Anda di halaman 1dari 68

KAIDAH DASAR MORAL

DAN
ASAS PRIMA FACIE
DALAM PROFESI KEDOKTERAN

OLEH : dr. JEIKAWATI, MH.KES


 Moral = Nilai luhur Etika

 Moral adalah Bentuk Rasional dari Etika dan


Objek dari Etika

MORAL  Obyek dari profesi dokter adalah manusia

 Hubungan dokter dan pasien

(Semula)
TEURAPEUTIK
Hub Paternalistik
 Hubungan Interpersonal antara Dokter dan Pasien
 Moral Seseorang
 Peran Perilaku
 Fokus pada Objek yang ditangani

 Bukan Hanya terbatas pada Kasus Medis namun


NILAI dari Kasus tersebut.
 Kasus Medis Bukan HANYA terletak pada NILAI
namun Juga Menyertakan TINDAKAN MORAL.
Asas- Asas Moralitas
pada Praktik Kedokteran

1. Vouluntus Aegroti Suprema Lex  Hak untuk menentukan


nasibnya sendiri

2. Solus Aegroti Suprema Lex  Mengusahakan agar pasien yang


dirawat terjaga kesehatannya

3. Primum non nocere/ First, Do no Harm

4. Justice
Ciri-ciri moralitas :

1. Norma yang sangat penting, lebih bernilai


2. Bersifat universal (dimana, kapan dan siapa saja)
3. Rasional dan objektif
4. Menyangkut kebahagiaan orang lain
 Contoh cara berpikir Hukum:
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting
adalah formulir persetujuan telah ditandatangani oleh
pasien atau “yang mewakilinya”
 Contoh cara berpikir etik
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting
adalah keputusan pasien dibuat setelah memahami semua
informasi yang diperlukan dalam membuat keputusan
tersebut.
 Contoh cara berpikir Moral :
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting
adalah Pasien dapat merasakan manfaat yang tepat dari
penanganan yang dilakukan dalam keputusan tersebut”
NORMA
DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

ATURAN PENERAPAN
KEILMUAN
KEDOKTERAN
(MKDK)

DISIPLIN
MKEK

ATURAN HUKUM
ATURAN
KEDOKTERAN
PENERAPAN
ETIKA
ETIKA HUKUM
KEDOKTERAN
(KODEKI)
ETIKA DOK DISIPLIN DOK HUKUM DOK

1. NORMA MORAL 1. NORMA DISIPLIN 1. NORMA HUKUM


- MASALAH MORAL ~ STD PROFESI
(KOMPETENSI,
YAN, PRLKU)
2. PELANGGARAN: 2. PELANGGARAN → 2. PELANGGARAN
DILEMA NORMA LANGGAR STANDAR NORMA HUKUM
INTERNAL PROFESI (BENAR – SALAH)
(BAIK - BURUK) (BENAR - SALAH)
3. DAMPAK 3. KUALITAS PROFESI 3. PENYELESAIAN
- KUALITAS MORAL (LAYANAN, PERILAKU) KONFLIK/
- KEHORMATAN - KEHORMATAN KEDAMAIAN
PROFESI PROFESI
4. LINGKUP 4. KOMPETENSI 4. PERATURAN HK TTG
- PERILAKU ETIK YANMEDIK YAN KEDOKTERAN
PERILAKU PROF
ETIKA DOK DISIPLIN DOK HUKUM DOK

5. BENTUK: KODE 5. ATURAN DISIPLIN 5. UU, PP, PERMEN,


ETIK PROFESI KEDOKTERAN KEPPRES DLL
6. DISUSUN: ORG. 6. KOMPILASI OLEH KKI 6. NEGARA (DPR +
PROFESI PEMERINTAH)
7. SANKSI 7. SANKSI 7. SANKSI
- MORAL/HT NURANI ~ TEGURAN - - PID: DENDA/
- NASEHAT/ RE-EDUKASI PENJARA
TEGURAN ~ CABUT STR /SIP - PDT:
- PENGUCILAN GANTI RUGI
- ADMINISTRASI:
PENCABUTAN
8. YANG MEMERIKSA 8. MKDKI: 8.PENGADILAN:
- MKEK - DOKTER -NEGERI
- MKEKG - DOKTER GIGI -TUN
- ANGG PROFESI - SARJANA HUKUM ANGGOTA: HAKIM
Kaidah Dasar MORAL
 Bertolak dari Childress & Beauchamp yang memaparkan adanya 4
kaidah dasar moral (KDM atau moral principle/principle-based ethics
atau ethical guidelines) dalam ”buku suci”nya The Principles of
Biomedical Ethics (1994)

BENEFICENCE, NON-MALEFICENCE, JUSTICE DAN AUTONOMY

KAIDAH yang berlaku normatif ketika dokter menghadapi kasus


kongkrit di pelayanan Kesehatan
4 KDM
1. Tindakan berbuat baik (Beneficence)
2. Tidak merugikan (Non-maleficence)
3. Keadilan (Justice)
4. Autonomi(Self determination)
1. BENEFICIENCE :
SIKAP/BERBUAT BAIK

• Konteks : tertuju pd pihak II (individu pasien)


• Pada kondisi stabil (tidak gawat darurat, tidak rentan) untuk
kepentingan pasiennya
• Utamakan altruisme
• Menjamin nilai pokok harkat & martabat manusia
• Memandang pasien/keluarga/sesuatu yang tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
• Maksimalisasi akibat baik> buruk
• Minimalisasi akibat buruk
Lanjutan BENEFICIENCE
 Tindakan aktif dan positif untuk memberikan benefit (manfaat) pada pasien
 2 prinsip beneficence adalah:
1. Positive beneficence
2. Utility
General beneficence (etika normatif)
berbuat baik kepada siapapun termasuk “yang tidak kita kenal” (impartially).
 Specific beneficence :
bermoral bila tindakan baik ditujukan kepada pihak khusus “yang kita kenal.
2. NON MALEFICENCE
TIDAK MERUGIKAN

 Konteks : tertuju pada pihak II (pasien) kesakitan/menderita,


 gawat darurat,
 menjelang cacat, distress, rentan.
 Sisi komplementer beneficence
 Primum non nocere (pertama jangan menyakiti)
 Kewajiban menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko
Hilangnya sesuatu yang penting
 Dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
 Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami resiko
minimal)
Tindakan kedokteran terbukti efektif

YL-BLOK 1- 2010
3. JUSTICE
KEADILAN
 Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness
dan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice)
 Bahwa setiap tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan dengan tidak memandang perbedaan
status ekonomi, sosial, dan pendidikan dari
masyarakat atau pasien • Konteks : tertuju pada pihak ketiga selain individu pasien/klien,
wakil/kluster populasi/komunitas; pihak penyandang dana/ikut penanggung

jawab, pihak berpotensi dirugikan/paling kurang diuntungkan.

• Memberi perlakuan sama kepada pasien untuk kebahagiaan pasien & umat
manusia yakni :

- sumbangan relatif sama dengan kebutuhan mereka

- pengorbanan mereka secara relatif sama dengan kemampuan mereka


LANJUTAN JUSTICE

Tujuan : menjamin nilai tak berhingga dari setiap makhluk (pasien) yang
berakal budi (aspek sosial)
Jenis keadilan :
Tukar menukar : kebijakan (kebiasaan etis) selalu memberi hak
pasien/yang semestinya harus diterima
Distributif (membagi) : kebajikan Dr/Sarkes selalu membagikan
kenikmatan/beban bersama, rata dan merata dengan keselarasan sifat
dan tingkat perbedaan jasmani dan rohani.
Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran
kesejahteraan bersama
Hukum (umum) : bagi dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian
hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum
4. AUTONOMY
SELF DETERMINATION

 Konteks : ditujukan pada capable person = individu pasien yg dewasa, sehat,


bebas (punya rentang hak pilih atas keputusan dirinya, seperti kondisi pro
operasi elektif), sejajar dengan dokternya.
 Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,
membiarkan pasien demi dirinya sendiri (sebagai makhluk bermartabat)
 Personal adalah aturan pribadi mengenai diri sendiri yang bebas dari
pengaruh pengendalian dari pihak lain dan dari keterbatasan pribadi yang
mencegah seseorang melakukan pilihan yang menentukan, seperti halnya
pemahaman yang kurang
Syarat Tindakan Autonom
 3 syarat tindakan disebut sebagai tindakan otonomi:
1. (Intentionally) Tindakan diputuskan dengan maksud tertentu
2. (understanding) Dengan pemahaman yang benar
3. (without influence) Tanpa pengaruh yang mengendalikan pilihan mereka
Intepretasi “Respect for Autonomy”
 Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memutuskan sendiri tindakan medis apa
yang akan dilakukan
 Bukan pemindahan beban keputusan
 Sangat berkait dengan aspek legal
 Memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan medis yang paling baik sesuai
dengan kemampuan mereka

 Dalam praktik, sering disebut sebagai Informed consent (persetujuan dengan


pemahaman)
 Aspek klinis
 Aspek legal
Pelaksanaan prinsip Autonomi
 Diwujudkan dalam bentuk informed consent
 Jika salah diartikan, pelaksanaan prinsip otonomi akan mengarah pada isolasi pasien (pasien
harus memutuskan sendiri apa yang terjadi pada dirinya tanpa bantuan yang adekuat dari
tenaga kesehatan)
Jenis-jenis Informed Consent
 Express consent
 Secara oral
 Secara tertulis
1. Tindakan medis tersebut rumit atau melibatkan resiko yang berat/besar
2. Terdapat tujuan selain medis (asuransi)
3. Memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan sosial pasien, pekerjaan, atau kepentingan pribadi lainnya
4. Pengobatan atau pemeriksaan tersebut bagian dari penelitian medis
5. Diharuskan secara legal

 Implied consent
Pengecualian IC
1. Kepada pasien dengan penyakit/gangguan mental
2. Perawatan pada anak dibawah 16 tahun
Contoh kasus`

Seorang pasien laki-laki, umur 47 tahun datang ke rumah


sakit untuk general check-up. Hal tersebut dilakukan
secara rutin oleh pasien tersebut. Hasil pemeriksaan
menyatakan bahwa pasien tersebut menderita kanker
prostat stadium akhir yang tidak bisa dioperasi.
Dua tahun sebelumnya, pasien tersebut telah kehilangan
istri tercintanya karena kanker payudara. Setelah
kehilangan tersebut, pasien ini mengalami depresi berat
dan pernah beberapa kali mencoba bunuh diri.
Dokter yang merawatnya saat ini adalah dokter yang
sama dengan yang merawat istrinya, sehingga dia
mengetahui sekali keadaan pasien tersebut.
Ketika mereka bertemu, pasien tersebut berkata “Saya
tidak apa-apa kan dok? Saya tidak menderita kanker
kan?.” Dokter tersebut menjawab bahwa “Bapak sehat-
sehat saja, tidak perlu khawatir.”

Q : Bagaimana Pendapat Anda ?


Seorang ibu berusia 45 tahun dioperasi di sebuah rumah sakit pemerintah. Ibu tersebut harus diamputasi

karena gangren yang terjadi di kaki kirinya. Rencana awal, amputasi dilakukan dibawah lutut, tetapi

ternyata infeksi telah menjalar hingga diatas lutut. Hal tersebut diketahui saat operasi sedang

dilangsungkan.

Q: Apa yang sebaiknya dilakukan oleh dokter?


PRIMA FACIE
Penuntun Cara Diskusi
Etik Kedokteran

1.Pahami kasus yang dihadapi

1.Insight
(INSIGHT)
2. Sepakati APA masalah etik
yang penting (dapat lebih dari
satu masalah)
=
UNIVERSAL PRINCIPLES OF
BIOETHICS = KDB
.
Langkah 3 :
Tuliskan salah satu
issue etik
3 unsur harus ada :
3. Kaidah
Dasar
a. siapa, Beneficence
b. dalam situasi
apa,
c. masalah etik
Nonmaleficence

Moral
yang diduga
Autonomy
CHOSEN
PRINCIPLE + Justice
THEORY OF
ETHICS
ETHICAL PROBLEM SOLVING
Nama Mahasisw a :

Case Ethical Problem Alternative Based Alternative Decision Self Assesment Verification Reasons
No. on Values System

INSIGHT KDB + CHOSEN PRINCIPLE PRIMA FACIE VALUE


THEORY ETHICS E. RELATIVISM CETERIS P CLARIFIC.
E. DILEMMA DEDUCTIVE L
SOLVING PROB

4. KELOMPOK MULAI MENYUSUN


alternatif yang terfikirkan (berapa saja tergantung dari sumbang – pikir tiap anggota kelompok)
= THEORY OF ETHICS+ ETHICAL RELATIVISM + ETHICAL DILEMMA
Teori Keutamaan = tekad
Kewajiban

Etika Utilitarian
Kebahagiaan
TEORI ETIKA

1. Teori Etika Klasik


a. Teleologi
b. Deontologi
2. Teori Etika Nilai
(Jujur, nilai otentik, tanggung jawab,
mandiri, keberanian moral )
3. Teori Etika Kontemporer
( budi pekerti luhur, penalaran praktis,
etika mengasuh)

YL-BLOK 1- 2010
Relativisme
Etika
Budaya
Adat
Dilema Iptek
Beda Paradigma :

Etis Deontologis
Teleologis
Ceteris
Paribus Asumsi
Konsistensi

Pemecahan Koheren
Korespondensi
Etis Pragmatis
Context vs Text
• Pilih 1-2 dari 4

5. Prinsip
Tiap alternatif dibahas
tersendiri. Setiap anggota
kelompok HARUS memberikan
respons. Hadapkan tiap

Prima Facie
alternatif pada tata-nilai yang
diwakili oleh seluruh kelompok
(misalnya hukum, ekonomi,
adat, keluarga, etik, dll)
= PRIMA FACIE + DEDUCTIVE
LOGIC
 contextual features, quality of
life
6. Pilih salah satu alternatif yang bisa
disetujui oleh nilai terbanyak

SOLVING THE PROBLEM


Hukum
Administrasi
Pidana
Perdata
7. Pertanyakan apakah alternatif yang
dipilih itu, bila diberlakukan pada diri
sendiri, akan disetujui

VALUE CLARIFICATION
ASAS PRIMA FACIE

Pertimbangan
Pertimbangan Etik Keputusan
Medik
Klinik
K
Hal-Hal lain utama mempengaruhi keputusan etik diperlukan :
Professionalisme Kedokteran

Panduan dlm bersikap & berprilaku (code of ethical conduct)

-Nilai-nilai dlm etika profesi yg tercermin dlm Sumpah Dokter


(berisi kontrak moral antara dokter dengan Tuhannya)
ETIKA KLINIS
(JONSEN, SIEGLER & WINSLADE, 2002)
1. Medical Indication
( terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai … dari sisi etik
kaidah yang digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence )
2. Patient Preferrence
(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya … cerminan kaidah otonomi)
3. Quality of Life
(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga
atau meningkatkan kualitas hidup insani … terkait dengan
beneficence, nonmaleficence & otonomi)
4. Contextual Features
(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan
keputusan, spt faktor keluarga, ekonomi, budaya … kaidah terkait
justice )
Seorang laki laki 35 tahun, baru dua tahun CASE
menikah, punya 1 anak yang masih bayi,
pekerjaan pegawai kontrak di sebuah
pabrik.
Suatu hari ia mendapat kecelakaan dan 
dirawat di UGD menunggu keputusan
lebih lanjut. Ia didiagnosa Cedera Kepala
Berat  dan harus segera dilakukan
operasi.

YL-BLOK 1- 2010
PERTIMBANGAN ETIK
Masalah etik pada pasien dalam kasus ini
adalah:
Apalah pasien atau keluarga pasien MEMAHAMI
indikasi medis yang disampaikan Dokter untuk
menganjurkan pasien segera dioperasi untuk life
saving, dan meminimalkan gejala sisa yang
mungkin timbul.

YL-BLOK 1- 2010
MEDIS INDICATION ?
 1. ………………………………………
Clinical Preference / Patient Preference
Preferensi pasien: Keluarga pasien tidak bersedia menjalankan itu semua karena takut pada
operasi dan karena tidak mampu membiayainya. Penolakan keluarga pasien ini mengakibatkan
dilema moral dan etika bagi dokter yang merawat. Ia terpaksa memberi pengobatan
konservatif yang ia tahu pada kasus pasien ini tidak akan memuaskan hasilnya.
Mutu hidup: Mutu hidup pasien akan mundur karena
hemiparese dan afasia, selain hal lain yang disebabka karena
tindakan yang diberikan tidak adekuat dan jauh lebih lama.
Karena itu, ia kemungkinan akan diberhentikan dari
pekerjaannya.

Quality Of Life

YL-BLOK 1- 2010
CONTEXTUAL FEATURES
FAKTOR KONTEKSTUAL : Jika pasien dioperasi, kemungkinan besar ia akan dapat bekerja kembali seperti

biasa setelah pulih, dan dapat terus membiayai keluarganya. Jika ia tidak dioperasi, keluarga ini kan

menderita, mungkin kehilangan kepala keluarga dan anak tidak akan memiliki masa depan

YL-BLOK 1- 2010
 Dalam pandangan etikolegal, tindakan etis merupakan lingkup atau rangkaian pola
tindakan hukum.

 Tindakan etis sekaligus dasar tindakan hukum pada kasus klinis mewarnai pilihan
konkrit kebebasan profesi yang dapat dibenarkan secara moral dan doktrin hukum
dalam bentuk kewajiban etis (moral duty)

Dengan sendirinya sulit atau tidak mungkin dokter/rumah sakit dijatuhi sanksi, baik
etik, disiplin maupun hukum.
The patient’s contexts for prima facie’s choice
(Agus Purwadianto, 2004)

G eneral benefit Electiv e, educated,


result, most of bread-w inner, mature
people, person

Beneficence Autonomy

Non Justice
Time maleficence
Vulnerables,
> 1 person, others
emergenc y, life
similarity, community /
savi ng, minor
social’s rights
beneficence
 ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan
berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan
melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien

 dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang


akan dialami pasiennya akan lebih banyak dibandingkan
dengan kerugiannya.

 prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah


menjadi atau dalam keadaan yang umum
Non maleficence
Dalam konteks, prinsip prima-facienya adalah ketika pasien
(berubah menjadi atau dalam keadaan) gawat darurat
dimana diperlukan suatu intervensi medik dalam rangka
penyelamatan nyawanya.

Atau konteks ketika menghadapi pasien yang rentan, mudah


dimarjinalisasikan dan berasal dari kelompok anak-anak
atau orang uzur ataupun juga kelompok perempuan
(dalam konteks isu jender).
autonomy
Dalam konteks autonomy, prima facie disini muncul (berubah
menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang
berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan berkepribadian
matang.
Justice
 Prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam
keadaan) konteks membahas hak orang lain selain diri
pasien itu sendiri.

 Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau


setara dalam mengalami gangguan kesehatan di luar diri
pasien, serta membahas hak-hak sosial masyarakat atau
komunitas sekitar pasien.
Lampiran
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter

2. Mengobati pasien yang luka


3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
 

Seorang dokter baru lulus dari salah satu Fakultas Kedokteran ternama di Universitas
Palangka Raya, sebut saja dia dokter D, Dokter tersebut memiliki tempat praktik di
sebuah apotik Sehat Utama. Dokter D mulai datang praktek jam 15.30 dengan
jadwal praktek sebenarnya pukul 16.00- 18.00 WIB. Dokter D mulai memeriksa
pasien yang telah hadir di tempat praktik secara berurutan, yang dipanggil oleh
asistennya. Sekitar pukul 17.00, Dokter D yang juga merupakan dokter penanggung
jawab Rawat inap Anak di sebuah Rumah sakit C di telepon oleh perawat jaga karena
ada pasien yang gawat. Dokter D dihubungi oleh perawat jaga, karena dokter IGD
sedang banyak pasien dan dokter spesialis yang dihubungi mendadak keluar kota.
Dokter D menghentikan memeriksa pasien baru di tempat praktik Apotik sehat
utama dengan memohon ijin kepada pasien yang menunggu bahwa dirinya harus
segera ke RS, karena ada kondisi yang harus ditangani terlebih dahulu ( gawat
darurat ).

Setiba Dokter D sampai di RS C, Dokter D mencuci tangan kembali sebelum memeriksa


pasien. Pasien diperiksa dan dinyatakan koma/mati batang otak. Dokter D
melakukan konsul via telepon kepada dokter konsulen, dan melaksanakan hasil
advice dokter konsulen tersebut serta Dokter D memanggil keluarga terdekat guna
menjelaskan apa yang terjadi dengan kondisi pasien. Bagaimana Kaidah Dasar Moral
yang terjadi ??
ETHICAL PROBLEM SOLVING
Nama Mahasisw a :

Case Ethical Problem Alternative Based Alternative Decision Self Assesment Verification Reasons
No. on Values System

INSIGHT KDB + CHOSEN PRINCIPLE PRIMA FACIE VALUE


THEORY ETHICS E. RELATIVISM CETERIS P CLARIFIC.
E. DILEMMA DEDUCTIVE L
SOLVING PROB

YL-BLOK 1- 2010
About Fabrikam

OUR STORY MISSION PHILOSOPHY PRODUCTS AND KEY


SERVICES ACHIEVEMENTS
TUGAS
 INDIVIDU

ETHICAL PROBLEM SOLVING


Nama Mahasisw a :

Case Ethical Problem Alternative Based Alternative Decision Self Assesment Verification Reasons
 KELOMPOK No. on Values System

INSIGHT KDB + CHOSEN PRINCIPLE PRIMA FACIE VALUE


THEORY ETHICS E. RELATIVISM CETERIS P CLARIFIC.
E. DILEMMA DEDUCTIVE L
SOLVING PROB
Thank you
HATI YANG GEMBIRA ADALAH OBAT YANG MANJUR… AMIN

Anda mungkin juga menyukai