Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH PLENO

BLOKKEPERAWATAN GERONTIK
“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GOUT PADA LANSIA”

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Luri Mekeama ,.S.Kep,.M.Kep
Ns. Kamariyah ,.S.Kep,.M.Kep
Ns. Nurlinawati,.S.Kep,.M.Kep
Ns. Yusnilawati ,.S.Kep,.M.Kep
Ns. Riska Amallya, Nasution ,M.Kep.,Sp.Kep.J

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4

Rivi Maldanurman Putri G1B118014 Mardalia G1B118044


Elprida Sihombing G1B118015 Heidy Regina G1B118045
Vanessa Rabbani G1B118031 Darmawanto G1B118046
Putri Dwita G1B118032 Yusi Lorenza G1B118047
Ismi Adisti G1B118033 Anita Sari G1B118038
Tania Febria Azizah G1B118042 Devi Fani A G1B118039
Yemima Angel Lorence G1B118043

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, kami panjatkan atas limpahan rahmat dan
berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah laporan
tutor yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gout” .Terimakasih kami sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah laporan tutor ini
baik yang terlibat secara langsung maupun tidak.

Disadari sepenuhnya, makalah laporan tutor ini masih banyak kekurangan , untuk itulah
sudilah kira nya pembaca ataupun dosen pembimbing untuk memberi kan tanggapan agar
lebih baik lagi untuk kami kedepannya, tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak untuk
dosen pembimbing, yang telah memberi arahan untuk membuat makalah ini.

Jambi, 31 agustus 2021

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

2.1 Terjadinya Proses Penuaan................................................................................8


2.2 Teori-teori Proses Penuaan................................................................................8
2.3 Pengertian Artritis Gout...................................................................................11
2.4 Penyebab Artritis Gout.....................................................................................11
2.5 Klasifikasi Gout...............................................................................................12
2.6 Manifestasi Gout..............................................................................................12
2.7 Penanganan Gout.............................................................................................13
2.8 Komplikasi Gout..............................................................................................14
2.9 Definisi Asuhan Keperawatan Lanjut Usia......................................................14
2.10 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia.......................................................15
2.11 Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia.....................................................15
2.12 Ruang Lingkup Keperawatan Gerontik.........................................................15

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN................................................................

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................16


3.2 Asuhan Keperawatan Pada Kasus....................................................................21

BAB IV PENUTUP................................................................................................

4.1Kesimpulan........................................................................................................39

4.1Saran..................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

LAMPIRAN.............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Seseorang dikatakan lanjut usia apabila berusia 65 tahun ke atas (Efendi &
Makhfudli, 2009). Dalam tahap lansia terjadi proses menua yang merupakan
proses alamiah dalam kehidupan manusia dengan melalui tiga tahap yang berbeda
baik secara biologis maupun psikologis, yaitu anak, dewasa, dan tua.
(Nugroho,2008).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara
fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga memerlukan
bantuan orang lain(Putri, 2013). Salah satu penyakit yang rentan timbul pada
lanjut usia adalah asam urat atau disebut dengan gout athritis.
Berdasarkan World Health Organization(WHO) (2013), prevalensiasam
urat (gout) di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan6,4 kasus
per 1000 perempuan. Penelitian di Thailand bulan Juli tahun 1999sampaiFebruari
2000 terhadap 1381 pasien didapatkan peningkatan serumurat pada pria sebesar
18,4% dan wanita 7,8%. Di China pada tahun 2011,didapatkan prevalensi
peningkatan kadar serum urat pada pria sebesar 21,6% dan wanita sebesar 8,6%
(Karimbaet al,2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi
penyakit sendi pada penduduk lebih dari 15 tahun di Indonesia adalah 7,3% dan di
Jawa Timur adalah 6,8% (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi penderita gout athritis
di UPTD PSTW Magetan Asrama Ponorogo pada tahun 2018 adalah 4% dari 31
penghuni.
Faktor pencetus gout antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin,
4
kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian obat diuretic atau penurunan
dan peningkatan asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan
alopurinol atau obat urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan (Tehupeiory,
2006).
Serangan gout ditandai dengan nyeri padasendi yang berat dan bersifat
mono artikular. Semakin lama serangan mungkin bersifat
poliartikular(Sunkureddietall,2006). Serangan akut ini dapat sembuh beberapa hari
sampai beberapa minggu, bila tidak terobati, serangan singkat dapat mengenai
beberapa sendi(Tehupeiory,2006). Masalah psikososial yang mungkin dapat
terjadi bersamaan yaitu ketidakmampuan fisik, seperti depresi, ansietas,
alkoholisme, dan bunuh diri. Berduka, nyeri, dan control kehilangan kendali
mempengaruhi integritas pribadi lansia.

5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada kasus ini
adalah bagaimana konsep gout arthritis pada lansia dan asuhan keperawatan
pada lansia penderita gout arthritis?

1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Secara umum, makalah ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana
konsep keperawatan gerontik pada lansia dan Asuhan Keperawatan
pada Lansia penderita Gout Arthritis

1.3.2 TujuanKhusus
a. Untuk mengetahui proses menua
b. Untuk mengetahui teori-teori menua
c. Untuk mengetahui Pengertian gout Arthritis
d. Untuk mengetahui etiologi Gout Arthritis
e. Untuk mengetahui klasifikasi Gout Arthritis
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis Gout Arthritis
g. Untuk mengetahui penanganan Gout Arthritis
h. Untuk mengetahui komplikasi Gout Arthritis
i. Untuk mengetahui definisi asuhan keperawatan lansia
j. Untuk mengetahui fokus asuhan keperawatan lansia
k. Untuk mengetahui tujuan asuhan keperawatan lansia
l. Untuk mengetahui ruang lingkup pelayanan keperawatan
gerontik

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pembaca
Dapat memberikan pengetahuan pada pembaca tentang konsep
keperawatan gerontik pada lansia dan Asuhan Keperawatan pada
Lansia penderita Gout Arthritis
1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan
Meningkatkan pelayanan pada masyarakat tentang asuhan
keperawatan klien lansia penderita gout arthritis
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
6
Sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan. Khususnya
pada masalah bio,psiko, sosio,dan spiritual.
1.4.4 Bagi penulis
Menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien lansia penderita gout arthritis

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terjadinya Proses Penuaan

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994).Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan
lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga
suatu kecacatan.

Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia.Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya

2.2 Teori-Teori Proses Menua

A. Teori Biologi

1. Teori Seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-
sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan
memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan
bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur. Pada beberapa sistem, seperti sistem
saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem
itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena

8
itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan
yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata
sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan
dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak
dapat diganti.

2. Teori “Genetik Clock”

Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species
tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan
bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang;
47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun). Secara teoritis dapat
dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan
pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau
tindakan-tindakan tertentu.

Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan
wanita 82 tahun (WHO, 1995) Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam
tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur
sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel
dalam kultur dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakan yang mengontrol
replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari
nukleus. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla
replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994)

3. Sintesis Protein (Kolagen Dan Elastin)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan
kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring

9
dengan bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem
muskuloskeletal.

4. Keracunan Oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan
diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari
rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990) Membran sel
tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses
ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang
sangat penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.

5. Sistem Imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun


demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap
sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-
jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia
(Brocklehurst, 1987). Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker

10
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang
menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana,
1994).Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir
penuaan, dalam pengertian biologis yang murni adalah benar.Terdapat perubahan yang
progresif dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis),
untuk beradaptasi terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut).

B. Teori Psikologis

1. Teori Pelepasan

Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan


suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk
melepaskan diri dari masyarakat.

2. Teori Aktivitas

Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas,
tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas
lain sebagai kompensasi dan penyusuauian.

2.3 Pengertian Artritis Gout

Artritis gout merupakan bentuk artritis inflamatorik yang terjadi pada individu
dengan kadar asam urat darah yang tinggi. Asam urat ini dapat membentuk kristal
dengan bentuk, seperti jarum di sendi. Akibatnya, kondisi ini dapat menyebabkan
serangan gout yang sangat nyeri, disertai kemerahan, bengkak, dan hangat di area
tersebut.

2.4 Penyebab Artritis Gout

Artritis gout terjadi ketika kristal urat menumpuk di sendi, kondisi ini
menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang hebat dari serangan asam urat. Kristal
urat dapat terbentuk ketika seseorang memiliki kadar asam urat yang tinggi dalam
darah. Tubuh menghasilkan asam urat ketika memecah purin, yakni zat yang
ditemukan secara alami di dalam tubuh.Purin juga ditemukan pada makanan tertentu,
seperti steak, daging organ, dan makanan laut. Makanan lain juga mempromosikan
kadar asam urat yang lebih tinggi, seperti minuman beralkohol, terutama bir, dan
minuman yang dimaniskan dengan gula buah (fruktosa). Biasanya, asam urat larut
dalam darah dan melewati ginjal ke dalam urine.Namun, kadang-kadang tubuh
11
memproduksi terlalu banyak asam urat atau ginjal mengeluarkan terlalu sedikit asam
urat. Ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat yang
tajam dan membutuhkan, seperti urat di jaringan sendi atau sekitarnya yang
menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.

2.5 Klasifikasi gout


Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), klasifikasi penyakit gout arthritis dibagi
menjadi dua, berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
a. Gout Arthritis Primer
Dipengaruhi oleh faktor genetik yang menimbulkan produksi asam urat yang
berlebihan (hiperurisemia).
b. Gout Arthritis Sekunder 1.
Penurunan ekskresi asam urat disebabkan karena penyakit lain, yaitu obesitas,
diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dislipidemia dan gangguan ginjal.
2. Penurunan ekskresi asam urat disebabkan karena penggunaan obat-obatan,
seperti : aspirin, tiazid, salisilat, diuretik, dan sulfonamid.

2.6 Manifestasi gout


Manifestasi Klinis Gout arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus
berkembang menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4
tahapan, yaitu:
a) Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada
lakilaki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun
merupakan bentuk tidak lazim gout artritis, yang mungkin merupakan
manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau
penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa arthritis
monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra.
Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan
timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala
apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat,
disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah,
disertai lekositosis dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran
radiologis hanya didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak
periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa
12
terapi sekalipun. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa
terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti
pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan
beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan
interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama.
b) Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu
1- 10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun.
Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa
bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit gout arthritis.
c) Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun
tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai
dengan serangan artritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita
akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang
satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama
serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang
makin banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap
setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka
serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan
setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d) Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10
tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa
benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit
dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan
pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan
banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu
lagi.
2.7 Penanganan Gout

13
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout
arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan
obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun gout arthritis seperti alupurinol
atau obat urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien
yang secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun gout arthritis, sebaiknya tetap
diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah
menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.
Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan
pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.
Menurut Majority dalam Dianatia (2013) Terapi untuk serangan gout yaitu:
a) Kolkisin Dosis: 0,5–0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan
diikuti 0,5–0,6 mg tiap dua jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai
timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis
maksimum sampai 7–8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24 jam.
Untuk profilaksis diberikan 0,5–1,0 mg sehari.
b) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Contohnya: indometasin,
fenilbutazon
c) Obat urikosurik/anti hiperurisemia Contohnya: alopurinol, probenesid,
sulfinpirazon, dan febuxostat.
d) Kortikosteroid Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala
gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna
bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID.Jika goutnya
monarticular, pemberian antra-articular yang paling efektif. Contohnmya:
dexametason, hidrokortison, prednisone.
e) Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan yang dilakukan yaitu tentang pola
makan nutrisi osteoarthritis yang baik (mengendalikan pola makan yang baik
dan kadar purin yang normal).

2.8 Komplikasi Gout


Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari gout arthritis meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga

14
berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis,
dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan
kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin-1, merangsang sintesis nitric oxide dan
matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal
monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta
artikular tulang. gout arthritis telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko
terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout arthritis membentuk batu ginjal
karena urin memilki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak
terlarut (Liebman et al, 2007)

2.9 Definisi Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Menurut Nursalam (2009) Asuhan keperawatan Lansia adalah asuhan


keperawatan yang dilakukan pada lansia yang bertujuan untuk untuk memberikan
bantun, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu maupun kelompok dengan menggunakan pendekatan yang
digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (Assesment),
merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan
keperawatan (Intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation),
dan melakukan evaluasi (Evaluation).

2.10 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia menurut Nursalam (2009) :


peningkatan kesehatan (healt promotion), pencegahan penyakit (preventif),
mengoptimalkan fungsi mental, mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

2.11 Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia menurut Nursalam (2009) :

a. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah
lanjut dengan jalan perawatan dan pecegahan.
c. Membentuk mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia.

15
d. Menolong dan merawat hidup klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
e. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia menderita suatu
penyakit / gangguan masih dapat mepertahankan kebebasan yang semaksimal
mungkin tanpa perlu suatu pertolongan.

2.12 Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Gerontik

Lingkup asuhan keperawatan gerontik meliputi pencegahan terhadap


ketidakmampuan akibat proses penuaan, perawatan yang ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan akibat proses penuanaan, dan pemulihan yang ditujukan
untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan (Sunaryo et al., 2016).

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan

1. PengkajianKeperawatan

a. Data biografi klien

Data Biografi klien : nama, TTL, gol darah, status perkawinan,pendidikan terakhir,
agama, alamat, No tlfn, jenis kelamin, orangyang paling dekat di hubungi,
hubungan dengan lansia, alamat danjeniskelamin orang/keluargatersebut.
b. Riwayat pekerjaan

Status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, sumber-sumber pendapatan, dan


kecukupan terhadap kebutuhan, alamat pekerjaan,jarak tempat kerja dari rumah,alat
tranportasi.
c. Riwayat lingkungan hidup

Tipe tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah orang yang tiggal dirumah/panti,
derajat privasi, tetangga terdekat, alamat/tlfn ,kondisi panti.
d. Riwayat rekreasi

Hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan, kegiatan di panti atau di


rumah.
e. Riwayat kesehatan Riwayat Gout
Arthritis
f. Riwayat penggunaan obat

1) Nama obat yang dipakai

2) Dosis obat

3) Berapa penggunaan obat

4) Kapan putus obat

Pemeriksaan fisik

5) Keadaan umum

Kelelahan, penurunan BB setahun lalu, perubahan napsu makan, demam, keringat


malam, kesulitan tidur, sering pilek dan infeksi, penilaian diri seluruh status
kesehatan, kemampuan melek, ADL, tingkat kesadaran, TTV
17
6) Integument

Lesi/luka,pruritus,perubahan pigmentasi, perubahan tektur, perubahan nevi, sering


memar, perubahan rambut, perubahan kuku, katimumul pada jari kaki, dan kallus,
pola penyembuhan lesi dan memar,elastisitas/turgor.
7) Kepala

Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala,lesi/luka.
8) Mata

Perubahan penglihatan, pemakaian kacamata/lensa kontak, nyeri, bengkak sekitar


mata, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir.
9) Telinga

Perubahan pendengaran, riwayatinfeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir.


10) Hidung dan sinus

11) Mulut dan tenggorokan

Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, kesulitan menelan, pendarahan gusi,riwayat infeksi,


tanggal pemeriksaan paling akhir.
12) Leher

Kakakuan, nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak, pembesaran kelenjar


tiroid
13) Payudara

Benjolan/massa, nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari putting susu, perubahan
dari putting susu, pola pemeriksaan payudara,tanggal pemeriksaan terakhir.
14) Kardivaskular

Nyeri/ketidaknyamanan dada, sesak napas, dispnea pada aktivitas, edema.


15) Pernapasan

Batuk, sesak napas, asma/alergi pernapasan, frekuensi, auskulatsi, palpasi,


perkusi,wheezing.

18
16) Gastroinstestinal

Tidak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual/muntah, perubahan
napsu makan, benjolan/massa.
17) Reproduksi pria/wanita

18) Perkemihan

Nyeri saat berkemih,batu,infeksi,oliguria,polyuria

19) Muskulokeletal

Nyeri persendian, kekakuan, pembekakan sendi, deformitas, spasme, kram,


kelelahan otot, masalah cara berjalan, nyeri punggung, nyeri punggung, protesa,
pola kebiasaan latihan, dampak pada penampilan aktivitas sehari-hari.
20) Systemsyarafpusat

Sakit kepala,kejang,sinkope/serangan jatuh,cidera kepala,masalah memori.


21) System endokrin

Intoleransi pana atau dingin, pigmentasi kulit/tekstur, perubahan rambut.


22) Systemimun

Kerentanan dan seringnya terkena penyakit,imunisasi

23) System pengecapan Berkurangnya rasa asin dan


panas
24) System penciuman

25) Psikososial

Cemas,depresi,insomnia,menangis,takut,gugup,masalah dalam mengambil


keputusan, kesulitan berkosentari, stress saatini.
g. Pengkajian status fugsional,kognitif,afektif,dan social

1) Pengkajian status fungsional

Pengkajian pada aktifitas kehidupan sehari-hari dapat di ukur dengan menggunakan


Indeks Katz

2) Pengkajian kognitif dan afektif

Menggunakan Short Portable mental Status Questionnaire(SPMSQ), Mini Mental State


Exam (MMSE), Invenaris Depresi Beck dan Skala Depresi Geriatrik Yesavage
untuk mendektesi adanya dan tingkat kerusakan intelektual

19
3) Pengkajian statussosial

Status social lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR keluarga


2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. Hambatan mobilisasi berhubungan dengan nyeri persendian

c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

3. Perencanaan Keperawatan
N D Tujuan Intervensi
o x dan
. Kriteri
K a Hasil
e
p
1 Gout Setelah di Manajemennyeri:
. Athrit lakukan
perawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri PQRSTyang
is selama meliputi lokasi, karekteristik, durasi,
3x24 jam frekuensi, kualitas,intensitas, atau beratnya
diharapkan
masalah nyeri dan faktor pencetus.
nyeri akut
dapat 2. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien
teratasi dapat mengekspresikan nyeri
dengan
kriteria 3. Ajarkan penggunaan teknik kompres hangat
hasil: kayu manis
4. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
1. Menyata 5. Lakukan pemeriksaan kadar asamurat.
kan rasa
nyaman 6. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
setelah dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri nyeri(misalnya, ketakutan, kelelahan, keadaan
berkura monoton, dan kurang pengetahuan)
ng
7. Dukung istrahat/tidur yang adekuat untuk
2. Melapor membantu penurunan nyeri
kan
nyeriber 8. Evaluasi keefektifan dan tindakan mengontrol
kurang nyeri.
dengan Terapi latihan :mobilitas sendi
menggu
nakan
menaje
men
nyeri
3. Mampu

20
Mengontrol
nyeri(ta
hupeny
ebabnye
ri)

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi(Tarwoto.2011). Pada tahap ini perawat menggunakan semua
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap
klien baik secara umum maupun secara khusus pada Gout Arthritis pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen,
dan dependen.

5. Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
(Tarwoto.2011).
Tehnik SOAP
a. S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
b. O(Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilkukan.
c. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi
d. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

A. PENGKAJIAN KLIEN LANJUT USIA


1. Identitas
Nama klien : Ny. S
Umur : 64 tahun

21
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Status marital : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Alamat rumah/ telepon : Tidak Terkaji
Orang yang paling dekat dihubungi : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : 30 Agustus 2021

2. Status Kesehatan Saat Ini


Klien megeluh nyeri pada kedua sendi kaki, skala nyeri 6, nyeri sering dirasakan
malam hari. Sendi menjadi kaku sehingga sulit berjalan, berjalan tidak simetris. Ny.
S mengalami insomnia sudah 2 minggu karena cemas memikirkan penyakitnya
tidak sembuh-sembuh padahal sudah minum obat. Setiap hari pasien murung dan
takut dengan kondisinya. Tampak adanya pembengkakan pada persendian karpal
kaki, dan kemerah merahan dengan palpasi terdapat nyeri tekan, dan klien meringis
kesakitan.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Tidak Terkaji

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak Terkaji

Genogram

Tidak Terkaji

5. Pengkajian persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai sistem dibawah
meliputi penyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya)
A. Keadaan Umum (tingkat ringan dan beratnya penyakit, kesadaran dan TTV)
Keadaan umum baik, kesadaran composmetis, Tekanan darah: 130/80 mmHg,
Nadi 100x/menit, Suhu: 37,50C, Respirasi 20x/menit.
B. Integumen
Pembengkakang dan kemerah merahan pada karpal kaki
C. Sistem hemopoetik
22
Tidak Terkaji
D. Kepala (rambut, kulit kepala, sekitar wajah, mata, telinga, mulut dan
tenggorokan).
1. Rambut
Tidak Terkaji
2. Mata
Tidak Terkaji
3. Telinga
Tidak Terkaji
4. mulut dan tenggorokan
Tidak Terkaji
E. Leher
Tidak Terkaji
F. Payudara
Tidak Terkaji
G. Sistem pernafasan
Pola nafas normal RR 20x/ menit
H. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah 130/90 mmHg
I. Sistem gastrointestinal
Tidak Terkaji
J. Sistem perkemihan
Tidak Terkaji
K. Sistem reproduksi
Tidak Terkaji
L. Sistem muskoloskeletal
Tampak ada pembengkakan pada persendian karpal kaki, dan kemerah merahan
dengan plpasi terdapat nyeri tekan

M.Sistem persyarafan
1. Nervus I (fungsi penciuman)
Tidak Terkaji
2. Nervus II (fungsi visual dan lapang pandang)
Tidak Terkaji
3. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear danabducens)

23
Tidak Terkaji
4. Nervus V (Trigeminus)
Tidak Terkaji
5. Nervus VII (Facialis)
Tidak Terkaji
6. Nervus VIII (Acustikus)
Tidak Terkaji
7. Nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
Tidak Terkaji.
8. Nervus XI (Accessorius)
Tidak Terkaji
9. Nervus XII (Hypoglosus)
Tidak Terkaji
10. Sistem endokrin
Tidak Terkaji

6. Pola aktivitas sehari-hari


Klien mengalami insomnia sudah 2 minggu karena cemas memikirkan penyakitnya
tidak sembuh-sembuh padahal sudah minum obat.
7. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif dan Sosial klien
a. Pengkajian Status Fungsional
KATZ Indeks
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Katz A Mandiri dalam : Mandi, Berpakaian, Ke
Toilet,Berpindah, Kontinen BAK/BAB, dan
Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi
diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1
fungsi diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,
Berpindah& 1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi
tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,D,E,F
24
dan G

Klien termasuk dalam kategori.....

Tidak Terkaji.

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
SKOR NO Pertanyaan Jawaban
+ -
1. Tanggal berapa hari ini ? Tidak Terkaji
2. Hari apa sekarang ini? Tidak Terkaji
3. Apa nama tempat ini? Tidak Terkaji
4. Dimana alamat anda? Tidak Terkaji
5. Berapa umur anda? Tidak Terkaji
6. Kapan anda lahir? Tidak Terkaji
7. Siapa nama presiden Indonesia Tidak Terkaji
sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya? Tidak Terkaji
9. Siapa nama kecil ibu anda? Tidak Terkaji
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap Tidak Terkaji
pengurangan 3 dari setiap
angka baru,semua secara
menurun!

Penilaian SPMSQ :
Keslaahan 0-2 Fungsi intelektual utuh
Keslaahan 3-4 Fungsi intelektual ringan
Keslaahan 5-7 Fungsi intelektual sedang
Keslaahan 8-10 Fungsi intelektual berat
Klien termasuk dalam kategori.....
Tidak Terkaji

MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)


Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 - Menyebutkan dengan benar
(tahun, musim, hari, tanggal,
bulan) Kamis, 27 Juni 2018
5 5 musim kemarau.
25
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
- Dimana kita sekarang berada
(Negara Indonesia, Provinsi
Jawa Tengah, Kabupaten
Tegal, Mejasem Timur.
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (oleh
pemeriksaan, satu detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek.
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga obyek tadi (untuk
disebutkan)
Meja, Jam, Motor.
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai
dan dari angka 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada nomer 2
(registrasi tadi). Bila benar, 1
point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 6 - Tunjukkan kepada klien
suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien (jam
tangan dan pulpen).
- Meminta klien untuk
mengulang kata berikut: “tak
ada jika, dan tetapi”.
- Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah, “ ambil
kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai”.
- Perintahkan pada klien untuk

26
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
hal berikut:
Perintahkan pada klien anda
untuk menulis suatu kalimat
dan menyalin gambar (tidak
bisa)

Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau kurang


menunjukkan adanya kerusakan kognitif ya g memerlukan penyelidikan
lanjut.
Pada Klien Tidak Terkaji.

INVENTARIS DEPRESI BECK

GERIATRIC DEPRESSION SCALE YESAVAGE (Skala Depresi Geriatrik )


Jawaban
Jawaban
No Pertanyaan Klie
Benar
n
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan
Tidak
kehidupan anda?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak
kegiatan dan minat / kesenangan Ya
anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda
Ya
kosong?
4. Apakah anda merasa sering bosan? Ya
5. Apakah anda mempunyai semangat yang
Tidak
baik setiap saat?
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang
Ya
buruk akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk
Tidak
sebagian besar hidup anda?
8. Apakah anda merasa sering tidak
Ya
berdaya?
9. Apakah anda lebih sering dirumah dari
pada pergi keluar dan mengerjakan Ya
sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya
27
Jawaban
Jawaban
No Pertanyaan Klie
Benar
n
masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda
Tidak
sekarang menyenangkan?
12. Apakah anda me rasa tidak berharga
Ya
seperti perasaan anda saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda
Ya
tidak ada harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih
Ya
baik keadaannya dari pada anda?

Skala Depresi Geriatrik Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan


sesuai indikasi dinilai pin 1 (nilai poin 1 untuk setiap respons yang cocok
dengan jawaban Ya atau Tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi. Berdasarkan hasil pengkajian klien.....

Tidak Terkaji

Pengkajian Status Sosial (APGAR Keluarga)


No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali Adaptation
kepada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga saya Partnership
(teman-teman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga (temen-temen) Growth
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (temen- Affection
temen) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
28
No Uraian Fungsi Skore
5. Saya puas dengan cara temen-temen saya Resolve
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama
Total

Status sosial lansia dapat diukur dengan mengguanakan APGAR Keluarga.


Penilaian jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poun 2). Kadang-
kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0). Kategori penilaian jika hasil
>3 = tinggi, 4-6 = menengah / sedang, dan 7-10= rendah.
Pada Klien Tidak Terkaji
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Alcohol, Nyeri akut
1. Klien mengeluh nyeri pada kedua makanan,
sendi kaki penyakit dan
DO : obat-obatan
1. P : pembengkakan pada persendian
karpal kaki Menghambat
Q : nyeri ekskresi asam
R : kaki kiri dan kanan urat di tubulus
S : sedang (skala 6) ginjal
T : myeri sering dirasakan pada
malam hari. Gangguan
2. Klien terlihat meringis kesakitan metabolism purin
3. Kemerah merahan dan nyeri tekan
pada persendian karpal kaki GOUT
4. TD : 130/80 mmHg. Nadi 100x/menit
Penimbunan
kristal urat

Inflamasi

Nyeri

29
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
2 DS : Inflamasi Hambatan
1. Klien mengatakan nyeri pada mobiltas
Kaku sendi
kedua sendi kaki fisik
Nyeri
DO :
1. Sendi klien Kaku sehingga slit Hambatan
berjalan Mobilitas fisik
2. Klien berjalan tidak simetris

3 DS : Cemas Gangguan
1. Klien mengalami insomnia Pola Tidur
Merangsang
sudah 2 minggu karena cemas sistem limbik
(pengatur
memikirkan penyakitnya
sistem emosi)
DO : untuk
meningkatkan
1. Pasien murung dan takut
pengeluaran
dengan kondisinya katekolamin

Merangsang
Sistem
Aktivasi
Retikuler
(SAR) untuk
menurunkan
pengeluaran
serotonin

Insomnia

Gangguan Pola
Tidur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian ditandai
dengan
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan klien ditandai dengan

30
31
C. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1 1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
berhubungan tindakan catat lokasi dan mengendalikan
dengan agen keperawatan selama intensitas (skala 0- kebutuhan
cidera 3x24 jam klien 10). manajemen nyeri
biologis. mengatakan nyeri 2. Catat faktor-faktor dan keefektifan
berkurang dengan yang mempercepat program.
kriteria hasil : dan tanda-tanda 2. Istirahat dapat
1. Nyeri klien rasa sakit yang menurunkan
berkurang. nonverbal. metabolisme
2. Ekspresi wajah 3.  Berikan posisi setempat dan
klien tidak yang nyaman pada mengurangi
menunjukan klien, sendi yang pergerakan pada
nyeri/meringis nyeri (kaki) sendi yang sakit.
bahkan diistirahatkan dan 3. Bantalan yang
menangis. diberikan bantalan. empuk/lembut akan
3. Kilen merasa 4. Berikan kompres mencegah
nyaman rileks. hangat atau dingin. pemeliharaan
5. Cegah agar tidak kesejajaran tubuh
terjadi iritasi pada yang tepat dan
tofi, misal menempatkan stress
menghindari pada sendi yang
penggunaan sepatu sakit.
yang sempit, 4. Pemberian kompres
terantuk benda yang dapat memberikan
keras efek vasodilatasi
6. Ajarkan klien untuk dan keduanya
sering mengubah mempunyai efek
posisi tidur vasodilatasi dan
7. Ajarkan keduanya
penggunaan tehnik mempunyai efek
manajemen membantu
stress,misalnya pengeluaran
relaksasi progresif, endortin dan dingin

32
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
sentuhan terapeutik, dapat menghambat
dan pengendalian impuls-impuls
nafas. nyeri.
8. Kolaborasi dengan 5. Bila terjadi iriitasi
dokter dalam maka akan semakin
pemberian obat- nyeri. Bila terjadi
obatan colchille, luka akibat tofi yang
Allopurinol pecah maka
(Zyloprin) rawatlah sucara
steril dan juga
perawatan drain
yang dipasang pada
luka.
6. Mencegah
terjadinya kelelahan
umum dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan
atau rasa sakit pada
sendi.
7. Meningkatkan
relaksasi,
memberikan kontrol
dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping.
8. menurunkan kristal
asam urat yang
mempunyai efek
samping, nausea,
vomitus, diare,
oliguri,
hematuri.Allopurino
l menghambat asam
33
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
urat.
2 Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Tingkat aktifitas /
Mobilitas tindakan inflamasi atau latihan tergantung
Fisik keperawatan rasa sakit pada dari perkembangan
berhubungan selama 3x24 jam di sendi. atau resolusi dan
dengan kaku harapkan klien 2. Ajarkan pada klien proses inflamasi.
pada dapat beraktivias untuk latihan 2. Meningkatkan atau
persendian kembali dengan ROM pada sendi mempertahankan
kriteria hasil : yang terkena gout fungsi sendi,
1. Gerakan sendi jika kekuatan otot dan
klien kembali memungkinkan. stamina umum.
normal 3. Pertahankan Latihan yang tidak
2. Klien tidak istirahat tirah adekuat dapat
mengeluhkan baring/duduk jika menimbulkan
kram diperlukan. kakakuan sendi dan
3. Klien dapat 4. Lakukan ambulasi aktifitas yang
beraktivitas dengan bantuan berlebihan dapat
secara normal misal dengan merusak sendi.
menggunakan 3. Istirahat yang
tongkat dan sistemik selama
berikan eksaserbasi akut
lingkungan yang dan seluruh fase
aman misalnya penyakit yang
menggunakan penting untuk
pegangan tangga mencegah
pada bak atau kelelahan,
pancuran dan mempertahankan
toilet. kekuatan.
5. Kolaborasi dengan 4. Menghindari cedera
ahli terapi akibat kecelakaan
fisik/okupasi dan atau jatuh.
spesialis 5. Berguna dalam
vokasional. memformulasikan
program
latihan/aktifitas
34
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
yang berdasarkan
pada kebutuhan,
individual dan
dalam
mengidentifikasi
mobilisasi.
3 Gangguan Setelah dilakukan Sleep Enhancemen 1. Untuk mengetahui
Pola Tidur tindakan apakah poal tidur
1. Monitor pola
berhubungan keperawatan atau frekunsi tidur
tidur dan jumlah
dengan selama 2x24 jam klien sesuai
jam tidur
kecemasan gangguan pola tidur dengan kebutuhan
2. Anjurkan agar
klien pasien teratasi berdasarkan usia
kafein (kopi)
dengan indicator : 2. Mengonsumsi
dihilangkan dari
Kafein dapat
 Anxiety Control diet klien di
menyabkan pasien
 Sleep : Extent ang malam hari
berjaga untuk
Pattern 3. Bantu klien
waktu yang lama
mengatasi stress
1. Jumlah jam dan sulit untuk
4. Tentukan waktu
tidur tidur
sebelum klien
dalam batas 3. Kondisi stress
pergi tidur untuk
normal dapat menyebakan
latihan relaksasi
2. Pola pasien berfikir
yang tenang, dan
tidur,kualitas terlalu keras
mandi ,Fasilitasi
dalam batas hingga pasien yang
untuk
normal memiliki tingkat
mempertahankan
3. Perasaan fresh stress yang tinggi
aktivitas
sesudah biasanya akan
sebelum tidur
tidur/istirahat kesulitan untuk
(membaca) dan
4. Mampu tidur
Ciptakan
mengidentifikas 4. Membaut jadwal
lingkungan yang
i hal-hal yang tidur dapat
nyaman
meningkatkan membantu pasien
5. Jelaskan
tidur terbiasa untuk
pentingnya tidur
tidur,latihan
yang adekuat
relaksasi dan
35
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
mandi dengan air
hangat dapat
membuat pasien
lebih tenang
sehingga dapat
tidur dengan lebih
nyenyak,membuat
lingkungan yang
nyaman seperti
cahaya yang cukup
dan tidak bising
juga membantu
pasien untuk tidur
dengan lebih
tenang.
5. Untuk membuat
pasien mengerti
bahwa tidur yang
cukup merupakan
hal yang penting
sehingga pasien
akan
mengusahakan
cara yang tepat
untuk mengatsi
gangguan tidurnya

36
D. IMLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI
1.2. Nyeri akut 1. Mengkaji keluhan nyeri, S:
berhubungan mencatat lokasi dan intensitas - Klien mengeluh
dengan agen (skala 0-10). nyeri pada kedua
cidera biologis. 2. Mencatat faktor-faktor yang sendi kaki
mempercepat dan tanda-tanda O:
rasa sakit yang nonverbal. - P : pembengkakan
3.  Memberikan posisi yang pada persendian
nyaman pada klien, sendi yang karpal kaki
nyeri (kaki) diistirahatkan dan Q : nyeri
diberikan bantalan. R : kaki kiri dan
4. Memberikan kompres hangat kanan
atau dingin. S : sedang (skala 6)
5. Mencegah agar tidak terjadi T : myeri sering
iritasi pada tofi, misal dirasakan pada
malam hari.
menghindari penggunaan
- Klien terlihat
sepatu yang sempit, terantuk
meringis kesakitan
benda yang keras
- Kemerah merahan
6. Mengajarkan klien untuk
dan nyeri tekan pada
sering mengubah posisi tidur
persendian karpal
7. Mengajarkan penggunaan
kaki
tehnik manajemen
- TD : 130/80 mmHg.
stress,misalnya relaksasi
Nadi 100x/menit
progresif, sentuhan terapeutik,
A:
dan pengendalian nafas.
- Masalah belum
8. Mengkolaborasikan dengan
teratasi
dokter dalam pemberian obat-
obatan colchille, Allopurinol
P : Intervensi dilanjutkan
(Zyloprin)
- Memberikan posisi
yang nyaman pada
37
klien, sendi yang
nyeri (kaki)
diistirahatkan dan
diberikan bantalan
- Memberikan
kompres hangat atau
dingin pada daerah
yang nyeri
- Mengalihkan nyeri
dengan menonton tv

2. Hambatan 1. Mengkaji tingkat inflamasi S:


Mobilitas Fisik atau rasa sakit pada sendi.
berhubungan 2. Mengajarkan pada klien untuk - Klien mengatakan
dengan kaku pada nyeri pada kedua
latihan ROM pada sendi yang
persendian
terkena gout jika sendi kaki

memungkinkan. O:

3. Mempertahankan istirahat tirah - Sendi klien Kaku


baring/duduk jika diperlukan. sehingga sulit
4. Melakukan ambulasi dengan
berjalan
bantuan misal dengan
- Klien berjalan tidak
menggunakan tongkat dan
simetris
berikan lingkungan yang aman
A:
misalnya menggunakan
- Masalah gangguan
pegangan tangga pada bak atau
mobilitas fisik belum
pancuran dan toilet.
teratasi
5. Melakukan Kolaborasi dengan
P:
ahli terapi fisik/okupasi dan - Intervensi dilanjukan
spesialis vokasional. dengan menilai
kemampuan klien
untuk bergerak
dengan skla 0-4,
mengajarkan
klien/keluarga
latihan ROM pasif

38
untuk
mempertahankan dn
meningkatkan
kekuatan dan
kelemahan otot.

3. Gangguan Pola Sleep Enhancemen S:


1. Memonitor pola tidur dan
Tidur berhubungan - Klien dapat mengerti
jumlah jam tidur
dengan kecemasan tentang masalah
2. Menganjurkan agar kafein
klien yang mengakibatkan
(kopi) dihilangkan dari diet
gangguan tidur
klien di malam hari
- Klien mengatakan
3. Membantu klien mengatasi
tidak akan banyak
stress
pikiran untukk
4. Menentukan waktu sebelum
mengatasi stress
klien pergi tidur untuk latihan
yang menyebabkan
relaksasi yang tenang, dan
gangguan tidur
mandi ,Memfasilitasi untuk
mempertahankan aktivitas
O:
sebelum tidur (membaca) dan
- Klien belum bisa
Menciptakan lingkungan
tertidur. TD :110/70
yang nyaman
mmhg
5. Menjelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
A:
- Masalah belum
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
- Mengurangi intake
cairan
- Posisi tidur yang
nyaman
- Kamar tidur yang
bersih

39
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gout artritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat didalam
ataupun disekitar persendian. Gejala arthritis akut disebabkan oleh faktor primer dan
faktor sekunder. Faktor resiko dari gout arthritis antara lain suku bangsa/ras, penyakit,

40
obat-obatan, jenis kelamin, dan diet tinggi purin.Gout arthritis lebih umum terjadi
pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun.

4.2 Saran
 Bagi Penulis
Sebaiknya penulis mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami gout arthritis dan semoga bisa lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah selanjutnya
 Bagi Pembaca
Semoga teori makalah gout arthritis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
pembaca diharapkan untuk mengerti dan memahami.
 Bagi Institusi Pendidikan
Semoga makalah gout arthritis ini dapat menjadi referensi di perpustakaan dan
dapat digunakan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

41
Daftar Pustaka

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

Liebman et al. 2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9,
No. 3, pp. 251-257

Nugroho, H Wahjudi B.Sc., SKM.(2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3.


Jakarta: EGC

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta: Penerbit
Mediaction

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika

Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi.

Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Wilkinson Judith M, (2016). Diagnosis keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

42
Lampiran

Skenario 2

Ny. Sarmi (64 tahun) dirawat pada ruang geriatri dengan diagnosa medis Gout. Ny. Sarmi
megeluh nyeri pada kedua sendi kaki, skala nyeri 6, nyeri sering dirasakan malam
hari. Sendi menjadi kaku sehingga sulit berjalan, berjalan tidak simetris.Ny. Sarmi
mengalami insomnia sudah 2 minggu karena cemas memikirkan penyakitnya tidak
sembuh-sembuh padahal sudah minum obat. Setiap hari pasien murung dan takut
dengan kondisinya. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg, nadi 100
x/menit, frekuensi napas x/20menit, suhu 37,5 C, tampak adanya pembengkakan pada
persendian karpal kaki, dan kemerah merahan dengan palpasi terdapat nyeri tekan, dan
klien meringis kesakitan.

a. Dari kasus diatas jelaskan perubahan yang sedang dialami Ny. Sarmi karena proses
menua
b. Buatlah Asuhan keperawatan yang tepat pada Ny.

STEP 1

1. Gout

43
2. Insomnia

3. Karpal Kaki

4. Ruang Geriatri

Jawaban :

1. Gout adalah sejenis sakit sendi atau arthritis yang ditandai dengan pembengkakan
pada sendi akibat kadar asam urat berlebih dalam tubuh. Meski penyakit ini dapat
menyerang sendi mana saja, umumnya Gout menyerang jempol kaki. Kondisi ini
sering menyebabkan pembengkakan besar dan menimbulkan rasa sakit yang
menyiksa, dan terkadang bahkan tidak tertahankan, serta dapat berlangsung selama
beberapa hari hingga berminggu-minggu. Untungnya, kondisi ini dapat
dikendalikan dengan mudah melalui pengobatan.
Gout arthritis (asam urat) adalah peradangan sendi yang diakibatkan peningkatan
kadar purin mengakibatkan nyeri dibagian tertentu. dialami oleh seseorang berumur
>75 tahun
Gout adalah nyeri atritis yang ditandai nyeri parah, kemerahan, dan nyeri sendi.
Nyeri dan peradangan terjadi ketika terlalu banyak asam urat yang mengkristal dan
menumpuk pada sendi
2. Sulit tidur atau insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan
untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur. Jumlah waktu yang dibutuhkan
setiap orang untuk memang berbeda-beda. Namun kebutuhan tidur rata-rata untuk
orang dewasa adalah 7- 8 jam sehari.
Insomnia adalah kondisi sukit tidur akibat faktor lain yg mempengaruhi seseorang
mengalami sulit tdr, faktor tsb bisa dari kondisi stress dan faktor eksternal lainnya
yg membuat seseorang sulit dlam istirahat. (Ismi)

Faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah


rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang
untuk tidur

3. Karpal Kaki merupakan tulang yang membentuk pergelangan kaki yang membantu
pergerakan supinasi dan pronasi pergelangan kaki

4. Ruangan yang berfokus pada penanganan, diagnosis, serta pencegahan penyakit


dan gangguan kesehatan yang menyerang kalangan lansia.

44
Ruang geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penanganan,
diagnosis, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang
kalangan lansia.

STEP 2

1. Pada kasus apa hubungan dari nyeri sendi dengan insomnia?


2. Bagaimana cara perawat mengatasi cemas pada pasien yang mengalami insomnia?
3. Bagaimana cara perawat berkomunikasi kepada lansia tsb, agar lansia tidak murung
terhadap penyakit dideritanya?
4. Apa tindakan perawat untuk mengatasi pembengkakan pada persendian karpal
kaki, dan kemerah merahan dengan palpasi terdapat nyeri tekan?
5. Apa saja tindakan kep. Pada kasus tersebut?
6. Mengapa nyeri yg dialami pasien sering terasa pada malam hari?
7. Apa saja perubahan yang di alami pada proses menua?
8. Apakah ada terapi nonfarmakologi utk penderita penyakit gout? Karena pada kasus
pasien mengatakan sudah minum obat tetapi belum sembuh
9. Pada usia klien tersebut, proses menua seperti apa yg terjadi?
10. Strategi yg efektif untuk mengurangi pembengkakan sendi?

STEP 3

1. Pada kasus insomnia yg dialami pasien tsb bukan karena nyeri sendi yang
dialaminya tetapi diakibatkan dari cemas karena memikirkan penyakit yang
dideritanya tidak sembuh sembuh padahal sudah minum obat,Pada dasarnya,
arthritis rheumatoid memang dapat memengaruhi banyak bagian tubuh dan
kesehatan. orang yang menderita arthritis rheumatoid selalu merasa sakit atau tidak
nyaman. Peradangan ini pun bisa menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa dan
membuat pengidapnya sulit tidur atau insomnia
2. Lakukan konsuktasi ke psikiater, untuk menceritakan masalah stress dan keluhan
yg dirasakan. Serta meminun obat obtan anti depresan yg terlebih dahulu di
konsultasikan oleh psikiater dan dokter
Untuk membantu merilekskan tubuh, lakukan meditasi, melakukan peregangan,
ngobrol dengan teman, maupun jalan-jalan sebentar. Lakukan hal yang bisa
membuatmu rileks sehingga tubuh bisa kembali terkontrol dan merasa lebih baik.
1. Buat jadwal tidur teratur
45
2. Ciptakan suasana tidur yang nyaman
3. Atur jadwal tidur siang
4.Perhatikan kebutuhan nutrisi lansia
5. Olahraga yang rutin untuk mengatasi susah tidur lansi
1.) Rutin olahraga ringan kepada lansia (Hal ini dapat menjaga kebugaran
tubuh serta menjaga kesehatan mental pasien lansia tersebut)
2.) Hindari Alkhol dan Kafein (Karena untuk menjaga kesehatan paru-paru
dan jantung serta menurunkan resiko gangguan cemas)
3.) Dukung pasien agar mencari dukungan kerabat atau keluarga (Dengan
adanya dukungan keluarga ataupun kerabat pasien lansia dapat
menceritakan hal yang dapat membuat ia cemas)
4.) Konsisten (Dalam hal ini klien dapat membuat jadwal harian apa yang
harus dilakukan, contoh ketika di jadwal harian klien tidur malam jam 8
maka kita sebagai perawat ataupun keluarga harus mendukung lansia
untuk tidur pukul 8 malam)
5.) Tekhnik relaksasi untuk mengurangi cemas yang lansia rasakan agar
ketika lansia istirahat dapat lebih rileks

3. Hindari saran yang terkesan mengajari,berikan pendidikan kesehatan yang mudah


di mengerti dan di terima,terima setiap asumsi ,jadi pendengar yang baik bagi
setiap kelurahan,bicara dengan intonasi yang lembut,hindari merendahkan jika yg
di ucapkan tidak sesuai.

4. 1. Memberikan colchicine selama pristiwa akut untuk mengurangi respon


peradangan akibat deposit asam urat. Ini akan membantu mengurangi
sakit.
2. Memberikan NSAID untuk mengurangi peradangan guna membantu
menghilangkan rasa sakit.
3. Kompres air hangat dengan air rendaman jahe.

5. Tindakan yang harus dilakukan perawat yang pertama yaitu dengan membatasi asupan
purin atau rendah purin dimana pada tiap normal asupan protein biasanya mencapai
600 sampai 1000 MG per hari namun penderita asam urat harus membatasi menjadi
120 sampai 150 mg per hari yang kedua yaitu asupan energi sesuai dengan
kebutuhan jumlah asupan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi badan berat badan yang ketiga yaitu mengonsumsi lebih
banyak karbohidrat jenis karbohidrat yang diajukan untuk dikonsumsi penderita
46
asam urat adalah karbohidrat kompleks seperti nasi singkong roti dan umbi yang
keempat yaitu mengurangi konsumsi lemak makanan mengandung lemak tinggi
seperti jeroan seafood makanannya digoreng makanan yang bersantan margarin
mentega avokad dan durian sebagai sebaiknya dihindari karena konsumsi lemak
sebaiknya hanya 10 sampai 15% Tuhan energi kebutuhan energi total yang kelima
yaitu mengonsumsi banyak cairan yang ke-6 yaitu tidak mengonsumsi minuman
beralkohol alkohol akan meningkatkan asam laknat karena alkohol akan
meningkatkan asam laknat plasma yang ketujuh mengonsumsi cukup vitamin dan
mineral konsumsi vitamin dan mineral yang cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh
untuk dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang baik yang ke-8 kompres hangat
air rendaman jahe di mana kompres jahe dapat menurunkan nyeri kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi internatif untuk mengurangi nyeri
kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim yang dapat mengurangi peradangan
pada penderita asam urat selain itu efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas
dimana rasa panas itu rasa nyeri otot atau terjadinya fase dilatasi pembuluh darah
saat yang maksimal dan dicapai dalam waktu 20 menit sebuah aplikasi panas

 Minta pasien untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari kristalisasi
asam urat di dalam ginjal. Meningkatkan cairan membantu meluruhkan asam urat
melalui ginjal.
 Monitor kadar asam urat di dalam serum
 Membantu posisi untuk kenyamanan.
 Hindari menyentuh sendi yang radang.Mungkin harus menjauhkan pakaian linen
dari area

6. Penyebab kekambuhan di malam hari,kemungkinan penyebab pertama adalah perubahan


suhu tubuh pada malam hari. Pada siang hari, antara pukul 10.00 pagi hingga 06.00
sore, ditemukan suhu tubuh berkisar pada 37,50C.Suhu tubuh dapat turun hingga
hampir 10C menjadi 36,40C antara pukul 02.00 pagi hingga 06.00 pagi. Nah, suhu
tubuh yang lebih dingin pada malam hari dipercaya memudahkan terbentuknya kristal
asam urat. Kristal asam urat memiliki ujung yang tajam, sehingga apabila berkumpul
pada sendi dapat menimbulkan nyeri hebat.Kemungkinan kedua berkaitan dengan status
hidrasi tubuh saat tidur.Semasa tidur, Anda tidak minum sehingga tubuh relatif dalam
keadaan dehidrasi.Selain itu, posisi tidur tertentu mungkin berkaitan dengan dehidrasi
lokal pada area sekitar sendi.Kedua keadaan ini dapat turut berperan menyebabkan
kekambuhan penyakit asam urat lebih sering terjadi pada malam hari.Sleep apnea dapat

47
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau hipoksia, yang secara lebih lanjut dapat
meningkatkan pergantian nukleotida sebagai unit pembentuk DNA.Keadaan ini
menghasilkan lebih banyak hasil metabolisme berupa asam urat.Kondisi sleep apnea
sendiri lebih sering ditemukan pada pria dengan obesitas, yang sering kali juga
merupakan ciri penderita penyakit asam urat.

7. Perubahan akibat proses menua

 Perubahan fisik: Perubahan sistem Indra,Perubahan sistem integumen, Perubahan


sistem muskuloskeletal, Perubahan sistem kardiovaskular,Perubahan sistem
respirasi,Perubahan sistem pencernaan dan metabolisme,Perubahan sistem
perkemihan dan saraf serta reproduksi.
 Perubahan kognitif yakni daya ingat, kemampuan belajar, dan pemahaman
berubah, mengambil keputusan.
 Perubahan mental dan psikososial yaitu lansia mengalami kesepian,
dukacita,depresi, dan cemas.

8. Tindakan non farmakologi yg dpt dilakukan adalah

1. Mengatur pola makan yaitu diet dengan menghindari makanan tinggi purin

(kacang²an,melinjo, sarden,kangkung,bayam)

2. Minum air putih secara rutin

3. Istirahat teratur

4. Olahraga

5. Menghindari alkohol

Manajemen nyeri non farmakologi yaitu

1. Menggunakan aroma² seperti penggunaan teh jamu-jamuan

2. Mendengarkan bunyi-bunyi untuk menurunkan ketegangan, relaksasi dengan


imajiner, kompres hangat, mendengarkan music santai serta cahaya yang tentram.

9. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. dan teori

48
pemakaian dan rusak dimana pd teori ini kelebihan dan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh rusak, menurut (depkes RI 2016)

10. Strategi penatalaksanaan nyeri dengan menggunakan pendekatan manajemen


farmakologis merupakan tindakan menurunkan respons nyeri tanpa sedikit pun
menggunakan agen-agen farmakologi. Pemasangan kompres hangat biasanya
dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas,
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di
dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluaran zat asam dan bahan makanan ke
sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki.
Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit/nyeri dan akan menunjang
proses pemyembuhan luka dan proses peradangan (Stevens dkk, 2002).

Untuk hasil yang maksimal, gunakan kompres dingin dalam waktu 1-2 hari setelah
pembengkakan muncul.Dalam satu sesinya, kamu dapat melakukannya dalam waktu
10-20 menit, sesering mungkin.Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
peradangan pada sendi yang terkena.Mengapa kompres dingin?Karena kompres dingin
memiliki suhu yang rendah, serta dapat merangsang penyempitan darah dan
memperlambat aliran darah menuju lokasi pembengkakan sendi.Selain menggunakan
kompres dingin, kamu juga dapat menggunakan kompres hangat. Saat satu sesi
kompres hangat selesai, akan diikuti dengan kompres dingin setelahnya. Kamu dapat
membuat kompres hangat dengan membasahi handuk kecil dengan air panas,
kemudian letakkan dalam tote bag guna mencegah terjadinya luka bakar.Dalam satu
sesi, gunakan kompres hangat selama 3 menit, kemudian diikuti dengan kompres
dingin selama 30 detik.

49
STEP 4

MIND MAPPING

Ny. Sarmi (64 Tahun) dirawat di Ruang Geriatri

Dx.
Medi

DS DO
1. Nyeri Sendi dikedua kaki 1.Skala Nyeri 6
2. Nyeri dirasakan malam
2. TD 130/80 mmHg
3. Sendi Kaku sehingga sulit
berjalan dan berjalan 3. N 100x/i
tidak simetris
4. RR 20x/i
4.Mengalami insomnia 2
minggu
5. Suhu 37,5 C

6. Tampak Pembengkakan
pada persendian karpal
Kkaki

Askep Pada Pasien dengan


masalah fisik dan psikologis
dengan penyakit Gout

STEP 5

1. Dari kasus diatasjelaskan perubahan yang sedang dialami Ny.Sarmi karena proses
menua ?
50
Jawab :
Pada dasarnya pada proses penuaan akan terjadi perubahan-perubahan anatomis
pada organ-organ tubuh. Dalam kenyataannya sulit untuk mem¬bedakan apakah
suatu abnormalitas disebabkan oleh proses menua atau proses penyakit. Pembedaan
ini sangat penting untuk mem¬berikan pelayanan kesehatan yang tepat pada usia
lanjut, karena harus dihindari pemberian obat pada abnormalitas yang diakibatkan
proses menua yang normal. Dengan makin lanjutnya usia, maka penurunan
anatomik dan fungsi organ semakin besar. Peneliti Andres dan Tobin
mengintroduksi hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ menurun
sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun. Perubahan-Perubahan
Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan.
Perubahan Anatomik pada Sistem Integumen :
a. Kulit
b. Rambut
c. Pertumbuhan menjadi lambat, lebih halus dan jumlahnya sedikit
d. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih panjang.
e. Rambut memutih.
f. Rambut banyak yang rontok.
g. Kuku
h. Pertumbuham kuku lebih lambat, kecepatan pertumbuhan menurun 30-50%
dari orang dewasa.
i. Kuku menjadi pudar.
j. Warna kuku agak kekuningan.
k. Kuku menjadi tebal, keras tapi rapuh.
l. Garis-garis kuku longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini dilaporkan
terdapat pada 67% lansia berusia 70 tahun.

51

Anda mungkin juga menyukai