu, demi memperbaiki kualitas karya penulis,
kami sangat mengharapkan segala bentuk saran, masukkan, serta kritik yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Surabaya, 16 Oktober 2023


Penulis,

Fajrinia Putri Rudiansyah


NIM. 191221245

iv
ABSTRAK

Puskesmas perlu mengedepankan upaya promotif dan preventif yang


sesuai dengan perencanaan kerja yang matang untuk memudahkan penilaian mutu
dari program yang telah dilaksanakan. Salah satu upaya dalam mewujudkan target
Zero Stunting yang ada di Puskesmas adalah upaya penekanan jumlah kasus balita
gizi buruk dengan kader posyandu aktif yang memanfaatkan pembentukan
FORKAGI (Forum Komunikasi Kader Gizi). Pembentukan forum ini dinilai
efektif untuk mencegah lonjakan kasus balita dengan gizi buruk. Penulisan
makalah ini berupa literature review dengan menggunakan data sekunder yang
sudah ada. Hasil dari penulisan ini berisi mengenai sinergitas program kader
posyandu aktif dengan pembentukan FORKAGI di Puskesmas Tamblong Kota
Bandung dalam upaya menurunkan persentase balita dengan gizi buruk.

Kata Kunci: Balita, FORKAGI, Gizi Buruk, Micro Planning, Puskesmas

ABSTRACT

Puskesmas need to prioritize promotive and preventive efforts in


accordance with careful work planning to facilitate quality assessment of the
programs that have been implemented. One of the efforts in realizing the Zero
Stunting target at the Puskesmas is an effort to reduce the number of cases of
malnourished toddlers with active posyandu cadres who utilize the formation of
FORKAGI (Nutrition Cadre Communication Forum). The formation of this forum
is considered effective in preventing spikes in cases of malnourished children
under five. This paper is written in the form of a literature review using existing
secondary data. The results of this writing contain the synergy of the active
posyandu cadre program with the formation of FORKAGI at Puskesmas
Tamblong Bandung City in an effort to reduce the percentage of malnourished
children under five.

Keywords: Children, FORKAGI, Malnutrition, Micro Planning, Health Center

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Jenis
pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan menyeluruh yang
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
ditujukan kepada semua elemen masyarakat tanpa adanya perbedaan. Upaya
pelayanan kesehatan juga mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pencatatan, dan pelaporan yang dituangkan dalam suatu sistem. Langkah awal
dalam pelaksanaan program adalah perencanaan dimana Puskesmas perlu
memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapai tujuan dari
perencanaan tersebut.
Dalam hal ini, micro planning bergerak sebagai penetapan serta
penyusunan rencana yang dilakukan oleh Puskesmas secara berkala dengan
menggunakan pola perencanaan yang standar. Perencanaan yang disusun
bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan pada wilayah kerja Puskesmas
dan berguna sebagai upaya pengembangan kesehatan secara efisien, efektif,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Adanya perbaikan dan peningkatan
pencapaian target indikator kesehatan masyarakat dan perorangan merupakan
bukti bahwa pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas telah dijalankan
sesuai aturan dan standar yang berlaku. Menurut UNICEF, kasus balita
dengan gizi buruk merupakan salah satu kasus tertinggi di Indonesia. Oleh
karena itu, Puskesmas selaku penyedia fasilitas kesehatan masyarakat dan
perorangan perlu menyusun upaya kesehatan dengan program kampanye
edukasi kesehatan dan gizi bagi keluarga oleh kader posyandu.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menetapkan beberapa


rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana peran micro planning sebagai dasar dalam perencanaan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)?
2. Bagaimana cara Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sumur
Bandung menurunkan angka kasus balita gizi buruk di wilayah kerjanya
dengan bantuan FORKAGI?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh micro planning pada


perencanaan program Puskesmas terhadap penurunan jumlah kasus
balita gizi buruk di Puskesmas Tamblong Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui peran micro planning sebagai dasar dalam


perencaan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2. Untuk mengetahui bagaimana Puskesmas Tamblong
menurunkan angka kasus balita gizi buruk di wilayah kerjanya
dengan bantuan FORKAGI

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai peran


micro planning dan dapat menjadi referensi penilaian untuk evaluasi program
Posyandu yang bertujuan untuk menekan angka kasus balita dengan gizi buruk
di Puskesmas Sumur Bandung Kota Bandung.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2019 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di
wilayah kerjanya. Adapun tujuan dari Puskesmas yaitu melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mengintegrasikan program yang
dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga dalam rangka mewujudkan
kecamatan sehat dan mencapai pada kabupaten/kota sehat.

2.2 Micro Planning

Perencanaan atau yang disebut dengan micro planning adalah


penyusunan rencana 5 tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun di tingkat
Puskesmas untuk mengembangkan dan membina program kesehatan di
wilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan
yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas. Rencana
yang disusun dalam micro planning Puskesmas mencakup seluruh
kegiatan pokok Puskesmas, dan dibatasi sesuai masalah yang dihadapi
dengan memperhatikan prioritas, kebijakan dan strategi yang telah
ditetapkan oleh pusat, Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Tujuan
umum dari adanya micro planning adalah untuk meningkatkan cakupan
pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar
terhadap pelayanan kesehatan wilayah kerjanya yang pada gilirannya
dapat meningkatkan fungsi Puskesmas.

8
Lain daripada itu, perencanaan atau micro planning di Puskesmas
dapat membantu Puskesmas dalam memaksimalkan penggunaan sumber
daya, baik fasilitas maupun anggaran untuk memastikan seluruh pengguna
layanan kesehatan dilayani dengan tepat dan efisien. Puskesmas juga dapat
terbantu karena micro planning memfasilitasi Puskesmas dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan program yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan untuk peningkatan kualitas Puskesmas. Maka dari
itu, Puskesmas memerlukan perencanaan atau micro planning yang
terstruktur pada manajemen Puskesmas demi meningkatkan status
kesehatan masyarakat dan mendorong koordinasi yang lebih baik antara
tenaga kesehatan dan masyarakat pengguna layanan kesehatan tersebut.

2.3 Gizi Buruk Balita

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 29 Tahun 2019


tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit, gizi
buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi sangat
kurus, disertai atau tidak edema pada kedua punggung kaki, berat badan
menurut panjang badan atau berat badan dibanding tinggi badan kurang
dari -3 standar deviasi dan/atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm
pada Anak usia 6-59 bulan. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita
dibawah usia 5 (lima) tahun dan merupakan bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun. Besarnya kasus gizi buruk yang
menimpa balita dikarenakan rawannya usia terhadap gangguan kesehatan
dan gizi, anak akan mengalami penurunan daya tahan tubuh dan rentan
terhadap berbagai penyakit infeksi. Sedangkan mereka tidak bisa meminta
dan mencari makan sendiri dan seringkali pada usia ini tidak lagi
diperhatikan atau diserahkan kepada orang lain. Hal inilah yang
menyebabkan risiko gizi buruk pada anak akan semakin meningkat.

2.4 Forum Komunikasi Kader Gizi (FORKAGI)

Forum Komunikasi Kader Gizi (Forkagi) merupakan wadah


komunikasi yang berisikan para kader gizi, tenaga pelaksana program gizi

9
Puskesmas, dan perwakilan lintas program dan lintas sektor terkait dari
tiap wilayah kerja Kota Bandung. Forum ini bertujuan untuk menekan
masalah stunting atau masalah kurang gizi kronis di Kota Bandung.
Keberadaan forum ini dibentuk atas inisiasi masyarakat Kota Bandung
yang memiliki perhatian khusus mengenai pentingnya status gizi di
masyarakat. Forum ini telah diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung di
tahun 2018 sebagai upaya nyata perihal peningkatan kualitas gizi warga
Kota Bandung.

2.5 Program Posyandu

Berdasarkan Depkes RI (2006) tentang Pedoman Umum


Pengelolaan Posyandu, Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Dengan sasaran dari Posyandu adalah
seluruh masyarakat, terutama bati, balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS). Menurut Kemenkes RI
(2011), salah satu manfaat dari Posyandu adalah memperoleh kemudahan
dan pelayanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait kesehatan ibu dan anak. Selain itu, fasilitas pelayanan gizi
di Posyandu dilakukan oleh kader dengan jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan,
penyuluhan dan konseling gizi, hingga deteksi dini tumbuh kembang yang
apabila ditemukan kelainan perlu segera dirujuk ke Puskesmas.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus Balita Gizi Buruk

Gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) merupakan status


kondisi dimana suatu individu memiliki jumlah nutrisi yang kurang. Di
Indonesia, persoalan mengenai malnutrisi masih tinggi dengan kasus
kematian balita akibat gizi buruk yang terjadi secara masif di berbagai
wilayah. Masalah kesehatan ini biasa terjadi pada anak balita, anak usia
12-59 bulan adalah kelompok umur yang rentan terhadap gangguan
kesehatan. Secara patofisiologi, anak balita dengan usia 12-59 bulan
mengalami kekurangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI) dan kurangnya asupan vitamin A bagi tubuh.
Dampak dari kurangnya asupan sumber-sumber tadi adalah pertumbuhan
yang terhambat dan membuat daya tahan tubuh melemah sehingga rentang
terkena penyakit infeksi. Lebih dari itu, masalah ini dapat mengakibatkan
rendahnya tingkat kecerdasan seseorang, gangguan pertumbuhan jasmani
serta mental, terkena stunting, kemampuan fisik yang menurun, kebutaan
serta kematian pada balita.
Faktor penyebab masalah gizi pada balita dapat diklasifikasikan
sebagai menjadi penyebab langsung dan tak langsung. Penyebab langsung
yaitu kemampuan atas ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku serta
pelayanan kesehatan yang ada. Sedangkan, penyebab tak langsung yaitu
seperti kurangnya jumlah serta kualitas dari makanan yang dikonsumsi
sehari-hari, anak memiliki penyakit infeksi atau cacat bawaan dari lahir.
Lain daripada itu, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas gizi
baik dari segi ekonomi, pendidikan, hingga ketersediaan pangan yang
layak dan berkualitas.

11
Gambar 3. 1 Tren Prevalensi Status Gizi Balita Tahun 2018 – 2021

Sumber: Profil Anak Indonesia Tahun 2022

Berdasarkan tren prevalensi status gizi balita selama tahun 2018


hingga 2021 di atas, data menunjukkan bahwa kondisi status gizi pada
anak balita di Indonesia mengalami perubahan tiap tahunnya. Dapat
terlihat dari tahun 2018 hingga 2021, kasus stunting mengalami penurunan
hingga 6,40 persen, sama halnya dengan kasus underweight yang
mengalami penurunan sebanyak 3,10 persen. Sedangkan kasus wasting
mengalami penurunan persentase sebanyak 1,40 persen pada 2019 dan
kembali meningkat 0,70 persen di tahun 2021. Visualisasi penurunan
jumlah kasus masalah gizi di Indonesia cukup baik, namun berbagai upaya
kesehatan untuk menekan angka kasus gizi terus dibenahi kembali untuk
mencapai target penurunan stunting 14,00 persen di tahun 2024 nanti.
Di sisi lain, berdasarkan data tahun 2021, total jumlah kejadian
balita gizi buruk di Jawa Barat adalah 35.238, naik 89.65% dari jumlah
kasus tahun 2020 yaitu 3.648 (opendata.jabarprov.go.id). Lebih dalam
lagi, berdasarkan status gizi balita indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) Kota Bandung yang diperoleh melalui pelaksanaan Bulan
Penimbangan Balita (BPB) menunjukkan bahwa terdapat kenaikan kasus
gizi buruk dari 589 balita menjadi 675 balita di tahun 2021 dan 2022.

12
3.2 Program Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan lembaga


kemasyarakatan desa/kelurahan yang mewadahi pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan sosial dasar yang pelaksanaannya dapat
diintegrasikan dengan layanan lainnya sesuai potensi daerah. Pada
pelaksanaannya, Posyandu memiliki kader penyuluh, pencatat dan
penggerak dan pencegahan stunting yang berperan untuk melakukan
kegiatan promotif dan preventif dengan memberikan edukasi kepada ibu
dengan balita serta memfasilitasi deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan balita. Adapun langkah kegiatan di Posyandu yaitu sebagai
berikut.

Gambar 3. 2 Langkah Pemeriksaan Posyandu

Langkah Pendaftaran
1
Langkah Penimbangan
Pengukuran PB
BB
2
Langkah Pencatatan
3
Langkah Penyuluhan
Kesehatan
4
Langkah Pelayanan
Kesehatan
5 (Imunisasi, KB)

Sumber: Buku Bacaan Kader Posyandu

Sebagai lembaga yang mewadahi dan memfasilitasi segala kegiatan


yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dari unit terkecil,
berikut adalah beberapa manfaat Posyandu bagi kesehatan bayi dan balita.
1. Mengetahui status kesehatan anak
2. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak
3. Memperoleh kapsul vitamin A dua kali dalam setahun

13
4. Mendapatkan imunisasi lengkap
5. Deteksi awal gangguan pertumbuhan berat badan dan
panjang/tinggi badan anak
6. Memperoleh penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita

3.3 Sinergitas Forum Komunikasi Kader Gizi dengan Posyandu Aktif

Keberadaan kader Posyandu aktif merupakan salah satu faktor


yang sangat berpengaruh bagi kualitas gizi pada balita. Posyandu memiliki
berbagai program yang disediakan untuk memfasilitasi kesehatan bagi
balita, salah satunya adalah dengan program penimbangan balita (growth
monitoring) yang dilakukan rutin tiap bulan. Dari hasil penimbangan,
status gizi balita akan mudah terdeteksi dengan growth promotion apabila
terdapat ketidaksesuaian atau growth faltering dengan pertumbuhan dan
perkembangan sang anak.

Gambar 3. 3 Persentase Balita Ditimbang Menurut Kecamatan di Kota Bandung


Tahun 2022

Sumber: Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2022

14
Angka persentase berapa banyak balita yang telah ditimbang dapat
diperoleh dari kegiatan Bulan Penimbangan Balita yang biasa dilakukan
2 kali dalam setahun. Pada tahun 2022, terdapat 103.182 balita yang
ditimbang dari total 176.658 balita di Kota Bandung. Terjadi peningkatan
jumlah balita yang ditimbang dari tahun 2021 ke 2022 dengan tiga
kecamatan dengan persentase penimbangan tertinggi yaitu Kecamatan
Cinambo (1.583 Balita), Mandalajati (4.040 Balita), dan Ujung Berung
(4.687 Balita). Sementara itu, Kecamatan Sumur Bandung dengan
UPTD Puskesmas Tamblong dan UPTD Puskesmas Balaikota dengan
persentase balita ditimbang sebanyak 51.71% masih tergolong rendah.

Hasil data dari penimbangan balita dapat berbanding lurus dengan


status gizinya. Berikut status gizi balita dari indeks berat badan menurut
tinggi badan Kota Bandung Tahun 2021 dan 2022 (Berdasarkan PMK
No. 2/2020).

Tabel 3. 1 Status Gizi Balita Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan Kota
Bandung Tahun 2020 & 2021

DITIMBANG GIZI %GIZI


TAHUN (BB/TB) BURUK BURUK
2021 99,699 589 0.59

2022 102,882 675 0.66

Sumber: Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2022

Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus balita


gizi buruk sebanyak 675 kasus pada 2022, dari 0.59% menjadi 0.66% di
Kota Bandung. Sementara itu, pada Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKIP) Triwulan 2 Dinas Kesehatan Kota Bandung memberikan sebaran
gizi buruk per Kecamatan, yaitu Kecamatan Sumur Bandung memiliki 32
kasus dengan 10 kasus di Puskesmas Tamblong dan 22 kasus di
Puskesmas Balaikota. Berbeda dengan jumlah kejadian kasus balita gizi
buruk pada 2021 dengan total 37 kasus, dengan wilayah Puskesmas
Tamblong yang memiliki 15 kasus. Tabel dibawah dapat menunjukkan

15
bahwa terjadi penurunan kasus balita gizi buruk di wilayah kerja
Kecamatan Sumur Bandung UPTD Puskesmas Tamblong dan UPTD
Puskesmas Balaikota.

Tabel 3. 2 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Kecamatan Sumur Bandung Tahun
2021 & 2022

TAHUN KECAMATAN JUMLAH PUSKESMAS JUMLAH


2022 SUMUR 32 TAMBLONG 10
BANDUNG BALAIKOTA 22
2021 SUMUR 37 TAMBLONG 15
BANDUNG BALAIKOTA 22
Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kota Bandung
2021 & 2022

Salah satu faktor yang menjadi penyebab adanya penurunan kasus


balita gizi buruk pada tahun 2022 yang terjadi di Kecamatan Sumur
Bandung, khususnya di area Puskesmas Tamblong adalah berkat sinergitas
antara masyarakat dengan para kader gizi Posyandu yang dibimbing oleh
kader dari Puskesmas setempat. Dengan adanya kader Posyandu yang aktif
di tiap pemeriksaan status gizi balita dan penimbangan bulanan dapat
memberikan efek yang cukup signifikan. Puskesmas Tamblong telah
melakukan kerja sama yang cukup efektif dengan Forum Komunikasi
Kader Gizi (FORKAGI). Penurunan jumlah kasus balita gizi buruk
memberikan bukti dari sinergitas tersebut yang menjadi faktor pendorong
pencapaian target indicator kinerja persentase balita gizi buruk di Kota
Bandung, khususnya di Puskesmas Tamblong.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Puskesmas merupakan tempat yang memfasilitasi pelayanan


kesehatan yang mengutamakan upaya promotif serta preventif. Maka dari
itu, Puskesmas perlu memiliki perencanaan yang matang demi
membangun kinerja yang lebih baru dan optimal tiap tahunnya dengan
micro planning. Salah satu bentuk perencanaan yang efektif telah terbukti
dengan adanya penurunan kasus balita gizi buruk oleh pemanfaatan bentuk
Forum Komunikasi Kader Gizi (FORKAGI) yang dibina oleh kader
Puskesmas dan disalurkan ke masyarakat melalui program Posyandu yang
ada di tiap wilayah Puskesmas Tamblong Kota Bandung.

4.2 Saran

Demi menjamin penurunan angka kasus balita gizi buruk di


beberapa tahun kedepan, Puskesmas Tamblong perlu bersinergi dengan
masyarakat dan kader Posyandu secara lebih matang dalam pelaksanaan
seluruh program untuk kesehatan gizi pada anak, khsusunya balita. Kader
Posyandu di tiap wilayah juga perlu melakukan monitoring secara
mendalam kepada tiap elemen masyarakat agar kesehatan dan status gizi
dapat terjamin dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D., Mexitalia, M., & Margawati, A. (2015). Beberapa Faktor Risiko
Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita 12-59 Bulan. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 1(5), 131-135.
Menteri Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun
2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit.
Krisnansari, D. (2010). Nutrisi dan gizi buruk. Mandala of health, 4(1), 60-68.
Dinkes Pemerintah Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung 2022.
Dinkes Pemerintah Kota Bandung. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
Tahun 2021.
Dinkes Pemerintah Kota Bandung. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
Triwulan 2 Tahun 2022.
Sutriyawan, A., & Nadhira, C. C. (2020). Kejadian Stunting pada Balita di UPT
Puskesmas Citarip Kota Bandung. Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat)
Khatulistiwa, 7(2), 79-88.
Menteri Kesehatan Ri. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Profil Anak
Indonesia Tahun 2022.
Lubis, Z. (2015). Pengetahuan dan tindakan kader posyandu dalam pemantauan
pertumbuhan anak balita. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1),
65-73.
Suhartatik, S., & Al Faiqoh, Z. (2022). Peran Kader Posyandu Dalam Pemantauan
Status Gizi Balita: Literature Review. Journal of Health, Education and
Literacy (J-Healt), 5(1), 19-25.
Sugiyarti, R., Aprilia, V., & Hati, F. S. (2014). Kepatuhan Kunjungan Posyandu
dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian
Journal of Nursing and Midwifery), 2(3), 141-146.
Miftah. “PEMKOT BANDUNG DUKUNG FORKAGI TINGKATKAN
KUALITAS GIZI”. Diakses pada 22 Oktober 2023

18
https://www.bandung.go.id/news/read/4679/pemkot-bandung-dukung-
forkagi-tingkatkan-kualitas-gizi
Imanah, N. D. N., & Sukmawati, E. (2021). Peran Serta Kader dalam Kegiatan
Posyandu Balita dengan Jumlah Kunjungan Balita pada Era New
Normal. Jurnal Kebidanan Indonesia, 12(1).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bacaan Buku Kader Posyandu.
Sianturi, E., Pardosi, M., & Surbakti, E. (2019). Kesehatan Masyarakat. Zifatama
Jawara.

19

Anda mungkin juga menyukai