Anda di halaman 1dari 29

ANAMESA GANGGUAN PERNAFASAN

DISUSUN OLEH :
 Abdullah Sujatnika Suhardja
 Deva Virginia Delita
 Erliana Rosanti
 Reni Kusumawardani
 Siti Hamidah
 Yulia Indri Febriani
Anamnesa Gangguan Sistem Pernafasan

Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada


manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang
membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan dahulu,
riwayat keluarga dan riwayat psikososial. Riwayat
kesehatan yang dikaji meliputi :

a. Biografi Klien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Perubahan Irama Nafas (Bunyi Nafas)

• Auskultasi Paru – Paru

Auskultasi paru-paru dilaksanakan secara Indirect yaitu dengan memakai stemskop.


Sebelum ditemukan stems. kop auskultasi, pemeriksaan diagnostik dilakukan secara
langsung dengan menempelkan telinga pemeriksa pada permukaan tubuh orang sakit.
Yang diperiksa pada auskultasi paru-paru adalah suara napas utama (breath sounds)
dan suara napas tambahan yaitu :

1. Suara Napas Utama


Suara Napas utama meliputi :
 Vesikuler
 Brancho vesikuler
 Brochial
2. Suara Napas Tambahan

Pada pernapasan normal tidak ditemukan suara tambahan. lika ada suara
tambahan, hal tersebut mengindikasikan adanya kelainan. Adapun suara tambahan
antara lain :
 Rales / Krales
 Ronchi
 Wheezing
 Pleural Friction Rub
 Vokal Resonansi
Masalah Keperawatan
1. ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut adalah proses peradangan yang disebabkan oleh virus,
infeksi bakteri, atipikal ( Mycoplasma ) atau aspirasi zat asing, yang melibatkan salah satu
atau seluruh bagian saluran pernapasan (Wilson & Hockenbeny. 2008).

Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri dan virus yang
paling sering menjadi penyebab ISPA (diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus
serta virus Influenza) yang ada di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).

Manifestasi Klinik
Tanda & gejala ISPA menurut Wilson & Hockenberry (2011) ialah demam, meningismus,
anoreksia, mual dan muntah, nyeri abdomen. sumbatnn nasal, keluaran nasal, batuk dan sakit
tenggorokan. Pada stadiumm awal, gejala ISPA ditunjukkan dengan rasa panas, kering dan
gatal dalam hidung, yang kemudian diiringi bersin terus menerus hidung tersumbat dengan
ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
2. Chornic Obstuctive Pulmonary Diseases (COPD)
Penyakit paru-paru obstruktif kronis (chronic obstructive pulmonary diseases- COPD)
merupakan suatu istilah Yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patoflsiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah: Bronkhitis kronis, emfisema paru-paru,
dan asma bronkhial

A. Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan penyakit kompleks
yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan
psikologi.

Tipe asma.
Asma terbagi menjadi :
 Asma alergik/ekstrinsik
 Idiopatik atau nonallergic asthma/intrinsik
 Asma campuran (mixed asthma)
Etiologi Asma Bronkial Penatalaksanaan

a. Alergen utama: debu rumah, a. Diagnosis status asmatikus.


spora jamur, dan tepung sari Faktor penting yang hams
rerumputan diperhatikan adalah:
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, 1) Waktu terjadinya
dan polutan serangan
c. Infeksi saluran napas terutama 2) Obat-obatan yang telah
yang disebabkan oleh virus diberikan (jenis dan dosis)
d. Perubahan cuaca yang ekstrem b. Pemberian obat bronkodilator
e. Aktivitas fisik yang berlebihan c. Pertimbangan terhadap
f. Lingkungan kerja pemberian kortikosteroid.
g. Obat-obatan d. Setelah serangan mereda:
h. Emosi 1) Cari faktor penyebab
i. Lain-lain: seperti refluks gastro 2) Modifikasi pengobatan
esofagus penunjang selanjutnya
B. Bronkhitis Kronis
Istilah bronkhitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkhus yang sifatnya
menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor
yang berasal dari luar bronkhus maupun dari bronkhus itu sendiri. Bronkhitis
kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus
trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling
sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun secara
berturut-turut.

Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis akut, yaitu:
 Infeksi: Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Haemophilus
influenzae.
 Alergi
 Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.

Manajemen Medis
Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
 Antimicrobial
 Postural drainase
 Bronchodilator
 Aerosolized Nebulizer
 Surgical Intervention
C. Emfisema Paru-Paru
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran
ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan.

Patogenesis
Terdapat empat perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema,
yaitu:
a. Hilangnya elastisitas paru-paru
b. Hiperinflasi paru-paru
c. Terbentuknya bullae
d. Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap

Tipe Emfisema
Terdapat tiga tipe dari emfisema:
a. Emfisema sentriolobular
b. Emfisema panlobular (panacinar)
c. Emfisema paraseptal
Patofisiologi
Emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di
antara alveoli, jalan napas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas
untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara
akan tertahan di antara ruang alveolus (disebut blebs) dan di antara
parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan
peningkatan ventilatory pada “dead space” atau area yang tidak
mengalami pertukaran gas atau darah. Kerja napas meningkat dikarenakan
terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan pertukaran
O2 dan C02. Emflsema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru,
selanjutnya terjadi penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema
masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada
pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronkhitis kronis dan
merokok.
3. Cor Pulmonale
Cor pulmonal adalah kondisi terjadinya pembesaran jantung kanan (dengan atau
tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang memengaruhi struktur,
fungsi, atau vaskularisasi paru-paru.

Etiologi
Secara umum, penyakit cor pulmonale disebabkan oleh:
a. Penyakit paru-paru yang merata
b. Penyakit pembuluh darah paru-paru
c. Hipoventilasi alveolar menahun

Patofisologi
Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmona merupakan fungsi
pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika
resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada
penyakit vaskuler atau parenkim paru-paru, peningkatan curah jantung
dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronis
meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD
yang dikarenakan adanya pemanjangan pembuluh paru-paru dan kompresi
kapiler alveolar.
Manifestasi Klinis Penatalaksanaan Medis

Gejala klinis yang muncul pada 1. Pada pasien dengan penyakit


pasien dengan penyakit cor asal COPD: pemberian 02
sangat dianjurkan untuk
pulmonal adalah: memperbaiki pertukaran gas
1. Sesuai dengan penyakit yang dan menurunkan tekanan arteri
melatarbelakangi, contohnya pulmonal serta tahanan vaskuler
COPD akan menimbulkan pulmonal.
gejala napas pendek dan 2. Higienis bronkhial: diberikan
batuk. obat golongan bronkodilator.
3. Jika terdapat gejala gagal
2. Gagal ventrikel kanan: jantung: perbaiki kondisi
edema, distensi vena leher, hipoksemia dan hiperkapnia.
organ hati teraba, efusi 4. Bedrest, diet rendah sodium,
pleura, ascites, dan murmur pemberian diuretik.
jantung. 5. Digitalis: bertujuan untuk
3. Sakit kepala, bingung, dan meningkatkan kontraktilitas dan
menurunkan denyut jantung,
somnolen terjadi akibat dari selain itu juga mempunyai efek
peningkatan PCO2. digitalis ringan.
4. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu: (Morton,2012)
1. Efusi pleura transudat
2. Efusi pleura eksudat

Etiologi
Efusi pleural ini disebabkan oleh :
• Infeksi
• Tuberculosis
• Pneumonitis
• Abses paru
• Perforasi esophagus
• Non infeksi
• Karsinoma paru
• Karsinoma pleura: primer dan sekunder
• Karsinoma mediastinum
• Tumor ovarium
• Emboli paru
• Gagal ginjal
Patofisiologi
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat)
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari)
peradangan atau keterlibatan neoplasma.
5. TBC
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.

Etiologi
Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Penyakit ini menyebar pada saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain
menghirup droplet yang dikeluarkan, yang mengandung bakteri TB.

Patofisologi
Sumber utama penularan penyakit ini adalah pasien TB BTA positif. Pada saat
pasien batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk, pasien TB BTA positif dapat
menghasilkan 3.000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam
ruangan di mana dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab (Werdhani,
2011).
Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41°c, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, Keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada Peningkatan sel darah putih
dengan dominasi limfosit
5. Pada anak :
• Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut
sampai 2 minggu.
• Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze. Riwayat kontak
dengan pasien TB paru dewasa.
• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal tnlimbul < 7 han
setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan system scoring TB
anak
• Anak dengan TB jika jumlah skor 6 (skor maksimal 13)
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk kerumah sakit
untuk evaluasi lebih lanjut
Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Oksigen
1. Melakukan Posisi Semi Fowler
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 30 - 45 derajat.

Tujuan :
Untuk pasien yang mengalami gangguan pernapasan (mengurangi sesak napas),
memberikan rasa nyaman, memberi makan pasien secara oral, membantu
mempermudah tindakan pemeriksaan, kkususnya pemeriksaan bagian THT.
Prosedur kerja :
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat (15-45 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien. jika tubuh bagian atas klien
lumpuh
3. Letakkan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikkan lutut
dari tempat tidur yang rendah, menghindari adanya tekanan di bawah jarak poplitea ( di
bawah lutut).

2. Memberikan Oksigen dengan Simple Mask


Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta konsentrasi
oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen yang diberikan
sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-60%.
Alat dan Bahan :
• Tabung oksigen lengkap dengan manometer
• Selang oksigen
• Pengukur aliran flow meter dan humidifier
• Jelly
• Masker
• Plester
Prosedur Kerja :
1. Mendekatkan alat ke samping pasien
2. Gunakan sarung tangan
3. Pasang tirai atau tutup pintu ruangan
4. Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan, untuk memberikan
5. kemudahan ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah
6. Pasang peralatan oksigen dan humidifier.
7. Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis.
8. Periksa aliran oksigen pada selang.
9. Sambung masker dengan selang oksigen.
10. Pasang masker pada hidung :
• Pasang masker hidung menutupi mulut dan hidung dan fiksasi dengan
menggunakan tali pengikat.
11. Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, seperti warna, pernafasan,
gerakan dada, ketidaknyamanan dan sebagainya.
12. Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
13. Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik hyoxia,
takhikardi,cemas, gelisah, dyspnoe dan sianosis.
14. Kaji iritasi hidung klien. Beri air/cairan pelumas sesuai kebutuhan untuk melemaskan
mukosa membran.
15. Catat permulaan terapi dan pengkajian data
16. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan
3. Melakukan Postural Drainage
Postural Drainase Terapi (PDT) adalah komponen terapi kesehatan bronkial. Ini
terdiri dari drainase postural, positioning, dan berputar dan kadang- kadang disertai
dengan perkusi dada dan / atau getaran.(Widarusdi,2013)

Tujuan :
a. Meningkatkan efisiensi pola pernapasan
b. Membersihkan jalan nafas
c. Untuk mengeluarkan secret pada jalan nafas
d. Untuk menurunkan akumulasi secret pada klien tidak sadar atau lemah
e. klien akan berventilasi dengan jalan nafas bersih, yang dibuktikan dengan
frekuensi pernafasan klien dalam batas normal dan bunyi nafas pada semua
lobus bronkus.

Indikasi :
a. Mencegah penumpukan secret yaitu pada :
• Pasien yang memakai ventilasi
• Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
• Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik,
bronkiektasis
b. Mobilisasi secret yang tertahan :
• Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
• Pasien dengan abses paru dan pneumonia
• Pasien pre dan post operatif
• Pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau
batuk

Kontraindikasi :
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard
akut dan aritmia
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas

Alat dan Bahan :


1. Bantal dua atau tiga
2. Papan pengatur posisi
3. Tisu wajah
4. Segelas air
5. Sputum pot
Metode Postural Drainage
a) Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas (Upper Lobes/Apical
Segment )
b) Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri Atas (Upper Lobes/ Posterior
segments)
c) Lobus Anterior Kanan dan Kiri (Upper Lobes/ Anterior segments)
d) Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas (Lingual)
e) Bronkus lobus Kanan Tengah (Middle Lobe)
f) Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri bawah (Lower Lobes/ Anterir Basal
Segment)
g) Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri (Lower Lobes/ Superior Basal
Segment)
h) Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah (Lower Lobes/ Lateral Basal Segment)
i) Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah (Lower Lobes/ Posterior
Basal Segment)
4. Melakukan Inhalasi (Nebulizer)
Terapi inhalasi adalah terapi dengan pemberian obat secara inhalasi (hirupan)
langsung masuk ke dalam saluran pernapasan.

Alat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-
menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonik. Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas
dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping
minimal dan dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Partikel aerosol yang
dihasilkan nebulizer berukuran antara 2-5 μ, sehingga dapat langsung dihirup
penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker.
Cara penggunaan nebulizer yaitu:
a. Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk penggunaan nebulizer
b. Membuka tutup tabung obat nebulizer, mengukur dosis obat dengan benar
c. Memasukkan obat ke dalam tabung nebulizer
d. Menghubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece pada kompresor
nebulizer
e. Menggunakan masker uap atau mouthpiece kemulut, dikatupkan kebibir hingga
rapat
f. Menekan tombol on
g. Bernapaslah dengan perlahan ketika menghirup uap yang keluar dan uap
dihirup sampai botol habis
h. Menekan tombol off
5. Melakukan Penghisapan Lendir
Pengisapan Lendir (suction) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran
gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang
tidak mampu mengeluarkannya sendiri.

Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa

Indikasi :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
2. dengan mengeluarkan atau menelan
3. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar
suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau
ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat,
ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
4. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral
Persiapan Pasien :
1. Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien :
• Klien sadar : posisi semi fowler
• kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan leher
ekstensi (nasal suction)
• Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap
pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
Alat dan Bahan :
1. Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya
2. NaCl atau air matang
3. Canule section
4. Perlak dan pengalas
5. Mesin suction
6. Kertas tissue
Cara Kerja :
1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit Ekstensi
2. Memberikan Oksigen 2 – 5 menit
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien
4. Memakai sarung tangan
5. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
6. Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
7. Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan
sambil memutar ( + 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
8. Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
9. Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
10.Mengobservasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
11.Mengobservasi secret tentang warna, bau dan volumenya
Melakukan Evaluasi Kebutuhan Oksigen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan gangguan pertukaran gas dan


penurunan curah jantung pasien teratasi. Untuk evaluasi, pasien diharapkan dapat
menunjukkan hal-hal berikut.
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres
pernapasan.
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bemapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips).
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
5. AGD dalam batas normal.
6. Status neurologis dalam batas normal.
7. Penurunan kardiak output pasien teratasi dengan kriteria hasil:
a. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
b. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
c. Tidak ada penurunan kesadaran
d. Tidak ada distensi vena leher
e. Warna kulit normal
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai