Kelompok 3A
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................4
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout Arthritis.................................4
2.1.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................................4
2.1.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................6
2.1.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................6
2.1.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................13
2.1.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................................14
LAMPIRAN..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan kepada lansia Ny. S dengan
masalah fisik dan psikologis.
c. Mengidentifikasi rencana tindakan atau intervensi asuhan keperawatan
kepada lansia Ny. S dengan masalah fisik dan psikologis
3
BAB II
PEMBA
HASAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
1.2 Manfaat Penelitian
gout pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta sebagai referensi yang
gout, khususnya pada lansia dengan masalah nyeri akut, serta dapat
dan rehabilitative.
Study Kasus ini juga dapat menjadi cara untuk menambah pengalaman, dan
Kasus ini sekaligus juga dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep asuhan keperawatan lansia dengan Gout Arthritis meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada
pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan Gout Arthritis ini
didapatkan beberapa diagnosa yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
3.2 Saran
Bagi institusi keperawatan diharapkan laporan makalah ini bisa dijadikan
sebagai referensi dalam penerapan asuhan keperawatan lansia yang mengalami
7
masalah kesehatan khususnya Gout Arthritis. Bagi pelayanan keperawatan
diharapkan memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada lansia dengan
Gout Arthritis dengan baik. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan, dan menambah wawasan maupun pengetahuan
pada pelayanan asuhan keperawatan pada lansia dengan Gout Arthritis agar
terciptanya pelayanan yang ;lebih baik dan profesional.
8
LAMPIRAN
Ny. S usia 68 tahun tinggal di PSTW sejak 6 tahun yang lalu dengan diagnosa
medis Gout Artritis. Ny. S megeluh nyeri pada sendi lutut bagian dekstra, skala nyeri
7, nyeri sering dirasakan pada malam hari, terasa hangat pada lutut dan adanya
pembengkakan, terlihat merah atau sedikit keunguan pada sekitar area lutut yang
bengkak Saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan, klien meringis kesakitan. Akibat
nyeri tersebut Ny,S mengalami kekakuan sendi sehinggaNy.S memerlukan bantuan
perawat dan teman sekamar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu saat masuk
dan keluar ke kamar mandi, ke kamar kecil, memakai pakaian, dan berpindah ke dan
dari tempat tidur ke ruang lain. Saat ini Ny.S memakai tongkat untuk bantuan
berjalan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80 mmHg, nadi100 x/menit,
frekuensi napas x/20 menit, suhu 37,5 C. Ny. S merasa bosan, kurang punya
semangat, kurang merasa bahagia, sering merasa tidak berdaya, karena berpikir
tentang penyakit yang tidak sembuh dan hidup bergantung pada bantuan orang lain,
rindu keluarga yang jarang menjenguk. sehingga Ny. S sering merasa orang lain
kehidupannya lebih beruntung dari pada Ny.S
LO :
1. Pada kasus diatas buatlah Konsep penyakit dan Asuhan keperawatan lansia
dengan masalah fisik dan psikologis sesuai masalah yang muncul (pengkajian,
Analisa data, diagnosis keperawatan dan intervensi)
2. Tentukanlah nilai pengkajian status fungsional dan status afektif
9
STEP 1
(KLARIFIKASI ISTILAH)
1. PSTW
2. Gout artritis
3. Palpasi
4. Sendi lutut bagian dextra
5. Nyeri tekan
6. Kekakuan sendi
7. Bengkak
Jawaban :
1. PSTW atau Panti Sosial Tresna Werdha adalah suatu Panti Sosial milik
pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi lanjut usia terlantar, kepada masyarakat yang tidak
mampu atau terlantar khususnya usia lanjut
2. Gout artritis adalah penyakit radang sendi yang disebabkan tingginya kadar asam
urat dan dipengaruhi oleh asupan makanan yang mengandung tinggi purin.
3. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan perabaan pada permukaan tubuh
menggunakan tangan dan jari
4. Sendi lutut bagian dextra merupakan sendi yang terletak dibagian kanan yang
bisa menekuk dan meluruskan serta membantu setiap pergerakan seperti berjalan,
berlari, dan jongkok
5. Nyeri tekan adalah perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh seseorang ketika
dilakukan penekanan/perabaan di area tertentu saat proses pemeriksaan fisik.
6. Radang sendi atau artritis adalah peradangan yang terjadi pada satu atau beberapa
sendi. Kondisi ini menyebabkan sendi menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan.
7. Bengkak adalah kondisi dimana terjadinya penumpukan cairan pada jaringan
tubuh.
10
STEP 2
(IDENTIFIKASI MASALAH)
1. Apa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk membantu mengurangi rasa
nyeri yang dialami Ny.S?
2. Apa yang bisa dilakukan perawat untuk meningkatkan semangat Ny. S pada
kasus tersebut?
3. Apa yang menyebabkan ny.s mengalami gangguan masalah psikologis?
4. berapa nilai status fungsional pasien jika dinilai menggunakan katz indeks?
5. Bagaimana cara perawat mengatasi masalah psikologis yang dialami oleh kalien
menurut kasus tersebut?
6. Pengobatan seperti apa yang harus di lakukan seorang perawat kepada lansia
yang mengalami gangguan nyeri pada sendi lutut sesuai dengan kasus di atas?
7. Instrumen apa yang digunakan untuk mengkaji status fungsional dan afektif pada
Ny. S?
11
STEP 3
(ANALISIS MASALAH)
1. Tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk membantu mengurangi rasa nyeri
yang dialami Ny.S adalah :
a. Berikan terapi non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (misal;
akupresur, aromaterapi, kompres hangat/dingin, dll)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal; suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan)
c. Fasilitas istirahat dan tidur.
d. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Yang dapat perawat lakukan untuk meningkatkan semangat Ny. S berdasarkan
kasus tersebut yaitu dengan memberi dukungan dan memotivasi pasien untuk
selalu berpikir positif, memposisikan diri perawat sebagai teman lansia agar
lansia merasa memiliki tempat untuk bercerita, serta melibatkan lansia dalam
aktivitas yang disukai dan dapat dilakukan dengan keterbatasan geraknya.
Keberhasilan lansia dalam melakukan kegiatan tersebut dapat meningkatkan
semangat pasien karena pasien akan berpikir bahwa masih terdapat banyak hal
yang dapat dilakukan oleh lansia dengan keterbatasan yang dimilikinya.
3. Penyebab Ny. S mengalami gangguan psikologis dikarenakan penyakit gout
arthritis yang dialaminya sudah lebih dari 6 tahun namun tidak kunjung sembuh
sehingga Ny. S harus hidup bergantung pada bantuan orang lain. Hal ini juga
mengakibatkan ny. S merasa bosan, tidak punya semangat, kurang merasa
bahagia, sering merasa tidak berdaya, dan Ny. S juga merindukan keluarga nya
yang jarang menjenguk sehingga Ny. S merasa kehidupannya tidak seberuntung
kehidupan orang lain.
4. Nilai Status Fungsional Ny.S adalah E, karena dijelaskan pada kasus bahwa Ny.S
memerlukan bantuan untuk masuk dan keluar kekamar mandi, ke kamar kecil,
memakai pakaian, dan berpindah ke dan dari tempat tidur ke ruang lain.
12
5. Cara mengatasinya adalah
a) Beri dukungan pada pasien lansia
b) Tidak memandang remeh kondisi pasien lansia
c) Ajak lansia berlibur atau beri hiburan untuk lansia dan melakukan kegiatan
yang bermanfaat bersama lansia
d) Tingkatkan ibadah
e) Lupakan semua masa lalu lansia yang buruk
f) Ajak lansia untuk terus melangkah maju membuka lembaran kehidupan baru
6. Perawat bisa memberikan cara mencegah komplikasi atau mempercepat
pemulihan adalah
a. Mengompres lutut dengan es untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit
pada lutut
b. Meminimalkan gerakan pada lutut, misalnya dengan penggunaan knee
support
c. Memosisikan kaki lebih tinggi dari lutut, misalnya dengan meletakkan kaki
di atas bantal, untuk mengurangi pembengkakan pada lutut
d. Banyak beristirahat, untuk mengurangi tekanan pada lutut sehingga dapat
pulih lebih cepat
7. Untuk mengkaji status fungsional lansia bisa menggunakan instrumen index katz,
barthel index dan sullivan. Sedangkan instrumen untuk mengukur status afektif
pada lansia adalah inventaris depresi beck (IDB) berisikan 21 karakteristik dan
13 tentang gejala dan sikap yang berhubungan dengan depresi, Geriatric
Depression Scale (GDS) yang terdiri dari 15 pertanyaan.
13
STEP 4
(MIND MAP)
Tinggal di PSTW
6 tahun
Gout artritis
Fisik : Psikologis :
Vital sign
Ny.s merasa bosan
TD : 140/80 mmHg Kurang punya
N : 100xi semangat
T : 37,5 c Kurang merasa
RR : 20x/menit bahagia
Nyeri pada sendi lutut dextra Tidak berdaaya
Nyeri dirasakan pada malam Merasa hidup
hari bergantung pada orang
Skala nyeri 7 lain
Terasa hangat pada lutut Rindu keluarga
Pembengkakan Sering merasa orang
Terlihat merah (keunguan) lain lebih beruntung
Palpasi : nyeri tekan,
meringis kesakitan,
mengalami kekakuan sendi
Memerlukan bantuan
berpindah dan
berjalan
22
terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular
yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa
99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout arthritis primer
yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari
hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi
yang berlebih (10-20%).
2) Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan
yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat
dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia
sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan
karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-
Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage
disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate
aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena
produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan
peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari
intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan
berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme
purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan ekskresi
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa
ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid
clearence dan pemakaian obat-obatan.
23
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi
sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Papua.
2) Konsumsi makanan laut (Seafood)
Makanan laut seperti udang, kerrang, lobster merupakan makanan
yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi seafood terlalu sering
dapat mengakibatkan asam urat.
3) Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.
Misalnya Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi,
dislipidemia. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko
yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan
adalah faktor pelindung.
4) Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya
hiperurisemia. Misalnya Diuretik, antihipertensi, aspirin. Obat-obatan
juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan
untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi
hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang
asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan
oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan
dosis. Serangan gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan
infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi
dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting
independen untuk gout. Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam
urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan
meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg /
hari) adalah uricosurik.
24
5) Jenis kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan
perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin
laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan
Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam
populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih
muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh enam persen lebih
dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun
dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan
proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun.
6) Diet tinggi purin
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang
merupakan bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh
asupan makanan dengan purin tinggi.
25
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat
dari depositnya dalam tofi (crystals shedding).
Pada beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik
kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang
sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout
dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH,
dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan
sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan
tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan
pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan
kristalmonosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan
juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
e) Manifestasi Klinis
Manifestasi gout biasanya terjadi dalam empat tahap (Priscilla, Dkk.
2015) :
1. Hiperurisemia Asimtomatik
Tahap pertama dengan kadar serum pada rentang 9 hingga 10 mg/dL.
Sebagian besar orang yang mengalami hiperurisemia tidak berlanjut ke
tahap lanjut penyakit.
2. Arthritis gout akut
Tahap kedua, serangan akut ( flare ) biasanya mengenai sendi tunggal,
terjadi tidak terduga, sering kali di mulai pada malam hari. Hal tersebut
dapat di picu oleh trauma, ingesti alcohol, kelebihan diet, atau steror
pembedahan, sendi yang terkena menjadi merah, hangat, bengkak, dan
secara khas nyeri dan nyeri tekan. Sekitar 50% serangan awal arthritis
gout akut terjadi pada sendi metatarsophalangeal pada jari besar. Tempat
lain untuk serangan akut, antara punggung kaki, pergelangan kaki, tumit,
lutut, pergelangan tangan, jari dan sendi.
26
3. Interkritis
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di obati.
4. Gout tingkat lanjut
Terjadi ketika hiperurisemia tidak di tangani. Bendungan urat melebar
dan penumpukan kristal monosodium urat ( tofi ) terjadi pada kartilago,
memberan synovial, tendon, dan jaringan lunak. (Priscilla, Dkk. 2015)
f) Komplikasi
Penyakit Ginjal dapat terjadi pada klien Gout Arthitis yang tidak di
tangani. Kristal urat menumpuk di jaringan interstisial ginjal. Kristal asam
urat juga terbentuk dalam tubula pengumpulan pelvis, ginjal, dan ureter, dan
membentuk batu. Batu dapat memiliki ukuran yang beragam dari butiran
pasir sampai struktur manif yang mengisi ruang ginjal. Batu asam urat dapat
berpotensi mengobtruksi aliran urin dan menyebakan gagal ginjal akut.
(Priscilla, Dkk. 2015).
27
g) Pathway
28
h) Penatalaksanan medis
Menurut Amin (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis.
Ada beberapa tahapan dalam terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat
pada jaringan, terutama persendian
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
4) Terapi non-farmakologi
Merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout Arthritis, seperti
istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat dengan kayu manis,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat
badan.
5) Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut
dan penanganan serangan kronis.
a. Serangan akut.
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut,
asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus
dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan
dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih
NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien, misalnya adanya
penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien
pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar
Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid
dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut (Nurarif,
2015).
29
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
1) NSAID
NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan.
NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada
24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin
banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan
dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5
hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek
samping Indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran
cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout Arthritis
Akut adalah : - Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3
kali/hari. - Piroxicam
– awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari. - Diclofenac – awal 100
mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam. Kemudian 50 mg
dua kali/ hari selama 8 hari.
2) COX-2 Inhibitor:
Etoricoxib merupakan satu-satunya COX2 Inhibitor yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini
efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang
tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif.
COX-2 Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal
bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
3) Colchicine
Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer
30
karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih
sering dijumpai.
4) Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan
cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout
Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid
IntraArticular akan memperburuk infeksi.
b. Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout
Tophaceous Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam
Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih
kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang
dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis akan
dijelaskan berikut ini:
1) Allopurinol
Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah
Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan
cara menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan
fungsi ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi
300 mg/24 jam. Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai
penurunan kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi
dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam
serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol
untuk meyakinkan turunnya kadar Asam Urat.
31
2) Obat Urikosurik
Kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan
Sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative
Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien Nefropati Urat
yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif
pada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-
30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang menggunakan Probonesid
jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati, kembung atau
konstipasi (Nurarif, 2015).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Lansia
Nama : Ny. S
Usia : 68 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : (tidak terkaji)
Status perkawinan : (tidak terkaji)
Agama : (tidak terkaji)
Suku : (tidak terkaji)
Tanggal masuk PSTW : (tidak terkaji)
Alasan masuk PSTW : (tidak terkaji)
32
2. Riwayat Kesehatan
Masalah kesehatan saat ini : Ny. S usia 68 tahun tinggal di PSTW
sejak 6 tahun yang lalu dengan
diagnosa medis Gout Artritis. Ny. S
megeluh nyeri pada sendi lutut bagian
dekstra, skala nyeri 7, nyeri sering
dirasakan pada malam hari, terasa
hangat pada lutut dan adanya
pembengkakan, terlihat merah atau
sedikit keunguan pada sekitar area
lutut yang bengkak.
Masalah kesehatan dahulu : (tidak terkaji)
Masalah kesehatan keluarga : (tidak terkaji)
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
34
Suhu : 37,5 C
Pengkajian sistem persyarafan :
Kesimetrisan raut wajah : (tidak terkaji)
Daya ingatan : (tidak terkaji)
Mata : (tidak terkaji)
Pupil : (tidak terkaji)
Ketajaman pendengaran : (tidak terkaji)
Sistem kardiovaskuler : Nadi Ny. S sebesar 100 x/menit.
Sistem gastrointestinal :
Status gizi : (tidak terkaji)
Keadaan gigi/rongga mulut : (tidak terkaji)
Sistem genitourinarius :
Warna urine : (tidak terkaji)
Bau urine : (tidak terkaji)
Sistem kulit/integumen : (tidak terkaji)
Sistem muskuloskeletal : Ny. S di diagnosa medis Gout Artritis.
Ny. S megeluh nyeri pada sendi lutut
bagian dextra, skala nyeri 7. Saat
dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan,
klien meringis kesakitan. Akibat nyeri
tersebut Ny,S mengalami kekakuan
sendi sehingga Ny.S harus memakai
tongkat untuk bantuan berjalan.
5. Perubahan Psikologis
Sikap lansia terhadap proses penuaan : (tidak terkaji)
Lansia merasa di butuhkan/tidak : (tidak terkaji)
Lansia optimis dengan kehidupan : Ny. S merasa bosan, kurang
punya semangat, kurang
merasa bahagia, sering merasa
35
tidak berdaya, karena berpikir
tentang penyakit yang tidak
sembuh dan hidup bergantung
pada bantuan orang lain, rindu
keluarga yang jarang
menjenguk, sehingga Ny. S
sering merasa orang lain
kehidupannya lebih beruntung
dari pada Ny.S.
Cara lansia mengatasi stress yang di alami : (tidak terkaji)
Lansia mudah dalam menyesuaikan diri : (tidak terkaji)
Lansia sering mengalami kegagalan : (tidak terkaji)
Harapan lansia pada saat ini : (tidak terkaji)
Harapan lansia di masa akan datang : (tidak terkaji)
Fungsi kognitif :
Daya ingat : (tidak terkaji)
Proses pikir : (tidak terkaji)
Alam perasaan : Ny. S merasa bosan, kurang
punya semangat, kurang
merasa bahagia, sering merasa
tidak berdaya, karena berpikir
tentang penyakit yang tidak
sembuh dan hidup bergantung
pada bantuan orang lain.
Orientasi : (tidak terkaji)
36
Kegiatan organisasi yang diikuti lansia : (tidak terkaji)
Pandangan lansia terhadap lingkungannya : Ny. S sering merasa orang lain
kehidupannya lebih beruntung
dari pada Ny.S.
Orang yang biasa mengunjungi lansia : (tidak terkaji)
7. Perubahan Spiritual
Frekuensi melakukan ibadah : (tidak terkaji)
Kegiatan keagamaan yang diikuti : (tidak terkaji)
Cara lansia menyelesaikan masalah : (tidak terkaji)
Lansia terlihat tabah dan tawakal/tidak : (tidak terkaji)
ANALISA DATA
Data Objektif
- 6 tahun yang lalu didiagnosa gout
arthiritis
- Skala nyeri 7
- Adanya pembekakan
37
No. DATA MASALAH ETIOLOG
I
- Terlihat merah atau sedikit
keunguan pada sekitar area lutut
yang bengkak
- Saat palpasi terdapat nyeri tekan
- Klien meringis kesakitan saat di
palpasi
Vital Sign :
- TD 140/80 mmHg
- Nadi 100x/i
- RR 20x/i
- Suhu 37,50C
2. Data Subjektif Gangguan Kekakuan
- Klien mengalami kaku sendi mobilitas fisik sendi
- Mengeluh sulit menggerakkan (D.0054)
ekstermitas
- Nyeri saat bergerak
Data Objektif
- Klien memakai tongkat untuk
berjalan
- Klien perlu bantuan saat
beraktivitas, berjalan
3. Data Subjektif Ketidakberdayaan Program
- Merasa bosa (D.0092) perawatan/p
- Kurang punya semangat engobatan
- Kurang merasa bahagia yang
kompleks
38
No. DATA MASALAH ETIOLOG
I
- Sering merasa tidak berdaya, atau jangka
karena berpikir tentang penyakit panjang.
yang tidak sembuh dan hidup
bergantung pada bantuan orang
lain
- Rindu keluarga yang jarang
menjenguk
- Sering merasa orang lain
kehidupannya lebih beruntung dari
pada Ny.S.
Data Objektif
- Tidak berpartisipasi dalam
perawatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
39
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Nyeri Kronis b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I.06197)
Kondisi musculoskeletal (L.08066) Observasi
kronis (D.0078) 1.1 Identifikasi lokasi,
Tujuan : karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan frekuensi, kualitas,
Tindakan intensitas nyeri
Keperawatan 1.2 Identifikasi skala nyeri
selama 4 x 24 jam, 1.3 Indetifikasi respon nyeri
keluhan nyeri nonverbal
menurun dengan 1.4 Identifikasi faktor yang
Kriteria hasil : memperberat dan
1. Tidak meringankan nyeri
Mengeluh 1.5 Identifikasi pengaruh
nyeri pada respon budaya terhadap
bagian dextra
respon nyeri
2. Skala nyeri
1.6 Identifikasi pengaruh nyeri
Menurun
pada kualitas hidup
dalam rentang
1.7 Monitor keberhasilan terapi
(0-3)
komplementer yang sudah
3. Tidak ada
diberika
bengkak,
1.8 Monitor efek samping
merah, dan
penggunaan analgesik
Warna
Terapeutik
keunguan pada
1.9 Berikan teknik
ekstremitas
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
40
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
4. Klien tidak 1.10 Kontrol lingkungan
meringis yang memperberat rasa
kesakitan nyeri
5. Tanda-tanda 1.11 Fasilitasi istirahat dan
Vital dalam tidur
batas normal 1.12 Pertimbangan nyeri dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1.13 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
1.14 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
1.15 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
1.16 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
1.17 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1.18 Kolaborasi pemberian
analgesik
41
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
2. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi (I.
Fisik b.d Penurunan (L.05042) 06171)
kekuatan otot (D.0054) Observasi :
Tujuan : 1.1 Identifikasi adanya nyeri
Setelah dilakukan atau keluhan fisik lainnya
tindakan 1.2 Identifikasi toleransi fisik
keperawatan melakukan ambulasi
selama 4 x 30 1.3 Monitor frekuensi jantung
menit, diharapkan dan tekanan darah sebelum
mobilitas fisik memulai ambulasi
meningkat dengan 1.4 Monitor kondisi umum
Kriteria hasil : selama melakukan ambulasi
1. pergerakan Terapeutik :
ekstremitas 1.5 Fasilitasi aktivitas ambulasi
meningkat dengan alat bantu (mis.
2. kekuatan otot Tongkat, kruk)
meningkat 1.6 Fasilitasi melakukan
3. rentang gerak mobilisasi, jika perlu
(ROM) Edukasi :
meningkat 1.7 Jelaskan tujuan dan
4. kaku sendi prosedur ambulasi
menurun 1.8 Anjurkan melakukan
5. kelemahan ambulasi dini
fisik menurun. 1.9 Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
42
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
ditempat tidur, sesuai
toleransi).
Kolaborasi :
1.10 Konsultasi kesehatan
3. Ketidakberdayaan b.d Keberdayaan Promosi Koping (I.09321)
Program (L.09071)
perawatan/pengobatan Observasi :
yang kompleks atau Tujuan : 1.1 Identifikasi kegiatan jangka
jangka panjang Setelah dilakukan pendek dan panjang sesuai
(D.0092) tindakan tujuan
keperawatan 1.2 Identifikasi kemampuan
selama 4 x 24 jam, yang dimiliki
diharapkan 1.3 Identifikasi sumber daya
keberdayaan yang tersedia untuk
meningkat dengan memenuhi tujuan
Kriteria hasil : 1.4 Identifikasi pemahaman
1. Mampu proses penyakit
melaksankan 1.5 Identifikasi dampak situasi
aktivitas terhadap peran dan
2. Berpartisipasi hubungan
dalam 1.6 Identifikasi metode
perawatan penyelesaian masalah
3. Pernyataan 1.7 Identifikasi kebutuhan dan
frustasi keinginan terhadap
ketergantungan dukungan sosial
Terapeutik:
43
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
pada orang lain 1.8 Diskusikan perubahan peran
menurun yang dialami
4. Perasaan 1.9 Gunakan pendekatan yang
diasingkan tenang dan meyakinkan
menurun 1.10 Diskusikan alasan
5. Perasaan mengkritik diri sendiri
tertekan 1.11 Diskusian untuk
(depresi) mengklarifikasi
menurun kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku
sendin
1.12 Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
1.13 Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
1.14 Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
1.15 Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam
1.16 Motivasi untuk
menentukan harapan yang
realistis
44
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1.17 Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan keputusan
perawatan
1.18 Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada di bawah tekanan
1.19 Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
1.20 Motivasi
mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
1.21 Perkenalkan dengan
orang atau kelompok yang
berhasil mengalami
pengalaman sama
1.22 Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
1.23 Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancaman
Edukasi:
1.24 Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
45
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1.25 Anjurkan keluarga
terlibat
1.26 Anjurkan membuat
tujuan yang lebih spesifik
1.27 Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
1.28 Latih menggunakan
teknik relaksasi
1.29 Latih keterampilan
sosial, sesuai kebutuhan
1.30 Latih mengembangkan
penilaian obyektif
46
2. Nilai pengkajian status fungsional dan status afektif :
a. Status fungsional
No. Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu
bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju
sendiri atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri :
47
Masuk dan keluar dari kamar
kecil kemudian
membersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat
tidur untuk duduk, bangkit
dari kursi sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau
turun dari tempat tidur atau
kursi, tidak melakukan satu,
atau lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya
dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau
total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan
pembalut ( pampers )
48
6. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya
sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal
mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, dan
makan parenteral ( NGT )
Nilai Fungsional Ny. S yaitu Nilai E dimana kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
(berpindah).
b. Status afektif
Pada kasus dikatakan bahwa Ny.S merasa bosan, kurang punya
semangat, kurang merasa bahagia, sering merasa tidak berdaya karena
berpikir tentang penyakit yg tidak sembuh dan hidup bergantung pada
bantuan orang lain, rindu keluarga yang jarang menjenguk, sehingga Ny.S
sering merasa orang lain kehidupannya lebih beruntung dari pada Ny.S. Jika
disesuaikan dengan pengkajian status afektif menggunakan skala GDS
(Geriatric Depression Scale) maka Ny.S berada pada nilai 5-9 yaitu depresi
ringan
49
50
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv