Anda di halaman 1dari 43

ASPEK HUKUM

PELAYANAN KEBIDANAN

Wila Chandrawila Surpiadi


HUKUM
 Hukum adalah kumpulan peratuan
hukum
 Peraturan hukum adalah kumpulan
pedoman/pegangan/ukuran
 Pedoman/pegangan/ukuran diberi
nama: KAIDAH (bhs Arab)/NORMA
(bhs Belanda)
 Kaidah/Norma adalah pedoman/
pegangan/ukuran untuk
mewujudkan nilai hukum
NILAI DAN ASAS
 Nilai adalah sesuatu yang
berharga/patut untuk diwujudkan (visi)
 Untuk mewujudkan nilai, diperlukan
pedoman/pegangan/ukuran (norma/
kaidah) (misi)
 Nilai terdapat di dalam asas, seperti dua
sisi dari sebuah mata uang
 Asas/prinsip/dasar adalah yang
dipergunakan sebagai dasar dari
pembentukan pedoman/pegangan/
ukuran (kaidah/norma)
HUKUM DAN ETIKA
•Mengatur yang •Mengatur apa yang
boleh dan tidak baik dan tidak baik
boleh

•Selalu berisi hak •Hanya berisi


dan kewajiban yang kewajiban saja, tidak
timbal balik ada hak

•Sanksi diberikan •Sanksi diberikan


oleh penguasa (yang oleh masyarakat
berkuasa)
HAK DAN KEWAJIBAN
 Hak hanya ada pada hukum, mau
digunakan boleh, tidak digunakan
tidak apa-apa
 Kewajiban harus dilaksanakan, tidak
melaksanakan kewajiban adalah
pelanggaran hukum
 Apabila menimbulkan kerugian pada
orang lain, maka dapat digugat ganti
rugi
HIRARKHI DI BIDANG HUKUM
1. Perundang-undangan
2. Kebiasaan
3. Traktat Internasional
4. Yurisprudensi (putusan hakim yang
sudah pounya kekuatan hukum
tetap dan telah diikuti hakim lain
dalam perkara yang sama)
5. Doktrin Hukum (Pendapat Pakar
Hukum)
KESEHATAN
KESEHATAN
 upayakesehatan (preventif, Kuratif,
promotif dan rehabilitatif)
 sumber daya kesehatan

SUMBER DAYA KESEHATAN


 sarana kesehatan (RS, Puskesmas,
Klinik, praktik pribadi dll)
 tenaga (SDM) kesehatan (nakes)
HUKUM KESEHATAN
 Kesehatan masyarakat (public health) –
pemeliharaan kesehatan
 Kesehatan individu (medical – medik -
kedokteran) – pelayanan kesehatan
(medik)
 Hukum Kesehatan adalah seluruh
peraturan yang mengatur tentang
kesehatan
 Hukum Kesehatan Masyarakat (Public
Health Law)
 Hukum Kesehatan Individu (Hukum
Kedokteran (Medik) –Medical Law)
HUKUM KESEHATAN
 Hukum yang umum dan hukum
yang khusus
 Hukum khusus menghapuskan
hukum umum (lex speciali derogat
lex generali)
 Gukum yang Umum adalah
KUHPerdata dan KUHPidana
 UU No 36/09 ttg Kesehatan (UU
Payung), UU Pradok, UU Nakes, UU
Kebidanan, dll
HUKUM KEDOKTERAN
(MEDIK)
Hukum yang mengatur hubungan
hukum segi tiga antara:
 Tenaga kesehatan (nakes)
 Sarana kesehatan

 Pasien (orang sakit – tidak semua


orang sakit pasien)

 Di
bidang Perdata, Pidana dan
Adminstrasi
HUBUNGAN HUKUM NAKES
DAN PASIEN
 Ada dua hubungan Hukum Perdata:
1. Hukum Keluarga (Familie Recht);
2. Hukum Harta Kekayaan (Vermogen
Recht)
 Hk Keluarga: sedarah (kelahiran) dan
Semenda (periparan)
 Hubungan hukum di bidang Hukum
Harta Kekayaan: diberi nama
PERIKATAN (Verbintenis)
 Perikatan lahir karena perjanjian dan
undang-undang (Psl 1233 KUHPerd)
DOKTRIN HUKUM PERIKATAN
Berdasarkan prestasi ada:
1. Perikatan hasil (resultaat
verbintenis) –prestasinya berupa
hasil tertentu - mudah diukur
2. Perikatan ikhtiar –(inspanning
verbintenis) - prestasinya berupa
upaya semaksimal mungkin – sulit
diukur, maka ukurannya adalah
ukuran profesi
PROFESI
 Profesi (profession) adalah pekerjaan
yang dilakukan berdasarkan
pendidikan formal tertentu, baik mau
pun bukan untuk mencari nafkah
 Pengemban profesi (profesional)
 Selalu ada organisasi profesi yang
mengambil beberapa kaidah/norma
etika dijadikan tertulis diberi nama
KODE ETIK (tertulis)
 Selalu ada ukuran (standar) profesi
UKURAN (STANDAR) PROFESI
Kewenangan Kemampuan Ketelitian
rata-rata yang umum

◼Kekuasan yg Diukur dng Diukur dng


disahkan teman teman
◼STR
sejawat: sejawat:
◼Kategori ◼Kategori
◼SIP
◼Situasi ◼Situasi
◼Sertifikat
◼Kondisi ◼Kondisi
kompetensi
yang sama yang sama
KEKUASAAN & KEWENANGAN
 Kekuasaan (power) adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi pihak
lain
 Kewenangan (authority) adalah
kekuasaan yang disahkan oleh yang
berhak mensahkan (sah - hukum)
 Kekuasaan dalam Ilmu Pengetahuan
namanya kompetensi
 Para profesional harus mempunyai
kompetensi tertentu
 Kekuasaan harus diregistrasi (STR),
baru dapat diurus SIP
KEMAMPUAN RATA-RATA
 Diukur dengan teman sejawat
dengan kategori, situasi dan kondisi
yang sama, kompetensi yang sama
 Tidak diukur dengan yang lebih
tinggi atau yang lebih rendah
 Para profesional mempunyai
kewajiban untuk menambah Ilmu
Pengetahuan
 Harus ada uji kompetensi
KETELITIAN YANG UMUM
 Diukur dengan ukuran operasional
prosedur, ukuran pelayanan
minimum dll
 Melanggar ukuran pelayanan
kesehatan dengan sengaja, salah
 Melanggar ukuran pelayanan
kesehatan dengan tidak sengaja, lalai
 Diukur dengan teman sejawat
dengan kategori, situasi dan kondisi
yang sama
PELANGGARAN HUKUM
 Hukum berisi hak dan kewajiban
 Hak mau diambil boleh tidak juga
boleh, namun dalam mengambil hak
tidak boleh salah/lalai (perbuatan
melanggar hukum)
 Kewajiban harus dilaksanakan,
namun dalam melaksanakan
kewajiban tidak boleh salah/lalai
(perbuatan melanggar hukum)
PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM (PMH)
1. Perbuatan melanggar hukum
2. Kesalahan/kelalaian
3. Kerugian
4. Hubungan sebab akibat (kausal)
antara kesalahan/kelalaian dengan
kerugian
 Timbul tanggung jawab hukum
(TJH), menimbulkan kerugian
dapat digugat ganti rugi
TANGGUNG JAWAB DAN
TANGGUNG JAWAB HUKUM
 Tanggung jawab (TJ) (responsibility-
responsible), lahir dari kewajiban
 Tanggung jawab hukum (TJH)
(liability -liable), lahir dari
kesalahan/kelalaian
 Baik salah atau lalai yang
menimbulkan kerugian dapat
digugat ganti rugi, baik materiil
maupun imateriil
MALPRAKTIK
 Secara harfiah adalah kesalahan/kelalaian
dalam menyelenggarakan praktik
 Malpraktik tidak diatur di dalam hukum
yang khusus, diatur di hukum yang umum
 Yang dapat melakukan malpraktik hanya
profesional (imam, dokter, yuris, notaris
dll)
 Selalu ada unsur salah/lalai yang dapat
menimbulkan kerugian yang dapat
digugat ganti rugi
UKURAN MALPRAKTIK
 Kemampuan rata-rata: di bawah
kemampuan rata-rata –malpraktik
(SP 2)
 Ketelitian yang umum: lalai-
malpraktik (SP 3)
 Diukur dengan teman sejawat
dengan kategori, situasi dan kondisi
yang sama
 Yang menentukan saksi akhli, bukan
advokad, polisi, jaksa hakim
GUGATAN MALPRAKTIK
 Harus ada kesalahan/kelalaian
 Harus ada kerugian

 Harus ada hubungan sebab akibat antara


kesalahan/kelalian dengan kerugian
 Gugatannya adalah ganti rugi materiil dan
imateriil
 Yang seharusnya membuktikan adanya
kesalahan/kelalaian yang menimbulkan
kerugian adalah pasien/keluarga pasien
(advokad)
TUNTUTAN MALPRAKTIK
 Ada kesalahan/kelalaian, akibat
kesalah/kelalaian itu menimbulkan
kerugian berupa catat atau kematian
 Dalam hal pasien sembuh kembali tidak
terdapat cacat atau kematian, seharusnya
tidak dapat dituntut secara hukum pidana
 Kalau terjadi kematian harus dilakukan
otopsi, tanpa otopsi tidak dapat dijadikan
kasus, sebab yang paling penting adalah
penyebab kematian (salah/lalai atau
risiko?)
RISIKO
 Risiko adalah kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) yang dapat terjadi
kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja
 Terjadi risiko maka tidak ada TJH,
namun ada TJ
 Dalam hukum dikenal keadaan
memaksa (overmacht – force mayor)
(bencana alam) – tidak ada TJH
 Risiko adalah bencana (tidak ada TJH)
POLITIK
 Politik adalah seni dan ilmu untuk
meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun
nonkonstitusional.
 Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda,
yaitu antara lain: politik adalah
usaha yang ditempuh warga negara
untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles).
ILMU POLITIK
 Pengetahuan mengenai ketatanegaraan
atau kenegaraan (seperti tentang sistem
pemerintahan, dasar pemerintahan);
 Segala urusan dan tindakan (kebijakan,
siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap
negara lain:
 cara bertindak (dalam menghadapi atau
menangani suatu masalah);
kebijaksanaan: -- dagang; -- bahasa
nasional;
POLITIK HUKUM
 Politik Hukum adalah aktivitas untuk
menentukan suatu pilihan mengenai
tujuan dan cara – cara yang hendak
dipakai untuk mencapai tujuan hukum
dalam masyarakat dan penerapannya.
 Politik hukum sebagai politik
perundang – undangan ( pengertian
politik hukum terbatas hanya pada
hukum tertulis saja)
UU NO. 4/2019 TENTANG
KEBIDANAN
 Kebidanan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan
kepada perempuan selama masa
sebelum hamil, masa kehamilan,
persalinan, pascapersalinan, masa nifas,
bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah, termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.
TUJUAN UU KEBIDANAN
Pasal 3:
Pengaturan penyelenggaraan Kebidanan
bertujuan:
a. meningkatkan mutu pendidikan Bidan;
b.meningkatkan mutu Pelayanan
Kebidanan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada Bidan dan Klien; dan
d.meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, terutama kesehatan ibu, bayi
baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah
POLITIJK HUKUM KEBIDANAN
1. Meningkatan:
a. mutu pendidikan bidan;
b. mutu pelayanan kebidanan;
c. derajad keehatan masyarakat,
terutama kesehatan ibu, bayi baru
lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah
2. memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada Bidan dan
Klien
TUGAS BIDAN
Dalam menyelenggarakan Praktik
Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu.
KEWENANGAN BIDAN
Dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a,
Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada
masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada
mas kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada
masa persalinan dan menolong persalinan
normal;
KEWENANGAN BIDAN
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada
masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan
komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas,
serta asuhan pascakeguguran dan
dilanjutkan dengan rujukan.
PELIMPAHAN KEWENANGAN
 Pelimpahan kewenangan adalah
pemberian sebagian tanggung jawab
dan kewibawaan kepada orang lain
 Pelimpahan kewenangan dapat
diberikan kepada pemangku
kewenangan sesuai dengan
kewenangannya
 Pelimpaham di luar kewenangan
(ultra vires) adalah salah, harusnya
ditolak oleh yang dilimpahkan!!!!
MANDAT KEWENANGAN
(1) Pelimpahan wewenang secara mandat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a
diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai
kompetensinya.
(2) Pelimpahan wewenang secara mandat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara tertulis.
(3) Pelimpahan wewenang secara mandat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
tanggung jawab berada pada pemberi
pelimpahan wewenang.
(4) Dokter yang memberikan pelimpahan
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus melakukan pengawasan dan evaluasi
secara berkala.
DELEGASI KEWENANGAN
(1) Pelimpahan wewenang secara delegatif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah kepada Bidan.
(2) Pelimpahan wewenang secara delegatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah dalam rangka:
a. pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu; atau
b. program pemerintah.
(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab.
UNDANG –UNDANG
KEBIDANAN
 UU No. Th 2019 tentang Kebidanan
 Normatif mengatur tentang definisi,
asas dan tujuan dll
 Pelajari sebagai dasar hukum
penyekenggaraan profesi kebidanan
 Ingat akan perbuatan melanggar
hukum yang meskipun karena
kelalaian, dapat digugat ganti rugi
atau tuntutan pidana kalau ada cacat
atau kematian
BIO HUKUM
 Bio adalah kehidupan, hukum adalah
kumpulan peraturan hukum
 Bio hukum adalah kumpulan
peraturan tentang kehidupan
 Ada fase sebelum dilahirkan, setelah
melahirkan sd kematian
 Sebelum dilahirkan, hukum
mengatur tentang inseminasi buatan
dan pengguguran kandungan
BIO HUKUM
 Pengguguran kandungan hanya
dapat dilakukan yang diatur dalam
Pasal 75 UU No. 36/09 ttg Kesehatan
 Pengguguran kandungan hanya
boleh dilakukan di tempat tertentu
dan oleh Nakes tertentu
 Di luar dari Pasal 75 itu, maka
pengguguran kandungan tunduk
pada ketentuan di KUHPidana
BIO HUKUM
 Inseminasi buatan juga diatur dalam
peraturan hukum
 Setelah kelahiran sd kematian ada
pengaturan dengan berbagai
perundang-undangan
 Ada aturan hukum yang termasuk
biohukum adalah tentang
transplantasi organ
BIO HUKUM
 Akhir dari kehidupan sebelum
kematian
 Pasien dalam keadaaan yang sudah
tidak memungkinkan disembuhkan
dan dalam keadaan yang tidak sadar,
keluarga berhak untuk memberikan
persetujuan menghentikan kehidupan
(SITUASI KHUSUS)
 Mati batang otak sudah diterima
sebagai ukuran telah terjadi kematian
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai