Anda di halaman 1dari 8

AYU AMIANA

(B01.021.023)

Yurisprudensi di bidang kesehatan


Pengertian Yudiprudensi
◦ Pengertian Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak
diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang
sama.

◦ Lahirnya Yurisprudensi karena adanya peraturan peraturan UU yang tidak jelas atau masih kabur, sehingga menyulitkan
hakim dalam membuat keputusan mengenai suatu perkara. Hakim dalam hal ini membuat suatu hukum baru dengan
mempelajari putusan hakim yang terdahulu untuk mengatasi perkara yang sedang dihadapi. Jadi, putusan dari hakim
terdahulu ini yang disebut dengan yurisprudensi.

◦ Yurisprudensi diciptakan berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009 Mengenai Kekuasaan Kehakiman, UU ini menyatakan :
pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara yang diajukan
dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur), melainkan wajib memeriksa serta mengadilinya. Hakim
diwajibkan untuk menggali, mengikuti dan memahami keadilan dan nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat.
Macam-Macam Yurisprudensi
◦ Yurisprudensi Tetap

Pengertian Yurisprudensi Tetap adalah suatu putusan dari hakim yang terjadi oleh karena rangkaian putusan yang sama dan
dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan untuk memutuskan suatu perkara.

◦ Yurisprudensi Tidak Tetap

Pengertian Yurisprudensi Tidak Tetap ialah suatu putusan dari hakim terdahulu yang tidak dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan.

◦ Yurisprudensi Semi Yuridis

Pengertian Yurisprudensi Semi Yuridis yaitu semua penetapan pengadilan yang didasarkan pada permohonan seseorang yang
berlaku khusus hanya pada pemohon. Contohnya : Penetapan status anak.

◦ 4. Yurisprudensi Administratif

Pengertian Administratif adalah SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) yang berlaku hanya secara administratif dan mengikat
intern di dalam lingkup pengadilan.
Perangkat Hukum Kesehatan
◦ Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan dan penerapannya. Hal ini berarti hukum kesehatan adalah aturan tertulis mengenai hubungan antara pihak
pemberi pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau anggota masyarakat.

◦ aturan aturan di bidang kesehatan dikenal sebagai hukum kesehatan, meskipun hukum kesehatan mungkin lebih luas
lagi cakupannya dari itu. Dalam pandangan yang lebih luas sebagaimana dikatakan oleh cicero, yaitu dimana setiap
masyarakat disitu ada hukum (ibi societas ibi ius) telah mengindikasikan bahwa setiap aktivitas masyarakat pasti ada
hukumnya. Demikian halnya dengan praktek penyelenggaraan kesehatan, yang tentunya pada setiap kegiatannya
memerlukan pranata hukum yang dapat menjamin terselengaranya penyelenggaraan kesehatan. Pranata hukum yang
mengatur penyelenggaraan kesehatan adalah perangkat hukum kesehatan.

◦ Hukum kesehatan pada saat ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu hukum kesehatan public (public health law)
dan Hukum Kedokteran (medical law). Hukum kesehatan public lebih menitikberatkan pada pelayanan kesehatan
masyarakat atau mencakup pelayanan kesehatan rumah sakit, sedangkan untuk hukum kedokteran, lebih memilih atau
mengatur tentang pelayanan kesehatan pada individual atau seorang saja, akan tetapi semua menyangkut tentang
pelayanan kesehatan.
◦ tidak hanya bertumpu pada peraturan perundang-undangan saja tetapi mencakup kesepakatan/peraturan
internasional, asas-asas yang berlaku secara internasional, kebiasaan, yurisprudensi, dan doktrin.

◦ Dari pandangan tersebut tergambar bahwa sumber hukum dalam hukum kesehatan meliputi hukum
tertulis, yurisprudensi, dan doktrin. Dilihat dari objeknya, maka hukum kesehatan mencakup segala
aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan (zorg voor de gezondheid). Dengan demikian dapat
dibayangkan bahwa hukum kesehatan cukup luas dan kompleks.

◦ Pengertian Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan kewajiban menerima pelayanan
kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana, standar pelayanan medik dan lainlain. Sebagai subjek
hukum, pelaku di sektor kesehatan seperti dokter, dokter gigi, direktur RS, kepala dinas kesehatan,
kepala bidang, kepala Puskesmas selalu melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang dilakukan
apabila bertentangan dengan regulasi yang berlaku maka akan menimbulkan adanya sanksi hukum.
Dasar Hukum
Dasar Hukum

Kesehatan Dari berbagai devinisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber, sumber hukum kesehatan adalah :

1. Pedoman internasional. Konferensi Helsinki (1964) merupakan kesepakatan para dokter sedunia mengenai penelitian kedokteran, khususnya
eksperimen pada manusia, yakni ditekankan pentingnya persetujuan tindakan medik (informed consent).

2. Hukum Kebiasaaan. Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai di dalam peraturan perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan dan pada
setiap operasi yang akan dilakukan di rumah sakit harus menandatangani izin operasi, kebiasaan ini kemudian dituangkan ke dalam peraturan tertulis
dalam bentuk informed consent.

3. Jurisprudensi. Keputusan Hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menghadapi kasus yang sama.

4. Hukum Otonom. Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu. Ketentuan yang dimaksud berlaku hanya bagi anggota profesi kesehatan,
misalnya kode etik keperawatan, kode etik bidan, kode etik fisioterapi.

5. lmu. Substansi Ilmu Pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu. Misalnya pemakaian sarung tangan bagi dokter dalam menangani pasien,
dimaksud untuk mencegah penularan penyakit dari pasien kepada dokter tersebut.

6. Literatur. Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum kesehatan. Misalnya mengenai pertanggungjawaban hukum (liability),
perawat tidak boleh melakukan tindakan medis kecuali atas tanggung jawab dokter (prolonged arm doctrine).
◦ Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi, traktat, Konvensi,
doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran. Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau
yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para
ahli tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan
kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.

◦ Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang menimbulkan hukum.
Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita dapat menemukan hukum.

Anda mungkin juga menyukai